Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98227 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riani Emma Inkiriwang Winter
"Dari hasil analisis bab-bab sebelum ini, dapat diinterpretasi secara umum bahwa fenomena program media berita The O'Reilly Factor dapat dilihat sehagai operasionalisasi sebuah upaya hegemoni balasan (counter hegemony). Dilihat dari popularitas program tersebut, herdasarkan realitas rating tertinggi yang dicapainya selama hampir satu dekade, dapat dikatakan bahwa gerakan hegemoni balasan tersehut merupakan suatu upaya yang berhasil."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
D1834
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mamoto, Retno Sukardan
"Presentasi ini bermaksud untuk menganalisa liputan dari empat media massa terkemuka di Amerika Serikat menganai gerakan PRRI/Permesta dalam periode Februari sampai Juni 1958. Masa ini mencakup keterlibatan Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta. Keempat media massa ini secara keseluruhan memuat sebanyak 171 tulisan yang menyangkut peristiwa ini. Harian Washington Post dan TIme dalam bulan Februari menulis tentang berdirinya pemerintahan PRRI/Permesta dan tanggapan pemerintah pusat untuk menghancurkan pemberontak. Istilah "rebels" digunakan oleh keempat media massa ini untuk menyebut gerakan PRRI/Permesta. Para jurnalis menemukan kelemahan dari pihak organisasi pemberontakan ini, dengan segala gertakan dan ancamannya kepada pemerintah pusat, dan kekuatan yang diproklamirkan melalui jaringan berita luar negeri. Time sangat kritis terhadap pemerintah pusat, dan menyalahkan Sukarno atas kekacauan dalam negeri dengan mengutip kritik-kritik pemimpin pemberontak tentang kepemimpinan Sukarno. majalah ini menyatakan bahwa pemberontakan itu benar dan Sukarno salah. "
1999
JSAM-IV-JanJul1999-50
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Theophilus J. Riyanto
"Mass media in the form of print, electronic and broadcast journalism and the internet play a large role in I he process American presidential election. The Candidates and their campaign teams utilize the media to communicate with their potential voters. Conversely, the electorate gains apportunity to obtain information from die candidates so as to make an informed choice on election day."
2005
JSAM-X-1-JanJun2005-64
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Stania Puspawardhani
"Kepemilikan media di Amerika Serikat telah mengerut dalam beberapa dekade terakhir ini karena kebijakan pemerintah yang memperbolehkan sebuah perusahaan menguasai banyak media. Hal ini menimbulkan kekahwatiran mengenai isi pemberitaan yang terdistorsi oleh kepentingan bisnis atau kebijakan pemerintah.
Radio dukungan pendengar merupakan sebuah konsep radio publik baru yang diajukan oleh Lewis Kimball Hill pada tahun 1949 sebagai alternatif terhadap struktur media saat itu. Meskipun uang yang diperoleh dari pendengar seringkali tidak cukup untuk membiayai ongkos produksi keseluruhan, ide Hill masih dapat kita lihat sampai saat ini. Yayasan Pacifica yang didirikan HiII telah mengembangkan jaringannya dari stasiun KPFA di Berkeley, California, menjadi lima stasiun di seluruh Amerika Serikat. Konstituten utama radio ini adalah pendengarnya, karena itu kepentingan utama programnya adalah memenuhi kebutuhan pendengar. Hal ini sejalan dengan etika jurnalistik dimana salah satu prinsipnya adalah untuk melayani kepentingan publik.
Untuk melihat perbedaan isi yang diproduksi oleh media, saya mengkaji bagimana media arus utama (mainstream) dan media alternatif di Amerika Serikat menarasikan Perang Irak. Saya mengumpulkan hasil kajian yang dilakukan oleh lembaga-lembaga sebelumnya mengenai narasi media TV, radio dan cetak. Narasi yang saya bandingkan adalah berita the Washington Post dengan berita radio yang diproduksi Pacifica. Dengan analisis teks kritis, kedua media ini ternyata memiliki karakterisasi berbeda. Saya menemukan bahwa the Washington Post mendukung perang, sementara Pacifica menyuarakan anti-perang.

The thriving number of media ownership in United States has contracted in the couple of decades due to government policy to allow big corporations dominate most media outlets in the country. This creates concerns on the content of the media which is assumed distorted by business interest and/or government stance.
Listener-sponsored radio is a new public radio concept proposed by Lewis Kimball Hill in 1949 to be alternative of the current media structure. Although the money generated from listeners are often not sufficient to fund the whole radio operation, Hill's experiment is still exist and alive today. The Pacifica foundation enlarges their radio affiliation from KPFA station in Berkeley, California to five radio stations across United States. Main constituents of this radio is their listeners, and thus the content will be based on the listener interest. This seems in accordance with journalism ethics, which is to serve fair and correct information to the public.
To see the difference content produced by media, I examine how mainstream and alternative media in United States narrate Iraq War. I collect studies done by several organizations on media narration in TV, radio and print. I also compare the narration between mainstream media, which is the Washington Post with the alternative one, produced by Pacifica. Using the critical text analysis, these media have different characterization in their articles.I found out that the Washington Post voices the pro war stance in their editorials and article, while Pacifica voices the anti war aspiration.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20711
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firdha Fitria
"Studi tentang pengaruh media terhadap pasar saham mulai bermunculan. Banyak penelitian menemukan bahwa kedua variabel memiliki hubungan yang signifikan. Tesis ini meneliti apakah liputan media memiliki dampak yang signifikan terhadap return saham. Variabel lain seperti usia perusahaan, ukuran perusahaan, dan jenis kelamin CEO perusahaan juga memberikan dampak terhadap hubungan ini. Jumlah liputan media diukur dari jumlah berita tentang perusahaan yang dipublikasikan melalui jaringan berita, menggunakan Factiva. Sampel penelitian ini adalah top 25 bank dan perusahaan jasa keuangan kelembagaan di Amerika Serikat, berdasarkan total aset, untuk periode 3 tahun, dari 2011 sampai 2013. Dengan melacak jumlah berita dan harga saham bulanan, tesis ini mencoba untuk menyelidiki hubungan antara jumlah berita perusahaan dan return saham bulanan. Hasil menunjukkan bahwa jumlah berita memiliki hubungan yang signifikan terhadap return saham perusahaan. Ada juga bukti bahwa perusahaan yang menerima liputan media yang tinggi cenderung memiliki return saham yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang menerima liputan media yang rendah. Kapitalisasi pasar juga memiliki hubungan yang signifikan dengan return saham perusahaan, di mana usia perusahaan dan jenis kelamin CEO gagal untuk menjelaskan hubungan tersebut.

The studies about the effect of media coverage to the stock market seem to be emerged. Many researches found that both variables have significant relationship one and another. This thesis investigates whether media coverage imposed significant impact to the stock return. Another variable such as age of the company, size of the company, and the gender of the company’s CEO also give impact to this relationship. The amount of media covered is measured by the amount of news about the company published through newswire, which is acquired using Factiva. The sample of this thesis is top 25 banks and institutional financial services companies in the United States, based on its total assets, for the period of 3-years, from 2011 to 2013. By keeping track of the number of news and the stock price monthly, this thesis tries to investigate the relationship between the number of news of certain company and its monthly stock return. Results show that the number of news has significant relationship to the company’s stock return. There is also evidence that company that receives high media coverage tends to have higher stock return compared to the company that receives low media coverage. The market capitalization also has significant relationship with the company’s stock return, where the age of the company and CEO gender fail to explain the relationships."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samiul Hadi
"Media sosial telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Fenomena ini telah memberikan pengaruh signifikan terhadap penggunaan bahasa Indonesia, terutama dalam hal penggunaan kontraksi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh media sosial terhadap bahasa Indonesia dengan fokus pada fenomena kontraksi. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis data kualitatif dengan mengumpulkan dan menganalisis contoh-contoh penggunaan kontraksi dalam media sosial. Sampel data yang digunakan berasal dari komentar media sosial platform media sosial seperti Facebook, TikTok, dan Instagram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan kontraksi dalam bahasa Indonesia. Kontraksi yang dulunya hanya digunakan dalam percakapan informal, kini semakin umum digunakan dalam konteks media sosial. Penggunaan kontraksi ini sering kali dimotivasi oleh keterbatasan karakter atau ruang dalam platform media sosial, keinginan untuk berkomunikasi dengan cepat, serta adopsi gaya bahasa informal yang populer di media sosial. Simpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan kontraksi dalam gaya penulisan yang lebih santai dan singkat."
Serang: Kantor Bahasa Banten, 2023
400 BEBASAN 10:2 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Halifatullah Al-Khawarizmi
"Tesis ini membahas tentang Iran Versus Amerika Serikat (Perebutan Pengaruh dan Hegemoni di kawasan Timur Tengah tahun 1979-2008). Fokus masalah dalam penelitian ini terumuskan dalam tiga pertanyaan: Bagaimana upaya Iran untuk menciptakan pengaruh dan hegemoni ditengah kekuatan Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah; Bagaimana perebutan pengaruh dan hegemoni antara Amerika Serikat dan Iran di kawasan Timur Tengah; Bagaimana prospek kawasan Timur Tengah ditengah persaingan antara Iran dan Amerika Serikat. Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui langkah-langkah yang diambil sebuah negara dalam menciptakan hegemoni, dan untuk mengetahui bagaimana implikasi dari perebutan hegemoni di suatu kawasan. Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Hegemoni. Hegemoni berarti keunggulan atau supremasi dari negara, kelompok ataupun individu yang berupaya menguasai pihak lain. Secara lebih spesifik, penelitian ini menggunakan teori hegemoni dari neo-Gramscian yang mengernukakan ada tiga aspek penting dalam menciptakan hegemoni, yakni, politik; ekonomi; militer. Untuk melihat prospek kawasan Timur Tengah ditengah persaingan antara Iran dan Amerika Serikat, maka digunakan teori Hegemonic War.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode kualitataiil yakni, penelitian yang menghasilkan data yang bersifat deskriptif yang dapat berupa ucapan, tulisan, dan perilaku orang yang diamati. Upaya Iran dalam menciptakan hegemoni dapat dilihat dalam hubungan antara Iran dan Syria, Iran dan Hizbullah di Lebanon, Iran dan HAMAS di Palestina, Serta peranan Iran di Iraq. Iran mampu untuk menciptakan nilai-nilai dan cita-cita bersarna yang disepakati oleh negara ataupun kelompok tersebut. Sementara itu, Amerika Serikat cukup berhasil membangun kekuatan militernya. Hal tersebut dapat dilihat dari hubungan militer yang dibangun oleh Amerika Serikat dengan negara-negara di Timur Tengah seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Qatar, dan Bahrain. Secara ekonomi, Amerika Serikat menjadi pasar yang besar bagi negara-negara pengekspor minyak di Timur Tengah, hal ini menciptakan adanya interdependensi antara Amerika Serikat dan negara-negara penghasil minyak.
Kekuatan dari hegemoni Amerika Serikat terletak pada kemampuan koersifnya. Baik Iran ataupun Amerika Serikat kerap menyebarkan nila-nilai untuk mempengaruhi negara-negara Iain di kawasan. Iran pernah menyebut Amerika Serikat sebagai "setan besar", lalu presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad (2005-...) mempertanyakan kebenaran Holocaust, yang dianggap sebagai dasar berdirinya negara Israel yang merupakan Salah satu kepentingan Amerika Serikat di Timur Tengah. Sementara itu, Amerika Serikat juga menuduh Iran sebagai negara pendukung terorisme, dan juga negara yang berupaya untuk menciptakan senjata nuklir. Persaingan antara Iran dan Amerika Serikat masih akan bcrlangsung. Sclama distribusi kekualan masih berlangsung seperti ini, maka dapat dikatakan tidak akan terjadi perang besar di kawasan Timur Tengah.

This thesis discusses Iran Versus the United States of America (The Seizure of Influence and Hegemony in the Middle East Regions 1979-2008). The focus in this research is covered by three main questions: How lran's efforts to create the influence and hegemony in the domination of the United States in the Middle East Regions; How the seizure of influence and hegemony between United States and Iran in the Middle East Regions; How do prospects the Middle East Region in the rivalry between Iran and the United States. The objectives of this research are to know the policy has been taking by a country in creating hegemony and to find out how implications of seizing influence and hegemony in the region. Theoretical framework used in this research is the Hegemony Theory. Hegemony means preeminence or supremacy of the state, groups or individuals may exercise over others. The more specific, this research used Hegemony Theory of neo-Gramscian revealed that there are three important aspects in creating hegemony, there are political, economic, and military. Theory of Hegemonic War used to analyze the prospect of the Middle East Region in the rivalry between Iran and the United States of America.
The methodology in this research is a qualitative method. Qualitative method is a research that produces descriptive data which can be a speech, writing, and behavior. Iran's efforts in creating influence and hegemony can be seen in the relationship between Iran and Syria, Iran and Hizbullah in Lebanon, Iran and HAMAS in Palestine, and the role of Iran in Iraq. Iran success to create consensus of the common values and ideals with them. Meanwhile, United States of America was successful to build military power. It can be seen from a military cooperation that was built by the United States of America with the Middle East countries such as Saudi Arabia, United Arab Emirates, Kuwait, Qatar, and Bahrain. Economically, United States of America became a major market for the oil countries exporter in the Middle East, it creates the interdependence between the United States of America and the oil countries exporter.
Strength of the hegemony of the United States of America lies in the coercive ability. Neither Iran nor the United States of America often transmit values to influence other countries in the region. Iran is ever mentions the United States as the ?Great Satan", then Iranian President Mahmoud Ahmadinejad (2005-....) asking the truth of Holocaust tragedy, which is considered as a basic reason for the state of Israel, is one ofthe United States of America?'s interest in the Middle East. Meanwhile, The United States of America accuses Iran as a state terrorism sponsors, and also the country that attempts to create nuclear weapons. The rivalry between Iran and the United States of America will be held. If the distribution of power were still in progress like this, a war will not occur in the Middle East Region.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T32892
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Isma Athriya Safitri
"Tesis ini menjelaskan tentang strategi rebalancing Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik yang secara formal dinyatakan oleh pemerintahan presiden Obama pada tahun 2011. Amerika Serikat memilih Asia Pasifik sebagai pivot area kebijakan luar negerinya karena Asia Pasifik memiliki sejumlah makna strategis baik bagi Amerika Serikat maupun bagi dunia internasional. Asia Pasifik dikatakan sebagai key driven of global politics, sebab Asia Pasifik sangat strategis di bidang demografi, geografi, dan ekonomi. Melalui strategi rebalancingnya, Amerika Serikat berusaha untuk meningkatkan dominasi di sistem internasional dengan kawasan Asia Pasifik sebagai batu pijakannya. Hal ini merupakan bagian dari dinamika hegemoni Amerika Serikat yang selalu dipengaruhi oleh sistem internasional. Setiap kekuatan hegemoni Amerika Serikat mengalami penurunan, maka pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan suatu strategi untuk memperkuat kembali kekuatan hegemoni Amerika Serikat. Pada fase penurunan hegemoni saat ini, pemerintah Amerika Serikat menyatakan bahwa mereka harus cerdas dan strategis dalam memanifestasikan kebijakan luar negeri. Oleh sebab itu Amerika Serikat menggunakan strategi rebalancing di kawasan Asia Pasifik. Strategi rebalancing Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik, dijalankan dalam 3 agenda, yaitu 1 penguatan hubungan kemitraan strategis dengan negara-negara aliansi dan new emerging power baik secara bilateral ataupun multilateral, 2 asistensi dalam penyelesaian masalah-masalah kawasan dan pemberian jaminan bagi keamanan dan kestabilan di kawasan Asia Pasifik, dan terakhir 3 penanaman nilai-nilai universal Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik dalam setiap kerjasama dan kegiatan Amerika Serikat, seperti nilai-nilai demokrasi, liberalisasi, dan pembelaan terhadap hak asasi manusia.

This thesis describes the US rebalancing strategy in the Asia Pacific region that formally declared by the government of President Obama in 2011. The United States chose Asia Pacific as a pivot area of foreign policy because the Asia Pacific region has a number of strategic importance for both the United States and for the international system. Asia Pacific is said to be key driven of global politics, because the Asia Pacific region is very strategic in the field of demography, geography, and economics. Through their rebalancing strategy, the United States sought to increase dominance in the international system with the Asia Pacific region as a stepping stone. This is part of the dynamics of US hegemony that always influenced by the international system. When hegemonic power of US has decreased, then the US government released a strategy to reinforce the strength of US hegemony. In the current phase of the decline of hegemony, the United States government stating that they have to be smart and strategic in manifesting foreign policy. Therefore, the United States uses rebalancing strategy in the Asia Pacific region. Strategy of rebalancing the United States in the Asia Pacific region, run in 3 agenda, namely 1 the strengthening of strategic partnership relations with the countries of the alliance and the new emerging power either bilateral or multilateral, 2 assistance in solving the problems of the region and the provision of guarantees for security and stability in the Asia Pacific region, and last 3 the investment of universal values of the United States in the Asia Pacific region in each of the cooperation and activities of the United States, such as the values of democracy, liberalization, and the defense of human rights."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krisna Budiman
"Skripsi ini membahas mengenai Hegemoni Dolar yang dibedah melalui pemikiran Hegemoni Antonio Gramsci. Tulisan ini mengantarkan pembaca ke dalam sebuah pemahaman bahwa Dolar menjadi elemen hegemoni yang mengantarkan Amerika Serikat sebagai negara hegemon dalam kancah ekonomi politik global. Skripsi ini menjelaskan tentang berkembangnya fungsi mata uang yang melampaui fungsi asasinya. Dolar bukan lagi sekedar alat tukar, melainkan menjadi sebuah alat dan simbol bagi proses Hegemoni Amerika Serikat. Dolar kini menjadi sebuah hiperealitas murni yang abstrak dan menjadi elemen vital dalam dinamika ekonomi politik global. Skripsi ini menyimpulkan bahwa Dolar menjadi alat hegemoni karena persetujuan yang diberikan negara-negara lain kepada Amerika Serikat atas penetapan Dolar sebagai mata uang hegemon dalam kesepakatan Bretton Woods 1944.

This study discuss about the hegemony of the dollar which is described by Antonio Gramsci Hegemony thoughts. This paper bring readers into an understanding that the dollar became a hegemony element which deliver the United States as a hegemon country in the global political economy arena. This study explain about the development of the currency function beyond its basic function. The dollar is no longer just a medium of exchange, but became a tool and symbol of the United States Hegemony. Dollar has became a pure abstract hyper reality and became a vital element in the dynamics of the global political economy. This study concluded that the dollar became the instrument of hegemony because of the approval given by other countries to the United States for the determination of Dollar as a hegemon currency in the Bretton Woods Agreement in 1944."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S16173
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>