Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136203 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Tidak lama setelah Sukarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, meletuslah konfrontasi RI - Belanda yang dipicu oleh keinginan Belanda untuk kembali berkuasa di Indonesia. Dalam konfrontasi ini Belanda berusaha melemahkan RI dengan cara menduduki daerah¬daerah kekuasaan RI dan kemudian memprakarsai pendirian negara-negara dan daerah-daerah istimewa di daerah-daerah yang berhasil dikuasainya tersebut. Dari 15 negara dan daerah istimewa yang didirikan atas prakarsa Belanda, hanya ada tiga negara yang relatif kuat dilihat dari sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimilikinya, yaitu NIT, NST dan Pasundan.Tujuan Belanda yang sebenarnya mendirikan negara-negara dan daerah-daerah istimewa itu adalah untuk mengembalikan lagi kekuasaanya di Indonesia, dengan cara memfungsikan kembali alat kekuasaannya di Indonesia, yaitu Binnelands Bestuur dan KNIL di negara-negara dan daerah-daerah yang dibentuknya itu. Adanya kenyataan bahwa di Indonesia telah berdiri suatu negara yang merdeka, yakni RI mendorong pihak Belanda untuk menjalankan siasat federalistic, yaitu berusaha agar di Indonesia didirikan sebuah negara federal yang beranggotakan RI bersama-sama dengan negara-negara dan daerah-daerah istimewa yang dikendalikannya. Hal ini tampak dari persetujuan-persetujuan yang dilakukan antara RI dan Belanda, seperti persetujuan Linggajati dan Renville, di mana Belanda selalu menekankan pembentukan negara federal di Indonesia bilamana Indonesia telah menerima kemerdekaan dari Belanda. Kesanggupan RI untuk mendirikan negara federal seperti tampak dalam Persetujuan Linggajati, pada gilirannya mem¬bangkitkan semangat perjuangan kemerdekaan pemimpin-pemimpin federalis yang kemudian bergabung di dalam PMF. Sejak akhir Desember 1948, ketika RI dalam keadaan lema.h setelah agresi Belanda II, PMF banyak mengambil prakarsa-prakarsa politik untuk mencari jalan yang terbaik bagi RI, PMF dan Belanda dalam mengusahakan kemerdekaan Indonesia yang diakui oleh Belanda. PMF antara lain mengambil inisiatif untuk mengada¬kan pertemuan RI-PMF guna menentukan langkah-langkah bersama untuk menghadapi Belanda dalam KMB. Langkah politik PMF ini tidak sia-sia karena KMB akhirnya dapat berjalan dengan balk yang kemudian disusul dengan pendirian Negara Republik Indonesia Serikat pada tanggal 27 Desember 1949.Akan tetapi RIS ternyata tidak dapat bertahan lama, kurang lebih delapan bulan setelah pendiriannya RIS bubar. Banyak faktor yang menyebabkan singkatnya masa hidup RIS. Pertama, tidak satu pun tokoh politik utama di Indonesia pada waktu itu yang bersedia mendukung keberadaan RIS. Kedua, hampir semua partai politik juga tidak menghendaki..."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
T38827
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ba`in
"Tidak lama setelah Sukarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, meletuslah konfrontasi RI - Belanda yang dipicu oleh keinginan Belanda untuk kembali berkuasa di Indonesia. Dalam konfrontasi ini Belanda berusaha melemahkan RI dengan cara menduduki daerahdaerah kekuasaan RI dan kemudian memprakarsai pendirian negara-negara dan daerah-daerah istimewa di daerah-daerah yang berhasil dikuasainya tersebut. Dari 15 negara dan daerah istimewa yang didirikan atas prakarsa Belanda, hanya ada tiga negara yang relatif kuat dilihat dart sumber daya a lam dan sumber daya manusia yang dimilikinya, yaitu TIT, NST dan Pasundan.
Tujuan Belanda yang sebenarnya mendirikan negara-negara dan daerah--daerah istimewa itu adalah untuk mengembalikan lagi kekuasaanya di Indonesia, dengan cara memfungsikan kembali alat kekuasaannya di Indonesia, yaitu Binnelands Bestuur dan KNIL di negara-negara dan daerah-daerah yang dibentuknya itu. Adanya kenyataan bahwa di Indonesia telah berdiri suatu negara yang merdeka, yakni RI mendorong pihak Belanda untuk menjalankan siasat federalistis, yaitu berusaha agar di Indonesia didirikan sebuah negara federal yang beranggotakan RI bersama-sama dengan negara-negara dan daerah-daerah istimewa yang dikendalikannya. Hal ini tampak dari persetujuan-persetujuan yang dilakukan antara RI dan Belanda, seperti persetujuan Linggajati dan Renville, di mana Belanda selalu menekankan pembentukan negara federal di Indonesia bilamana Indonesia telah menerima kemerdekaan dari Belanda.
Kesanggupan RI untuk mendirikan negara federal seperti tampak dalam Persetujuan Linggajati, pada gilirannya membangkitkan semangat perjuangan kemerdekaan pemimpin-pemimpin federalis yang kemudian bergabung di dalam PMF. Sejak akhir Desember 1948, ketika RI dalam keadaan lemah setelah agresi Belanda II, PMF banyak mengambil prakarsa-prakarsa politik untuk mencari jalan yang terbaik bagi RI, PMF dan Belanda dalam mengusahakan kemerdekaan Indonesia yang diakui oleh Belanda. PMF antara lain mengambil inisiatif untuk mengadakan pertemuan RI-PMF guna menentukan langkah-langkah bersama untuk menghadapi Belanda dalam KMB. Langkah politik PMF ini tidak sia-sia karena KMB akhirnya dapat berjalan dengan balk yang kemudian disusul dengan pendirian Negara Republik Indonesia Serikat pada tanggal 27 Desember 1949.
Akan tetapi RIS ternyata tidak dapat bertahan lama, kurang lebih delapan bulan setelah pendiriannya RIS bubar. Banyak faktor yang menyebabkan singkatnya masa hidup RIS. Pertama, tidak satu pun tokoh politik utama di Indonesia pada waktu itu yang bersedia mendukung keberadaan RIS. Kedua, hampir semua partai politik juga tidak menghendaki terus dipertahankannya RIS. Ketiga, di dalam lingkungan militer (TNI) justru telah lama dilakukan penggerogotan terhadap negara-negara bagian RIS di luar RI. Keempat, mayoritas rakyat Indonesia mengutuk negara-negara bagian yang mereka anggap sebagai bikinan Belanda dan niat untuk menguburkannya sekuat niat untuk menegakkan kembali RI lama. Dapat dikatakan bahwa penolakan elite politik Indonesia, partai-partai politik, TNI dan mayoritas rakyat Indonesia terhadap RIS pada hakekatnya adalah merupakan suatu sikap untuk mengikis habis sisa-sisa pengaruh kaum kolonialis Belanda di Indonesia.
RIS sebagai negara federal war lean KMB hanya didukung oleh pihak Belanda sendiri dan pemimpin-pemimpin ekeekutif 4 negara bagian, yaitu NIT, NST, Pasundan dan Daerah Istimewa Kalimantan Barat. Partai-partai politik di negara-negara itu kebanyakan berasosiasi dengan partai-partai politik RI yang berusaha membubarkan RIS dan membentuk kembali negara kesatuan. Sedangkan rakyat di negara-negara tersebut pun lebih banyak yang ingin membubarkan negara-negara bagian daripada yang hendak mempertahankannya. Oleh karena itu, begitu Belanda pergi dari Indonesia dan pemimpin-pemimpin negara-negara bagian tersebut kehilangan tenaga akibat tekanan-tekanan dari golongan unitaris, maka RIS pun tidak memiliki pendukung sama sekali.
Pemberontakan APRA di Bandung tanggal 23 Januari 1950 dan percobaan coup Sultan Hamid II di Jakarta sehari kemudian Berta pemberontakan Andi Azis di Sulawesi Selatan tanggal 5 April 1950, pada gilirannya justru mempercepat keruntuhan RIS. Pada bulan akhir April 1950 kekuatan federalisme aama sekali telah lumpuh, dan akhirnya, Presiden Sukarno pada tanggal 17 Agustus 1950 secara reami mengumumkan pembubaran RIS dan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Ranty
"ABSTRAK
Sejak tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya sehingga menjadi suatu bangsa yang merdeka dan berdaulat. Sejak saat itu lahir ne_gara Republik Indonesia yang merupakan negara Kesatuan,se_bagaimana yang dinyatakan dalam Undang- Undang Dasar 1945 pasal 1 ayat 1.
Kemudian datang Belanda menuntut haknya atas wilayah Indonesia yang dulu disebut dengan Hindia Belanda. Belanda menganggap masih berdaulat atas wilayah Indonesia. tentu saja bangsa Indonesia tidak begitu mudah untuk menyerahkan tanah airnya. Maka di sini timbul sengketa antara bangsa Indonesia dengan Belanda, tentang siapa yang berdaulat atas wilayah Indonesia. Melalui berbagai cara pihak Belmda ber-usaha terus mendapatkan Indonesia. Mulai dengan aksi- aksi militer lokal, mengadakan konperensi-konperensi sandiwara untuk membentuk negara- negara boneka terhadap daerah-dae_rah yang berhasil didudukinya, sampai kepada aksi militer totalnya yang dilakukan hingga dua kali, yaitu pertama pa-da tanggal 21 Juli 1947 dan kedua pada tanggal 19_Desember 1948.
Sementara itu perundingan yang diadakan, balk de ba_wah pengawasan Inggeris maupun di bawah pengawasan badan dunia, PBB (Persatuan Bangsa- Bangsa) yang dilakukan oleh _

"
1985
S12301
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin Indradjaja
"ABSTRAK
Sejarah menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 sampai 1950 ditandai oleh diplomasi dan perjuangan bersenjata. Cara_yang dipakai melalui perjuangan bersenjata dikenal dengan sejarah perang kemerdekaan. Sejarah perang kemerdekaan ini telah mencatat adanya andil para pelajar dalam berbagai pertempuran untuk menegakkan dan mempertanankan kemerdekaan. Perjuangan bersenjata atau perang kemerdekaan bukanlah milik orang-orang dewasa, tetapi juga milik para pelajar (pemuda tanggung). Hingga sekarang ini tulisan atau penelitian tentang sejarah perang kemerdekaan sudah cukup banyak, namun yang membahas tentang sejarah pa_ra nelajar Indonesia selama masa perang kemerdekaan masih sedikit. Skripsi bertujuan menuliskan kembali (merekonstruksi) sejarah para pelajar daerah Keresidenan Kediri pada masa perang kemerdekaan. Penelitian skripsi ini menggunakan metode pengumpulan data tertulis (tulisan) dan data tak tertulis / wawancara (lisan).

"
1986
S12356
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustiah
"Kalimantan Barat periode 1945-1950, tidak banyak diketahui oleh bangsa Indonesia. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, tidak begitu sulit bagi Belanda (NICA) untuk menguasai kembali daerah Kalimantan Barat. Hal ini disebabkan tidak ada lagi tokoh yang menjadi pimpinan masyarakat. Mereka hampir semua dibunuh oleh Jepang, sedangkan yang masih hidup m asih terbayang atas kekejaman Jepang. Kini yang harus menghadapi Belanda adalah anak-anak muda yang belum berpengalaman. Dengan modal semangat untuk merdeka, anak-anak muda ini berjuang melepaskan diri dari pendudukan NICA dan berusaha berhubungan dengan RI di Jawa. Usaha mereka untuk menggabungkan daerah Kalimantan Barat ke dalam RI; mendapat hambatan dari Sultan Hamid II yang faderalis. Sultan Hamid menghendaki Kalimantan Barat adalah sebuah negara bagian atau setidaknya bagian dari negara Kalimantan untuk mewujudkan impian Sultan Hamid dan Belanda, maka Kalimantan Barat dijadikan Daerah Istimewa. Setelah penyerahan kedaulatan Indonesia, satu-persatu daerah bekas wilayah NICA bergabung dengan RI, tetapi daerah Kalimantan Barat belum bisa bergabung. Cita-cita para pemuda tidak berhasil, karena kuatnya kaum federalis di daerah ini dan juga di pusat Pererintah RIS Jakarta"
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bima Prasetya Dwi Marta
"Skripsi ini membahas tentang peranan kaum buruh pribumi di Jawa yang tergabung dalam serikat buruh dan federasi serikat buruh melawan penindasan yang dilakukan oleh kaum kapitalis asing dan pemerintah kolonial Hindia Belanda pada masa Perjuangan Pergerakan Nasional Indonesia. Kaum buruh ini memperjuangkan nasib mereka yang tertindas dan dieksploitasi oleh kaum kapitalis asing yang dilindungi oleh pemerintah kolonial Hindia belanda. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pada tahun 1920-an pergerakan kaum buruh dalam serikat buruh dan federasi serikat buruh berlangsung secara radikal dan revolusioner yang diwarnai dengan aksi protes dan mogok kerja terbuka yang terorganisir. Aksi ini juga didukung oleh organisasi bumiputra seperti Sarekat Islam dan PKI yang bersifat kontra terhadap kapitalisme asing dan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Pada puncaknya, perjuangan itu menempuh jalan revolusioner yang diwarnai dengan pemberontakan PKI tahun 1926 di Jawa. Namun, aksi pemberontakan ini dapat ditumpas oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda karena dinilai kurang matang dalam perencanaan dan aksinya.

The tesis discusses about the role of indigenous labors in Java who joined in the labor union dan federation labor union against pressure from the alien capitalist and Dutch Colonial Government in a time of National Movement of Indonesia. This indigenous labors struggle their live from pressured by alien capitalist who gets protected by Dutch Colonial Government. These study concluded that in the 1920s the labors movement in labor union and federation of labor union had been radikal and revolutionaire with full of protest and open organize strike. This action was also supported by opposing indigenous organisation like Sarekat Islam and PKI against alien capitalist and the Dutch Colonial Government. In climax, that struggle rule the way of revolutionaire with communist rebellion in Java 1926. But, this rebellion can terminated by the Dutch Colonial government because this rebellion is not to fit in plan and action."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S12229
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Garda Maeswara
"History of Indonesian revolution, 1945-1950."
Yogyakarta: Narasi , 2010
959.803 GAR s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta, Yayasan Karya Adiguna
R 384.55 Emp
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Oostindie, Gert
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2016
959.8 OOS s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Edy Bawono
"Hubungan Amerika Serikat dan Indonesia yang akan ditelaah di dalam skripsi ini mengambil sebagai titik awal ketika tampilnya Amerika Serikat di da1am penyelessaian masa1 h Irian Barat antara Indonesia dan Belanda. Dimulai sejak Indonesia tidak akan membawa masalah Irian Barat keIndonesia tahun 1963. Dengan alasan-alasan yang berbeda, baik Belanda maupun Indonesia telah meminta dukungara serta mengundang campur tangan Amerika Serikat. Pihak Belanda menginginkara dukungan untuk dapat menguasai kembali (bekas ) wilayah jajahannya, sedangkan pihak Indonesia menginginkan dukungan Amerika Serikat untuk mempertahankan hak-hak Indonesia sebagai bangsa yang merdeka. Pendirian dan tindakan yang dilakukan Amerika Serikat di dalam penyelesaian masalah Irian Barat berkaitan erat dengan kedudukannya sebagai negara adidaya dan memiliki pengaruh yang besar terhadap dinamika politik internasional.
Studi ini memiliki beberapa masalah yang menarik untuk dibahas, diantaranya yaitu selain masalah ini menjadi masalah internasional yang melibatkan beberapa negara dan mememrlukan penanganan Perserikatan Bangsa-Bangsa, juga masalah ini menimbulkan pandangan dan sikap yang berbeda-beda, baik antara Amerika Serikat dengan Indonesia dan Belanda, maupun di kalangan pejabat-pejabat Pemerintah Amerika Serikat sendiri. Selian itu, di dalam studi ini juga dibahas mengenai berbagai peranan yang telah diberikan oleh Amerika Serikat sampai terselesainya masalah ini. Mengapa sikap Amerika berubah-ubah (namun tetap menjalankan politik globalnya) dan peranan apa saja yang telah diperikan Amerika Serikat serta bagaimana langkah-langkah diplomasi Amerika Serikat di dalam penyelsaian masalah Irian Barat sampai diserahkan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kemudian diserahkan kembali kepada Indonesia dapat terlihat di dalam skripsi ini.
Untuk meneliti sikap dan peranan Amerika Seriakt terhadap Indonesia di dalam penyelesaian masalah Irian Barat tahun 1958-1963, dipakai sumber data dari arsip, dokumen, artikel majalah dan surat kabar, tesis, skripsi, paper, buku dan karya leksikografis yang sebagainan besar bersudut pandang dan menitikberatkan pada sikap dan peranan Amerika Seriakt, serta masih ditambah dengan sumber lisan, baik wawancara langsung, maupun dokumentasi wawancara dengan tokoh-tokoh sipil dan militer yang sekiranya terlihat di dalam penyelesaian masalah Irian Barat ini.
Setelah mempelajari dan menganalisa data-data yang didapat dari sumber-sumber tersebut di atas, dapat dilihat pertimbangan-pertimbangan yang mendasari kebijaksanaan politik luar negeri Amerika Serikat terhadap Indonesia sehingga mempengaruhi sikapnya di dalam penyelesaian masalah Irian Barat. Amerika Serikat yang pada awalnya bersikap netral atau dengan kata lain berpihak kepada Belanda dan kemudian berubah menjadi berpihak kepada Indonesia. Maka 'hal ini didasarkan atas pertimbangan diantaranya selain mencegah Indonesia jatuh ke dalam pengaruh komunis dan Indonesia dapat dijadikan kawan di dalam mengembangkan strategi pembendungannya di dalam politik globalnya untuk menangkal parkembangan komunis di dunia pada umumnya dan di kawasan Asia tenggara khususnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kepentingan global Amerika Sarikatlah yang menjadi dasar pertimbangan utama dalam mewujudkan kebijaksanaan politik luar negerinya terhadap Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S12333
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>