Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7677 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amin Sami Pasha
"Buku ini memuat sejarah Mesir dari tahun 1517 sampai dengan 1882.
dalam pada bagian awal kita melihat timeline sejarah Mesir.
pada bagian selanjutnya akan di bahsa mengenai tentang keadaan geografi, budaya, sosial, politik.
Buku ini menyajikan gambar-gambar peminpin Mesir masa Turki Ottoman,"
Kairo: Mataba'at Dar al-Kutub al-Misriyyah, 1936
ARA 962.03 SAM t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kashif, Sayyidat Ismail
"Buku ini menjelaskan Sejarah sejak zaman prasejarah hingga zaman dinasti Fatimiyah"
Kairo : Matba'at Jami'at Fu'ad, 1950
ARA 962.02 KAS m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Ibrahim Abduh
"Buku ini membahas mengenai sejarah kolonialisme di negara-negara di kawasan sepanjang sungai Nil, Afrika Utara. Hal-hal yang dibahas di antaranya yaitu kolonialisme di Afrika hingga akhir abad ke-19, kompetisi internasional di negara-negara kawasan sungai Nil, pembaharuan Sudan, dan hal-hal lain tentang kolonialisme negara-negara Eropa di Afrika Utara."
Kairo: Maktabat al-Anjlu al-Misriyyah, 1958
961.03 A 44 m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Meital, Yoram
"Revolutionary Justice narrates the power struggle between the free officers and their adversaries in the aftermath of Egypts July revolution of 1952 by studying trials held at the revolutions court and the peoples court. The establishment of these tribunals coincided with the most serious political crisis between the new regime and the opposition, primarily the muslim brothers and the wafd party, but also senior officials in the previous government. By this point, the initial euphoria and the unbridled adoration for the free officers had worn off, and the focus of the public debate shifted to the legitimacy of the armys continued rule. Revolutionary justice focuses on what happened both within and outside the courtroom. The tribunals transcripts, which constitute the prime source of this study, afford a rare glimpse of the direct dialogue between opposing parties. The books principle argument is that the rhetoric generated by Egypts special courts played a crucial role in the denouement of the countrys political struggles, the creation of new historical narratives, and the shaping of both the regimes and the oppositions public image. The courtroom deliberations perpetuated the prevailing emergency atmosphere, which helped the junta tighten its grip on the helm and advance its plans for a new dispensation. At the same time, the responses of defendants and witnesses during the trials exposed weaknesses in the official hegemonic narrative. Paradoxically, oppositional views that the regime tirelessly endeavored to silence were tolerated and recorded in the courtroom."
Oxford: Oxford University Press, 2017
e20469921
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Abou-El-Fadl, Reem
"After the Second World War, Turkey and Egypt were among the most dynamic actors in the Middle East. Their 1950s foreign policies presented a puzzle, however: Turkey's Democrat Party pursued NATO membership and sponsored the pro-Western Baghdad Pact regionally, while Egypt's Free Officers promoted neutralism and pan-Arab alliances. This book asks why: what explains this divergence in a shared historical space? Rethinking foreign policy as an important site for the realisation of nationalist commitments, Abou-El-Fadl finds the answer in the contrasting nation making projects pursued by the two leaderships, each politicised differently through experiences of war, imperialism and underdevelopment. Drawing on untapped Turkish and Arabic sources, and critically engaging with theories of postcolonial nationalism, she emphasises local actors' agency in striving to secure national belonging, sovereignty and progress in the international field. Her analysis sheds light on the contemporary legacies of the decade which cemented Turkey's position in the Western Bloc and Egypt's reputation as Arab leader."
United Kingdom: Cambridge University Press, 2018
e20528937
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Lodewik, Emil
[T.t.] Dar al-Ma'arif 1951
916.21 L 304 n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Alice Armini
"BAB I PENDAHULUAN
1.1. Drama Klasik di Perancis, dan Konteks Sejarah Abad Ke--17.
Kiasisisme sebagai aliran sastra berkembang di Perancis selama abad ke-17, dan dirumuskan melalui peraturan-peraturan penu1isan yang ketat. Yang berkuasa menentukan peraturan tersebut adalah Academia, Francaise yang didirikan oleh, Richelieu pada tahun 1635 dengan tujuan mengarahkan kehidupan sastra. Sastra harus menggambarkan kebenaran yang dapat diterima oleh masyarakat (Vraisemb1able). Yang dituntut adalah kewajaran dan kebenaran dalam bentuk dan isi (Mieke Bal, 1987:158).
Drama Klasik abad ke-17 juga memiliki kaidah-kaidah yang harus dipatuhi, yang dikenal dengan les trois Unites (tiga kesatuan), yaitu unite d? action (kesatuan lakuan), unite de temps (kesatuan waktu), dan unite de lieu (kesatuan tempat) : cerita yang dipentaskan hanya boleh terjadi dalam satu hari, di satu tempat, dan lakuan harus sederhana, artinva terdiri dari satu alur saja dengan struktur dari paparan sampai selesaian. Selain aturan tersebut dituntut juga adanya kepatuhan akan konvensi moral, sosial dan bahasa (bienseance), yang telah disepakati masyarakat jaman itu.
Perkembangan drama klasik sesuai dengan rejim politik dan situasi social budaya, dibagi tiga periode yang berhubungan dengan tiga zaman yaitu :
1. Masa pemerintahan Ratu Marie de Medicis dengan Perdana Menterinya Kardinal Richelieu, yang mewakili kekuasaan anaknya Louis XIII, yang baru berusia 9 tahun ketika harus naik tahta.
2. Masa Pemerintahan Perwalian berikutnya setelah kematian Louis XIII dan Richelieu pada tahun1643, adalah pemerintahan Anne d' Autriche, ibu Louis XIV, yang pada masa itu masih berusia 5 tahun. masa itu ditandai oleh meletusnya La Fronde, yakni pemberontakan kaum bangsawan dan sekelompok pemuka dalam parlemen Peraneis yang ingin pula berkuasa.
3. Setelah Mazarin wafat pada tahun 1661 Masa pemerintahan Monarki Absolut oleh Louis XIV ini merupakan masa kejayaan klasisisme sebagai paham yang mengagungkan keteraturan tatanan di segala bidang.
Pada akhir masa pemerintahan raja Henri IV kondisi teater dan drama dianggap kurang baik, karena belum mendapat perhatian dan bantuan keuangan dari pemerintah, dan dianggap kurang pantas bagi kaum intelektual dan dipertunjukkan di hadapan Pemuka Istana. Baru pada awal pernerintahan Richelieu, kondisi drama mulai berubah dan membaik. Perhatian Richelieu pada karya seni sangat besar, dia memberi semangat dan sekaligus perlindungan pada pengarang dan pemain drama, juga mendirikan sebuah tempat pertunjukan teater.
Berkat dorongan dari Richelieu, banyak pengarang drama mulai mengarahkan perhatiannya pada peraturan bentuk drama. Pada tahun 1629, para pemain drama Raja (Les Comediens du roi) menetap di Hotel de Bourgogne1. Untuk pertama kali drama menjadi genre sastra yang sangat dihargai dan mulai dipentaskan di hadapan kalangan bangsawan dan kalangan istana; jenis sastra ini mulai menghormati konvensi-konvensi klasik seperti Bienseance, agar para penonton tidak merasa khawatir atau tersinggung pada waktu menyaksikan sebuah adegan drama (Scherer, 1986:426)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wertheim, W.F. (Willem Frederik)
Amsterdam: Wereldbibliotheek, 1953
BLD 909.82 WER m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Berlin, Isaiah
New York : The American Library, 1956
190 BER a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kim, Yong Na
Seoul: Hollym, 2005
KOR 709.519 KIM m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>