Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151418 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdul Azis Said
Yogyakarta: Ombak, 2004
728.899 22 ABD s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Amatory Pramesti Tandungan
"Toraja terkenal dengan rumah adatnya yaitu, Tongkonan dan juga upacara kematiannya yakni Rambu Solo’. Dalam pelaksanaan Rambu Solo’ tidak terlepas aturan-aturan yang terdapat dalam kepercayaan Aluk Todolo sebagai warisan leluhur masyarakat Toraja secara khusus kosmologinya. Pengaruh tersebut juga terlihat di rumah adat Toraja, yakni tongkonan. Dalam rambu solo’ sendiri ada beberapa tingkatan dengan berbagai macam kegiatan. Dalam skripsi ini dibahas mengenai keselarasan pola ruang yang ada dalam tongkonan dan juga rambu solo’. Data-data didapatkan melalui penelusuran studi literatur, survey langsung, wawancara, dan dilengkapi dengan menonton video dokumentasi. Untuk memperjelas keselarasan yang ada antara tongkonan dan rambu solo’ digunakan variabel yang sama untuk analisis organisasi ruangnya yakni, organisasi spasial, orientasi, sirkulasi, dan juga sumbu. Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa keselarasan antara tongkonan dan rambu solo’ terlihat di organisasi spasial, orientasi dan juga sumbunya.

Toraja is famous for its traditional house, the Tongkonan, and its death ceremony, Rambu Solo'. The implementation of Rambu Solo' cannot be separated from the rules contained in the belief of Aluk Todolo as the ancestral heritage of the Toraja people, specifically its cosmology. This influence can be seen in the Toraja traditional house, namely the tongkonan. In rambu solo' itself, there are several levels with various kinds of activities. This thesis discusses the alignment of the spatial patterns in the tongkonan and the rambu solo. The datas are collected through literature study, direct surveys, interviews, and equipped with watching video documentation. To clarify the interrelationship between tongkonan and rambu solo', the same variables are used to analyze the spatial organization, such as spatial organization, orientation, circulation, and axes. Based on the analysis conducted, it can be concluded that the alignment between the tongkonan and the rambu solo' is seen in the spatial organization, orientation, and also the axis."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Ayu Pramanasari A.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S48209
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafwandi
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , 1993
726.2 SYA e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Ayu Ari Widhyasari
"Musik tradisional di Indonesia merupakan suatu kekayaan budaya yang telah ada sejak jaman nenek moyang dan terus ada hingga sekarang. Musik tradisional yang beragam dan memiliki ciri khas dan unik tentunya menarik minat orang untuk mempelajarinya. Sehingga tak jarang banyak musisi – musisi dan seniman yang memadukan musik tradsional dengan musik modern untuk memunculkan ciptaan musik baru. Banyak musik tradisional Indonesia yang digunakan di luar negeri dan bahkan banyak orang asing yang mempelajari musik tradisional Indonesia seperti gamelan, angklung, gong, dan seni musik lainnya.
Bahkan banyak musisi Indonesia yang memadukan musik tradisional dengan musik modern. Sebut saja seperti Balawan dan Ethnic Percussion yang selalu membawakan musik tradisional dengan musik modern lalu ada juga grup musik Emoni yang menggunakan musik modern dan tradisional dalam membawakan semua lagunya. Bisa dikatakan hal yang dilakukan oleh kedua musisi tersebut untuk melestarikan budaya seni musik tradisional Indonesia.
Salah satu bentuk atau proses melestarikan budaya bisa dilihat pada pementasan musik Megalitikum Kuantum. Pada pementasan ini, terdapat perpaduan musik tradisional dan musik modern. Pementasan ini merupakan ide kreatif dari Rizaldie Siagian yang merupakan seorang musisi dan seniman. Megalitikum Kuantum memiliki arti langit yang merupakan atap dari segala unsur kehidupan seperti batu, air, kayu dan beberapa unsur lainnya. Unsur – unsur ini pun diambil dari seni musik tradisional Indonesia seperti jegog, gamelan, dan lain – lain.
Pementasan Megalitikum Kuantum menimbulkan beberapa Hak dan Hak Cipta dan bagaimana kedudukan seni musik tradisional dalam pementasana tersebut. Beberapa hak yang timbul dalam Hak Cipta merujuk pada Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta serta perlindungan musik tradisional merujuk pada Undang – Undang Nomor 5Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Kedua peraturan perundang – undangan tersebut memiliki ketentuan – ketentuan yang melindungi musik tradisional dan bagaimana jika muncul ciptaan baru karena perpaduannya dengan musik modern.

Traditional music in Indonesia is a cultural wealth that has existed since ancient times and continues to exist today. Traditional music that is diverse and has distinctive and unique characteristics certainly attracts people to learn it. So it is not uncommon for many musikians and artists to combine traditional music with modern musik to create new musikal creations. A lot of Indonesian traditional music is used abroad and even many foreigners have studied traditional Indonesian music such as gamelan, angklung, gong, and other musical arts. In fact, many Indonesian musikians combine traditional musik with modern music. For example, Balawan and Ethnic Percussion, who always present traditional music with modern music, then there is also an Emoni music group that uses modern and traditional music in performing all their songs. It could be said that the things done by the two musikians were to preserve the culture of Indonesian traditional music arts. One form or process of preserving culture can be seen in the Megalitikum Kuantum music performance. In this performance, there is a combination of traditional music and modern music. This performance is a creative idea from Rizaldie Siagian who is a musician and artist. Megalitikum Kuantum have the meaning of the sky which is the roof of all living elements such as stone, water, wood and several other elements. These elements are also taken from traditional Indonesian musik such as jegog, gamelan, and others. Megalitikum Kuantum performances give rise to several rights and copyrights and how the position of traditional music in the performance. Several rights arising in copyright refer Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 about Hak Cipta and and Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Both laws and regulations have provisions that protect traditional music and what if a new creation appears because of its combination with modern music."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Wijaya
"Kotagede merupakan kota yang unik, kota kecil ini merupakan bekas Ibu Kota kerajaan Mataram Islam, tahun 1586 sampai dengan tahun 1613. Tidak seperti kota bekas Ibu Kota kerajaan lainnya, yang kemudian menjadi kota mati atau merosot menjadi desa pertanian, setelah ditinggalkan oleh kerajaan yang berkuasa. Kotagede tetap bertahan sebagai kota. Keunikan Kotagede tidak hanya itu, pada zaman penjajahan Belanda, daerah ini tidak pernah menjadi Plandan, yaitu daerah jajahan yang digunakan untuk kepentingan V.O.C. terutama untuk menanam tanaman industri. Keunikan yang lain, hampir seluruh bangunan di Kotagede, dulunya merupakan bangunan tempat tinggal (rumah), dan hampir 98% penduduk Kotagede, adalah orang Jawa asli. Homogenitas ini hanya dapat disaingi oleh sebuah desa di Jawa Barat, desa Kedawung, yang penduduknya hampir 100% orang Sunda.
Wilayah penelitian meliputi bekas wilayah yang dikelilingi oleh Benteng Dalam (Cepuri) dari kerajaan Mataram Islam. Sebagian besar rumah yang ada di wilayah bekas Benteng dalam ini, merupakan rumah tradisional, yang termasuk kedalam wilayah tiga kalurahan yaitu, kalurahan Jagalan, Prenggan dan Purbayan. Rumah Tradisional Jawa tersebut, dibangun dengan dasar ide, gagasan atau pengetahuan orang Jawa, yang terangkum dalam kosmologi, klasifkasi simbolik dan pandcngan hidup masyarakat Jawa pada waktu itu. Sekarang, rumah tersebut dihuni oleh ahli warisnya, sebuah generasi yang kemungkinan besar memiliki nilai-nilai tradisi yang berbeda (sudah berubah). Perbedaan nilai-nilai kultural yang diyakini oleh penghuni yang berbeda generasi tersebut, menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi dalam menggunakan ruang-ruang pada rumah tinggalnya. Perubahan pada rumah tinggal yang disebabkan oleh perbedaan nilai-nilai yang diyakini itulah, yang menjadi sasaran utama penelitian ini
Perbedaan itu teraga dengan terjadinya perubahan fisik bangunan, ruang atau elemen-elemennya. Perubahan fisik tersebut antara lain terjadi pada ruang-ruang tidur, senthong, pendopo, jogan dan juga pada ruang servis. Selain perubahan secara fisik, terjadi juga perubahan cara penghuni memanfaatkan atau memfungsikan elemen, ruang atau bangunan, yang ada pada rumah tinggalnya. Perubahan seperti ini terjadi pada senthong tengah, pringgitan, emper maupun pendopo. Dari perubahan-perubahan tersebut, kemudian ditelusuri hal-hal yang menyebabkan terjadinya perubahan, selanjutnya akan diinterpretasikan makna yang terjadi.
Temuan pada penelitian kali ini adalah, bahwa ruang-ruang yang mempunyal fungsi sangat ketat (fix), seperti senthong tengah dan pringgitan, hampir seluruhnya telah mengalami perubahan fungsi. Sementara itu, ruang-ruang dengan fungsi yang fleksibel (serbaguna), seperti gandok, masih tetap bertahan. Rumah Jawa yang tadinya merupakan bangunan dengan sekat yang tidak permanen, yang mudah dibongkar pasang, telah berubah menjadi bangunan yang bersekat permanen dan masif. Pintu-pintu butulan dan luberan yang berada pada pagar bumi, yang sebelumnya merupakan sarana yang membentuk jaringan kerukunan antar hunian, tidak pernah digunakan lagi. Hal tersebut mengindikasikan terjadinya perubahan sosial pada masyarakat Kota Gede, yang semula ikatan komunalnya sangat tinggi, saat ini berubah menjadi lebih individualis. Penyusunan, pembentukan dan penggunaan ruang-ruang dalam komplek rumah Jawa, dahulu dilandasi kepentingan religius magis dan nilai-nilai filosofis yang tinggi, sekarang yang melandasi perubahan susunan, bentuk dan fungsi ruang adalah nilai-nilai praktis dan pragmatis.
Luasnya komplek rumah Jawa, dengan begitu banyaknya ruang atau unit bangunan, telah menyulitkan penghuninya yang sekarang, untuk dapat memanfaatkan dan memeliharanya secara optimal. Terjadi kecenderungan pengalihan hak (dijual), pada kelompok bangunan bagian depan (pendopo dan halamannya), serta pada bangunan-bangunan servis. Hal ini mengindikasikan makna bahwa, pendopo yang paling terakhir dibangun dalam proses pendirian rumah Jawa, bukan merupakan bangunan inti dari rumah Jawa. Bangunan inti rumah Jawa adalah dalem dengan senthongnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14341
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Tarumanegara
050 VIS 3:2 (2000)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Kadang, K.
Djakarta : Balai Pustaka, 1960
736.4 KAD u
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ati Waliati Sudradjat
"Penelitian, revitalisasi dan konservasi terhadap bangunan tradisional Betawi telah dilaksanakan Pemerintah DKI Jakarta dalam rangka melestarikan budaya Betawi dan meningkatkan peran pariwisata di Jakarta sebagai salah satu sumber devisa. Desa Marunda Pulo dan Karang Tengah di Rorotan merupakan kawasan Jakarta yang terjauh letaknya dari pusat kota. Desa Marunda Pulo penduduknya merupakan komunitas Betawi Pesisir yang pemukimannya terletak di tepi pantai dan dikelilingi sungai Blencong dan sungai Tiram sedangkan desa Karang Tengah di Rorotan pemukimannya terletak di tengah pesawahan yang sangat luas.
Kedua kawasan ini telah mengalami perubahan sosial budayanya sebagai akibat berkembangnya kawasan industri di sekitar pemukimannya. Walaupun modernisasi sedang dialami kedua masyarakat ini, tetapi pembangunan fisik di kawasan ini belum dirasakan hasilnya, tampak pada rumah tinggal dan kehidupan masyarakatnya.
Beberapa penduduk di kawasan ini masih memiliki rumah tradisional Betawi yang lingkungan dan rumah tradisional Betawi di sini memiliki keunikan yang belum disadari keberadaannya oleh Pemda DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan memberi masukan kepada Pemda DKI Jakarta, dengan mengidentifikasi perubahan fungsi ruang pada rumah tradisional Betawi yang sangat berpengaruh kepada bentuknya, sehingga masalahnya dapat diatasi saat restorasi dan konservasi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7169
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>