Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15591 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Lara Anthonia Natasha
"

Le Corbusier dan Louis Kahn adalah dua arsitek terkemuka yang memberikan kontribusi signifikan pada bidang arsitektur di abad ke-20. Le Corbusier percaya bahwa bangunan harus fungsional, efisien, dan indah, dan harus dirancang dengan mempertimbangkan kebutuhan orang yang menggunakannya. Berbeda dengan Le Corbusier, Louis Kahn percaya bahwa arsitektur harus berakar pada sejarah dan budaya suatu tempat. Terlepas dari latar belakang dan pendekatan arsitektur mereka yang berbeda, keduanya sama-sama memiliki pemahaman dan penghargaan yang mendalam atas peran pencahayaan alami dalam arsitektur. Hal ini terlihat pada hasil karya mereka yang seringkali memanfaatkan cahaya alami dengan cara-cara yang inovatif untuk menciptakan ruangan yang fungsional dan indah. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran cahaya alami dalam menghadirkan atmosfer tertentu yang dapat menciptakan kualitas puitis ruang dan pengalaman spasial pada dua bangunan ikonik: Notre Dame du Haut dan Museum Seni Kimbell. Melalui analisis studi kasus komparatif, skripsi ini mengkaji bagaimana dua arsitek, Le Corbusier dan Louis Kahn, memanfaatkan cahaya alami untuk mencapai tujuannya masing-masing pada bangunan tersebut. Studi tersebut menganalisis strategi penggunaan cahaya alami pada kedua bangunan dan bagaimana pengaruhnya terhadap suasana dan bentuk ruang serta bagaimana nantinya hal tersebut dapat menciptakan suatu kualitas, pada kasus ini kualitas puitis. Skripsi ini menyimpulkan bahwa cahaya alami merupakan elemen yang sangat penting dalam membentuk kualitas sebuah ruang. Kesimpulan lainnya adalah bahwa penggunaan cahaya alami yang inovatif oleh arsitek memainkan peran penting dalam kesuksesan penyampaian fungsi dan tujuan kedua bangunan ikonik ini.


Le Corbusier and Louis Kahn are two prominent architects who made significant contributions to the field of architecture in the 20th century. Le Corbusier believed that buildings should be functional, efficient, and beautiful, and should be designed with the needs of the people who use them in mind. Unlike Le Corbusier, Louis Kahn believed that architecture should be rooted in the history and culture of a place. Despite their different architectural backgrounds and approaches, both share a deep understanding and appreciation of the role of natural lighting in architecture. This can be seen in their work which often utilizes natural light in innovative ways to create functional and beautiful spaces. Writing this thesis aims to explore the role of natural light in presenting a certain atmosphere that can create a poetic quality of space and spatial experience in two iconic buildings: Notre Dame du Haut and the Kimbell Art Museum. Through the analysis of comparative case studies, this thesis examines how two architects, Le Corbusier and Louis Kahn, utilized natural light to achieve their respective goals in the building. The study analyzes the strategy of using natural light in both buildings and how it affects the atmosphere and form of space and how this can create a quality, in this case a poetic quality. This thesis concludes that natural light is a very important element in shaping the quality of a space. Another conclusion is that the architect's innovative use of natural light played an important role in the successful delivery of the function and purpose of these two iconic buildings."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Drasthya Ayhodha Nareshwari
"Museum masa kini harus mampu menarik perhatian masyarakat untuk datang berkunjung, sayangnya museum di Indonesia diidentikan dengan kesan tua dan tidak menarik. Maka untuk mengatasinya diperlukan desain display yang diharapkan dapat mengundang pengunjung. Namun bagaimana jika bangunan yang digunakan sebagai museum bukanlah bangunan yang didesain untuk museum, melainkan bangunan lama cagar budaya. Memasukan fungsi museum seni sebagai identitas baru sebuah bangunan lama merupakan proses yang tidak mudah. Perlu adanya kesesuaian antara fungsi baru museum dan elemen bangunan lama yang dijaga. Melalui kajian teori dan studi kasus terhadap Museum Seni Rupa dan Keramik ditemukan bahwa display dalam ruang pamer dapat menghubungkan kedua kebutuhan lama dan baru, sehingga aspek dalam merancang alat bantu display tidak lagi terbatas pada segi informatif dan persepsi manusia, tetapi keadaan objek yang dipamerkan dan bangunannya.

Museum nowadays, must be able to attract visitors to come to visit. Sadly, museums in Indonesia are identified with old and unattractive impressions. Hence, to overcome it, it is necessary for displays are designed so they can draw in visitors. However, instead of using building that originally designed as a museum, what if it is an old building of cultural heritage re-functioned to become a museum. To incorporate art museum as the new identity of an old building is not an easy process. Adjustment between the new function and the elements of the preserved heritage building are needed. Through relevant theories and case studies on Museum Seni Rupa dan Keramik, the researcher found that the display in the exhibition space could act as a tool to connect both the needs of old and new. This makes designing exhibition displays are no longer limited in terms of informative and human perception aspects, but also the collection and the heritage building needs.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64151
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dean, David
London: Routledge, 1996
069.5 DEA m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Japan: Tokyo Fuji Art Museum, 1990
R 708.952 SEL I
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Japan: Tokyo Fuji Art Museum, 1989
R 708.952 TOK
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Fariza Dear Gharinda
"ABSTRAK
Penerapan mekanisme ilusi atau distorsi visual sebagai representasi konsep kreatif dapat menjadi faktor yang sangat memicu atensi visual pengamat. Skripsi ini mencoba mengungkap fenomena ilusi dan cara penerjemahannya dalam ruang nyata, serta bagaimana dialami pengamat dengan menganalisis Louis Vuitton Exhibition Series 3 di London. Ekshibisi ini menceritakan perjalanan koleksi Louis Vuitton dari masih berada dalam imajinasi perancang busananya hingga hasil akhir. Dengan mempertimbangkan proses perseptual manusia, didapatkan efek-efek seperti berada dalam new dimension, infinity, hingga dizzying experience. Disimpulkan dalam skripsi ini bahwa melalui ilusi, realitas dapat didisdorsikan, dan perancang eksebisi ini dapat menciptakan persepsi 'baru' yang menarik pengamat.

ABSTRACT
The implementation of illusion mechanism or visual distortion that represent creative concepts can be a factor that triggers the viewer's attention. This undergraduate thesis tries to uncover the illusion phenomenon and its abbreviation in reality, and how the they affect viewers by analyzing the Louis Vuitton Exhibition Series 3 in London. This exhibition tells the journey of Louis Vuitton collections beginning from the imagination of the fashion designer until it becomes a finished product. Through considering human's perceptual process, it can be implied that the effects found such as being in a new dimension, infinity, up to dizzying experience. It is concluded in this work that through illusion, reality can be distorted, and the exhibition designer managed to create a new perception that attracts viewers."
2016
S63519
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Tyas Awangsari Nastiti
"Glodok merupakan salah satu tempat yang ditetapkan oleh PT.MRT sebagai tempat pemberhentian stasiun MRT, selain itu, sebagai desa wisata.  Seiring dengan berjalannya waktu, Glodok semakin hilang nilai hostorisnya, seperti misalnya nanyian tradisional yang dibawakan oleh orang Tionghoa pada saat masyarakat berjalan melalui glodok, tanah lapang (tempat kuda), penamaan gang yang mulai hilang (gang madat, jalan cengkeh, jalan kopi, jalan pala). Secara daily culture panggilan nci-nci, asuk-asuk sudah mulai hilang secara perlahan dengan adanya perubahan dari dunia yang mulai modern. Faktor lain yang membuat hilangnya nilai sejarah Glodok adalah semakin sedikit penduduk asli glodok yang menetap di daerah Glodog, dan kurangnya pelestarian sejarah di lokasi tersebut. Padahal, budaya Tionghoa sendiri memberikan andil yang besar, seperti kaligrafi dan lukisan, sulaman, lentera, layangan dan keramik. Selain itu banyak akulturasi dari budaya Tionghoa-Betawi seperti, gambang kromong. Namun, hal ini kurang adanya pelestarian, seperti yang dikatakan oleh oleh Metta Setiandi bahwa, “We’re adapting but it’s changing all the time” yang membuat nilai sejarah Glodok hilang secara aktivitas dan kultur. Untuk mendukung pelestarian ini maka diperlukan sebuah wadah yaitu museum/exhibition center, serta memberikan wawasan kepada masyarakat sebagai perspektif baru dalam memandang etnis Tionghoa.

Glodok is one of the places determined by PT.MRT, as a stop for the MRT station. In addition, as a tourist village. Over time, glodok lost its historical value, such as the traditional songs sung by the Chinese when walking through glodok, the field (place for horses), the naming of alleys that began to disappear (alley madat, clove street, coffee street, nutmeg street). In the daily culture, calls are nci-nci, asuk-asuk which have started to disappear slowly with the changes in the world that is starting to be modern. Apart from that, other factors that make the historical value of Glodok disappear are the fewer native people who live in the Glodok area and the lack of historical preservation in that location. In fact, Chinese culture itself contributed greatly, such as calligraphy and painting, embroidery, lanterns, kites and ceramics. Apart from that, there is a lot of acculturation from the Chinese-Betawi culture, such as the Gambang Kromong. However, this lacks preservation. Therefore Metta Setiandi said that, "We're adapting but it's changing all the time" which makes the historical value of glodok lost in terms of activity and culture. To support this preservation, a forum is needed, namely a museum/exhibition center. As well as providing insight to the community as a new perspective in viewing the Chinese ethnicity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Haryanti
"ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang aspek poetics dalam suatu tata pamer. Aspek poetics yang dijalankan dalam penelitian ini adalah membangun aktivitasproduksi makna meaning making yang dihasilkan oleh tata pamer Galeri Kepresidenan Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti MKRIBK . Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk membangun aktivitasproduksi makna meaning making yang dihasilkan oleh tata pamer Galeri Kepresidenan MKRIBK dengan cara mengonsep ulang narasi melalui pemberian tema pada masing-masing galeri presiden. Hasil penelitian ini adalah MKRIBK patut didorong untuk lebih mengembangkan tata pamernya mengikuti kaidah poetics dengan cara mendesain ulang tata pamer Galeri Kepresidenan MKRIBKmelalui pendekatan konstruktivis agar tercapai meaning making.

ABSTRACT
This study discusses the aspect of poetics in an exhibition. The poetics used in this research are for meaning making of the exhibition in Gallery of Honor of the Presidential Museum of the Republic of Indonesia Balai Kirti PMRIBK . This research is a qualitative research which aims to build meaning making activities for the exhibition in Gallery of Honor of the PMRIBK by re conceptualizing the narratives by giving each gallery in the museum a specific theme. The results of this research show that PMRIBK should be encouraged to further develop its exhibition by following the principles of poetics by redesigning the exhibition in the Gallery of Honor ofPMRIBK through a constructivist approach in order to achieve meaning making. "
2017
T50791
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>