Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127940 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chairil Effendy
"Raje Ngalam atau 'Raja Alam' merupakan satu teks sastra lisan Sambas. Teks yang dianggap sakral oleh masyarakatnya itu masih terus ditransmisikan sehingga teksnya terdapat dalam sejumlah teks variabel. Hal itu menunjukkan bahwa teksnya masih fungsional bagi masyarakat pemiliknya.Penelitian ini berusaha mengungkap konvensi dan sistem yang mendasari terciptanya Raje Ngalam serta re-sepsinya. Usaha itu dilakukan dengan cara (a) mengungkap tempat teks dalam sejarah perkembangan masyarakat Sambas khususnya dan Melayu pada umumnya; (b) mengungkap struktur teks; (c) memahami sambutan penikmat sepanjang sejarah transmisi teks dari dahulu hingga masa kini, yang berarti pula memahami kedudukan dan fungsi teks dalam dinamik sistem dan sejarah sastra; (d) dan menyajikan teks yang terbaca oleh pembaca masa kini dalam bentuk teks suntingan dan terjemahannya.Raje Ngalam hidup dalam tradisi bedande', sedangkam teks-teks variabelnya--Wan Unggal, Dayang Dandi, Si Gantar Alam, dan Anak Mayang Susun Delapan Susun Sem--belan di Kayangan Anak Cuco' Si Gantar Alam--hidup da-lam tradisi becerite. Perbedaan kedua tradisi itu terletak pada cara penyajian teksnya. Teks-teks becerite dituturkan dengan cara biasa. Sebaliknya, teks-teks bedande' didendangkan. Meskipun demikian, kedua tradisi itu, termasuk pula tradisi tulis, tidak hidup secara otonom. Terdapat hubungan dinamik di antara ketiganya.Tradisi becerite kini masih tumbuh subur, sedangkan tradisi bedande' memprihatinkan. Dari tiga jenis bedande' yang pernah ada, kini hanya tinggal dua. Masing-masing tradisi itu kini hanya memiliki satu orang pedande'. Usia pedande' tunggal kini sudah tua. Oleh sebab itu, jika dalam waktu dekat tidak terdapat kaderisasi, jenis kesenian ini akan punah.Berdasarkan ciri dan konvensinya, Raje Ngalam me-rupakan prosa berirama, satu genre yang memiliki si-fat-sifat puisi dan prosa. Sebagai puisi, ia mengeks-ploitasi unsur bunyi sehingga menimbulkan sajak dan irama. Pengeksploitasian unsur bunyi itu menyebabkan totalitas teksnya ritmis dan melodius. Sebagai prosa, ia mengeksploitasi cerita. Unsur tersebut dibina oleh serangkaian peristiwa yang ditata secara episodis, bio-grafis, dan romantis.Telaah struktur menunjukkan bahwa wacana teksnya memanfaatkan sejumlah besar formula yang tumbuh dalam"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
D1648
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairil Effendy
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
D1650
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Gadjah Mada. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 1997
D1651
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairil Effendy
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
D1620
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Gadjah Mada. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 1997
D1649
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairil Effendy
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2001
899.29 CHA t (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
I Dewa Gede Windhu Sancaya
"Cerita Sam Pek Erg Tay (selanjutnya disingkat SPET) di Bali dikenal dengan nama Geguritan Sampik. Geguritan Sampik (selanjutnya disingkat GGS) yang diteliti ini ditulis dalam bahasa dan aksara Bali pada tahun 1915, dan digubah dengan menggunakan tembang-tembang macapat, yaitu suatu bentuk metra dan prosodi yang khas, yang dapat ditemukan baik di Jawa, Madura, Sunda, Bali, maupun Lombok.
Cerita SPET merupakan salah satu karya sastra Cina yang popular di tanah air kita untuk masa lebih dari satu abad lamanya (Abadi, 1994:xii). Kepopulerannya tidak terbatas di Cina saja (Ah Ving, 1956:3 ; Prijono, 195623 ; Kwee, 1977:224 ; Lubis, 1989: 225), tetapi juga meresap sampai kalangan orang-orang bumiputera, khususnya dikalangan kelompok etnis Jawa, Betawi, dan Bali (Abadi, 1990:xii), juga Madura (Detomo, 1987). Hal ini terbukti dari akulturasi kisah ini dalam ludruk dan ketoprak di Jawa, drama, tari dan tembang macapat di Bali (Kwee, 1977:225 ; Abadi, 1994:xii) dan juga drama gong (Agastia, 1979).
Abadi mengatakan bahwa sejak saduran Boen, Sing Hoo pada tahun 1885 hingga sekarang telah ada tidak kurang dari sepuluh judul buku serupa (3.994:xii), bahkan mungkin lebih. Saduran Boerr Sing Hoo merupakan saduran pertama cerita SPET dari bahasa Cina ke dalam bahasa Melayu (Nio, 1962 ; Suryadinata. 1988:105 ; Salmon, 1985 dan 1987:429). Dari saduran Boen Sing Hoo itulah GGS digubah, seperti halnya Serat Ing Tay dalam bahasa Jawa.

The Serat Ing Tay of 1902 mentions that, is based on a Malay source, and the Balinese Sampik Ingtai of 1915 opens with a stanza in Malay before switching to Balinese, thereby also suggesting a Malay source for the work (Quinn, 1987:535
Dilihat dari panjang cerita, struktur alur, dan motif-motifnya, terdapat kesejajaran antara GGS dengan cerita SPET saduran Boen Sing Hoo tersebut.
Menurut Tjan Tjoe Siam, cerita SPET ini sudah mulai terkenal (di Cina) pada abad keempat Masehi. Mula-mula berupa cerita lisan yang diceritakan turun-temurun, lambat laun cerita tersebut muncul dengan berbagai redaksi atau bentuk, baik dalam bentuk buku, sandiwara maupun film (Prijono, 1956:5 ; Abadi, I990:X). Seperti.lazimnya ceritacerita rakyat, kisah ini anonim dan mempunyai beberapa versi (Abadi, 1990:x). Selain dalam bahasa Melayu, Jawa, Madura, dan Indonesia, salah satu versinya ditemukan juga dalam bahasa Bali, baik dalam bentuk manuskrip (lontar) maupun dalam bentuk seni pertunjukan."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imran Teuke Abdullah
Jakarta: Internusa, 1991
899.224 2 IMR h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Widayati
"Seribu Dongeng adalah sebuah naskah karya penyalin dan pengarang Betawi, Muhammad Bakir. Naskah ini bernomor H1.240 dan merupakan edisi tunggal. Seribu Dongeng berisi 23 dongeng yang disampaikan sambung-menyambung. Tujuan utama dari penelitian terhadap naskah tersebut adalah untuk menyajikan suntingan teks. Analisis terhadap struktur dalam hal ini tokoh utama beserta penokohannya dan juga tema beserta amanat diperlukan untuk nemperlihatkan keterkaitan antar unsur tersebut.
Hasil analisis nenunjukkan adanya enam golongan tokoh utama dalam cerita ini yaitu raja, menteri, pertapa, pedagang, orang kaya, dan orang miskin. Tokoh utana dibagi ke dalam dua jenis yaitu tokoh antagonis dan protagonis. Penokohan dalam Seribu Dongeng ini menggunakan metode langsung. Tema umun dari ke-23 dongeng adalah pengajaran yakni jika manusia dalam menenpuh kehidupannya berpegang pada nilai-nilai kebaikan maka ia akan memperoleh kebahagiaan.
Adapun amanat dalam Seribu Dongeng selalu diungkapkan secara eksplisit di setiap akhir cerita. Dalan amanat tersebut disanpaikan contoh perilaku yang baik untuk dicontoh maupun yang harus dijauhi Pertalian antara tokoh, penokohan, tema, dan ananat ditunjukkan melalui urutan tokoh dan penokohan yang kemudian ditegaskan dengan tema dan amanat pada akhir cerita."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwar Djamaris
Jakarta: Balai Pustaka, 1991
959.81 EDW t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>