Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 64654 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahayu Surtiati Hidayat
Depok: Universitas Indonesia, 1989
D1815
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Surtiati Hidayat
"ABSTRAK
Latar Belakang
Ancangan Komunikatif dalam Pengajaran Bahasa Asing
Pengetesan(1) kemampuan berkomunikasi di dalam bahasa asing sama tuanya dengan pengajarannya. Memang pengajaran(2) bahasa asing telah dilakukan sejak 25 abad yang lalu (Kelly 1969), namun apakah kemampuan yang akan dicapai dalam pengajaran itu adalah kemampuan berkomunikasi seperti yang dimaksud sekarang, masih harus ditinjau lebih lanjut. Sejalan dengan itu, masalah pengetesan kemampuan berkomunikasi di dalam bahasa asing menjadi menarik. Agar masalah pengetesan itu menjadi jelas, marilah kita tengok terlebih dahulu riwayat ancangan komunikatif di dalam pengajaran bahasa asing.
Kita semua tahu bahwa bahasa adalah alat yang digunakan oleh anggota masyarakat bahasa untuk saling berhubungan. Di dunia ini terdapat bahasa yang sama banyaknya dengan jumlah masyarakat bahasa, dan sering terjadi anggota suatu masyarakat bahasa berhubungan dengan anggota masyarakat bahasa lain. Dalam hal itu orang harus memilih: menggunakan bahasa masyarakat lain itu, atau menggunakan penerjemah sebagai perantara dalam komunikasi. Jika jalan pertama yang dipilih, orang harus belajar bahasa lain itu untuk dapat berkomunikasi. Jika jalan kedua yang dipilih, tenaga penerjemah dapat dimanfaatkan. Sebenarnya keinginan untuk berkomunikasi dengan anggota masyarakat bahasa yang lain timbul karena keperluan mengetahui hal-hal yang terdapat dalam masyarakat bahasa itu, misalnya budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan oleh masyarakat itu. Di samping keperluan meraih hal yang tidak terdapat dalam masyarakatnya, orang yang belajar bahasa lain itu merasakan pula keperluan menyampaikan pikiran dan pengalaman kepada anggota masyarakat bahasa yang lain, sehingga terjadi pertukaran gagasan dan pengalaman.
Orang biasanya belajar pertama-tama bahasa masyarakat tempatnya berada, oleh karena itu bahasa yang diperolehnya disebut bahasa pertama atau, karena biasanya ibu yang mengajarkan bahasa itu, disebut pula bahasa ibu. Kemudian ia belajar bahasa yang digunakan oleh masyarakat lain. Karena dalam pembelajarannya(3), bahasa itu menduduki tempat kedua, maka lazim disebut bahasa kedua, nama yang mencakup pula bahasa lain yang diperoleh pada tahapan selanjutnya. Seringkali bahasa kedua itu datang dari negeri asing, maka disebut juga bahasa asing.(4).
Proses belajar-mengajar bahasa asing tidaklah sama dengan proses belajar-mengajar bahasa ibu. Proses yang terakhir itu dimulai sejak anak lahir, dan dilakukan setiap hari secara tidak sistematis. Tidak ada seleksi, penahapan, ataupun penjenjangan. Anak menangkap ujaran dari lingkungannya yang terdekat karena perlu berkomunikasi dengan orang lain. Unsur bahasa serta unsur luar bahasa direkamnya selama beberapa tahun, sedangkan ketepatan menggunakannya diperoleh berkat pengalaman dalam komunikasi.
Proses belajar-mengajar bahasa yang seperti itu, artinya di dalam situasi komunikasi yang sebenarnya, membuat penutur asli mampu menggunakan bahasa ibunya secara tepat dan benar, artinya sesuai dengan situasi komunikasi tertentu.
Pembelajaran bahasa asing biasanya dilaksanakan pada saat orang sudah menguasai bahasa ibunya, terkadang ia juga sudah menguasai bahasa lain. Singkatnya pelajar bahasa asing sudah memiliki sistem suatu bahasa di benaknya sebelum ia belajar bahasa asing. Proses pemerolehan kemampuan berbahasa asing sering kali juga terjadi dalam pendidikan formal ketika pelajar "di paksa" belajar unsure-unsur yang telah dipilih dan harus mengikuti tahapan belajar yang tertentu sehingga ia menghayati suatu bahasa yang kurang lebih "seragam". Meskipun demikian pengajaran bahasa asing tetap bertujuan agar pada masa mendatang pelajar mampu menggunakan berbagai variasi bahasa dalam berkomunikasi sesuai dengan keperluan komunikasi yang sejati."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1989
D75
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Surtiati Hidayat
Jakarta: Intermasa, 1990
418.4 RAH p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Faizah
"Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah apakah bahan pengajaran membaca dalam bahasa Inggris di SMA di Indonesia sudah mencerminkan pendekatan komunikatif seperti yang diharapkan pada Kurikulum 1984. skripsi ini bertujuan untuk menganalisis apakah bahan pengajaran membaca dalam buku bahasa Inggris la untuk SMA terbitan Balai Pustaka yang berfungsi sebagai buku teks wajib untuk SMA di Indonesia sudah mencerminkan pendekatan komunikatif sebagaimana yang diharapkan pada Kurikulum 1984. Teori yang digunakan adalah teori pengajaran bahasa dengan pendekatan komunikatif. teori pemilihan bahan bacaan dan teori tes membaca. Dari hasil analisis dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa bahan pengajaran dalam buku Bahasa Inggris la untuk SHA tersebut belum mencerminkan pendekatan komunikatif sebagaimana yang diharapkan pada kurikulum 1984."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S13920
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irna Nirwani Djajadiningrat
"Penelitian ini bertolak dari permasalahan penguasaan kosakata, pemahaman membaca, dan kadar hubungan antara kedua variabel tersebut. Untuk menjawab permasalahan itu, penelitian ini menggunakan tes skala pengetahuan kosakata dan tes isi-rumpang.
Populasi penelitian berjumlah 260 mahasiswa yang berasal dari Universitas Darma Persada, Universitas Borobudur, dan Universitas Kertanegara. Populasi penelitian adalah mahasiswa pendidikan diploma tiga Jurusan Bahasa Inggris semester VI. Karena besarnya populasi, penelitian ini menggunakan percontoh yang ditarik dengan teknik purposive sampling, agar jumlah percontoh tiap Universitas sama. Jumlah percontoh ialah 90 mahasiswa.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa penguasaan kosakata, terutama sanding kata pemelajar berkategori baik. Pemahaman membaca pemelajar pun berada pada tingkat independen. Selain itu, uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara penguasaan kosakata dan pemahaman membaca dan kadar hubungan kedua variabel itu bersifat signifikan. Dengan begitu, faktor penguasaan leksis tidak dapat diabaikan dalam pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing.
Berdasarkan analisis butir tes, diketahui bahwa dari ketiga materi butir tes skala pengetahuan kosakata, materi kolokasi merupakan materi yang memiliki tingkat kesalahan pengerjaan tertinggi, disusul oleh materi idiom dan ungkapan. Hal itu disebabkan oleh perbedaan ciri dari ketiga materi tersebut. Kesalahan yang dilakukan pada materi kolokasi disebabkan oleh sifat kolokasi yang terbuka, terutama kolokasi lemah dan kolokasi setengah kuat dan kemungkinan terjadinya transfer negatif."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T1453
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilie Suratminto
"Pokok bahasan tesis ini adalah tentang beberapa aspek dalam proses belajar mengajar bahasa asing, terutama mengenai asumsi umum sebagai berikut:
· bahwa pengajaran bahasa harus dimulai dengan banyak latihan mendengar dan membaca;
· bahwa harus ada hubungan yang erat antara kemahiran membaca dan kemahiran mendengar sejak tingkat awal.
Berdasarken asumsi-asumsi tersebut dapat dihipotesiskan bahwa apabila membaca dibantu dengan mendengar dalam proses belajar bahasa asing tingkat pemula, maka retensi leksikal akan meningkat.
Untuk menguji hipotesis ini telah dilaksanakan eksperimen terhadap dua grup mahasiswa asing yang sedang belajar bahasa Belanda tingkat pemula di Fakultas Sastra Rijksuniversiteit Leiden Belanda. Kepada mereka diberikan dua jenis teks bacaan (A dan B) yang paralel dengan kondisi test dengan mendengar dan tanpa mendengar. Setiap teks tersebut terdiri dari dua jenis pertanyaan, yaitu pertanyaan pilihan ganda atau MC (multiple choice) dan pertanyaan isian tertutup (cloze test) atau CT.
Jika hipotesis tersebut benar, hasil eksperimen akan menunjukkan bahwa membaca dibantu dengan mendengar akan memperoleh skor lebih tinggi bila dibandingkan dengan skor pada kondisi test tanpa mendengar.
Hipotesis akan berkebalikan apabila ternyata bahwa kondisi mendengar tidak ada efek, dengan kata lain tidak ada perbedaan skor antara kedua kondisi test yang berbeda.
Untuk menguji hasil skor dalam eksperimen ini dipergunakan dua model analisis statistik, yaitu analisis variansi dan analisis regresi. Hasil eksperimen dapat dievaluasi sebagai berikut:
1. Skor test membaca teks B dalam kondisi mendengar pada kedua jenis test (MC dab CT) lebih tinggi dari pada skor test pada kondisi tanpa mendengar. Hal yang sama terjadi pada teks A, tetapi hanya pada jenis pertanyaan MC.
2. Skor test teks A pada kondisi mendengar pada jenis pertanyaan CT lebih rendah dari pada skor test pada kondisi test tanpa mendengar.
3. Ramalan skor test dengan analisis regresi dari membaca tanpa dibantu dengan mendengar ke membaca dengan dibantu mendengar menunjukkan bahwa responden yang sudah mencapai skor maksimum faktor mendengar justru mengganggu.
4. Melalui analisis variansi ditemukan bahwa ada efek test dan interaksi yang signifikan pada kedua test.
Berdasarkan hasil eksperimen ditarik catatan sebagai berikut:
1. Kedua jenis teks bacaan yang dipergunakan dalam eksperimen masing-masing mempunyai spesifitas yang berbeda, walaupun kedua teks tersebut mempunyai derajat kesulitan kosa kata dan tatebabasa yang sama. Derajat kesulitan tersebut yang dipakai sebagai dasar penentuan dua teks yang berbeda menjadi paralel tidak cukup, tanpa memperhatikan isi teks yang kemungkinan dapat mempengaruhi prestasi skor test.
2. Pengajaran kemahiran membaca pada tingkat pemula harus dibantu dengan mendengar. Prestasi skor test teks B pada kondisi mendengar menunjukkan kenaikan retensi leksikal.
3. Pemilihan responden dalam eksperimen ini berdasarkan sistem acak (random sampling), dengan jumlah responden yang kecil menunjukkan bahwa kedua teks tersebut spesifikk. Kemungkinan dengan jumlah responden yang lebih besar dari pada eksperimen ini akan terdapat perbedaan yang lebih signifikan, misalnya pengaruh kondisi test dan sebagainya.
4. Hasil penelitian ini dapat diujikan pada responden yang dipilih berdasarkan faktor yang relevan misalnya berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, latar belakang budaya atau bahasa ibu (eksperimen spesifik). Untuk di Indonesia cukup menarik diketahui apakah kedua teks tersebut yang dipergunakan dalam eksperimen ini benar-benar spesifik dan apakah polanya juga sama dengan penelitian ini.
5. Pada anelisis regresi garis regresi tidak mendatar tetapi menanjak semuanya. Hal ini berarti bahwa hasil regresi ini menantang untuk diadakan eksperimen replikasi dengan pola yang sama dengan jumlah responden yang lebih besar."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fashila Desfianti
"Tesis ini membahas pengaruh penerapan membaca kritis dalam proses pembelajaran kemahiran membaca bahasa Jepang pada tingkat universitas. Penelitian ini merupakan penelitian praeksperimental yang melibatkan dua kelompok pemelajar yang terbagi dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan eksplanasi tentang penerapan kegiatan membaca kritis dan pengaruhnya terhadap kemampuan pemelajar dalam proses pembelajaran kemahiran membaca TBJ. Populasi penelitian ini adalah pemelajar Indonesia jurusan bahasa Jepang sebagai bahasa asing (JFL) yang telah menerima pemelajaran bahasa Jepang selama dua tahun di universitas. Pemelajar di kelas eksperimen menerima pembelajaran kemahiran membaca dengan kegiatan membaca kritis, sedangkan pemelajar di kelas kontrol menerima pembelajaran kemahiran membaca dengan strategi membaca cepat dan latihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan membaca kritis tidak dapat meningkatkan kemampuan pemelajar secara signifikan. Namun, hasil kuesioner dan wawancara menunjukkan bahwa respon pemelajar terhadap penerapan kegiatan membaca kritis cukup positif. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa penggunaan tes terbuka lebih tepat diberikan kepada kelompok pemelajar yang mendapatkan kegiatan membaca kritis dibandingkan dengan tes pilihan ganda. Kendala yang dialami oleh pemelajar ketika mengikuti pembelajaran kemahiran membaca dengan kegiatan membaca kritis yaitu kesulitan dalam pemahaman kosakata dan struktur kalimat yang digunakan dalam teks berbahasa Jepang.

This thesis discusses the implementation of critical reading in the learning process of Japanese language reading skills on undergraduate level. This study is a pre-experimental study involving two groups of learners, which are divided into control and experimental classes. It aims to explain the effect of critical reading implementation on learners ability to comprehend Japanese texts in Japanese reading class. The study population was Indonesian learners majoring in Japanese as a foreign language (JFL) who have been studying Japanese for two years in university. In the experimental class, students received reading skills learning with critical reading activities, while students in the control class received reading skills learning with speed reading strategies and exercises. The result showed that the implementation of critical reading could not significantly improve learners reading abilities. However, the result of the questionnaire and interviews indicate that the students response to the implementation of critical reading activities was quite positive. In addition, the result showed that the use of open-ended questions is more appropriate to assess critical reading rather than multiple choice test. The constraints which were experienced by students when they took part in this course is understanding vocabulary and sentence structures which are used in Japanese texts.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
T54465
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"In a language testing,validity play a very important role validity is to see how the result of the test contribute in making decisions in relation with the goals determined in advance...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
M. Soenardi Djiwandono
Bandung: ITB Press, 1996
407 SOE t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Danihar Irawati Is. Gunawan
"Pembahasan deskriptif sufiks nominalisator bahasa Perancis dilakukan karena jumlah dan macamnya yang banyak, di mana setiap macam memiliki satu nilai atau lebih. Deskripsi ini bertujuan untuk memerikan macam macam sufiks nominalisator tersebut dan nilai yang dimiliki oleh setiap macamnya. Pembahasan sufiks nominalisator ini dilakukan berdasarkan teori linguistik aliran fungsional, khususnya yang menyangkut morfologi. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan kamus ekabahasa Petit Robert 1, Dictionnaire de ia Langue Francaise. Sufiks nominalisator yang dapat bergabung dengan verba ada 17 buah, dengan adjektiva hanya 3 buah dan dengan keduanya ada 14 buah. Hasilnya menunjukkan bahwa pembentukan nomina melalui proses afiksasi atau derivasi, cenderung terjadi pada verba. Penambahan sufiks nominalisator pada sebuah verba dapat menghasilkan bermacam-macam nilai, dan nilai terbanyak adalah nilai tindakan. Dari 33 sufiks nominalisator yang ada, sufiks nominalisator, yang produktif adalah sufiks nominalisator -ment mencapai jumlah 1024 (18.08%)."
Depok: Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>