Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54596 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Nengah Duija
"ABSTRAK
Geguritan merupakan Salah satu bentuk karya sastra Bali yang
tradisional tertulis dan merupakan salah satu unsur kebudayaan
Daerah Bali. Geguritan ini sangat populer dikalangan masyara-
kat Bali maupun Jawa. Di Bali Calon Arang bukan saja berbentuk
naskah yang telah mangalani beberapa kali penyalinan sehingga
terdapat banyak naskah dalam berbagai katalog. Di samping itu
dalam bentuk seni pertunjukan Calon Arang` dapat diketahui
seperni dalam pertunjukan wayang' Kulit; seni pertunjukan
berupa teater rakyat yang sampaiasaat ini sangat digemari.
Pada Kesempatan ini peneliti mengambil sebuah bentuk karya
sastra Bali spserti tersebut di atas yang berjudul Geguritan
Calon Arang yang selanjutnya disingkat 60%. Penaliti ingin
nenelusuri salah satu unsur yang belum pernah dikemukan oleh
para peneliti terdahulu. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui.apakah dalam GCA terdapat unsur-unsur erotis, ini
diharapkan akan dapat dsebar luaskan kepada masyarakat. Sumber
data dalam penelitian ini adalah sebuah naskah dari koleksi
perpusatakaan Fakultas Sastra U1 yang berupa naskah salinan
dari naskah milik lembaga Lontar Fakultas Sastra Universitas
Udayana Denpasar. Naskah ini telah dia1ih»aksarakan dan alih
bahasa oleh 1 Wayan Bawa dan 1 Gede Smadi Astra dan diterbit-
kan oleh Balai Pustaka Jakarta tahun 1978. Untuk menganalisa
bentuk ini digunakan pendekatan sosiologi sastra dan semiotik,
serta nenggunakan metode kwalitatif. Dalam kajian ini dapat
diketahui bahwa di dalam GCA ternyata dapat ditemukan unsur~
unsur yang dapat dikategorikan sebagai unsur erotik terutama
dalam hal persenggamaan antara pelaku Ratna Manggali dengan
suaminya mpu Bahula. Peristiwa ini dianggap sebagai sesuatu
yang wajar karena adanya sebuah penkawinan yang melegitimasi
peristiwa tersebut."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Sukesi Adiwimarta
"Poerbatjaraka dalam bukunya Kapustakan Djawi telah membicarakan karya-karya sastra Jawa Kuno berdasarkan urutan kronologisnya, baik yang berbentuk prosa maupun yang berbentuk puisi (1952:5). Karya-karya sastra itu dibaginya menjadi dua kelompok, yaitu kelompok karya sastra Jawa Kuno tua dan kelompok karya sastra Jawa Kuno muda. Ciri-ciri pengenal kelompok karya sastra Jawa Kuno tua ialah:
1) memuat masa atau tahun penulisannya;
2) menyebut nama raja yang memerintah;
3) gaya bahasa;
4) ceritanya sebagian besar bersumberkan cerita dari India;
5) tidak menggambarkan keadaan di Jawa.
Ciri-ciri pengenal untuk kelompok karya sastra Jawa Kuno muda hampir sama dengan yang tua, hanya perbedaannya ada pada butir 4), yaitu kisahnya bersumberkan karya sastra Jawa Kuno yang lebih tua, dan pada butir 5), yaitu menggambarkan keadaan di Jawa.
Kakawin Parthayajna yang dijadikan sasaran penelitian ini menyimpang dari ciri-ciri tersebut, karena tidak memuat masa atau tahun penulisannya, tidak menyebut nama raja, dan nama pengarangnya juga tidak ditemukan di dalamnya. Meskipun begitu Poerbatjaraka cenderung untuk memasukkannya ke dalam kelompok karya sastra Jawa Kuno muda dari zaman Majapahit pertengahan hingga akhir. Hal ini berdasarkan adanya kemiripan bahasa dan isinya yang mengandung ajaran filsafat (op.cit.:47). Zoetmulder mengemukakan bahwa pada bagian akhir Majapahit karya sastra Jawa Kuno dalam bentuk kakawin pada umumnya ditulis di Bali, hanya ada dua di antaranya yang tidak ditulis di sana, yaitu Kakawin Parthayajna dan Kunjarakarna (1985:462).
Sedyawati dalam bagian disertasinya yang membahas tentang karya sastra Jawa Kuno membedakan adanya dua kelompok karya sastra Jawa Kuno, yaitu karya sastra keraton dan karya sastra luar-keraton. (1985:220-221). Petunjuk untuk menetapkan suatu karya sastra luar-keraton, menurut Sedyawati, ialah tanda-tanda yang berupa (op. cit. :260):
1) penggambaran keadaan lingkungan luar-keraton dengan menunjukkan keakraban si penulis dengan keadaan itu;
2) penulis tidak memuji, menyebut, atau pun menyatakan hubungan tertentu dengan sang raja;
3) penulis menyatakan diri sebagai seorang dari kalangan luar-keraton.
Kakawin Parthayajna, sama sekali tidak menyebutkan nama raja ataupun kerajaan, dan juga tidak memuat nama pengarangnya. Dengan memperhatikan perbedaan sifatnya dengan kakawin kerajaan, serta isinya yang menilikberatkan kepada unsur pendidikan keagamaan, maka sarjana ini membuat dugaan bahwa Kakawin Parthayajna mungkin dihasilkan oleh suatu lembaga keagamaan atau pendidikan agama di luar keraton (op.cit.:263).
Beberapa hal berkenaan dengan sifat dan isi Parthayajna yang menyiratkan asalnya dari luar keraton dikemukakannya antara lain:
- gaya penyajian;
- perbendaharaan kata;
- penekanan pada pendidikan keagamaan; dan
- tidak adanya penyebutan raja.
Di samping itu, menurut Sedyawati, kakawin ini juga memperlihatkan kesesuaian dengan sastra keraton dengan memenuhi segala persyaratan penyusunan sebuah kakawin, yang umumnya dihasilkan oleh kalangan keraton. Dengan demikian, Sedyawati juga menduga bahwa Kakawin Parthayajna dibuat oleh kalangan luar-keraton yang mempunyai hubungan dekat dengan keraton (op.cit.:267).
Kakawin Parthayajna (selanjutnya disingkat KPY dan Parthayajna disingkat PY) menarik perhatian dan minat untuk menelitinya lebih lanjut karena terdapatnya pertautan dalam beberapa bagian ceritanya dengan isi Kakawin Arjunawiwaha.
Arjunawiwaha mengisahkan tentang sang Arjuna dari keluarga Pandawa yang bertapa di Gunung Indrakila dan setelah menerima panah sakti dari dewa berhasil membunuh Niwatakawaca, raja raksasa yang menjadi musuh para dewa. Sebagai hadiahnya, Arjuna boleh tinggal di kedewaan beberapa waktu lamanya dan bercengkerama dengan para bidadari.
Parthayajna mengisahkan tentang perjalanan sang Arjuna ke Gunung Indraki la untuk bertapa di sana guna memohon senjata sakti dari para dewa yang dapat dipakai untuk membinasakan musuh para Pandawa, yaitu para Kaurawa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
D5
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Retna Astuti
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996
899.231 SRI u
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Suprapti
"Penelitian ini mengenai unsur - unsur ajaran yang terkandung dalam naskah Serat Buntas. Tujuan secara khusus dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan mengungkapkan unsur - unsur ajaran yang terkandung dalam Serat Buntas, sedangkan tujuan umumnya adalah pertama, agar hasilnya dapat dijadikan bahan rujukan bagi peneliti lain yang ingin membahas lebih lanjut dan yang kedua untuk memperkenalkan Serat Buntas kepada masyarakat agar lebih diketahui dan dipahami isinya. Metode yang digunakan dalam mengkaji Serat Buntas adalah metode deskripsi analisis yaitu metode untuk menganalisis dan memberikan gambaran yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S13114
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Hasan
"Sesuai dengan tujuan skripsi ini, telah diterapkan unsur-unsur Romantisme terhadap Puisi Robert Frost. Dalam Bab 2 disampaikan perincian Konsep Romantisme yang mendasari penelitian ini. Sedang dalam Bab 3 telah dianalisis sejumlah sajak Robert Frost yang menurut penulis mengandung unsur-unsur yang tercakup dalam Konsep tersebut. Alam yang menjadi ciri utama sajak-sajak Romantik ternyata dominan dalam karya-karya Robert Frost. Sajak Birches yang berlatar tempat alam flora di pedesaan itu mengingatkan penyair akan keindahan dan kesucian masa kanak-kanak. Sedang keindahan dan kesegaran alam sendiri dideskripsikan penyair melalui sajak The Pasture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S14042
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Retna Astuti
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996
899.231 SRI u
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pramoedya Ananta Toer, 1925-2006
Yogyakarta: Bentang Budaya, 1999
899.223 8 PRA d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pramoedya Ananta Toer, 1925-2006
Jakarta: Lentera Dipantara, 2015
899.221 PRA c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiana Hercahyani
"Studi tentang Integrasi Unsur-unsur Angkatan Di dalam ABRI, sejak proklamasi 17 Agusius 1945 sampai dengan tahun 1969. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan proses integrasi sejak militer Indonesia dilahirkan, berbagai masalah yang dihadapi Angkatan Perang Republik Indonesia, khususnya dalam mengatasi konflik untuk sampai pada integrasi sepenuh_nya dari ABRI dan ikut berperan dalam pembangunan nasional.
Dari hasil penelitian penulis, menunjukkan bahwa konflik atau permasalahan yang terjadi dalam tubuh ABRI, disebabkan adanya berbagai pihak yang ingin campur tangan dalam urusan intern Angkatan Perang. Suatu sistem pemerintahan yang masih labil, membuka kesempatan bagi golongan sipil.
Ini terlihat dengan campur tangan Amir Syarifuddin, sejak ia menjabat sebagai Menteri Keamanan Rakyat (Pertahanan), bahkan ia menjadikan dirinya sebagai seorang tokoh yang menyaingi Soedirman, seorang tokoh tentara regular yang menduduki Markas Besar. Pada awalnya terdapat usaha Amir un_tuk menggulingkan kekuasaan Soedirman, namun pada akhirnya Soedirman muncul sebagai tokoh superior dalam Angkatan Perang di Republik Indonesia. Terdapat usaha-usaha dari berbagai golongan yang ingin memecah belah keutuhan ABRI, dengan menyusupkan ideologi dan orang-orangnya dalam tubuh ABRI ini. Dan akhirnya meletus peristiwa pemberontakan G 30 S/PKI. Namun semua itu dapat diatasi berkat keutuhan dan persatuan dari Angkatan Perang Republik Indonesia."
1990
S12171
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjahjati D. Gondhowiardjo
"Di dalam kehidupan, manusia perlu berkomunikasi antara yang satu dengan yang lainnya. Komunikasi ialah sesuatu amanat yang diberikan oleh satu pihak dan dimengerti dengan baik oleh pihak kedua (Vanoye 1973:13). Komunikasi ini mula-mula terjadi hanya dengan berhadapan muka, tetapi di zaman sekarang ini, komunikasi lisan antara satu individu atau sekelompok lain dapat dilakukan juga melalui telepon, radio atau televise.
Di samping komunikasi lisan, di masa kini ada juga komunikasi tertulis. Untuk cara ini, komunikasi terjadi dengan surat, telegram atau tanda-tanda tertentu seperti morse, steno dan lain-lain. Secara lisan atau tertulis, komunikasi hanya dapat terlaksana kalau pihak yang menerima dan selanjutnya disebut P2 dapat menangkap amanat yang diberikan oleh sipengirim yang selanjutnya disebut P1. Bila P2 tidak memahami kode yang dipakai P1 maka usaha P1 akan sia-sia_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S13833
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>