Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104181 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nasution, Muhammad Fadli
"ABSTRAK
Siapa pun memenuhi fungsi ditentukan oleh hukum
order adalah organ. Fungsi-fungsi ini, baik itu dari normcreating sebuah
atau karakter norma-menerapkan, semua
akhirnya ditujukan pada pelaksanaan sanksi hukum. Sebuah
organ, dalam pengertian ini, merupakan indvidual memenuhi tertentu
fungsi. Dia adalah organ karena dan sejauh ia
melakukan hukum menciptakan atau fungsi hukum yang berlaku. tidak semua
individu yang benar-benar berfungsi sebagai organ dari Statein arti yang lebih luas memegang posisi resmi. Itu
negara bertindak hanya melalui organ-organnya, tatanan hukum dapat
dibuat dan hanya diterapkan oleh individu yang ditunjuk oleh
tatanan hukum itu sendiri. Di Indonesia, pemuda nasional utama
tubuh koordinatif adalah Dewan Pemuda Nasional
Indonesia - Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Itu
organisasi, didirikan pada tahun 1973, memiliki keanggotaan yang
terdiri dari empat tingkat. Pertama, pada dasarnya, terdiri
dari semua pemuda Indonesia. Kedua, anggota biasa yang
papan KNPI dan organisasi masyarakat pemuda. Ketiga,
anggota ekstra-biasa adalah orang-orang dengan kemampuan dan
keterampilan dalam bidang apapun yang compartible dengan
tujuan KNPI, dan forthly, anggota terhormat adalah
formal, tokoh masyarakat resmi yang telah berkontribusi
pengembangan pemuda community.KNPI bertujuan untuk mempertahankan
dan melaksanakan Pancasila (dasar negara), UDD
1945 (konstitusi negara), dan untuk membangun
luas di kalangan generasi muda Indonesia di
tertentu, dalam masyarakat Indonesia pada umumnya, yang mendalam
pemahaman tentang prinsip-prinsip negara. Kegiatan
KNPI terdiri dari pengorganisasian pelatihan kepemimpinan, teknis
pelatihan keterampilan, tur bekerja, program-program pembangunan, dan
pendidikan politik bagi Pemuda Indonesia untuk mempromosikan mereka
kesadaran nasional.

ABSTRACT
Whoever fulfills a function determined by the legal
order is an organ. These functions, be they of a normcreating
or of a norm-applying character, are all
ultimately aimed at the execution of a legal sanction. An
organ, in this sense, is an indvidual fulfilling a specific
function. He is an organ because and in so far as he
performs a law-creating or law-applying function. not every
individual who actually functions as an organ of the State in the wider sense holds the position of an official. The
State acts only through its organs, the legal order can be
created and applied only by individuals designated by the
legal order itself. In Indonesia, the major national youth
coordinative body is the National Youth Council of
Indonesia - Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). The
organization, founded in 1973, has a membership that
consists of four levels. First, in principal, it consists
of all Indonesian youth. Secondly, the ordinary members are
KNPI board and youth community organizations. Thirdly, the
extra-ordinary members are people with capabilities and
skills in any field which is compartible with the
objectives of KNPI, and forthly, honourable members are
formal, official community figures who have contributed to
the development of the youth community.KNPI aims to defend
and implement Pancasila (the foundation of the state), UDD
1945 (the constitution of the state), and to establish
extensively among Indonesian Young generation in
particular, in the Indonesian people in general, a profound
understanding of the state's principles. The activities of
KNPI consist of organizing leadership training, technical
skill training, working tours, development programmes, and
political education for Indonesian Youth to promote their
national consciousness."
Universitas Indonesia, 2007
T37050
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farina Tadjoedin
"ABSTRAK
Jabatan notaris adalah jabatan publik namun lingkup kerjanya berada dalam konstruksi hukum privat. Dalam menjalankan jabatannya sebagai pejabat umum untuk membuat akta otentik, Notaris diawasi oleh 3 tiga lembaga penegak, yaitu Dewan Kehormatan, Majelis Pengawas dan Majelis Kehormatan Notaris sebagai pihak yang melakukan pengawasan tidak hanya ditujukan dalam pentaatan terhadap kode etik tetapi juga bertujuan yang lebih luas yaitu agar notaris dalam menjalankan tugas jabatannya memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan demi perlindungan atas kepentingan masyarakat yang dilayaninya. Penegakan yang dilakukan terhadap Notaris sangat beralasan karena notaris merupakan pejabat yang memberikan jasanya kepada masyarakat dan memberikan penjelasan mengenai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Metode penelitian dilakukan secara yuridis normatif. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan data pendukung dan data sekunder. Data pendukung yang dimaksud di sini adalah data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan nara sumber yang berasal dari pengurus Dewan Kehormatan Pusat, Majelis Pengawas Pusat Notaris dan Majelis Kehormatan Notaris Pusat. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi kepustakaan dan wawancara. Analisis data terhadap data pendukung dan data sekunder dilakukan secara kualitatif. Dari hasil penelitian, penegakan yang dilakukan oleh ketiga lembaga penegak tersebut tidak saling tumpang tindih, akan tetapi justru saling bersinergi satu sama lain, dimana Dewan Kehormatan dikaitkan dengan Notaris sebagai profesi, Majelis Pengawas dan Majelis Kehormatan Notaris dikaitkan dengan Notaris sebagai pejabat umum. Kata kunci: Penegakan, Dewan Kehormatan, Majelis Pengawas, Majelis Kehormatan Notaris.

ABSTRACT
The position obtained as a notary is a public position, however, the extent of the area or subject matter in which they work in, is all constructed under private law. In order to create an authentic certificate to become a notary deed, a Notary must be supervised under 3 three institution upholders the Honorary Council, the Supervisory Council and the Honorary Council of Notary. As a party who is performing the duty of inspecting and supervising is not only shown in terms of the regulations of the code of ethics but with a much diverse and broader aim, by doing so, the notary is ensured that once they are in their position, they will perform the tasks and uphold the responsibilities of doing their jobs proficiently, fulfilling the requirements that is enforced by the law in order to protect the people that the notary is taking care of. The foundation of the establishment that is enforced towards the Notary is very reasonable due to the fact that a Notary serves as an attendant for the public, giving their service for the people and giving clarifications associated with the laws that are valid. The method of completing my thesis is done under the process of juridical normative. The data is obtained through collecting supporting data and secondary data. The supporting data means that the data is gathered through the process of conducting an interview with the source that comes from the Board of Center Honorary Council, Center Supervisory Council and Center Honorary Council of Notary. The gathering of data is conducted under a process of a study by using the knowledge gathered from books and the skill of conducting an interview. Both supporting and secondary data are then analyzed through the means of qualitative analysis. Then, from the result of the analysis, the establishment that is conducted by all three institutions of establishment are not overlap within one another but instead, they are cooperate with one another, where the Honorary Council rsquo s involvement and interaction with the Notary as a profession, the Supervising Council and the Honorary Council of Notary shall be involved with the Notary as a public attendant. Key words Establishment Enforcement, Honorary Council, Supervisory Council, Honorary Council of Notary "
2017
T46896
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nababan, Anastasia Ribka Tiarma
"Fokus dari skripsi ini adalah pemenuhan perlindungan dalam prosedur perekrutan dan penempatan Tenaga Kerja Indonesia. Metode penelitian dari skripsi ini adalah penelitian hukum dengan metode deskriptif normatif. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk menganalisis hukum dan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perlindungan dan penempatan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri.
Skripsi ini menunjukkan bahwa beberapa hal harus diperbaiki dalam rangka mewujudkan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yang maksimal. Harmonisasi Undang-undang serta partisipasi dari pemerintah maupun masyarakat sendiri diperlukan untuk mewujudkan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yang sesuai dengan hak Tenaga Kerja Indonesia sebagai pekerja maupun sebagai masyarakat Indonesia.

The focus of this thesis is the fulfillment of protections in the procedure of recruitment and placement of Indonesian Migrant Workers. The research method of this thesis is research of law using the normative descriptive methods. The purpose of this paper is to analyze the legal and statutory regulations governing the placement and protection of Indonesian Workers in other Country.
This thesis shows that some things have to be improved in order to realize the maximum protection of Indonesian Migrant Workers. Harmonization towards the Laws and Regulations, as well as the participation of governments and society needed to realize the protection of Indonesian Labor in accordance with the rights of Indonesian Workers as workers and as people of Indonesia.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S54727
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rafiqi Ramadhan
"ABSTRAK
Perkembangan ekonomi kreatif yang menjadi salah satu andalan Indonesia dan
berbagai negara dan berkembang pesatnya teknologi informasi dan komunikasi
mengharuskan adanya pembaruan Undang-Undang Hak Cipta, mengingat Hak
Cipta menjadi basis terpenting dari ekonomi kreatif nasional. Di dalam UU No. 28
Tahun 2014 sebagai pengganti UU No. 19 Tahun 2002 terdapat pengaturan baru
mengenai Lembaga Manajemen Kolektif (LMK). LMK merupakan badan hukum
nirlaba yang diberi kuasa oleh Pencipta untuk mengelola Hak Ekonomi dalam
bentuk menghimpun dan mendistribusikan royalti. Adapun di dalam tulisan ini
membahas mengenai bagaimana peran dari LMK dalam pengelolaan hak ekonomi
dari Pencipta di bidang Lagu/Musik juga terkait usaha Karaoke sebagai Pengguna
Lagu/Musik untuk tujuan komersial yang harus membayar royalti kepada Pencipta.
Penelitian menggunakan metode Yuridis-Normatif dengan studi kepustakaan yang
dilengkapi dengan wawancara.
ABSTRACT
The development of creative economy into one of Indonesia and various countries
and the rapid growth of information and communication technology requires an
updates for the Copyright Act, considering Copyright become the most important
base of national creative economy. In Law No. 28, 2014 as the revision of Law
No. 19 In 2002 there is a new arrangement of the Collective Management
Organization (CMO). CMO is a nonprofit legal entity authorized by the Author to
manage the economic right in the form of to collect and distribute royalties. As in
this paper describes how the role of CMO in the management of the economic
rights of the creator in the field of Songs/Music also related in Karaoke businesses
as the user of Songs/Music for commercial purposes that have to pay royalties to
the Author. This research using the method of juridical-normative literature study
in addition with interview."
2015
S58245
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Brenaldo G.
"[Skripsi ini membahas self-determination sebagai dasar pelaksanaan referendum Falkland Islands 2013. Penelitian ini mengangkat isu self-determination, termasuk definisi referendum secara umum. Skripsi ini menjelaskan status hukum Falkland Islands dan menganalisis legalitas referendum itu sendiri dalam hukum internasional. Sifat penelitian ini berfokus pada keabsahan pelaksanaan referendum Falkland Islands, melalui hak self-determination yang tercantum dalam instrumen hukum internasional, termasuk juga batasan-batasannya. Hasilnya, skripsi ini menyimpulkan bahwa beberapa aspek dari referendum Falkland Islands 2013 tidak sesuai dengan hukum internasional.
, This research discusses self-determination as an underlying cause of the Falkland Islands’ referendum in 2013. This research raises the issue of self-determination, including its broad definition, then explains the legal status of Falkland Islands in international law. Lastly, this research analyzes the legality of the referendum itself in regards to international law. The nature of this research focuses on the legality of the Falkland Islands’ referendum, through the exercise of the right to self-determination enshrined in international law instruments, including its limitations. As a result, this research concludes that some aspects of the Falkland Islands’ referendum is not in accordance with international law.
]"
Universitas Indonesia, 2015
S60992
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Sjahril
"Dalam suatu sengketa antara dua pihak atau beberapa pihak, maka dapat diupayakan untuk perdamaian. Dasarnya bahwa hakim pada sidang pertama memerintahkan para pihak untuk menyelesaikan sengketa mereka melalui mediasi pasal 130 HIR/Pasal 154 RBg Perdamaian dapat dilakukan di luar pengadilan dan di dalam pengadilan, Dalam menentukan perdamaian haruslah dipenuhi berbagai syarat agar hasil yang ingin dicapai memenuhi rasa puas di antara pihak dan kesepakatan sendiri menurut perma No.1 tahun 2008. Sesuai dengan pengertian hukum Acara Perdata yang diberikan oleh Muhammad Nasir yakni kaidah hukum yang mengatur cara dan prosedur hukum dalam mengajukan, memeriksa, memutuskan, dan melaksanakan putusan tentang tuntutan hak dan kewajiban tertentu sehingga menjamin tegaknya hukum perdata materil melalui lembaga peradilan.Dalam mediasi (formil) hal yang tidak kalah penting ialah mengenai isi perjanjian perdamaiannya (materil) yang tidak lepas dari konteks hukum perjanjian Indonesia, adapun yang menjadi sahnya perjanjian terdapat dalam Pasal 1320 KUHPerdata, Apabila unsur-unsur sahnya perjanjian tidak terpenuhi mengakibatkan terjadinya kebatalan perjanjian. Atas batal demi hukumnya suatu perjanjian perdamaian yang telah berkekuatan final dan binding makadapat saja diajukan Peninjauan Kembali dengan alasan-alasan yang diatur dalam pasal 69 UU Nomor 14 tahun 1985 yang telah diubah dengan UU Nomor 3 tahun 2009 tentang Mahkamah Agung.

In case of dispute between two parties or multiple parties, it can be strived for peace. Essentially that the Judge at the first meeting ordered the parties to resolve their dispute through the mediation of Article 130 HIR/Article 154 RBg that peace can be executed at outside and inside the court. In determining the terms of peace, requirements must be fulfilled for the results to be achieved to meet the sense of satisfaction among the parties and agreement itself according to Perma No.1 tahun 2008. In accordance with the legal definition of Civil Procedure provided by Muhammad Nasir i.e rule of law which govern the way and the legal procedures in filing, examining, deciding, and implementing decisions concerning the demands of certain rights and obligation so that ensure the enforcement of civil law material through the judiciary.? In mediation (formal), the important thing is the content of peace agreement (material) that can not be separated from the contex of Indonesia law of contract, as for the validity of the agreement stated in Article 1320 Civil Code. If the elements of valid agreement were not fulfilled, nullification of the agreement can be occured. On nullification of the agreeement which has final strength and appeal, it can be proposed re-view with the reasons as stipulated in Article 69 UU Number 14 Year 1985 which has amended with Law Number 3 Year 2009 concerning Supreme Court."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S242
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Adhyaksa Prabowo
"Skripsi ini membahas mengenai perbuatan melawan hukum dalam bidang keperdataan karena pencemaran nama baik. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis-normatif normative legal research dengan studi kepustakaan. Metode penelitian tersebut digunakan untuk menjawab permasalahan: pertama, teori dan pengaturan perbuatan melawan hukum dalam bidang keperdataan serta teori dan pengaturan tentang pencemaran nama baik. Perbuatan melawan hukum diatur di dalam Pasal 1365 sampai 1380 KUH Perdata, sedangkan pencemaran nama baik diatur di dalam Pasal 1372 sampai 1380 KUH Perdata dan Pasal 27 ayat 3 UU ITE jo Pasal 310 sampai 320 KUH Pidana. Kedua, perlu atau tidaknya putusan pidana untuk mengajukan gugatan perdata karena pencemaran nama baik. Tidak adanya pengaturan mengenai kewajiban tersebut menimbulkan perbedaan pendapat di putusan Hakim. Ketiga, analisis terhadap pertimbangan hakim di dalam Putusan No. 134/Pdt. G/2010/PN.Jkt.Ut.
Hasil penelitian ini menyarankan bahwa: i Definisi “penghinaan” dalam bidang Hukum Perdata perlu dibuat, sehingga tidak menimbulkan ambiguitas dengan menggunakan terminologi Hukum Pidana; ii Pengaturan mengenai tidak perlunya putusan pidana dalam mengajukan gugatan pencemaran nama baik perlu diatur sehingga menimbulkan kepastian hukum dan tidak terjadi perbedaan pendapat diantara hakim; iii Penggugat seharusnya meminta kepada hakim untuk rehabilitasi nama baik dan kehormatan dengan cara penempelan putusan di muka umum dan agar Tergugat membuat pernyataan bahwa perbuatan yang dilakukannya adalah fitnah.

This thesis discusses the unlawful act in the field of civil cases for defamation. This research is a juridical-normative legal normative research with a literature study. The research methods used to answer the problems: first, the theory of unlawful act and its regulation as well as the theory and the regularion of defamation. Unlawful act is regulated in Article 1365 until 1380 Civil Code, while defamation is regulated in Article 1372 to the 1380 Civil Code and Article 27 paragraph 3 ITE Law in conjunction with Article 310 to 320 of Penal Code. Second, is criminal verdict necessary or not to file a civil lawsuit for defamation. This lack of regulation caused diifferent opinion in the Judge's decision. Third, analysis of the judges' considerations in the Verdict No. 134/Pdt. G/2010/PN.Jkt.Ut.
The result of this study suggest that: i Definition of "defamation" in the field of civil law needs to be made, because to avoid ambiguity by using the terminology of the Penal Code, ii There is need the regulation that criminal verdict is not necessary to file a civil lawsuit for defamation, in order to certainty of law and no different of opinion among the judges; iii Plaintiff's should request for rehabilitation of the reputation and honor by way of settlement decisions in public and that defendant made a statement that his act of doing is defamation.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
S52648
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gaby Nurmatami
"Seiring perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat, keberadaan rumah susun serta tujuan pembangunannya berkembang tidak hanya ditujukan untuk hunian, namun juga sebagai sarana investasi. Skripsi ini membahas mengenai kondominium hotel sebagai salah satu bentuk perkembangan konsep dari rumah susun yang akan terbagi dalam dua pembahasan. Pembahasan pertama adalah mengenai perjanjian pengikatan jual beli dari rumah susun dengan konsep kondominium hotel apakah memiliki perbedaan dengan perjanjian pengikatan jual beli rumah susun untuk hunian. Kedua, dibahas mengenai pengaturan perhimpunan penghuni rumah susun berkonsep kondominium hotel dan implikasinya terhadap pemilik unit kondominium hotel. Kedua bahasan tersebut akan ditinjau melalui Perjanjian Pengikatan Jual Beli Hotel Pullman Bali Legian Nirwana yang merupakan sebuah rumah susun dengan konsep kondominium hotel.
Penelitian bertujuan untuk melihat bagaimanakah isi perjanjian pengikatan jual beli dari rumah susun yang memiliki konsep kondominium hotel sehingga dapat dikaji perbedaan apa saja yang terdapat dalam perjanjian pengikatan jual belinya dibandingkan dengan rumah susun hunian. Selain itu, penulisan ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah pengaturan mengenai perhimpunan penghuni rumah susun dengan konsep kondominium hotel. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dimana data penelitian ini sebagian besar diperoleh dari studi kepustakaan.
Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara perjanjian pengikatan jual beli untuk rumah susun dengan konsep kondominium hotel dengan rumah susun hunian dan pengaturan mengenai perhimpunan penghuni pun berbeda di dalam rumah susun berkonsep kondominium hotel dibandingkan dengan perhimpunan penghuni rumah susun hunian. Setiap pihak yang terlibat dalam jual beli unit kondominium hotel, dalam memasuki perjanjian pengikatan jual beli baiknya mengerti posisi masing-masing agar dapat tercipta perjanjian yang adil dan seimbang bagi kedua belah pihak.

With the constant changing of people needs, the development of condominium keep evolving it's concept and purpose. Not only for residential, condominium is also aim for investment. Condominium hotel is one of the concept of condominium that aiming for investment purpose. This thesis is discuss about condominium hotel, which divided into two main discussion; first, is about the preliminary sale of property agreement of condominium hotel, and secondly is about the resident's association in condominium hotel with Pullman Bali Legian Nirwana's Preliminary Sale of Property Agreement as it assessment.
The purposes of this thesis are to study the differences between a preliminary sale of property agreement of condominium hotel with the preliminary sale of property agreement of residential condominium. Also, to see how the resident?s association regulated in condominium hotel.
The outcomes of this thesis are there's a differences between a preliminary sale of property agreement of condominium hotel with residential condominium and they have a different regulation for resident's association in condominium hotel compared to regulation in residential condominium. To anticipate the loss from buyer's side, it's best for prospective buyers to read carefully and understand the a preliminary sale of property agreement before entering ones. Because there's might be clauses that will bring disadvantages for buyers.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012
S42337
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam skripsi ini dibahas tentang pembatalan putusan KPPU oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang menyatakan bahwa PT. Bank Rakyat Indonesia tidak terbukti melanggar pasal 15 ayat (2) dan 19 huruf a Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 dalam melakukan kerjasama bancassurance bersama perusahaan asuransi rekanan dalam penyediaan produk Kredit Pemilikan Rumah. Dalam pertimbangan hukumnya Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menyatakan bahwa perjanjian kerjasama yang dilakukan PT. BRI dan perusahaan asuransi rekanannya merupakan pewujudan pelaksanaan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko bank sebagaimana diatur dalam UU Perbankan dan PBI Manajemen Risiko Bank, sehingga termasuk kedalam Pasal 50 huruf a yang dikecualikan dari Undang-Undang ini. Terhadap permasalahan diatas dilakukan penelitian dengan menggunakan metode yuridis normatif.
Hasil penelitian menujukan bahwa kerjasama yang dilakukan para pelaku usaha termasuk ke dalam tying agreement, namun dengan menggunakan pendekatan rule of reason kerjasama tersebut tidak terbukti menyebabkan persaingan usaha tidak sehat dan tidak termasuk ke dalam kegiatan/perjanjian yang bertujuan melaksanakan peraturan perundang-undangan sebagaimana ketentuan Pasal 50 huruf a Undang- Undang No. 5 Tahun 1999.

This thesis discussed about the cancellation of decision of KPPU by the Central Jakarta District Court which stated that PT. Bank Rakyat Indonesia in not proven to have violated Article 15 paragraph (2) and 19 a on Law Number 5 of 1999 in coorperation with the partner insurance companies (bancassurance) in supplying product home loan agreement. The judges declared that the agreement made by PT. BRI and its partner insurance companies is the realization of the implementation of the precautionary principle and bank?s risk management as stipulated in the Banking Law and PBI Risk Management Bank, so belongs to Article 50 a that excluded from this law. Based on above problems, do reasearch using normative juridicial method.
Results of research addressing that coorperation that made by the business actors classified into tying agreement, but by using rule of reason such coorperation is not proven to cause unfair competition and is not classified inte the activities/agreements aimed at implementating the legislation as Article 50 a of Law Number. 5 1999.
"
Universitas Indonesia, 2016
S61525
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Garuda Wiko
"Ditinjau dari segi sejarah berlakunya peraturan-peraturan hukum yang ada sekarang, rujukan utama yang dapat dilihat adalah Pasal II aturan peralihan UUD 45, yang ditetapkan sehari setelah bangsa Indonesia melepaskan diri dari kekuasaan kolonial. Pasal peralihan ini mengatur bahwa segala peraturan yang ada sebelum kemerdekaan dapat langsung terus berlaku selama belum dibentuk hukum yang baru. Penjelasan logis atas dianutkannya pemberlakuan hukum yang telah ada sejak zaman kolonial ini, adalah untuk menghindari teriadinya kekosongan hokum karena terjadinya peralihan tatahukum. Kondisi pada saat prokiamasi memang tidak memungkinkan pendiri republik untuk serta merta membuat dan menetapkan ketentuan hukum baru, selain yang telah berlaku sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda. Di samping pusat perhatian masih terkonsentrasi pada masalah-masalah politik yang krusial, pembentukan hukum lebih tertuju pada pembentukan hukum dasar atau konstitusi."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>