Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118820 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Clarissa
"Untuk memilih suatu pekerjaan, seseorang pastilah memiliki motivasi tertentu. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi perawat memilih bekerja di pelayanan kesehatan jiwa, pada tanggal 5 dan 10 Mei 2006. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif sederhana dengan total sample 49 orang responden yaitu perawat yang bekerja di Pelayanan Kesehatan Jiwa RSMM Bogor. Data yang telah dikumpul dianalisa secara deskriptif statistik. Instrumen pcnelitian menggunakan kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti. Kuesioner telah diuji coba untuk menilai apakah kalimat yang digunakan dapat dimengerti atau tidak oleh responden.
Berdasarkan hasil analisa dengan cara menghitung median diperoleh faktor dominan yang mempengaruhi motivasi responden memilih bekerja di pelayanan kesehatan jiwa RSMM yaitu faktor pengalaman (81%) untuk faktor intrinsik dan faktor lingkungan kerja (69%) untuk faktor ekstrinsik. Untuk penelitian mendatang diharapkan dapat menggunakan metode analisa data dengan desain yang lain, uji validitas dan reabilitas dari masing-masing pertanyaan sehingga dapat memberikan hasil yang representatif."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5413
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Dokumentasi rnerupakan segala sesuatu yang tertulis yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakdisiplinan perawat dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan di Runmah Sakit Asri Jakarta. Penelitian rnenggunakan desain deskriptif dengan tehnik pengambilan sampel total sampling dan simple random sampling untuk observasi rekam medis. Jumlah sampel 30 orang dan 48 rekam medis.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi pendokumentasian asuhan keperawatan. Faktor pendukung adalah fasilitas yang memadai, motivasi, dan tingkat pengetahuan. Faktor penghambat yang ditemui adalah bentuk format pendokumentasian yang dirasakan kurang efektif dan kurangnya ketersediaan waktu. Hasil observasi pendokumentasian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Asri diperoleh sebanyak 28,97%.

Documentation refers to everything written that can be count on as a note about the evidence for person who in charge. This study aimed to find out the description of factors that affect nurses indiscipline nursing care documentation at Asri Hospital Jakarta. This study uses a descriptive design with sampling techniques performed by the total sampling and simple random sampling for the observation of medical records. The sanioie are 30 persons and 40 medical record
This study showed there are several factors that affect the supporting and documenting nursing care. Some factors involved so that the documentation can be appropriate, there are: proper facilities in documentation, motivation and level of knowledge. Fine factors which are forbid including: the documentation's form pattern which is an affective for the nurse, and lack of time. Fire observations of nursing care documentations at Asri Hospitai about 28, 97%.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
TA5863
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yossy Syarnen
"Skripsi ini menganalisis tentang bagaimana kelengkapan pengisian Lembar Pengkajian Keperawatan Pasien Jiwa (LPKPJ) di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor yang dilakukan oleh perawat dengan subjek penelitian adalah Lembar Pengkajian Keperawatan Pasien Jiwa tahun 2011 Penelitian ini dilakukan dengan dua metode yaitu kuantitatif untuk melihat besar kelengkapan pengisian lembar tersebut dan kualitatif untuk melihat gambaran berdasarkan gambaran dari sumber daya manusia, sarana dan prasarana, metode, pengisian Lembar Pengkajian Keperawatan Pasien Jiwa, penyusunan rencana keperawatan, dan monitoring serta evaluasi.
Hasil Penelitian kuantitatif menunjukkan bahwa besar kelengkapan pengisian lembar pengkajian itu di ruang rawat inap sebesar 1, 45% yang artinya bahwa banyak lembar pengkajian keperawatan pasien jiwa yang tidak terisi lengkap. Sedangkan pada hasil penelitian kualitatif menyebutkan bahwa dari sumber daya manusia berdasarkan pendidikan dan pelatihan didapat bahwa perawat umumnya memiliki pendidikan D3 meskipun masih ada yang berpendidikan SPK/SPRB, namun untuk pelatihan mengenai rekam medis perawat belum pernah mengikuti, sedangkan berdasarkan beban kerja, perawat merasa jumlah perawat belum cukup. Selain itu sumber daya manusia berdasarkan persepsi menemukan bahwa perawat umumnya sudah mengerti dan paham mengenai fungsi Pengisian Lembar Pengkajian Keperawatan Pasien Jiwa. Untuk sarana dan prasarana umumnya sudah tersedia di setiap ruangan namun untuk tempat penyimpanan masih belum memadai. Pada metode dengan melihat ketersediaan dan penerapan SPO serta sosialisasi, ditemukan bahwa SPO terkait kelengkapan pengisian LPKPJ sudah tersedia yaitu SPO Rekam Medis tentang Pengisian Rekam Medis, Petunjuk Teknis tentang pengisian LPKPJ, serta SPO tentang asuhan keperawatan.
Untuk hasil penelitian berdasarkan Pengisian LPKPJ, perawat paham tentang alur pengisian tetapi pelaksanaannya kurang maksimal karena tugas perawat terkait pendokumentasian tidak sedikit, selain itu di ruang Subadra pengisian tidak hanya untuk pengkajian jiwa tetapi juga pengkajian fisik sehingga perlu format yang bisa menggambarkan kondisi fisik dan jiwa dengan lebih efektif. Dari hasil penelitian mengenai proses perencanaan asuhan keperawatan menyebutkan bahwa perawat juga telah paham bahwa dengan mengisi LPKPJ nantinya akan digunakan untuk menegakkan diagnosa keperawatan sehingga dapat ditentukan rencana asuhan keperawatan untuk pasien, namun pelaksanaannya pun masih belum maksimal. Dan dari monitoring dan evaluasi ditemukan bahwa monitoring dan evaluasi yang dilakukan selama ini hanya untuk resume medis dan informed consent sedangkan untuk LPKPJ belum dilakukan.
Saran yang diusulkan yaitu melakukan pelatihan terkait kelengkapan pengisian rekam medis termasuk LPKPJ karena LPKPJ merupakan bagian dari berkas rekam medis pasien yang harus diisi lengkap; perlu dilakukan penambahan kapasitas untuk tempat penyimpanan sesuai dengan kebutuhan di tiap ruangan; Melakukan perhitungan kebutuhan perawat untuk mengetahui jumlah perawat ideal sehingga pelaksanaan asuhan keperawatan dapat berjalan secara optimal; Memodifikasi format Lembar Pengkajian Keperawatan Pasien Jiwa untuk ruangan khusus seperti Subadra yang melayani pasien dengan gangguan jiwa yang disertai gangguan fisiknya untuk memudahkan melakukan pengkajian sehingga bisa menggambarkan kondisi fisik dan jiwa pasien dengan optimal; Menambahkan kolom tanda tangan perawat-perawat yang telah mengkaji pasien di setiap ruangannya sehingga nantinya jika terdapat ketidaklengkapan pengisian bisa melihat siapa saja perawat yang bertanggungjawab dalam pengkajian yang telah dilakukan sehingga memudahkan proses monitoring dan evaluasi; Menambahkan kolom tanggal pengkajian disetiap point dengan tujuan memberikan informasi tentang kapan pengkajian terhadap point tersebut dilakukan; Melakukan sosialisasi SPO Rekam Medis kepada seluruh perawat secara langsung; Melakukan bimbingan teknis terkait juknis pengisian Lembar Pengkajian Keperawatan Pasien Jiwa di ruangan.

This study analyse about the completeness of Psyciathric Patient Nursing Assessment Form (LPKPJ) in Inpatient Room at the Hospital of Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor that nursing did with the subject of this research is the Psyciathric Patient Nursing Assessment Form (LPKPJ) in 2011. This research used two methods is Quantitative for know about the value of completeness and Qualitative for describe completeness based on Human Resources, infrastructure and medium, method, filling of Psyciathric Patient Nursing Assessment Form (LPKPJ), the proses of nursing plan, and also monitoring and evaluation process.
Results of quantitative research is Value of completeness in Inpatient room is 1,45%, that mean the incompleteness is higher than completeness. Meanwhile, results of the qualitatif research is if from human resources in education is most of nurses had a Diploma III although several of them had a School of Nursing graduate till now, however in training history, most of them had never get training for completeness of medical records especially Psyciathric Patient Nursing Assessment Form, But based on nursing workload, they feeling that number of nursing in the room is not sufficient. In other case, for perception most of nurses know and understand about the function of filling LPKPJ. For medium and infrastructure, all of room had a place for filling and had a place for storage to supply of medical records form but for storege is not sufficient yet in the several room. For methods, with analyse willing and application also socialization is procedures about completeness Psyciathric Patient Nursing Assessment Form that is Standard Procedures of Operation (SOP) of Medical Records about filling the medical records, technical instruction for filling LPKPJ, also SOP about nursing care.
For results based on filling LPKPJ, they understand about the filling process, but for action not optimum yet because nurse has many task of nursing care, in Subadra, not only filling psyciatric assessment but also physic assessment because it is the psyciatric-physic room. Results based on nursing plan process is they understand to filling assessment for make sure of diagnosis of nursing and then make a planning to take action a nursing care, but in reality, this not optimum too. The last from monitoring and evaluation results is the monitoring and evaluation did along only for medical resume and informed consent, for other is not yet including.
Suggestions can be proposed to improved training about completeness medical record, including Psyciathric Patient Nursing Assessment Form, because the LPKPJ is also a part of medical records that complete for filling; do additional capacity for storage supply of medical records form depend as need; do a counting for need of nursing in a room for get ideal number of nursing in a room; do modifying Psyciathric Patient Nursing Assessment Format for Subadra room for effectiveness and eficiency; do additional spot for signature of nursing that do assessment in each room at the patient who'll be their guarantee to facilitate of monitoring and evaluation; do additional date coloumn in each point of assessment form for noted by nursing that filled the point for information of assessment did; do direction socialitation of medical records procedure to all of nurses; do techincal guidance of filling assessment in room.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45266
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Wida Rahayuningtias
"Latar Belakang : Isolasi sosial merupakan salah satu gejala negatif dari skizofrenia. Klien yang mengalami isolasi sosial jika tidak diintervensi dengan segera akan menyebabkan perubahan sensori persepsi : halusinasi dan risiko tinggi mencederai diri, orang lain bahkan lingkungan, serta berkurangnya kepedulian terhadap perawatan diri sendiri.
Kasus : Ny. N, usia 39 tahun selama dua belas hari perawatan di ruang Subadra, RSMM Bogor. Tanda dan gejala yang muncul pada Ny. N terkait masalah isolasi sosial berupa klien senang menyendiri di kamar dan tidak berbaur dengan temannya, tidak berkomunikasi sama sekali, kontak mata minimal, dan menunjukkan respon curiga.
Diskusi : Intervensi yang dilakukan berfokus pada membina hubungan saling percaya dan membangun pertemanan secara bertahap. Intervensi keperawatan yang dilakukan memberikan dampak positif kepada klien yang dibuktikan dengan penurunan tanda dan gejala isolasi sosial pada klien dan terdapat peningkatan nilai kognitif, afektif, dan perilaku klien dalam berinteraksi. Pengukuran nilai kognitif, afektif, dan perilaku klien diukur dengan instrumen kemampuan kognitif dan afektif, serta observasi perilaku klien dengan nilai Alfa Cronbach sebesar 0,945. Rencana tindak lanjut asuhan keperawatan dapat dimaksimalkan melalui asuhan keperawatan yang diperuntukkan bagi individu, keluarga, dan kelompok.
Kesimpulan : Klien dengan kemampuan sosialisasi yang buruk dapat dilakukan intervensi membangun pertemanan secara individu maupun berkelompok untuk meningkatkan kemampuan sosialisasinya. Keberhasilan intervensi yang dilakukan dipengaruhi oleh klien, perawat, dan kondisi lingkungan klien.

Background : Social isolation is one of negative symptoms of schizophrenia. Client with social isolation if not intervened immediately will cause a perceptual sensory change: hallusinations and high risk of self-injury and environment, and less awareness against self-care.
Case Report : Mrs. N, 39 years old in 12 days of treatment in Subadra room, Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Signs and symptoms that appear on Ny. N related issues of social isolation are happy to be alone in the room and not mingle with friends, not communicate at all, minimal eye contact, and show a suspicious response.
Discussion : Nursing intervention focuses on building trust and making friendships in stages. Nursing orders have a positive impact on client as evidenced by decreased signs and symptomps of social isolation and there is an increase scale in cognitive, affective, and client behaviour in interacting. Measurement of cognitive, affective, and client behaviour are measured by cognitive and affective ability and client behaviour instrument with Cronbach's Alfa value of 0.945. Nursing care follow-up plans are expected to be maximized both individually, family, and group.
Conclusion : Clients with poor socialization skills can be intervened to build friendship individually or in groups to improve socialization ability. The success of the intervention undertaken is influenced by client, nurse, and client environmental conditions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ragil Yuli Atmoko
"[ABSTRAK
Gaya hidup masyarakat perkotaan yang cenderung bebas dan beresiko mempunyai dampak yang buruk bagi kesehatan masyakat perkotaan, salah satunya yaitu seks bebas. Seks bebas yang terjadi pada masyarakat perkotaan mengakibatkan masalah seperti penyakit menular seksual. Pengobatan penyakit menular seksual diantaranya yaitu dengan proses operasi. Proses operasi pada pasien dapat menyebabkan ansietas (cemas). Ansietas merupakan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar yang dialamu oleh seseorang. Intervensi keperawatan ansietas pada pasien bedah dapat diberikan melalui seperti teknik relaksasi nafas dalam, distraksi, spiritual, dan edukasi. Latihan mengontrol ansietas dengan berbagai cara dapat menurunkan dan mengontrol ansietas pada pasien dengan rencana operasi.

ABSTRACT
Urban society, which has free and high-risk lifestyle, has bad impacts for their selves. One of bad impacts that are caused by urban society lifestyle is free-sex. Free-sex causes many problems and the main problem is sexual disease. Operation procedure is the common method to cure the sexual disease patient, yet it makes an anxiety in patient's feeling. Anxiety is an uncomfortable feeling or a vague fears that patient is felt. Anxiety nursing intervention in surgical patient can be given through deep-breathing relaxation technique, spiritual and education. Anxiety controlling exercises can decrease and control anxiety in surgical patient., Urban society, which has free and high-risk lifestyle, has bad impacts for their
selves. One of bad impacts that are caused by urban society lifestyle is free-sex.
Free-sex causes many problems and the main problem is sexual disease.
Operation procedure is the common method to cure the sexual disease patient, yet
it makes an anxiety in patient's feeling. Anxiety is an uncomfortable feeling or a
vague fears that patient is felt. Anxiety nursing intervention in surgical patient can
be given through deep-breathing relaxation technique, spiritual and education.
Anxiety controlling exercises can decrease and control anxiety in surgical patient.]"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fadly
"Isolasi sosial adalah salah satu tanda negatif dari skizofrenia. Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Praktik profesi ners merupakan proses pembelajaran di lahan praktek dengan melakukan asuhan keperawatan kepada klien secara langsung. Tujuan laporan kasus ini adalah untuk menganalisis tentang asuhan keperawatan isolasi sosial pada Tn. P dengan skizofrenia paranoid. Proses asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan standar asuhan keperawatan generalis selama enam hari rawat pada tanggal 7 - 12 Mei 2018 pada Tn. P dengan usia 32 tahun dan berjenis kelamin laki-laki.
Hasil didapatkan masalah keperawatan utama adalah isolasi sosial. Implementasi keperawatan berfokus pada kemampuan klien membina hubungan saling percaya dan meningkatkan kemampuan klien berinteraksi secara bertahap. Intervensi keperawatan memberikan dampak yang positif kepada klien dilihat dengan penurunan tanda dan gejala isolasi sosial pada aspek kognitif, afektif, fisiologis dan sosial, namun belum tampak penurunan pada aspek perilaku. Faktor yang menyebabkan klien sulit membina hubungan dengan perawat yaitu faktor internal dimana klien memiliki penilaian negatif terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan dan faktor eksternal dimana klien menganggap perawat sebagai stressor yang membahayakan. Rencana tindak lanjut pelayanan keperawatan diharapkan dapat dimaksimalkan baik secara individu, keluarga, kelompok dan komunitas.

Social isolation is among of the negative symptoms of schizophrenia. Social isolation is characterized by decline or loss inability to interact with others. Clinical practice learning in clinic providing nursing care directly to clients. This paper aimed to analyze the nursing care of social isolation on Mr. P with schizophrenia paranoid. The nursing care process is based on the standard of generalist nursing care witch provided for six days from May 7th throughout 12th 2018 on Mr. P aged 32 years male.
Main nursing problem was social isolation. Nursing intervention was emphasized on client's ability to establish mutual relationship and improve client's communication skills gradually. Nursing interventions affected client positively as manifested gy decreased signs and symptoms of social isolation on the cognitive, affective, physiological and social aspects, but there had not been a decline in behavioral aspects. Client's barriers in establishing relationship with nurses were internal factors in which clients had negative judgments about themselves, others and the environment and external factors where clients considered the nurse as a threatening stressor. Nursing care follow-up plans are expected to be maximized for individually, family, group and community.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
Pr-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tiany Futihat Maulida
"Latar Belakang: Halusinasi merupakan gangguan persepsi seseorang terkait adanya stimulus pada panca indera tanpa ada rangsangan eksternal yang nyata sehingga menyebabkan seseorang merasakan adanya stimulus yang sebenarnya tidak ada.Kasus: Klien wanita berusia 36 tahun masuk rumah sakit dengan alasan melakukan perilaku kekerasan. Klien memiliki riwayat perceraian dua kali. Selama di rumah sakit klien mengalami halusinasi pendengaran yang terjadi di malam hari. Klien sering merasa terganggu dengan halusinasi yang dialaminya hingga dapat menyebabkan klien melakukan perilaku kekerasan. Karena halusinasi terjadi di malam hari dapat mengganggu kebutuhan dasar klien untuk beristirahat.Diskusi: Implementasi keperawatan berfokus pada penerapan teknik berdzikir untuk mendistraksi klien dari halusinasi yang dialami klien dan pemenuhan kebutuhan dasar. Penerapan intervensi dilakukan berdasarkan prinsip penatalaksanaan halusinasi dengan teknik distraksi menggunakan dzikir. Intervensi dengan berdzikir memberikan kemajuan terkait kemampuan klien dalam mengontrol halusinasi. Rencana tindak lanjut yang dapat dimaksimalkan yaitu dengan cara melibatkan keluarga dalam perawatan klien sehari-hari di rumah.Kesimpulan: Kegiatan keagamaan dengan berdzikir dapat menurunkan gejala halusinasi pada klien. Klien perlu melakukan dzikir dengan kondisi fokus, memahami arti kata yang diucapkan, dan berserah diri kepada tuhan.

Background: Hallucinations are false someone perception associated with the stimulus in the five senses without any real external stimuli that cause a person to feel the existance of a stimulus that actually does not exist. Case Report: A 36-year-old female client is admitted to hospital for reasons of violent behavior. The client has a history of divorce twice. During at the hospital client experiences auditory hallucinations that occur at night. Clients often feel annoyed with the hallucinations they experience and cause clients to engage in violent behavior. Because the hallucinations occur at night can disrupt the basic needs of the client to rest.Discusion: The implementation of nursing focuses on applying dhikr techniques to distort clients from the hallucinations experienced by client and the fulfillment of basic needs. The application of intervention is based on the principle of management of hallucination with distraction technique using dhikr. Intervention with dhikr give progress related to the client rsquo;s ability to control hallucinations. A follow-up plan that can be maximized by involving the family in daily care.Conclusion: Religious activities with dhikr may decrease hallucination symptoms. Clients need to do dhikr with focus, understand the meaning of the spoken words, and surrendered to God."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Peni Cahyati
"Dalam manajemen sumber daya manusia di rumah sakit, terdapat proses untuk mengevaluasi prestasi kerja karyawan yang dikenal dengan istilah penilaian kinerja. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan sistem penilaian kinerja diantaranya adalah faktor peran karyawan sebagai penilai maupun yang diniiai. Untuk mengevaluasi sejauh mana sistem tersebut diterima oleh karyawan, salah satu teknik evaluasinya adalah dengan survey pendapat karyawan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kepuasan perawat terhadap sistem penilaian kinerja. Desain yang digunakan deskriptif korelasi bersifat cross sectional, dengan metode kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh melalui instrumen pengukuran pemahaman dan kepuasan terhadap sistem penilaian kinerja, konsep yang digunakan merupakan modifikasi dari konsep-konsep penilaian kinerja dari Anderson (1993), Handoko (1995), Bernadine & Russet (1993), Steers (1985), Saydam (1996) dan Nawawi (2000) . Sampel penelitian adalah 117 orang perawat pelaksana yang bekerja di Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre Jakarta dan pernah mendapatkan penilaian kinerja. Data kualitatif diperoleh melalui Focus Group Discussion (FGD) terhadap sembilan orang perawat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat di Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre Jakarta menyatakan puas dengan sistem penilaian kinerja dan pemahaman tentang sistem penilaian kinerja baik. Dari analisis bivariat menunjukkan bahwa umur, masa kerja dan tingkat pemahaman berhubungan dengan kepuasan terhadap sistem penilaian kinerja. Analisis multivariat memperoleh hasil masa kerja dan tingkat pemahaman berhubungan dengan kepuasan terhadap sistem penilaian kinerja, adapun yang paling dominan hubungannya dengan kepuasan terhadap sistem penilaian kinerja adalah. tingkat pemahaman 0=0,0005).
Analisis isi tentang kepuasan terhadap sistem penilaian kinerja, perawat menyatakan sistem penilaian kinerja dikaitkan dengan imbalan, syarat mengikuti pendidikan, syarat mendapatkan fasilitas lain, diumpanbalikkan dan dapat membedakan kinerja yang baik atau tidak baik. Sedangkan yang kurang memuaskan dan perlu ditingkatkan adalah penilai yang kurang obyektif dalam memberikan penilaian, umpan balik terlambat dan kurang arahan-arahan dari penilai.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka pihak manajemen Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre disarankan perlu mempertahankan tingkat kepuasan dan evaluasi terhadap kepuasan hendaknya dilakukan secara berkala, karena kepuasan bukan hal yang menetap tetapi akan berubah setiap waktu sesuai dengan perubahan situasi.

Analysis on Factors Related With Nurses Satisfaction Toward The System of Work Evaluation at Metropolitan Medical Centre Hospital JakartaDiscussing human resources at a hospital, there is a process to evaluate the work achievement of employee that is well known as work evaluation. Some factors effecting work evaluation success are employee's role either as appraiser or as the object of the evaluation. One of techniques to evaluate how far the system is well accepted by employee is survey of employee's opinion.
This research is to obtain description on nurses' satisfaction on work evaluation system. The used design was descriptive correlation with cross sectional, and utilized methods were qualitative and quantitative. The quantitative data was attained through instrument of understanding measurement and satisfaction on the work evaluation system, the functioned concept constituted modification of several work evaluations of Anderson (1993), Handoko (1995), Bernadine & Russel (1993), Steers (1985), Saydam (1996) and Nawawi (2000. The sample research was 117 executing nurses who work at Metropolitan Medical Centre Hospital Jakarta. They once experienced work evaluation. The qualitative data was obtained through Focus discussion group on nine hospital attendants.
The results indicated that the nurses of Metropolitan Medical Centre Hospital Jakarta were satisfied with the work evaluation system and the understanding of the work evaluation was good. The bivariat analysis implied that age, year of work, and understanding level were related with satisfaction on work evaluation system. The multivariat analysis got the results that the year of work and understanding level were connected with satisfaction on the work evaluation system, and the most dominant factor related with the satisfaction toward the system of work evaluation was the understanding level (p 0.0005).
The content analysis of satisfaction work evaluation system and the nurses stated that the evaluation system connected with reward, requirement to join a training, and eligibility to get other facilities, were fed back and could differentiate which work is good or bad. Meanwhile something less satisfying and need to be enhanced was less objective grading, late feed back, and less direction of grader.
Based on the research it is recommended that the Metropolitan Medical Centre Hospital Jakarta should keep the satisfaction level and the evaluation on the satisfaction should be carried out periodically since the satisfaction is not something constant but changeable anytime as the situation drag to change.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
T1234
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nano Supriatna
"Anggota keluarga dengan penyakit kronis seperti diabetes mellitus merupakan stresor bagi keluarga. Adanya stresor menuntut keluarga untuk melakukan mekanisme koping. Koping yang adaptif sangat diperlukan keluarga untuk dapat memberikan dukungan terhadap program pengobatan diabetes mellitus. berdasarkan hasil pengamatan selama bertugas di lapangan memperlihatkan bahwa perawat dalam menangani pasien diabetes mellitus sebagian besar hanya berfokus untuk kenyamanan dan keamanan pasien saja kurang memeperhatikan koping mekanisme yang digunakan keluarga dalam merawat anggota keluarganya yang sakit diabetes. Penelitian kuantitatif ini menggunakan metode survey deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui mekanisme koping keluarga yang merawat pasien diabetes mellitus tipe 2 di Poliklinik Diabetes Terpadu RS. Dr. Marzoeki Mahdi Bogor. Sampel sebanyak 88 orang keluarga yang mengantar penyandang diabetes berobat yang diambil dengan cara simple random sampling. Hasil penelitian menunjukan 98% responden mempunyai koping yang adaptif. Koping terbanyak yang dipilih responden adalah penggunaan dukungan sosial dengan prosentase 100%. Koping yang adaptif merupakan potensi keluarga untuk dapat merawat anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus dengan baik, sehingga hendaknya perawat melibatkan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien diabetes mellitus.

A family member with chronic deases like diabetic mellitus is stressor for family. The stressor make family to the coping mechanism. Adaptive coping indispensable family to be able to provide support to the program of treatment of diabetes mellitus. based on observations during a stint in the field showed that nurses in managing patients with diabetes mellitus mostly just focus on comfort and safety of patients have been less memeperhatikan families coping mechanism used in treating a sick family member with diabetes. This is quantitative study that used descriptive survey methods, to know of coping mechanism in family with diabetic mellitus in Intagrated Diabetic Policlinic Dr. H. Marzoeki Mahdi Hospital, Bogor. 88 family member for sample who delivered the patient with diabetic mellitus take by simple random sampling. The result of research showed 98% respondents using adaptive coping. Most respondents selected coping is the use of social supports with the percentage of 100%. The ability of the family to use social support spiritual support, find and accepted information, reframing, and adaptive thingking pasif, promote adaptive in family coping with diabetic mellitus type 2. Use an adaptive coping is family potential to care a family member with diabetic mellitus. So the nurse should be joined the family to give a nursing care for patient with diabetic mellitus"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S52989
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhaeni
"Dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang gambaran kinerja perawat pelaksana dan faktor paling dominan yang berhubungan dengan kinerja perawat pelaksana dilaksanakan penelitian deskriptif analitik dengan desain Cross sectional, terhadap 102 orang perawat pelaksana di RS Jiwa Makassar dari tanggal 23 - 28 Mei 2001. Hasil penelitian menggambarkan bahwa hanya variabel motivasi yang mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dengan kinerja perawat pelaksana.

Dominant Factors Correlated with Work of Hospital Attendant at Makassar Mental HospitalIn order to acquire information about determinant factors related to work performance of nurses in Makassar mental hospital, this analytic descriptive research designed with cross sectional is conducted toward 102 nurses in Makassar mental hospital on May 23 until May 28, 200l. The result indicated that statistically only variable of motivation that had significant connection with the work performance of nurses."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
T5239
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>