Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49368 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ita Syamtasiyah Ahyat
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Ifana
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas naskah Surat Kontrak Kerajaan pelalawan koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia. Naskah surat kontrak ini merupakan perjanjian dan pengakuan dari Tengku Besar Pelalawan atas kekuasaan Belanda. Penelitian ini bertujuan untuk menyajikan edisi teks SKKP sehingga memudahkan masyarakat dalam membaca dan memahami isi naskah. Penelitian ini akan menjelaskan SKKP sebagai surat perjanjian dan memaparkan kekuasaan Belanda yang terlihat di dalam pasal-pasal. Analisis isi naskah dikaji dari sudut pandang sejarah memperlihatkan dominasi kekuasaan Belanda terhadap Kerajaan Pelalawan.

ABSTRACT
This study discusses the manuscript of Surat Kontrak Kerajaan Pelalawan, the collection of the National Archives of Republic Indonesia. This Manuscript of contract is about an agreement and acknowledgement created by the King of Pelalawan on Dutch power. The aims of this study is to present the edition of the manuscripst SKKP 151 in order to provide an easier understanding of its content for the public view. Therefor, this study presents the SKKP as an agreement letter and in addition to that, it will also analise the SKKP in term of history and the Dutch power in Riau. Analysis of the contents of the manuscript reviewed from a historical point of view the dominance of Dutch power againts teh Pelalawan Kingdom. "
2017
S68384
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ita Syamtasiyah Ahyat
"Dalam perjalanan Sejarah Indonesia, wanita sudah mempunyai arti dan mempunyai peranan yang menentukan dalam mengambil keputusan, Hal ini dapat diilustrasikan dalam Kerajaan Islam Jepara, Aceh, dan Banjarmasin, yang ditemukan dalam sumber-sumber sejarah berperan sebagai penguasa pelabuhan Jepara, penguasa kerajaan Aceh dan sebagai permasuri raja dari kerjaan Banjarmasin. Seberapa jauh pengaruh dari peranan Wanita tersebut dalam kerajaan, dicoba untuk diungkapkan dari aspek-aspek sosial dengan metode penelitian sejarah, yang menjurus ke sejarah sosial. Seperti di kerajaan Jepara pada abad ke-16, wanita penguasa pelabuhan pada waktu itu adalah Ratu Kalinyamat/Ratu Jepara pelabuhan Jepara sangat terkenal, disamping pelabuhan Demak. Untuk memperkuat pelabuhan dan kerajaannya, Ratu memperkuat armada laut dengan pelaut-pelaut yang tangguh. Ratu juga memberi bantuan armada laut untuk membantu Aceh dan Johor dalam mengusir Portugis dari Malaka, selain itu armada Ratu diminta oleh pemimpin "Persekutuan AMbon" untuk membantu mereka dalam melawan Portugis. Pengaruh Raatu Kalinyamat pada abad ke-16 sampai ke Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sedangkan di kerajaan Aceh pada abad ke-17, dengan kemampuan dari 4 orang ratu wanita menguasai kerajaan Aceh, membuat kerajaan cukup tenang, tidak terjadi gejolak, walaupun sebagain ulama menentang kepemimpinan seorang wanita dalam kerajaan. Kerajaan Aceh berkembang dalam bidang pembangunan dan keagamaan. Sementara di kerajaan Banjarmasin pada abad ke-19, wanita sebagai permaisuri raja dapat merubah politik dan ekonomi kerajaan, dengan memanfaatkan kesempatan keleahan pribadi raja, sehingga diri dan kekuasaan raja dikuasainya. Akibatnya menimbulkan keresahan di dalam dan di luar kerajaan, yang mengarah pada perang Banjarmasin."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
A. Daliman
Yogyakarta: Ombak, 2012
297.409 DAL i (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tawalinuddin Haris
"ABSTRAK
Dalam penelitian ini diungkapkan berbagai aspek berkenaan dengan situasi dan kondisi Jakarta (Batavia) masa Hindia Belanda, baik sebagai wilayah administratif maupun sebagai kota pusat pemerintahan kolonial selama kurun waktu sekitar satu seperempat abad. Selama itu telah terjadi perubahan dan perkembangan, baik dibidang
politik, pemerintahan, penataan wilayah, ekonomi dan sosial budaya. Namun karena luas Serta kompleksnya permasalahan, maka penelitian ini memfokuskan diri pada perkembangan wilayah dan penduduk Jakarta ( Batavia ) dalam sistim pemenintahan kolonial, sebab perubahan sistim pemerintahan dan berkembangnya fungsi Serta kedudukan Jakarta ( Batavia ) dalam sitim pemerintahan kolouial menjadi Salah satu
alasan dalam penataan wilayah administratif dan berkembangnya jumlah penduduk. Sejauh mana perubahan-porubahan yang dimaksud telah berlangsung Serta keterkaitannya satu sama lain menjadi permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini. Dengan demikian tujuan panelitian ini membermkan informasi berkenaan dengan perkembangan wilayah dan penduduk Jakarta ( Batavia ) pada kurun waktu tertentu sebagai sumbangan data dalam penu1isan sejarah Jakarta pada umumnya.
Untuk menjawab permasalahan penelitian, selain penelitian kearsipan sebagai data utama, dilakukan telaah pustaka terutama terhadap buku-buku atau artikel-artikel yang memiliki relevandi dengan obyek yang dikaji. Dari penelitian ini diperoleh gwnbaran bahwa perkembangan wilayah dan penduduk Jakarta ( Batavia ) selama pemerintahan Hindia Belanda, selain dipengaruhi oleh sistim, pemerintahan yang ada, juga karena diintrodusirnya birokrasi mouern ( kolonial )diberlakukannya Sistim Tanam Paksa dan politik Etis."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ninny Soesanti Tedjowasono
"Sektor pertanian merupakan tulang punggung kehidupan ekonomi kerajaan-kerajaan kuno di Indonesia pada kurun waktu abad 4 sampai dengan abad 15 Masehi. Tampilnya sektor partanian di tempat teratas ini tentu saja tidak hanya disebabkan oleh keunggulan teknologi berladang atau bersawah masyarakat masa lalu saja semata-mata. Namun keterkaitan dari banyak komponen kehidupan sangat menunjang keunggulan pertanian pada masa tersebut.
Komnonen-komponen tersebut antara lain adalah faktor cuaca /iklim, faktor ekologi, faktor religi (dalam hal ini adalah pemujaan pada tokoh dewi ibu) kemudian faktor pengaruh asing, misalnya adalah dikenalnya teknologi bersawah atau berladang dan kemudian faktor sosial masyarakat petani di pedesaan, yang terakhir adalah faktor distribusi dan distribusi hasil pertanian.
Ketergantungan yang erat antar komponen secara fungsional menyebabkan proses bertani untuk mata pencaharian pokok berlangsung sebagaimana mestinya. Namun perubahan kecil pada suatu unsur di dalam komponen itu dapat menyebabkan terganggunya komponen yang lain. Misalnya, bencana alam yang terjadi di suatu daerah yaitu letusan gunung yang terjadi pada tahun 827 Saka atau 906 Masehi disebutkan telah menghancurkan desa Rukam (terletak ,di kaki gunung Merapi) dan lahar menutupi daerah tersebut sehingga untuk beberapa lama daerah tersebut tidak bisa ditanami. Kemudian muncul prasasti-prasasti sejaman yang berisi tentang permohonan pengurangan pajak dari daerah-daerah di sekitarnya, yaitu desa Rumwiga. Adapula prasasti-prasasti yang berisikan protés warga desa terhadap kecurangan para pemungut pajak yang menarik pajak lebih banyak dari aturan yang ditetapkan. Selain itu ada pula perintah raja pada rakyat desa Rukan agar membangun sebuah bangunan suci untuk nenek moyang raja."
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Edhie Wurjantoro
"ABSTRAK
Salah satu bagian Sejarah Nasional Indonesia yang belum tuntas ditulis adalah masa awal kerajaan Mataram setelah pusat pemerintahannya dipindahkan oleh Mpu Sindok ke Jawa Timur dari Jawa Tengah. Sampai saat ini, penulisan Sejarah Nasional Indonesia (Jaman Kunonya) belum dapat dilakukan secara tuntas, Ada beberapa periode yang belum dapat diuraikan secara rinci. Masalahnya adalah sumber sejarah yang ditemukan kembali sampai sekarang sangat terbatas. Kalaupun sumber sejarah ada, tetapi tidak bisa memberikan gambaran yang lengkap mengenai suatu peristiwa. Jadi, dengan sendirinya gambaran yang menyeluruh dan jelas mengenai perjalanan sejarah bangsa Indonesia dengan segala aspeknya di masa lampau, tidak bisa diperoleh secara Iengkap. Salah satu di antara periode sejarah 'kuna' Indonesia yang bclum bisa diuraikan dengan jelas ialah bagian pcrmulaan kerajaan Matararn 'kuna' setelah pusat kerajaannya dipindahkan ke Jawa Timur.
Kerajaan Mataram 'kuna' berkembang sejak permulaan abad ke-8 sampai permulaan abad ke-1O, dengan pusatnya di daerah Mdang di wilayah Poh Pitu. Pada masa itu kerajaan Mataram 'kuna' mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan raja Balitung. Pengaruh atau wilayah kekuasaannya meliputi daerah Jawa Tengah hingga Jawa Timur. Namun, setelah kerajaan Mataram diperintah oleh raja
Dari sumber 23 prasasti Mpu Sindok dapat diketahui struktur pemerintahan kerajaan Mataram setelah pusatnya dipindahkan ke Jawa Timur, pada awalnya masih mengikuti struktur pemerintahan sebelumnya. Hal ini disebabkan Mpu Sindok pernah menjadi pejabat tinggi pada masa pemerintahan raja Rakai Layang Dyah Tulodhong dan raja Rakai Sumba Dyah Wawa. Demikian juga dengan sejumlah pejabat pada masa pemerintahan raja Wawa tetap dipakai sebagai pembantunya. Dalam perkembangannya kcmudian dilakukan perubahan, terutama pada pejabat yang menerima dan yang melaksanakan perintah raja, Serta pejabatan yang masuk dalam dewan penasehat raja.
Sementara itu stmktur perwilayahan juga mengalami pcrubahan. Jika pada masa pemerintahan Raja Wawa, wilayah dibagi menjadi wilayah pusat pemerintahan di mana raja dan para pejabat tinggi kerajaan tiuggal, dikenal dengan sebutan wanna i jro turns (wilayah di dalam tembok/benteng/pagar). Wilayah ini dibatasi dengan wilayah wanna yang ada di empat penjuru mata angin. Kemudian ada wilayah watak dengan para Rakai (bangsawan keluarga raja) sebagai penguasanya. Wilayah warak ini tidak selalu sama iuasnya. Ada wilayah walak yang membawahi 4 wanna (desa), tetapi ada juga yang membawahi lebih dari I2 wanna. Tiap wanua dipimpin oleh seorang rama (kepala desa), atau lebih. Selumh wilayah kerajaan yang terdiri dari sejumlah watalc dan wanna, di sebut bhumi (kerajaan atau negara). Pada masa Mpu Sindok, wilayah kerajaan tidak lagi terdiri dari walak dan wanna, tetapi terdiri dari rajya atau lingkungan disekitar raja/keraton, sejumlah thani (desa) yang dipimpin oleh seorang duwan (kepaia desa). Lalu ada wisaya yang terdiri dari sejumlah thani."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Duijs, J.E.W.
Jakarta: Gunung Agung, 1985
959.8 DUI m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Suharto
"ABSTRAK
Banten yang terletak di bagian paling barat dari Pulau Jawa, terkenal karena kefanatikannya dalam agama dan sikapnya yang suka memberontak. Dalam abad ke-19 tradiei revoluaionernya menemukan ungkapannya dalam serangkaian pemberontakan yang berpuncak pada pemberontakan petani Banten tahun 1888. Tahun 1928, Banten kembali menjadi ajang pemberontakan komunis yang meresahkan pemerintah kolonial. Pemberontakan itu gagal, namun akibatnya keberanian mereka yang tak kunjung padam terhadap orang-orang Belanda dan pangreh praja. Banten oleh Belanda dibiarkan bodoh dan terbelakang. Pada Jaman Jepang
beberapa ulama Banten diangkat dalam Jabatan-Jabatan resmi. Pengangkatan ini nampaknya dimaksudkan untuk menenteramkan perasaan mereka.
Setelah Indonesia merdeka, di daerah ini kembali terjadi pergolakan soaial. Setelah Balanda melanoarkan agresi militernya pertama, daerah ini tidak diserang dan
diduduki, dan baru diduduki tahun 1948 dengan agresi militernya kedua. Nampaknya, untuk melemahkan Banten, Belanda memblokade daerah Banten eecara ketat. Bagaimana Banten dapat memenuhi kebutuhan sendiri? Bagaimana sikap dan uaaha pemerintah daerah Banten dalam
mengatasi keadaan itu? Dari hasil penelitian dapat diuampaikan hal-hal sebagai berikut.
Blokade yang dilakukan Belanda merupakan blokade total, dengan makaud untuk melemahkan Banten yang terkenal keras itu. Banten ditutup sama sekali dari arua orang dan
barang. Orang yang keluar dan masuk daerah Banten diperiksa aecara ketat oleh Balanda.
Akibat blokade itu, Banten harue memenuhi kebutuhan sendiri. Beberapa barang yang dibutuhkan, dipenuhi dengan berbagai cara, seperti dengan cara membuat sendiri barang
itu, mencarinya barang kebutuhan itu di daerah Jakarta lewat seseorang, membeli barang-barang selundupan, dan lain sebagainya.
Untuk menghindari menipisnya barang produksi aendiri, pemerintah daerah Banten membuat aturan terhadap hasil produkai itu seperti hasil bumi dan ternak yang akan di
bawa ke luar daerahnya. Dalam kaitan' dengan jual-beli barang dan_ untuk pengawasan, dibentuk polisi ekonomi. Untuk memperkuat perekonomian daerah Banten, oleh kalangan
pedagang dan Jawatan terkait dibentuk Majelis Perniagaan Daerah Banten. Untuk mengatasi kesulitan alat pembayaran, pemerintah daerah mencetak uang kertas sendiri yaitu URIDAB atas ijin pemerintah pusat. Oleh karena begitu sederhananya ujud mata uang itu, akibatnya muncul uang palsu yang cukup meresahkan masyarakat- Selain itu bertambahnya mata uang itu, maka inflasi pun tidak dapat dihindari. Untuk mengatasi kesulitan komunikasi ke luar
daerah terutama ke pemerintah pusat dan pemerintah daerah Jawa Barat maupun di dalam daerah itu sendiri, dibuatlah pemancar radio di Serang.
Banten dapat mengatasi keadaan yang sulit itu dengan tekad dan perjuangan keras. Blokade itu ternyata tidak dapat melemahkan semangat rakyat Banten. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa akibat blokade itu kemadian di bidang sosial ekonomi daerah ini ketinggalan dibandingan dengan daerah lainnya. Namun ketinggalan itu kemudian dikejar setelah pengakuan kedaulatan pada tahun 1949.
"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Heijboer, Pierre
Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, KITLV, 1998
959.8 HEI a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>