Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95413 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ikra Muhlis
"Skripsi ini membahas perkembangan Harley Davidson Motor Company pada kurun 1903-1920. Selain memaparkan sejarah awal terbentuknya Harley Davidson Motor Company, penelitian ini juga menunjukan bagaimana Harley Davidson Motor Company menjadi perusahaan sepeda motor tersukses di Amerika Serikat. Penelitian ini menjelaskan bahwa kekuatan Harley Davidson Motor Company terletak pada inovasi sepeda motor dan manajemen perusahaannya.
Skripsi ini menyuguhkan bagaimana Harley Davidson Motor Company memberi pengaruh terhadap masyarakat, seperti lahirnya perkumpulan-perkumpulan pengendara sepeda motor Harley Davidson, serta pengaruh perusahaan tersebut terhadap industri sepeda motor Amerika Serikat.

This Thesis describes the development of Harley Davidson Motor Company in United States in the period 1903-1910. This study not only describes the founding history of the Harley Davidson Motor Company, but also describes how the Harley Davidson Motor Company turning into the most successful motorcycle producer in the United States. This study shows that the power of Harley Davidson Motor Company lies in the innovation of their motorcycle and in the managerial of the company itself.
This thesis presents how Harley Davidson Motor Company has affected the American people. This can be seen by the born of several Harley Davidson Motorcycle Clubs around the United States. This thesis also demonstrates a significant influence of the company towards the development of American motorcycle industry.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S452
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Meliala, Aurora Jillena
"Aktivitas perdagangan internasional semakin tak lagi dapat dielakkan pada era globalisasi saat ini. Seiring dengan perkembangan aktivitas perdagangan internasional kerap pula ditemukan berbagai permasalahan yang membumbui hubungan dagang tersebut. Salah satu sengketa perdagangan internasional yang pernah dialami Indonesia adalah terkait Program Mobil Nasional. Program ini didukung pemerintah dengan pengesahan berbagai kebijakan yang dinyatakan berlaku guna meraih peluang bisnis industri di bidang automotive. Namun, dalam kelanjutannya beberapa negara yang memiliki penguasaan pasar yang besar di Indonesia, yakni Amerika, Jepang dan Eropa merasa kebijakan yang diberikan pemerintah menimbulkan kerugian bagi mereka, yang kemudian berimplikasi pada pengajuan gugatan Indonesia ke WTO.
Dalam tulisan ini, penulis mencoba menganalisa pokok permasalahan berikut: Mengapa Proyek Mobil Nasional melanggar WTO? Bagaimana perkara ini diselesaikan dalam WTO dan bagaimana sikap Indonesia menanggapi sengketa Mobil Nasional ini? Bagaimana konsekuensi jika Indonesia tidak melaksanakan putusan appellate body WTO? Penelitian atas permasalahan tersebut ditujukan untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif terkait penyelesaian masalah perdagangan internasional di WTO. Adapun metode penelitian yang dilakukan dalam menulis karya ilmiah ini adalah metode yuridis normative dengan menggunakan data sekunder yang terdiri dari sumber bahan hukum primer, sumber bahan sekunder dan sumber bahan tersier.
Dalam kasus ini yang menjadi focus gugatan para pihak adalah pelanggaran prinsip perdagangan Internasional dalam General Agreement on Tariff and Trades (GATT) yakni prinsip Most Favored Nation dan National Treatment. Gugatan tersebut kemudian dikabulkan oleh putusan panel yang kemudian juga disetujui oleh Dispute Settlement Body WTO. Ketentuan yang telah diputus oleh panel tersebut secara imperative mengikat pemerintah Indonesia untuk mencabut seluruh kebijakannya terkait mobil nasional. Apabila ternyata Indonesia kemudian mengabaikan putusan tersebut akan ada konsekuensi yang harus diterima, diantaranya adalah upaya retaliasi.

International trade activity is now become inevitable in the current globalization era. Along with the growing international trade activities, also found various dispute that often spice up the trade relations. One of the international trade dispute ever experienced by Indonesia is regarded to the National Car Program. The program is supported by the government with the recital of the various policies set out policies to achieve business opportunities in the field of automotive industry. However, some countries with large market coverage in Indonesia, namely the U.S., Japan and Europe are given government policies that cause harm to them, which then has implications for the filing of a lawsuit Indonesia to the WTO.
In this paper, the authors tried to analyze the following basic problems: Why is the National Car Project violates the WTO? How the case is resolved in the WTO and how to respond to the attitude of Indonesian National Car dispute this "What consequences if Indonesia does not implement the decision of the WTO appellate body" Research on these issues is intended to build a comprehensive understanding of issues related to the settlement of international trade at the WTO. The method of research that had been applied in this scientific work is a normative juridical method, using secondary data consisting of the primary sources of legal materials, secondary source material, and tertiary source material.
In this case that the focus of a lawsuit the parties is a violation of the principle of international trade in the General Agreement on Tariffs and Trades (GATT), namely the principle of Most Favored Nation and National Treatment. The lawsuit was later granted by the decision of the panel which then also approved by the WTO Dispute Settlement Body. Provisions that have been decided by the panel are imperative bind the Indonesian government to repeal all national car-related policies. If it appears that Indonesia would then ignore the decision there are consequences that must be accepted, including the retaliation effort.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
S251
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arissetyanto Nugroho
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S35807
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Budi Santosa
"Perkembangan industri mobil di Indonesia tak dapat dipisahkan dengan disain industrialisasi substitusi impor yang telah dicanangkan sejak tahun 1950-an. Begitu pentingnya industri ini maka berbagai kebijakan diterapkan kepadanya dengan maksud untuk melindunginya. Akan tetapi nuansa kebijakan yang diberlakukan tampaknya amat berlebihan sehingga industri ini tumbuh dalam bentuk struktur yang terfragmentasi sehingga hanya sedikit perusahaan saja yang bisa berproduksi mendekati skala efisiensi minimum.
Dengan bertolak dari hipotesis bahwa struktur pasar industri mobil di Indonesia selama lima tahun terakhir (1997-2001) dikuasai oleh beberapa perusahaan saja yang menjadi pemain utama dalam pasar tersebut; persaingan dalam pasar mobil Indonesia semakin tidak kompetitif; terdapat sejumlah hambatan yang ketat dalam pasar industri mobil Indonesia sehingga menghalangi para pendatang baru untuk memasuki pasar tersebut. Oleh karenanya studi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsentrasi yang terjadi, mengidentifikasi jumlah pemain utama dalam industri mobil di Indonesia, dan mendeteksi sejumlah hambatan yang menghalangi pendatang baru untuk masuk sebagai pemain utama tersebut.
Alat analisis yang digunakan untuk keperluan tersebut adalah formula untuk menghitung tingkat konsentrasi yakni Concentration Ratio 4 (CR4) perusahaan mobil dengan pangsa pasar terbesar dan Indeks Linda. Formula pertama untuk mengetahui perkembangan tingkat konsentrasi sedangkan Indeks Linda untuk menentukan jumlah perusahaan dalam jajaran pemain utama dalam pasar.
Studi ini menemukan bahwa struktur pasar industri otomotif di Indonesia bercorak oligopoli. Hal ini ditunjukkan oleh adanya sedikit pelaku utama (7-11 merek) yang bermain dalam pasar ini baik pada kategori mobil niaga maupun sedan. Corak ini semakin diperkuat oleh adanya temuan bahwa tingkat konsentrasi 4 perusahaan dengan pangsa pasar terbesar (CR4) sangat tinggi yakni berkisar antara 80-84 persen untuk kategori mobil niaga dan 50-80 persen untuk mobil sedan. Dengan begitu dapat dikatakan pula bahwa struktur pasar industri mobil niaga lebih terkonsentrasi dibandingkan dengan mobil sedan.
Mencermati perkembangan (perubahan) tingkat konsentrasi tersebut dan jumlah pelaku utama yang bermain dalam pasar mobil kedua kategori tersebut antara tahun 1997-2001 dapat disimpulkan bahwa struktur pasar industri mobil niaga memberikan prasyarat bagi tingkat persaingan yang cenderung semakin kompetitif. Hal ini ditunjukkan adanya kecenderungan semakin menurunnya angka CR4 dan meningkatnya jumlah pelaku utama yang bermain di pasar ini. Sebaliknya jika dicermati hal yang sama pada kasus pasar industri mobil sedan tampak bahwa kecenderungannya semakin tidak kompetitif. Hal ini ditunjukkan adanya peningkatan angka CR4 dan menurunnya jumlah pelaku utama yang bermain di pasar ini selama kurun waktu 1997-2001.
Mencermati perkembangan jumlah pelaku utama yang bermain dalam pasar industri otomotif baik niaga maupun sedan tampak bahwa dalam kurun waktu pengamatan pelaku utama industri ini didominasi oleh merek-merek mobil buatan Jepang seperti Toyota, Mitsubishi, Suzuki, Daihatsu, Isuzu dan Honda. Kuatnya posisi merek-merek tersebut pada jajaran pelaku utama menyebabkan terjadinya hambatan (barrier to entry) bagi perusahaanperusahaan lainnya untuk masuk dalam jajaran tersebut.
Akan tetapi, masuknya mobil-mobil buatan Korea yang menawarkan harga yang bersaing dengan model yang inovatif tampak menjadi substitusi yang hampir sempurna bagi mobil-mobil Jepang. Fenomena ini amat menarik untuk dicermati karena serta merta telah terbukti merebut hati konsumen mobil Indonesia yang secara psikologis mendambakan harga mobil yang relatif murah.
Terdapat beberapa hambatan yang ditemukan dalam studi ini yang menyebabkan hal tersebut di atas yaitu skala ekonomi yang besar, diferensiasi produk yang tinggi dan kebutuhan investasi yang besar. Berbagai hambatan tersebut ditunjukkan dengan adanya kapasitas produksi yang besar, jumlah model dan varian yang banyak dan investasi yang besar pada perusahaan-perusahaan dominan tersebut.
Terdapat tiga hal yang memberikan kontribusi pada tingginya harga mobil di Indonesia, yakni inefisiensi industri, struktur pasar, dan pajak serta tarif yang tinggi. Masalah tersebut tidak mudah diatasi mengingat selama ini kebijakan pemerintah tidak efektif dalam pencapaian tujuannya. Beberapa hal yang menyebabkannya adalah konsistensi kebijakan itu sendiri yang kurang dan respon para produsen otomotif yang kurang baik. Dalam hal ini para produsen cenderung untuk mempertahankan kedudukannya di pasar untuk memperoleh margin keuntungan yang tinggi. Oleh karena itu pertentangan antara pemerintah dan pihak produsen sering terjadi dalam setiap kebijakan yang dihasilkan.
Mengingat bahwa struktur pasar yang oligopolis merupakan akibat dari kebijakan pemerintah untuk memiliki mobil nasional, pengenaan tarif yang tinggi dan hak perakitan yang hanya diberikan kepada agen tunggal tertentu yang disukai pemerintah sehingga menyebabkan tingkat efisiensi produksi yang rendah dan harga jual yang sangat mahal, maka perlu dilakukan reorientasi kebijakan pemerintah untuk memecah struktur oligopolis tersebut dengan kebijakan yang tak lagi berorientasi pada pemilikan mobil nasional, penurunan tarif secara bertahap dan mendorong tumbuh berkembangnya industri komponen.
Mengingat bahwa terdapat kecenderungan bagi mobil kelompok sedan semakin tidak kompetitif maka kebijakan persaingan perlu diterapkan untuk jenis mobil ini terutama meningkatkan persaingan dengan produk impor. Sementara kecenderungan pasar industri mobil niaga yang sudah bergerak ke arah yang kompetitif perlu terus didorong agar tercipta efisiensi pada produksinya.
Perlu diterapkan kemudahan investasi baru untuk mobil-mobil non Jepang sehingga tidak tercipta hambatan non-tarif seperti skala ekonomi dan diferensiasi produk oleh produkproduk tersebut yang nota bene sudah mapan di pasar mobil Indonesia. Kebijakan pembukaan kran impor mobil perlu diperluas agar persaingan pada pasar industri ini semakin kompetitif.
Setiap kebijakan pemerintah yang dihasilkan untuk meregulasi industri otomotif harus dilakukan secara konsisten antara instrumen dan tujuan yang ingin dicapai. Ketegasan pemerintah dan pemerintahan yang bersih dan berwibawa sangat penting bagi keberhasilan kebijakan di bidang ini. Terutama untuk menghadapi tekanan dari pihak produsen yang ingin selalu diuntungkan dalam setiap kebijakan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T10776
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilbert Sandy Santana
"Indonesia merupakan negara berkembang dan terletak di kawasan Asia yang merupakan kawasan dengan pasar yang tumbuh dengan cepat, dimana para investor asing berminat untuk ikut menanarnkan investasinya di kawasan ini. Berdasarkan kondisi diatas banyak investasi langsung dilakukan oleh investor asing dimana salah satunya adalah bidang Industri Otomotif yang rnerupakan bisnis yang menarik terlihat dari peningkatan jumlah pasar otomotif dari tahun 1997 sebesar 380.000 unit/ tahun menjadi 500.000 unit/ tahun pada tahun 1998. Namun dengan adanya krisis moneter di kawasan mi yang dirnulai dari Thailand dan akhirnya mempengaruhi Indonesia pada pertengahan 1997, maka dalam waktu 6 bulan terjadi penurunan nilai mata uang sebesar Ā± 80% terhadap dolar Arnerika sehingga terjadi koreksi dari pasar otomotif Indonesia menjadi 240.000 unit/tahun.
Melihat strategi investasi dari PT. X yang dilakukan waktu sebelum dan sesudah krisis moneter, dirnana keputusan akhirnya adalah membatalkan projek investasi untuk mencapai kandungan lokal (KL) 60%, sehingga fasiiitas pembebasan PPnBM dari pemerintah sebesar 20% dari hargajual tidak dapat dinikmati. Menurut penulis, strategi ini hanya berpengaruh positif terhadap jangka pendek, namun dalam jangka panjang akan rnenyebabkan berkurangnya keunggulan bersaing dan PT. X dimana dalam jangka waktu paling lama 5 tahun lagi pasar bebas untuk kawasan Asia akan segera terlaksana. Alasan utama dari PT. X melakukan strategi mi dikarenakan adanya ketidakpastian dari pasar otomotif, arah kebijakan pemerintah dan dukungan dari pihak prinsipal.
Berdasarkan temuan penulis dalam melakukan studi ini, dengan menggunakan perhitungan volume titik impas (Breakeven Volume) dan perhitungan penghematan biaya produksi, maka volume titik impas dari investasi yang dilakukan adalah sebesar 8,381 unit dimana rencana penjualan tahun 1999 sebesar 19,193 unit clan akan terjadi penghematan biaya produksi sebesar 8 Miliar Rupiah pada tahun 1999. Berdasarkan analisa faktor internal dan internal, PT. X mempunyai kekuatan untuk melakukan investasi yang pada akhirnya akan meningkatkan relatif kemampuan bersaing dari produknya secara cepat untuk menghadapi persaingan yang akan datang.Sehingga ditinjau dan analisa biaya ataupun faktor internal clan eksternal perusahaan terlihat bahwa investasi tersebut layak untuk dilanjutkan.
Walaupun pada saat ini kondisi perusahaan untuk melanjutkan investasi dirasakan sulit, menurut penulis alternatif pernecahan adalah masalah teknis pendanaan dapat dilakukan dengan mencari pendanaan dari Institusi Keuangan Internasional yang dijamin oleh pihak prinsipal Jepang dan alternatif sistim pernbayaraimya dilaksanakan satu tahun sesudah mencapai KL > 60%, dimana dananya bisa diambil dari penghernatan biaya produksi akibat fasilitas pembebasan PPnBM dari pemerintah. Untuk masalah dukungan dari prinsipal dapat diminta oleh PT. X dengan menjelaskan keuntungan yang didapat dengan dijalankannya investasi untuk pencapaian kandungan lokal minimal 60%.
Selain itu dengan dilanjutkannya investasi tersebut, maka PT. X telah menciptakan sinergi yang membuat perusahaan lebih efisien clan efektif dikarenakan sebagian besar investasi dipakai untuk membuat komponen utama dari kendaraan otornotif yang mana akan mempercepat alih teknologi di bidang ini dan meningkatakn kemampuan bersaing dari perusahaan di masa depan"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Susetyo
"PT. EDS Manufacturing Indonesia adalah sebuah perusahaan pembuat wiring harness bagi kendaraan beroda empat. Untuk mengatur sistem penyediaan material dari gudang ke produksi digunakanlah Part Issuing List (PIL) atau perintah yang berupa daftar material yang harus disediakan per hari kerja untuk setiap tempat tujuan di produksi. PIL dihasilkan oleh program aplikasi Ordering Entry System (OES) yang merupakan sistem pengadaan material on-line milik Yazaki Corporation (pemegang saham terbesar PT. EDS Manufacturing Indonesia). Untuk menyediakan material dari gudang ke produksi, OES sebagai program yang berkonsepkan MRP, menggunakan rencana produksi sebagai dasar perintah tersebut. Masalah yang timbul akibat mengeluarkan material sesuai rencana adalah apabila kondisi produksi tidak sesuai rencana, baik terlambat maupun lebih cepat. Material akan bertumpuk di area transit bila produksi terlambat, atau material yang dibutuhkan belum tersedia bila produksi lebih cepat dari rencana.
Untuk mengatasi hal tersebut digunakanlah konsep Just in Time (JIT), melalui penggunaan kanban sebagai alat penanda kebutuhan material. Selain penerapan kanban, digunakan juga konsep Electronic Data Interchange (EDI) untuk memudahkan proses administrasi pencatatan kanban dengan menggunakan barcode. Berdasar alasan tersebut maka sistem kanban yang digunakan disebut kanban elektronik. Setelah penerapan sistem kanban elektronik untuk penyediaan material dari gudang ke produksi, kinerja sebelum dengan sesudah penerapan akan dibandingkan, baik menggunakan perbandingan sederhana maupun statistik.

PT. EDS Manufacturing Indonesia is an automotive wiring harness manufacturer. Part Issuing List (PIL) is used to supply material from warehouse to shop floor. PIL is issued every working day by Ordering Entry System (OES), which an on-line material supply system is owned by Yazaki Corporation (the biggest share holder of PT. EDS Manufacturing Indonesia). In order to supply material from warehouse to shop floor, OES as an MRP concept based application program, uses production planning as a calculation base. Problem is arise because of actual production achievement can be different from planned, If there was a delay then material will be consume a lot of space in transit area, on the contrary, when there was an ahead schedule then materials needed were not supplied yet.
In order to solve this problem, Just in Time (JIT) is used, By employing kanban as a signal tool what, where, and when material is needed. Besides of kanban, Electronic Data Interchange (EDT) concept is used, to ease administration process of kanban recording, by using barcode. Therefore the new system is called electronic kanban (e-kanban). After implementing the system, performance before and after implantation will be compared, by using simple comparison and statistic.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T7546
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toto Aryanto Waspodo
"Tujuan dari penulisan tesis ini adalah untuk mengetahui hubungan pengaruh antara pertumbuhan variable -- variable makro Produk domestic Bruto, Inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar dan variable -- variable falctor khusus perusahaan Net Profit Margin, nilai pasar dari perusahaan terhadap pertumbuhan Return On Equity ( ROE ) balk secara parsial maupun simuttan di perusahaan - perusahaan dalam industri otomotiv di Indonesia dalam kurun waktu 1996 sampi 2005_ Perumusan masalah tersebut dituangkan dalam hipotesis penelitian dengan menggunakan pengujian hipotesis nol yang secara garis besar menguji tidak adanya pengaruh dari variable - variable independent seperti tersebut di atas terhadap variable dependen pertumbuhan return on equity.
Latar belakang serta landasan penelitian ini didasarkan pada formula Du-Pont tentang ratio financial dan teori Arbitrage Pricing Theory ( APT' ) yang dikembangkan oleh Roll dan Ross ( 1986 )_ Menurut teori APT, rate of return merupakan fungsi dari faktor -- faktor eksternal dan internal perusahaan yang mempengaruhi keuntungan perusahaan.. Faktor eksternal adalah factor ekonomi micro di Negara dimana perusahaan tersebut berada Faktor internal adalah factor tertentu dari perusahaan yang Iangsung mempengaruhi tingkat keunt mgan.
Populasi penelitian adalah semua perusahaan terbuka yang tercatat di Bursa Efek Jakarta sedangkan sample penelitian dipilih sembilan perusahaan yang bergerak di industri otomotive dan komponennya, terdaftar di Bursa Efek Jakarta sejak tahun 1996 hingga tahun 2005. Data yang diambil dari Bank Indonesia, Biro Pusat Statistik dan Bursa Efek Jakarta adalah data kwartal ( quarterly data) time series yang diolah dalam ben uk Data Panel ( Pooled Data ). Sedang pengujian statistrk dilakukan melalui metode Ordinary Least Square, Generalized Least Square dan Fixed Effect Model. Uji klasik statistik yang meliputi evaluasi outliers, stationeritas, multikolinearitas, heteroskedatisitas dan otokorelasi digunakan untuk mengetahui validitas data
Dan hasil analisa uji t maupun uji F disimpulkan bahwa pertumbuhan net profit margin, nilai pasar perusahaan, produk domestic bruto, inflasi dan nilai tukar Rupiah I USD baik secara individu maupun secara bersama - sama mempengaruhi pertumbuhan return on equity. Hasil uji tersebut menunjukan bahwa variabel mikro pertumbuhan net profit margin berpengaruh positive sedang nilai pasar perusahaan berpengaruh negative, dan variabel makro pertumbuhan produk domestic bruto serta nilai tukar Rupiah 1 USD berpengaruh positive sedang inflasi berpengaruh negative terhadap pertumbuhan ROE. Dari variabel - variabel tersebut variabel mikro pertumbuhan net profit margin mempunyai pengaruh terbesar_ Nilai Pasar Perusahaan mempunyai koefisien negative tidak seperti yang diharapkan berkoebisien positiĀ£ Hal ini disebabkan Debt to Equity Ratio dari perusahaan yang tergabung dalam penelitian lebih dari satu dan membesar seiring dengan melemahnya Rupiah dan naiknya rate SBI, Dengan membesamya hutang saat rupiah melemah diperkirakan hutang dalam mata uang asing, menaikan Nilai Pasar Perusahaan. Beban bunga yang tinggi terutama periode 1997 - 2000 menyebabkan menurunnya Net Profit Margin (setelah interest dan tax ) sehingga menununkan ROE.

The objective of this thesis is to evaluate the influence of macro-economic variables i.e Gross Domestic Product, Inflation, Rupiah to US Dollar Exchange Rate and the firm specific factors i.e net profit margin, market value of the firm to the growth of company's return on equity ( ROE) individually and simultaneously in publicly Listed Otomotive Companies in Indonesia within 1996 to 2005. Research objectives are represented in the research hypothesis of null hypothesis. The null hypothesis tests that independent variables do not influence dependent variable of return on equity.
Research is based on empirical data and derived from Du-Pont formula for financial ratios and Arbritrage Pricing Theory ( APT) proposed by Roll and Ross in 1986. APT says rate of return is a function of external and internal factors of the firm. The external factors arethe country's macro-economic factors where the firms are. The internal factors are the specific factors of the firm which affecting the profit of the firm.
The population of the research is publicly companies listed in Jakarta Stock Exchange, the samples are nine companies in otomotive and otomotive's component industry sector listed in Bursa effect Jakarta from 1996 till 2005. Data sources are Bank of Indonesia, Biro Pusat Statistic and Jakarta Stock Exchange. Data is quarterly data and compiled in Panel or Pooled Data. Data are balanced meaning that data were available for all firms and all years. Three statistical methods are applied -- Ordinary Least Squares, Generalized Least Square and Fixed Effect Model to analyze the influence of country and firm specific effects on ROE within and across firms and time. The classical statistic test is used to evaluate the validity of data from the existence of outliers, stationarity, multicollinearity, heterskedasticity and autocorellation.
The conclution from 1-statistic test and F-statistic test is the growth of net profit margin, market value of the firm, gross domestic product ( GDP ), inflation and Rupiah to US Dollar Exchange Rate individually and simultaneously influence the growth of return on equity (ROE ). Micro-economic variable Net Profit Margin Growth has positive influence while Market Value of the Firm variable gives negative influence. Macro-economic variables GDP and Exchange rate Rp/USD have positive influence, Inflation variable has negative influence to ROE growth. Net Profit Margin growth variable contributes highest impact than other variables. Market Value of Firm has unexpected result Le negative coefficient due to observed firms had Debt to Equity Ratio ( DER) higher than I. Their DER grew following Rupiah drop and increasemeni of Bank of Indonesia rate. The increasement of debt increased the Value of Firms. High interest rate burden in 1997 - 2000 impacted the Net Profit Margin and decreased the ROE."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T 17847
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jonathan Tjahjadi
"Pembiayaan rantai pasokan yang digunakan sebagai mekanisme transaksi dalam konsep dealer financing diawali dengan penjualan barang dari PT. X ke dealer secara kredit. PT. X berdasarkan persetujuan dengan dealer akan menjual piutang tersebut ke bank/perusahaan pembiayaan (kreditur). Selanjutnya data transaksi diteruskan kepada pihak kreditur untuk keperluan penagihan dan kontrol. Kemudian kreditur membayarkan sejumlah nilai transaksi kepada PT. X.
Pada tahap akhir dealer akan melunasi nilai transaksi kepada bank atau perusahaan pembiayaan paling lambat pada saat jatuh tempo. Mekanisme transaksi ini memiliki beberapa dilema meliputi setiap dealer yang diharuskan menggunakan dealer financing dan menanggung beban bunga yang sama tanpa memperhatikan kinerja likuiditas masing-masing dealer.

Supply chain financing as a transaction mechanism in dealer financing concept is begun by selling on credit the finished good from PT. X to the dealer. Based on the covenant between PT. X and dealer, PT. X will sell the receivable to the bank/financing company (creditor). After that, data of transaction will be sent to the creditor in order to bill to the dealer and to control the receivables. Subsequently, creditor will pay to PT. X as much as the transaction value.
In the last part, dealer will pay off the transaction value to the bank/financing company at the latest at maturity date. The mechanism of this transaction has several dilemmas include any dealers who are required to use dealer financing and the burden of interest the same regardless of the performance of each dealer liquidity
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enggar Sukma Kinanthi
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis stakeholder beserta klasifikasinya pada Spare Part Division, yang merupakan salah satu divisi di sebuah perusahaan otomotif dan bertugas melaksanakan penjualan suku cadang, melalui stakeholder mapping. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis tujuan dan penerapan metode stakeholder engagement yang digunakan Spare Part Division untuk melibatkan stakeholder-nya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan pihak Spare Part Division sebagai data primer dan mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh dari data market share, data penjualan suku cadang, dan informasi lain yang relevan dari publikasi yang dilakukan di media massa. Dari hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa Spare Part Division memiliki 17 stakeholder yang memiliki 4 klasifikasi stakeholder yang berbeda-beda. Secara umum, Spare Part Division telah melakukan praktik metode stakeholder engagement yang sesuai dengan tujuannya, namun masih terdapat beberapa ketidaksesuaian. Melalui penelitian ini, penulis memberikan saran mengenai metode yang sebaiknya digunakan oleh Spare Part Division agar dapat melibatkan stakeholder-nya dengan lebih optimal.

ABSTRACT
This study is aimed to analyze stakeholder and its classification on Spare Part Division, which is one of the divisions in an automotive company and it has responsibility to sell the spare part through stakeholder mapping. Beside, this study is also aimed to analyze the purpose and implementation of stakeholder engagement methods which Spare Part Division use to get its stakeholder to be involved. Research method used in this study is interview with the Spare Part Division management as the primary data and collecting data and information from market share, spare part sales data, and other relevant information from mass media publication. The analysis shows that Spare Part Division has done the implementation of stakeholder engagement methods appropriate with the purpose, but there are still some discrepancies in the implementation. There are some advices regarding to the methods that should be used by Spare Part Division so that it could involve its stakeholders optimally."
2017
S66003
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>