Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 47402 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ayni Suwarni
"ABSTRAK
Mediasi pada hakikatnya merupakan suatu proses
negosiasi penyelesaian masalah di mana suatu pihak luar
tidak berpihak atau netral dan tidak bekerjasama dengan
para pihak yang bersengketa untuk membantu mereka guna
mencapai suatu kesepakatan hasil negosiasi yang
memuaskan. Dalam ketentuan Pasal 2 Peraturan Mahkamah
Agung Republik Indonesia No. 2 tahun 2003 disebutkan,
bahwa semua perkara perdata yang diajukan ke pengadilan
tingkat pertama wajib untuk lebih dahulu diselesaikan
melalui perdamaian dengan bantuan mediator. Mediasi pada
prinsipnya merupakan salah satu proses penyelesaian
sengketa yang lebih cepat dan lebih murah, serta dapat
memberikan akses kepada para pihak yang bersengketa untuk
memperoleh keadilan atau penyelesaian yang memuaskan.
Masalah yang dibahas dalam Penulisan tesis ini adalah
kasus gugatan perkara No. 539/Pdt.G/2003/PN.Jkt.Pst yang
diselesaikan melalui proses mediasi (Akta Perdamaian No.
539/Pdt.G/2003/PN.Jkt.Pst) . Penulisan tesis ini
menggunakan metode penelitian normatif empiris dengan
alat pengumpulan data kepustakaan atau data sekunder yang
terdiri atas bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan
bahan hukum tertier. Data sekunder tersebut juga didukung
oleh wawancara yang dilakukan oleh nara sumber selaku
mediator yaitu Hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
di Jakarta. Dalam tesis ini akan diteliti upaya
penyelesaian damai melalui mediasi di mana pihak yang
bersengketa adalah PT Petrowidada melawan PT. Perjahl
berdasarkan Surat Gugatan No. 539/Pdt.G/2003/PN.Jkt.Pst.
Pokok permasalahan yang dapat dikemukakan adalah
bagaimana mekanisme atau prosedur penyelesaian sengketa
melalui mediasi dan mengapa para pihak yang bersengketa
bersedia menyelesaikan perselisihannya melalui jalur
mediasi. Tujuan proses mediasi adalah suatu kesepakatan
yang memuaskan bagi para pihak yang bersengketa, melalui
proses identifikasi kepentingan dan perumusan opsi serta
alternatif yang sesuai dengan kepentingan para pihak."
2005
T37746
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Faisal Alhaq
"Skripsi ini membahas tentang penyelesaian utang piutang melalui permohonan pernyataan pailit, penundaan kewajiban pembayaran utang, dan gugatan wanprestasi. Disamping itu, Skripsi ini membahas mengenai pembuktian sederhana dalam permohonan pernyataan pailit berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dan membahas mengenai urgensi pengaturan dan penerapan insolvency test di Indonesia. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia telah memberikan dampak yang tidak menguntungkan terhadap perekonomian nasional sehingga menimbulkan kesulitan dalam meneruskan kegiatan usahanya dan proses penyelesaian utang piutang. Penelitian ini menggunakan metode yuridis-normatif dengan cara studi kepustakaan didukung dengan hasil wawancara dari beberapa narasumber. Pembuktian dalam kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang seharusnya tidak hanya pembuktian formil saja, tetapi juga pembuktian materiil. Insolvency test adalah alternatif yang tepat untuk menggantikan pembuktian sederhana dalam menentukan apakah debitor dapat dinyatakan pailit atau tidak. Penyelesaian utang piutang melalui kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang di pengadilan niaga merupakan alternatif dalam penyelesaian utang piutang yang lebih cepat daripada melalui gugatan wanprestasi di pengadilan negeri karena waktu penyelesaian perkara permohonan pernyataan pailit dan penundaan kewajiban pembayaran utang dibatasi oleh undang-undang. Upaya hukum kepailitan hanya tingkat pertama, kasasi, dan peninjauan kembali, sedangkan penundaan kewajiban pembayaran utang tidak dapat diajukan upaya hukum apa pun.

This thesis discusses debt settlement through the petition for a declaration of bankruptcy, suspension of obligation for payment of debts, and breach of contracts lawsuit. In addition, this thesis discusses there are facts or circumstances summarily proving that the conditions for a declaration of bankruptcy  based on Law  Number 37 of 2004 on Bankruptcy and Suspension of Obligation For Payment of Debts and discusses the urgency of regulation and implementation of insolvency tests in Indonesia. The monetary crisis in Indonesia brings adverse impact on national economy, causing difficulties in continuing its business activities and the process of debt settlement. This research  is normative judicial research which some of data based on the related literatures and interviews. the petition for a declaration of bankruptcy and Suspension of Obligation For Payment of Debts should not only be formal proof, but also material evidence. Insolvency test is the right alternative to replace simple evidence in determining whether the debtor can be declared bankrupt or not. Debt settlement through the petition for a declaration of bankruptcy and suspension of obligation for payment of debts  in commercial courts is an alternative debt settlement solution that is faster than a default claim in a district court because the time of settlement of the case for bankruptcy and suspension of obligation for payment of debts. Bankruptcy The legal remedies are only the first level, cassation, and judicial review, while there are no legal actions could be taken against the decision on suspension of obligation for payment of debt.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Kusuma Ambarsari
"ABSTRAK
Dalam pelaksanaan kegiatan usaha Perbankan, sering kali hak-hak nasabah tidak dapat terlaksana dengan balk sehingga menimbulkan friksi antara Nasabah dan Bank. Tidak adanya mekanisme standar dalam penanganan pengaduan Nasabah selama ini menyebabkan sengketa antara Nasabah dan Bank cenderung berlarut-larut. Antara lain ditunjukkan dengan cukup maraknya keluhan-keluhan Nasabah di berbagai media, hal itu dapat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga Perbankan dan berakibat pada reputasi jangka panjang bank tersebut. Bank Indonesia dalam Arsitektur Perbankan Indonesia menyatakan akan mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan. Perlindungan terhadap Nasabah merupakan tantangan perbankan yang berpengaruh secara langsung terhadap sebagian besar masyarakat kita. Oleh karena itu, tantangan untuk menciptakan standar yang jelas dan mudah dipahami dalam membentuk mekanisme penyelesaian sengketa transaksi keuangan Nasabah menjadi suatu hal yang tidak dapat dikesampingkan. Dengan demikian dibentuklah Mediasi Perbankan yang saat ini dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Dengan dibentuknya Mediasi Perbankan ini nasabah dilindungi dari dominasi bank dalam menyelesaikan sengketa, khususnya bagi nasabah kecil yang sulit mendapatkan akses hukum karena keterbatasannya. Sesuai dengan amanat PBI Nomor 8/5/PBI/2006 tentang Mediasi Perbankan, fungsi Mediasi Perbankan ini akan dilaksanakan oleh asosiasi perbankan. Tetapi yang berkembang asosiasi perbankan saat ini dirasakan kurang cocok untuk melaksanakan fungsi ini karena ditakutkan akan muncul esprit de corps,apalagi bank sebagai pihak yang bersengketa. Menurut penulis, dalam suatu kondisi yang ideal dengan menjunjung independensi mediasi, sebaiknya fungsi ini dilaksanakan oleh lembaga independen yang mediatornya dipilih dari seleksi umum. Tetapi dengan keterbatasan pendanaan, sarana, dan cakupan wilayah, fungsi ini dapat terus dilaksanakan Bank Indonesia dengan melakukan pengembangan dan perbaikan aturan agar mediasi ini dapat menjadi alternatif penyelesaian sengketa yang handal dan memberikan hasil positif bagi nasabah dan bank."
2007
T18896
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Takdir Rahmadi
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010
303.69 TAK m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Salomo Sahap PM
"Skripsi ini membahas penyelesaian sengketa bisnis melalui mediasi sebagai salah satu alternatif penyelesaian sengketa bisnis di Indonesia. Sengketa bisnis memiliki karakter yang agak berbeda dengan sengketa pada umumnya, sehingga memerlukan cara penyelesaian yang berbeda pula. Komunikasi yang terputus menyulitkan para pihak untuk sepakat memilih penyelesaian melalui mediasi, khususnya mediasi di luar pengadilan. Pembahasan proses mediasi yang dilakukan penulis dalam menyelesaikan beberapa sengketa bisnis, memberikan gambaran yang jelas mengenai karakter sengketa bisnis dan proses penyelesaiannya. Mediator tipe vested interest mediator yang penulis terapkan ternyata dapat membantu para pihak untuk mengungkap dan menyelesaikan sengketa bisnis melalui mediasi. Vested interest mediator menyimpangi asas impartial, namun efektif untuk penyelesaian sengketa bisnis. Kesepakatan Perdamaian sebagai hasil akhir dari mediasi yang berhasil, dapat digugat menjadi Akta Perdamaian sehingga mempunyai kekuatan hukum seperti putusan pengadilan pada tingkat penghabisan. Wanprestasi terhadap Kesepakatan Perdamaian mungkin saja terjadi jika masih ada prestasi yang harus dipenuhi. Penggunaan lembaga jaminan kebendaan dalam Kesepakatan Perdamaian diharapkan dapat lebih memberikan kepastian hukum.

This thesis disseminates mediation as a means of settling business disputes in Indonesia. Business disputes are slightly different from disputes in general and for that reason a different approach and style of settlement needs to be applied. Where communication has ceased to exist between the disputing parties, it could be difficult to apply mediation, especially in cases where such disputes are not brought before the court of law. The mediation process to settle some business disputes done by the writer gives clear picture of business dispute character and settlement. Obviously, vested interest mediator that the writer applied to the cases can be very helpful in settling business disputes through mediation. Vested interest mediator deviating from impartial principle, but it works effectively for the settlement of business disputes. A settlement agreement resulting from a successful mediation process can be broungt before court of law to be legalizaed by the court of law as an Akta Perdamaian. It is final and binding, has the force of law, and consequently can be enforced with the assistance of the court in the event that one of the parties does not satisfy his obligation pursuant to the settlement agreement. I would therefore recommend the use of some kind of collateral to ensure that any and all obligation pursuant to the settlement agreement can be enforced accordingly."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
S24756
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiana Anugrahwati
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010
T28529
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2002
S22040
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhika Perdana
"ABSTRAK
Tesis ini membahas perbandingan penyelesaian sengketa antara nasabah dengan bank melalui mediasi perbankan dengan penyelesaian sengketa melalui mediasi di pengadilan. Adanya sengketa antara nasabah dengan bank tidak harus diselesaikan melalui pengadilan melainkan dapat diselesaikan melalui suatu mediasi perbankan yang diajukan oleh salah satu pihak (Bank atau Nasabah). Dalam mediasi perbankan, Bank Indonesia bertindak sebagai penengah. Mediasi perbankan dapat mempermudah dan mempersingkat waktu dalam suatu penyelesaian sengketa perbankan antara nasabah dan bank karena pengajuannya tidak melalui prosedur gugatan seperti prosedur mediasi di pengadilan yang cenderung rumit dan memakan waktu yang lama Hasil dari mediasi perbankan merupakan kesepakatan bersama para pihak yang mempunyai kekuatan mengikat. Penelitian ini menggunakan metode normatif. Hasil penelitian menyarankan agar jika terjadi sengketa antara nasabah dan bank, mediasi perbankan merupakan pilihan yang efektif karena selain mempersingkat waktu juga hasil mediasi dapat dilaksanakan oleh kedua belah pihak.

ABSTRACT
The focus of this study is a comparison between the customer dispute resolution through mediation with the bank with the banking dispute resolution through mediation in the courts. The existence of disputes between customers and banks do not have to be settled through the courts but can be resolved through a mediation banks filed by one party (the Bank or the Customer). In mediation banking, Bank Indonesia acting as a mediator. Mediation can facilitate banking and shorten the time in a banking dispute resolution between the customer and the bank because the request was not in a procedure such as a lawsuit in court mediation procedures which tend to complex and time consuming results of banking mediation is an agreement with the parties that have binding force. This research using normative methods. The results suggest that in the event of disputes between customers and banks, banking mediation is an effective option because in addition to shortening the results of mediation can be implemented by both parties."
2009
T26699
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Liza Roihanah
"ABSTRAK
Perkembangan teknologi dan informasi yang sedemikian pesatnya menjadi
alternatif untuk melakukan kegiatan bisnis dalam sistem komunikasi elektroniki
global yang sekarang dikenal dan disebut dengan electronic commerce (e-commerce)
atau perdagangan elektronik. Lintas batas negara sekarang ini bukan lagi menjadi
hambatan seseorang untuk melakukan kegiatan bisnis atau transaksi perdagangan.
Media yang digunakan untuk mengatasi perbedaan negara tersebut adalah internet.
Internet dapat memfasilitasi suatu perikatan tanpa para pihak bertemu secara fisik
dalam ruang dan waktu yang sama. Dalam e-commerce, suatu peijanjian dapat dibuat
secara online. Perjanjian perdagangan secara online terdiri dari penawaran dan
penerimaan sebagaimana perdagangan secara konvensional. Pembentukan kontrak
dagang harus juga menyepakati tentang penyelesaian sengketa untuk mengantisipasi
kemungkinan dari para pihak melakukan wanprestasi yang dapat ditempuh melalui
jalur litigasi atau non litigasi. Ketentuan mengenai komunikasi elektronik dan
penyelesaian sengketa harus mepiperhatikan dan mencakup mengenai perlindungan
konsumen.
Bagaimana ketentuan hukum tentang penyelesaian sengketa internasional dan
nasional mengenai kebebasan para pihak (party autonomy) untuk menentukan pilihan
hukum ((choice o f forum) dan pilihan forum (choice o f forum). Bagaimana ketentuan
hukum yang melindungi konsumen dalam penggunaan komunikasi elektronik untuk
kontrak dagang internasional antara Business to Consumer (B2C). Bagaimanakah
proses penyelesaian sengketa yang sesuai dengan hukum di Indonesia mengenai
perdagangan internasional melalui internet Business to Consumer (B2C). Penelitian
ini menggunakan metodologi yuridis normatif. Pada umumnya, penelitian yuridis
normatif merupakan studi dokumentasi dengan menggunakan data sekunder. Data
sekunder tersebut dapat dikualifikasi sebagai bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder, dan bahan hukum tersier.
Prosedur penyelesaian sengketa dalam kontrak dagang adalah suatu
kesepakatan kedua belah pihak yang dicantumkan ke dalam kontrak dagang dengan
menentukan choice oflaw dan choice o f forum melalui jalur litigasi (pengadilan) atau
non litigasi (alternatif penyelesaian sengketa). Masing-masing sistem hukum common
law dan civil law mengakui adanya suatu transaksi e-commerce dengan membuat
ketentuan dan peraturaan yang mengaturnya dan juga memuat mengenai upaya
perlindungan konsumen dalam transaksi e-commerce. Penyelesaian sengketa ecommerce
yang akhir-akhir ini melalui dipraktekkan secara online (
resolution) bisa dijadikan suatu alternatif berdasarkan kesepakatan para pihak untuk
menggunakan jalur tersebut. Penyelesaian sengketa di Indonesia tidak boleh
melanggar ketertiban umum yaitu mengenai perlindungan konsumen, hendaknya
dilakukan dengan proses cepat, adil dan mudah dilakukan.

ABSTRACT
Development of technology information at full speed becomes an alternative
to conduct business to activity in global electronic communication system nowadays
known as and named with electronic commerce (e-commerce). Cross-border country
now not becomes inhibiting people to conduct business or trade transaction anymore.
The use of medium to overcome the distinction country is internet. Internet can
facilitated an agreement without each parties meet in one time and one dimensions
physically. On the e-commerce, an agreement can be formed by online. Online trade
transactions agreement comprising with offer and acceptance as the conventional
trade transaction. Formation of trade contract must also form with an agreement of
dispute resolution for the anticipation feasibility of the party whose breach the
contract to go trough of litigation and non litigation. The provision of electronic
communication and the settlement of dispute resolution shall have concern and
provide with consumer protection.
How the provision of law about international and national dispute resolution
specifically concern with party autonomy to establish choice of law and choice of
forum. How the provision of law to protect the consumer which is use electronic
communication for the international trade contract between businesses to consumer
(B2C). How the legal action (process) of dispute resolution according with
Indonesian law concern with international trade by means o f internet business to
consumer (B2C). This research uses the normative juridical methodology. In general,
normative juridical research constitute with study documentation which is use
secondary data. The secondary data can be qualified in primary law material,
secondary law material and tertiary law material.
Mechanism of dispute resolution in the trade contract is an agreement
between the party included in their trade contract determining with choice of law and
choice of forum through of litigation (by court) and non litigation (alternative dispute
resolution). Each of common law and civil law system recognizing of e-commerce
transaction with make the provision and rules of e-commerce and also provision of
consumer protection in e-commerce. Recently, online dispute resolution adjusting in
the settlement of e-commerce dispute resolution, it can be an alternative if based on
agreement between the parties. In Indonesia, dispute resolution should conducted
with expressly, fair, easy to be done and not against of public policy in Indonesia
relating with consumer protection."
2008
T36842
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Winner
"Menjelang dan memasuki abad ke-21 atau era globalisasi batas-batas antara negara yang satu dengan yang lain menjadi tidak jelas, dunia telah menjadi suatu perkampungan global dengan satu sistem perekonomian. Konsekuensi dunia bisnis sebagai suatu perkampungan global dalam kesatuan ekonomi tanpa batas, dengan sendirinya membawa bangsa Indonesia ke kancah bisnis global, perdagangan bebas, dan persaingan bebas. Intensitas hubungan perdagangan dan investasi antara masyarakat bisnis, baik domestik maupun internasional, semakin meningkat. Meningkatnya intensitas perdagangan dan investasi itu tidak hanya akan menimbulkan dinamika ekonomi yang makin tinggi, tetapi juga akan meningkat pula intensitas konflik-konflik (sengketa) di antara mereka. Menghadapi kondisi yang seperti ini, diperkirakan sistem peradilan, baik domestik maupun asing, tidak akan mampu memenuhi kebutahan masyarakat bisnis yang semakin kompleks. Penyelesaian melalui pengadilan kurang efektif dan efisien untuk penyelesaian sengketa bisnis internasional karena waktunya lama, memakan tenaga, memerlukan biaya tinggi, dan sering putusannya kurang memuaskan. Oleh karena itu diperlukan suatu alternatif penyelesaian sengketa selain pengadilan. Dewasa ini di negara-negara lain telah dikembangkan suatu alternatif penyelesaian sengketa selain dari pengadilan dan arbitrase, seperti : mediasi, konsiliasi, minitrial, dan lain-lain. Arbitrase yang semula sangat efektif dan efisien untuk penyelesaian sengketa bisnis telah menjadi sangat formal dan kurang efektif. Mediasi sebagai salah satu alternatif penyelesaian sengketa telah berkembang cult-up pesat negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Australia, Kanada, Hong Kong, Jepang, Korea Selatan, Inggris, Singapura, dan lain-lain. Mediasi dipilih dan dikembangkan karena waktunya singkat, biaya retatif lebih ringan, hasilnya memuaskan para pihak (win-win solution). Di negara-negara itu mediasi telah melembaga sebagai alternatif penyelesaian sengketa bisnis. Secara internasional mediasi juga telah digunakan sebagai alternatif penyelesaian sengketa bisnis oleh lembaga-lembaga penyelesaian sengketa bisnis internasional, seperti : American Arbitration Association (AAA), International Chamber of Commerce (ICC), UNCITRAL, World Intellectual Property Organization (WIPO), dan Commercial Arbitration and Mediation Centre for Americas (CAMCA). Mediasi telah dikenal dalam sistem hukum Indonesia, tetapi tidak dapat berkembang dengan baik. Hal ini disebabkan oleh belum melembaganya mediasi sebagai penyelesaian sengketa bisnis. Belum melembaganya mediasi sebagai penyelesaian sengketa bisnis meliputi : peraturan perundang-undangan, prosedur pendayagunaan, sumber daya manusia, penyedia jasa mediasi, sumber dana, dan pemasyarakatan. Oleh karena itu pengembangan mediasi sebagai alternatif penyelesaian sengketa bisnis di Indonesia harus secara kelembagaan."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>