Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7982 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kadang, K.
Djakarta : Balai Pustaka, 1960
736.4 KAD u
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Azahar Asmawi
Selangor: Ilmu Bakti, 2011
736.409 59591 AZA u
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Ukiran adalah salah satu bentuk ornamen arsitektur, dalam konteks tuhsan ini adalah arsitektur trasional Nfinangkabau. Seperti ornamen tradional yang lain, ornamen ukiran di Rumah Gadang mempunyai ketentuan-ketentan yang berhubungan dengan adat-istiadat masyarakatuya. Ketentuan-ketentuan inilah yang digali pada tulisan ini. Dengan menggunakan studi literatur berbagai sumber buku, observasi ke lapangan dan wawancara dengan beberapa orang yang kompeten di bidangnya, seperti dosen Send Uldr IKiP Padang, Ninik mamak di Baru Sangkar, dan ahli ukir di Pandai Sikek Padang Panjang, penulis mencoba mengungkapkan hal-hal pokok yang berhubungan dengan om=en ukiran Rumah Gadang. Ornamen ukiran tradisional Rumah Gadang Minangkabau semuanya berwujudkan alam flora, yang tidak hanya berperan sebagai penghias belaka, meladnkan juga merupakan simbol yang mempunyai makna di dalamnya. Setelah ditehti ornamen ularan Rumah Gadang mempunyai hubungan yang erat dengan adat di Minangkabau. Adat Minangkabau berpengaruh terhadap ornamen ukiran Rumah Gadang, sehingga ornamen mempakan simbol dari perwujudan adat. Pengedaan ornamen ukiran selalu berhubungan dengan prinsip adat basandi syarak (adat bersendikan syarak) Yang mempunyai aai-alai alwn lakambang jadi guru (alam terkambang jadi guru) dengan kousep alue jo patuik (alur dan patut), ukue jo jangka (ukur dan jangka) dan raso jo pariso (rasa dan periksa) dengan dasar pola geometris."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48154
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Laksmi Gondokusumo
"ABSTRAK
The study is trying to understand how Tongkonan, the Toraja traditional architecture, in facing the influence of modern culture towards the traditional culture such as believes, values, regulation and habits of the Toraja community. Culture is a perception or knowledge of community such as believe, norms, as a reference in facing the environment, such as social environment and physical environment.
Now the social environment is gradually changing by the rush of tourism in Toraja. In the one hand Tourists exist to fulfill their social needs such as beautiful scenery, religious ceremony, Toraja traditional architecture (Tongkonan), etc, whilst tourism itself by their modern culture could influence the traditional culture of the Toraja community.
The changes caused by modernization process will be gradually changing the daily living pattern of the Toraja community; the questions will be derived such as :
(1) how far these changes eliminate Tongkonan function ?, and
(2) does Tongkonan as a physical traditional still needed by Toraja community
This study is trying to answer the above-mentioned questions by using survey method in the Tikuna Malenong village, Sanggalangi district at Toraja Regency as a sample. Questionnaire and interview are mainly emphasized on the community's daily habits and living pattern towards old ethnic tradition of Toraja, namely A7uk Todo7o, especially in conjunction with the traditional house of Toraja.
The result of the study are as follows :
1. The physical room lay-out is limited, so the movement of the inhabitant is also limited.
2. However, the present living pattern needs more flexibility then the room layout now adjusted as shown in the new Tongkonan namely Tongkonan Dilanggara.
3. Eventhough the modern culture influences the community living pattern, the old tradition is still reluctant to be changed as shown in the unchanged basic design of Tongkonan.
The benefits of the study is to provide an understanding of the attitude of ethnic community in facing the modern culture, how to maintain their living pattern through the cultural form such as the architecture of traditional house, and also as a suggestion to the decision maker in managing the Indonesian ethnic culture.

Kajian ini berusaha memahami pengaruh budaya masyarakat Toraja masa kini terhadap arsitektur tradisionalnya yang bernama Tongkonan. Yang dimaksud budaya disini adalah pandangan atau pengetahuan suatu masyarakat berupa kepercayaan, nilai-nilai, aturan-aturan yang menjadi acuan dalam bertindak guna menghadapi lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan fisik atau lingkungan buatan.
Kini lingkungan sosialnya telah berubah oleh adanya pariwisata yang makin meningkat. Para wisatawan disatu pihak hadir untuk suatu kebutuhan tertentu, dan melahirkan tuntutan yang akan dinikmatinya, misalnya keindahan alam Tana Toraja, upacara keagamaan, dan keberadaan arsitektur tradisional seperti Tongkonan tadi. Sementara itu wisatawan juga membawa pengaruh yang bersifat modern, berupa pengetahuan baru yang mungkin sekali mempengaruhi pengetahuan lama yang dimiliki orang Toraja.
Pengetahuan baru karena pengaruh pariwisata tadi menyebabkan orang Toraja menentukan pilihan, terutama yang menyangkut keberadaan Tongkonan. Pilihan itu harus diambil karena orang Toraja harus mempertahankan Tongkonan dan hal lain yang terkait dengan itu, misalnya upacara. Keutuhan Tongkonan memberi pengaruh terhadap peningkatan taraf hidup mereka, karena Tongkonan merupakan salah satu faktor yang menarik wisatawan.
Pengetahuan mereka yang berkembang menyebabkan perubahan persepsi mereka tentang kesehatan (penyediaan jamban dirumah), keamanan (kondisi dapur yang tidak mudah menimbulkan kebakaran), kesejahteraan: misalnya ruangan untuk kebutuhan pendidikan anak-anak mereka yang memenuhi syarat. Keadaan tersebut diatas melahirkan masalah yang akan dicoba difahami, meialui penelitian ini. Permasalahan yang timbul adalah :
1. Apakah fungsi Tongkonan akan tergeser karena perubahan pola hidup ?
2. Apakah masyarakat Toraja masih memerlukan suatu wujud budaya secara fisik dalam bentuk Tongkonan ?
Lokasi yang dipilih adalah desa Tikuna Malenong, kecamatan Sanggalangi Kabupaten Toraja, Sulawesi Selatan. Dipilih lokasi ini karena : masyarakatnya masih menganut adat istiadat etnik Toraja, lokasi Bering -dikunjungi wisatawan , sehingga diduga Bering berinteraksi dengan orang luar Toraja, kepadatan penduduknya paling tinggi dan lokasi memiliki obyek wisata cukup lengkap.
Data-data dikumpulkan dengan menggunakan cara pengambilan sampel acak sederhana. Data dikumpulkan dari responder melalui wawancara yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang terstruktur. Analisis data dilakukan secara diskriptif dan analisis uji statistik.
Kesimpulan yang didapat penelitian ini adalah :
1. Ditinjau dari segi kesehatan dan keselamatan lingkungan, bentuk Tongkonan asli tidak dapat dipertahankan.
2. Fungsi Tongkonan dasar belum tergeser, karena fungsi Tongkonan dapat dilengkapi dengan ruangan yang diinginkan. Kelengkapan ruangan itu dapat ditemui dalam Tongkonan Dilanggara.
3. Pengaruh tradisi dalam kaitannya dengan Tongkonan masih akan melekat dalam waktu cukup lama ditinjau dari perilaku masyarakatnya.
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memahami pandangan masyarakat Toraja dalam menghadapi modernisasi yang datang ke daerahnya. Dan bagaimana mempertahankan pola kehidupan melalui bentuk kultural seperti arsitektur rumah tradisional dan juga sebagai sumbang saran bagi pembuat keputusan dalam mengelola kebudayaan etnik di Indonesia.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meiza Rahmiani
"Di setiap kepulauan di Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda_Salah satu ideniitas suatu pendukung kebudayaan adalah bentuk arsitektur tradisional yang beraneka ragam jenisnya. Salah satu wujud dari bentuk arsitektur tradisional ini adalah bentuk rumah tradisional. Bila kita perhatikan, di setiap kepuiauan di indonesia memiliki bentuk rumah tradisional yang berbeda-beda. Salah satu perbedaan ini diperiihatkan pada bentuk atap rumah tradisional tersebut.
Dalam penulisan ini, penulis mencoba untuk meneiusuri akan terwujudnya bentuk-bentuk atap pada rumah tinggal Nias Selatan dan Tana Toraja dengan kajian dari sudut budaya. Kajian dikemukakan berdasarkan teori Amos Rapoport yang menyatakan bahwa faktor sosiai (ekonomi dan kepercayaan) merupakan faktor utama dalam terjadinya bentuk atap di muka bumi ini sedangkan faktortisik (iklim) merupakan faktor modifikasi saja.
Terwujudnya bentuk atap pada kedua wilayah ini sama-sama dipengaruhi oleh kebudayaan. Walaupun ragam dari kebudayaannya herbeda-beda_ Di Nias Selatan bentuk atapnya merupakan repiika Iapisan surga menuju sang pencipta dikaitkan dengan strata sosial, sedangkan di Tolaja bentuk atapnya lebih dipengaruhi oleh kebudayaan Dong Son seperti yang diungkapkan Dominig dalam penelitiannya walaupun unsur religi dan strata juga berpengaruh."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48341
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Azis Said
Yogyakarta: Ombak, 2004
728.899 22 ABD s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Hana Rapar
"Asma merupakan salah satu penyakit pernapasan kronis yang dapat menyerang semua kelompok usia. Prevalensi penyakit asma terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2019, tercatat sebanyak 262 juta penduduk dunia menderita penyakit asma dan sebanyak 461.000 kematian akibat asma. Pada tingkat nasional, prevalensi penyakit asma mencapai 2,4% pada tahun 2018. Tana Toraja merupakan salah satu kabupaten/kota yang termasuk dalam 10 kabupaten/kota di Indonesia dengan prevalensi asma tertinggi secara nasional (9,5%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko lingkungan rumah dengan kejadian asma di Kabupaten Tana Toraja. Variabel independen yang diteliti dalam penelitian ini adalah pajanan asap rokok, asap kayu bakar, dan asap obat bakar nyamuk, keberadaan hewan peliharaan, tikus, kecoa, karpet lantai, polen, dan jamur, serta riwayat asma keluarga. Penelitian ini dilakukan menggunakan desain penelitian case control. Sebanyak 148 masyarakat Tana Toraja terpilih dan bersedia mengikuti penelitian. Data penelitian diperoleh melalui pengisian kuesioner online dan wawancara via telepon. Data kemudian dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat menggunakan software IBM SPSS Statistics 22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajanan asap kayu bakar (OR = 2,39; 95% CI = 1,13-5,04) dan riwayat asma keluarga (OR = 6,04; 95% CI = 2,26-16,11) merupakan faktor risiko penyakit asma dan memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian asma. Sedangkan pajanan asap rokok (OR = 1,57; 95% CI = 0,79-3,14), obat bakar nyamuk (OR = 0,56; 95% CI = 0,17-1,80) keberadaan anjing (OR = 1,03; 95% CI = 0,39-2,73), kucing (OR = 0,69; 95% CI = 0,35-1,40), burung (OR = 0,94; 95%CI = 0,31-2,88), tikus (OR = 1,19; 95% CI = 0,60-2,39), kecoa (OR = 0,86; 95% CI = 0,41-1,79), karpet lantai (OR = 0,88; 95% CI = 0,44-1,75), polen (OR = 1,87; 95% CI = 0,91-3,87), dan jamur (OR = 0,61; 95% CI = 0,27-1,39) tidak memiliki hubungan bermakna dengan kejadian asma secara statistik. Berdasarkan hasil analisis multivariat diketahui bahwa riwayat asma keluarga merupakan faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian asma di Tana Toraja (p = 0,000)

Asthma is a chronic respiratory disease that can affect all age groups. The prevalence of asthma continues to increase from year to year. In 2019, there were 262 million people worldwide suffering from asthma and as many as 461,000 deaths from asthma. At the national level, the prevalence of asthma reached 2.4% in 2018. Tana Toraja is one of the 10 districts/cities in Indonesia with the highest prevalence of asthma nationally (9,5%). This study aims to determine the relationship between risk factors in the home environment and the incidence of asthma in Tana Toraja Regency. The independent variables examined in this study were exposed to cigarette smoke, firewood smoke, and mosquito coils, the presence of pets, rats, cockroaches, floor carpets, pollen, and mold, and a family history of asthma. This research was conducted using a case-control tool research design. A total of 148 people from Tana Toraja were selected and agreed to participate in the research. The research data was obtained by filling out online questionnaires and telephone interviews. Data were then analyzed univariately, bivariate, and multivariate IBM SPSS Statistics 22 software. The results showed that exposure to firewood smoke (OR = 2,39; 95% CI = 1,13-5,04) and a family history of asthma (OR = 6,04; 95% CI = 2,26-16,11) is a risk factor for asthma and a significant relationship with the incidence of asthma. While exposure to cigarette smoke (OR = 1,57; 95% CI = 0,79-3,14), mosquito coils (OR = 0,56; 95% CI = 0,17-1,80) the presence of dogs (OR = 1,03; 95%CI = 0,39-2,73), cats (OR = 0,69; 95%CI = 0,35-1,40), birds (OR = 0,94; 95%CI = 0,31-2,88), mice (OR = 1,19; 95%CI = 0,60-2,39), cockroaches (OR = 0,86; 95%CI = 0,41-1,79 ), floor carpet (OR = 0,88; 95%CI = 0,44-1,75), pollen (OR = 1,87; 95%CI = 0,91-3,87), and mold (OR = 0,61; 95% CI = 0,27-1,39) did not have a statistically significant relationship with the incidence of asthma. Based on the results of a multivariate analysis it is known that a family history of asthma is the most important risk factor for the incidence of asthma in Tana Toraja (p = 0,000)"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amatory Pramesti Tandungan
"Toraja terkenal dengan rumah adatnya yaitu, Tongkonan dan juga upacara kematiannya yakni Rambu Solo’. Dalam pelaksanaan Rambu Solo’ tidak terlepas aturan-aturan yang terdapat dalam kepercayaan Aluk Todolo sebagai warisan leluhur masyarakat Toraja secara khusus kosmologinya. Pengaruh tersebut juga terlihat di rumah adat Toraja, yakni tongkonan. Dalam rambu solo’ sendiri ada beberapa tingkatan dengan berbagai macam kegiatan. Dalam skripsi ini dibahas mengenai keselarasan pola ruang yang ada dalam tongkonan dan juga rambu solo’. Data-data didapatkan melalui penelusuran studi literatur, survey langsung, wawancara, dan dilengkapi dengan menonton video dokumentasi. Untuk memperjelas keselarasan yang ada antara tongkonan dan rambu solo’ digunakan variabel yang sama untuk analisis organisasi ruangnya yakni, organisasi spasial, orientasi, sirkulasi, dan juga sumbu. Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa keselarasan antara tongkonan dan rambu solo’ terlihat di organisasi spasial, orientasi dan juga sumbunya.

Toraja is famous for its traditional house, the Tongkonan, and its death ceremony, Rambu Solo'. The implementation of Rambu Solo' cannot be separated from the rules contained in the belief of Aluk Todolo as the ancestral heritage of the Toraja people, specifically its cosmology. This influence can be seen in the Toraja traditional house, namely the tongkonan. In rambu solo' itself, there are several levels with various kinds of activities. This thesis discusses the alignment of the spatial patterns in the tongkonan and the rambu solo. The datas are collected through literature study, direct surveys, interviews, and equipped with watching video documentation. To clarify the interrelationship between tongkonan and rambu solo', the same variables are used to analyze the spatial organization, such as spatial organization, orientation, circulation, and axes. Based on the analysis conducted, it can be concluded that the alignment between the tongkonan and the rambu solo' is seen in the spatial organization, orientation, and also the axis."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
... vol
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>