Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52914 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nyoman Teusthi Eddy
Ende-Flores: Nusa Indah, 1985
895 NYO s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ende Nusa Indah 1985
895 S 30
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Mangasa Sotarduga
Jakarta: Tulila , 1989
899.212 09 HUT s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Rozak Zaidan
"Sajak-sajak Goenawan Mohamad adalah sajak-sajak yang memiliki pesona tersendiri di antara sajak-sajak sezamannya. Kehadiran sajak-sajak Goenawan Mohamad dalam dunia perpuisian Indonesia modern telah banyak mendapat sorotan, baik dari pemerhati sastra Indonesia di dalam negeri maupun dari luar negeri. Mereka itu, antara lain, H.B. Jassin (dalam Toda, 1984), Sapardi Djoko Damono (1973), M.S. Hutagalung (1976), Dami N. Toda (1984), Hoedi Soeyanto {1972), Linus Suryadi AG {1989), A. Teeuw (1980), Burton Raffel (1967), dan Harry Aveling {1974). Kajian mereka atas sajak-sajak Goenawan Mohamad pada umumnya bukan merupakan kajian yang khusus dan terpumpun, kecuali kajian yang telah dilakukan oleh Dami N. Toda (1984). Kajian mereka dapat dikatakan hampir sampai pada penilaian bahwa sajak-sajak Goenawan Mohamad memiliki keunikan dan daya pesona yang khusus.
Jassin lebih jauh menyatakan bahwa sajak-sajak Goenawan Mohamad memberi kesan suasana tanpa kita bisa mengatakan gagasan apa yang mau dikemukakan. Dalam anggapan Jassin, Goenawan Mohamad hendak menampilkan saat-saat suasana yang di dalamnya kesadaran bersatu dengan keadaan dan sebaliknya (dalam Toda, 1984: 10). Apa yang dikemukakan Jassin itu dapat disandingkan dengan kesan Sapardi Djoko Damono yang dimuat dalam sampul belakang buku kumpulan sajak Interlude sebagai berikut. "Goenawan telah berhasil menciptakan peristiwa-peristiwa yang menjadikan kenang-kenangan bisa berkomunikasi. Kenang-kenangan itu cenderung menyusun gumam, semacam percakapan, barangkali pertengkaran". Gumam yang terungkap dalam sajak-sajak Goenawan Mohamad selalu menampilkan suasana hati tertentu. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan kalau Jassin, lebih lanjut, menyebut sajak-sajak Goenawan Mohamad sebagai sajak suasana. Di dalamnya pembaca tidak berurusan dengan pikiran, tetapi dengan rasa, dengan suasana hati itu.
Hampir senada dengan Jassin, Hutagalung (1976: 44) menyebut sajak-sajak Goenawan Mohamad membangun imaji tertentu yang menyebabkan timbulnya perasaan-perasaan murung, suram berkabut. Sajak-sajak Goenawan Mohamad dalam pandangan Hutagalung membuat pembaca lebih terpesona daripada berpikir. Kita tidak dirangsang berpikir tetapi diajak untuk merasakan suasana itu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
T10435
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Chandrakirana
"Joko Pinurbo adalah salah satu penyair yang mencuat pada dasawarsa ini. Hal ini disebabkan oleh kemampuannya dalam membuat sajak-sajak yang berbeda dari pernyair-penyair sebelumnya. Perbedaan sajak-sajaknya adalah keterampilannya menggunakan sistem tanda yang berbeda dari sistem tanda penyair sebelumnya. Dalam sajaknya tanda satu dengan yang lainnya saling bertumpang-tindih dan topang-menopang sehingga menciptakan pemahaman yang utuh untuk menjelaskan gagasan utama. Penelitian ini mengambil empat sajak sebagai data yaitu sajak trilogi Celana, Tubuh Pinjaman, Pacar kecilku, dan Telepon Genggam. Tanda-tanda yang digunakan olehnya dalam empat sajak tersebut adalah simbol, kontras, ambiguitas, humor, dan pemertahanan rima"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S10984
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helena Rebecca W. T.
"Cerita dan ajaran Kristen sering menjadi inspirasi penulisan karya sastra, salah satunya sajak. Hal itu juga menjadi inspirasi Fridolin Ukur dalam setiap penulisan sajaknya. Itulah sebabnya karya-karya Fridolin Ukur kental dengan warna Kristen. Kedua unsur Kristen yang dapat terlihat dan dirasakan langsung adalah diksi dan rujukan Alkitab. Diksi yang digunakan Fridolin Ukur dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok, yaitu ketuhanan, Natal, Paskah, ajaran Kristen, diksi dari Alkitab, dan istilah gereja. Dari segi rujukan Alkitab, unsur Kristen dapat dilihat dari nama kitab dan ayatnya, kalimat Alkitab, dan peristiwa besar yang tertulis dalam Alkitab. Unsur-unsur tersebut merupakan warna khas agama Kristen dan memberikan warna bagi dunia kesusastraan. Dalam penggunaannya, Fridolin Ukur tidak menempatkan kedua unsur tersebut untuk mempersoalkan keyakinannya atas ajaran. Kristen. Melalui kedua unsur itu, ia hanya menyampaikan ajaran atau pesan moral agamanya."
2001
S10930
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Abdul Latiff
Brunei: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Kebudayaan Belia dan Sukan, 1985
899.310 9 MUH t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Mardiah
"Religiositas Islam yang terkandung dalam karya sastra erat kaitannya dengan keikutsertaan dimensi transenden dan imanen sekaligus. Hal tersebut juga berarti tidak ada pemisahan antara yang sakral dan profen sebab pandangan hidup Islam meliputi dua hal, yaitu dunia dan akhirat yang saling bertalian. Srkripsi ini merupakan hasil penelitian terhadap sembilan sajak Hamid Jabbar yang bernafas religius. Masalah yang dibahas pada penelitian ini adalah aspek-aspek religius yang muncul dalam sajak-sajakmya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan menunjukkan ciri-ciri yang menandai sajak-sajak religius Hamid Jabbar dan memperlihatkan bagaimana religiositas tersebut dihadirkan dalam sajak-sajaknya..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S10969
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmin Nur Oktaviani
"

Translation of literary works has its own challenges from various factors such as language style and cultural content. Therefore, the translation of Saidjah-Adinda's poems in Multatuli's novel Max Havelaar is interesting to discuss. The data used in this study were sourced from the Dutch version of the seventeenth chapter of Max Havelaar's novel, the Indonesian translation by H. B. Jassin (TSa 1) and Ingrid Dwijani Nimpoeno (TSa 2), and the English translation by Baron Alphonse Nahuys (TP). The data is in the form of two poems by Saidjah-Adinda in Dutch, two versions in Indonesian and in English. The theory used in this study is Mona Baker's theory regarding translation strategies at the word level. This study used descriptive qualitative method. The researcher will mark the words in the source text which are not literally translated along with their translations, then compare the words in the source language with their translations in the target language using the help of three dictionaries in Dutch, English and Indonesian. The researcher will then analyze the strategies used by translators based on Baker's translation theory at the word level. Based on data analysis, there are four of Baker's eight translation strategies used in translating two poems from chapter seventeen of Max Havelaar's novel. As a result of relay translation, semantically Nimpoeno's translation (TSa 2) is not that far from Jassin's translation (TSa 1). This cannot be separated from the role of Nahuys' translation as an intermediary for the translation of TSa 2."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Agung Mas Triadnyani
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>