Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172475 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Infeksi Nosokomial masih menjadi masalah serius di rumah sakit baik di Indonesia maupun di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola bakteri dan sensitivitasnya terhadap antibiotik serta sumber penularan yang berpotensi sebagai penyebab infeksi nosokomial di Ruang Rawat Bedah RSUDZA. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif melalui metode observasional laboratorium. Sampel penelitian diambil dari Ruang Rawat Bedah RSUDZA berupa spesimen yang terdiri dari usap tangan/hidung/luka pasien, tangan/hidung tenaga kesehatan, peralatan, mobiler ruangan dan udara ruangan. Spesimen yang diperoleh dilakukan kultur dan uji sensitivitas antibiotik di Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSUDZA. Data dianalisis secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 64spesimenyang diperoleh, 36 spesimen(56,25%) diantaranya terisolasi bakteri sebanyak 38 isolat, sementara 28 spesimen (43,75%) lainnya steril. Hasil identifikasi dari 38 isolat bakteri ditemukan bakteri patogen sebanyak 10 isolat (26,31%) dan non patogen sebanyak 28 isolat (76,32%). Pola kuman patogen yang berpotensi sebagai penyebab infeksi nosokomial di Ruang Rawat Bedah RSUDZA terbanyak adalah Staphylococcus aureus (70%), diikuti P. aeruginosa, E. coli danAcinetobacter sp. masing-masing 10%. Sumber penularan terbanyak yang berpotensimenyebabkan infeksi nosokomial adalah mobiler ruangan, kemudian diikuti dengan pasien dan tenaga kesehatan. Staphylococcus aureus masih sensitif terhadap vankomycin dan clindamycin masing-masing sebesar 100% dan 85,71%, namun demikian semuanya telah resisten terhadap oxacillin sehingga bakteri ini digolongkan ke dalam MRSA. Pseudomonas aeruginosa hanya sensitif terhadap meropenem sehingga digolongkan ke dalam bakteri penghasil ESBL. Escherichia coli masih sensitif terhadap antibiotik golongan cephalosporin, fluoroquinolon dan meropenem sedangkan Acinetobacter sp sudah resisten terhadapantibiotik golongan cephalosporin, fluoroquinolon dan meropenemnamun masih sensitif terhadap gentamisin dan tobramisin. Infeksi Nosokomial masih menjadi masalah serius di rumah sakit baik diIndonesia maupun di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui polabakteri dan sensitivitasnya terhadap antibiotik serta sumber penularan yangberpotensi sebagai penyebab infeksi nosokomial di Ruang Rawat BedahRSUDZA. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif melalui metodeobservasional laboratorium. Sampel penelitian diambil dari Ruang Rawat BedahRSUDZA berupa spesimen yang terdiri dari usap tangan/hidung/luka pasien,tangan/hidung tenaga kesehatan, peralatan, mobiler ruangan dan udararuangan. Spesimen yang diperoleh dilakukan kultur dan uji sensitivitasantibiotik di Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSUDZA. Data dianalisissecara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa 64spesimenyang diperoleh, 36 spesimen(56,25%) diantaranya terisolasi bakteri sebanyak 38 isolat, sementara 28spesimen (43,75%) lainnya steril. Hasil identifikasi dari 38 isolat bakteriditemukan bakteri patogen sebanyak 10 isolat (26,31%) dan non patogensebanyak 28 isolat (76,32%). Pola kuman patogen yang berpotensi sebagaipenyebab infeksi nosokomial di Ruang Rawat Bedah RSUDZA terbanyak adalahStaphylococcus aureus (70%), diikuti P. aeruginosa, E. coli danAcinetobactersp. masing-masing 10%. Sumber penularan terbanyak yang berpotensimenyebabkan infeksi nosokomial adalah mobiler ruangan, kemudian diikutidengan pasien dan tenaga kesehatan. Staphylococcus aureus masih sensitifterhadap vankomycin dan clindamycin masing-masing sebesar 100% dan85,71%, namun demikian semuanya telah resisten terhadap oxacillin sehinggabakteri ini digolongkan ke dalam MRSA. Pseudomonas aeruginosa hanyasensitif terhadap meropenem sehingga digolongkan ke dalam bakteri penghasilESBL. Escherichia coli masih sensitif terhadap antibiotik golongancephalosporin, fluoroquinolon dan meropenem sedangkan Acinetobacter spsudah resisten terhadapantibiotik golongan cephalosporin, fluoroquinolon danmeropenemnamun masih sensitif terhadap gentamisin dan tobramisin.
"
610 JKY 20:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Irsandi Johan
"Penggunaan antibiotik dalam jumlah yang banyak dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat diduga sebagai penyebab utama tingginya jumlah patogen dan bakteri komensal resisten di seluruh dunia. Pengurangan jumlah kejadian penggunaan antibiotik yang tidak tepat merupakan cara terbaik untuk melakukan kontrol terjadinya resistensi bakteri. Batas toleransi bagi masing-masing indikator untuk peresepan antibiotik pada penatalaksanaan ISPA non-pneumonia sebesar 20%, penggunaan antibiotik pada penatalaksanaan diare non-spesifik 8%. Tujuan dari penyusunan laporan praktik kerja ini adalah untuk mengetahui peran apoteker dalam monitoring penggunaan obat rasional antibiotik pada pasien dengan diagnosis ISPA non-pneumonia dan diare non-spesifik di Puskesmas Kecamatan Kalideres bulan Juni 2023. Pelaksanaan dilakukan secara observasional deskriptif, data penelitian diperoleh secara retrospektif dengan mengambil data resep bulan Juni 2023 melalui sistem setelah dilakukan pelayanan terhadap pasien dengan diagnosis ISPA non-pneumonia dan diare non-spesifik. Dari monitoring yang telah dilakukan diketahui bahwa persentase penggunaan obat antibiotik pada pasien dengan diagnosis ISPA non-pneumonia dan diare non-spesifik di Puskesmas Kecamatan Kalideres bulan Juni 2023 dapat dikatakan rasional dan telah sesuai dengan kriteria POR Nasional yaitu ≤ 20% untuk kasus ISPA non-pneumonia dan ≤ 8% untuk kasus diare non-spesifik.

The excessive use of antibiotics and inappropriate antibiotic use are suspected as the main causes of the high prevalence of resistant pathogens and commensal bacteria worldwide. Reducing the incidence of inappropriate antibiotic use is the best way to control bacterial resistance. The tolerance limit for each indicator for antibiotic prescribing in the management of non-pneumonia acute respiratory infections (ARIs) is 20%, while for the management of non-specific diarrhea, it is 8%. The purpose of this internship report is to understand the role of pharmacists in monitoring rational antibiotic use in patients diagnosed with non-pneumonia ARIs and non-specific diarrhea at the Kalideres District Health Center in June 2023. The implementation was done descriptively through observational methods, with research data obtained retrospectively by collecting prescription data from June 2023 through the system after providing services to patients with non-pneumonia ARIs and non-specific diarrhea. From the monitoring conducted, it was found that the percentage of antibiotic drug use in patients diagnosed with non-pneumonia ARIs and non-specific diarrhea at the Kalideres District Health Center in June 2023 can be considered rational and has met the National POR criteria, which are ≤ 20% for non-pneumonia ARIs cases and ≤ 8% for non-specific diarrhea cases."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"The multi species oral bacterial biofilm contributs to plaque formation, tooth caries, infection of oral mucosa and also periodontal disease. Caries prevention is possible by controlling the bacterial population, eg by application. Betacactam antibiotics are drugs of choise because most oral infections are caused by mixture of anaerobic bacteria. The peptidoglican reaction in bacterial cell walls by betalactam resuls in bacterial lysis. Recently, bacterial resistance to betalactam antibiotics has been found to occur frequently by several cellular mechanisms, such as bacterial production of B-lactamase, mutation of penicillin-binding protein (PBP) with low affinity to antibiotics, or decrease of cell wall permeability to betalactam. Bacteria can acquire resistance genes by mutation or exchange of genes."
Journal of Dentistry Indonesia, 2004
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Fatkhur Rohman
"Penggunaan antibiotik yang tinggi pada pasien sepsis dapat memicu penggunaan antibiotik yang tidak rasional. Upaya untuk memaksimalkan penggunaan antibiotik yang rasional merupakan salah satu tanggung jawab apoteker. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas dan kuantitas penggunaan antibiotik pada pasien sepsis di ruang rawat Intensive care unit (ICU) dengan metode Gyssens dan ATC/DDD dan mengevaluasi pengaruh intervensi apoteker dalam meningkatkan kualitas penggunaan antibiotik dan outcome terapi. Penelitian dilakukan secara prospektif selama periode Agustus-November 2018 dengan menggunakan rancangan studi pra eksperimen one grup pretest-posttest. Rekomendasi diberikan kepada penulis resep terhadap masalah ketidaktepatan penggunaan antibiotik yang ditemukan. Evaluasi kualitatif dengan metode Gyssens diperoleh hasil bahwa penggunaan antibiotik pada pasien sepsis yang rasional sebesar 85,09 % dan yang tidak rasional sebesar 14,91 %. Jenis antibiotik, jenis terapi antibiotik, jumlah antibiotik  dan lama penggunaan antibiotik berpengaruh terhadap kualitas penggunaan antibiotik. Intervensi meningkatkan ketepatan penggunaan antibiotik (0 % menjadi 64,71 %), menurunkan masalah pemilihan antibiotik (88,24 % menjadi 32,35 %), masalah lama pemberian antibiotik (5,88 % menjadi 0 %) dan masalah rute pemberian obat (5,88 % menjadi 0 %). Kualitas penggunaan antibiotik yang rasional dan yang tidak rasional berpengaruh terhadap hasil terapi. Kuantitas penggunaan antibiotik sebesar 63,84 DDD/patient-day dengan nilai terbesar pada antibiotik meropenem yaitu 32,91 DDD/patient-day.

High use of antibiotics in sepsis patients can lead to irrational use of antibiotics. Pharmacist has responsibility to improve appropriate antibiotics usage. This study was proposed to evaluate quality and quantity of antibiotics usage in sepsis patients in the Intensive care unit (ICU) ward with the Gyssens and ATC/DDD methods and evaluate whether intervention of pharmacy can improve quality of antibiotics usage and therapy outcome. The study was conducted prospectively during the period August - November 2018 using pre experiment one grup pretest-posttest design. Recommendations were given to prescribers to solve the problems of inappropriate antibiotics usage. Qualitative evaluation using that about 85.09 % antibiotic prescriptions were appropriate, and 14.91 % were inappropriate. Type of antibiotics, type of antibiotic therapy, total and duration antibiotics used by patients have effect on quality and quantity antibiotics usage. Intervention of pharmacist improve appropriateness of antibiotics (0% to 64.71 %), decrease drug choice problems (88.24 % to 32.35 %), duration problems (5.88 % to 0 %) and route of administration problems (5.88 % to 0 %). Appropriate used of antibiotics had significant different effect to outcome therapy compare with inappropriate used of antibiotics. The quantity of antibiotic use is 63.84 DDD/patient-day with the greatest value on meropenem antibiotics is 32.91 DDD/patient-day."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T53678
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuty Rizkianti
"ABSTRAK
Infeksi Intra abdominal masih merupakan masalah karena angka mortalitas yang tinggi. Tatalaksana menggunakan antibiotik empiris didasarkan pada profil bakteri dan antibiogram di suatu wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan profil bakteri dan antibiogram pada infeksi intra abdominal di RSUPN Cipto Mangunkusumo yang dapat digunakan sebagai dasar pemilihan antibiotika untuk tatalaksana infeksi intra abdominal. Parameter yang diteliti adalah bakteri yang paling sering didapatkan pada kultur cairan asites dan jaringan yang berasal dari intra abdomen pasien dengan diagnosis infeksi intra abdominal dan pola kepekaan bakteri tersebut terhadap antibiotik. Desain penelitian adalah potong lintang dengan 73 subjek. Pada penelitian ini didapatkan bakteri yang paling sering diisolasi pada kultur adalah E.coli dan K. Pneumoniae dengan sensitivitas baik pada antibiotik golongan Karbapenem Meropenem, Doripenem, dan Imipenem , Amikacin, Tigecycline, dan Vancomycin. Angka mortalitas didapatkan 31.5

ABSTRACT
Intra abdominal infections remains a problem due to its high mortality rate. The empirical antibiotic is based on region database of the bacteria profile and its sensitivity to antibiotic. This study aims to get a bacteria profile of intra abdominal infections and antibiogram in Cipto Mangunkusumo which is can be use as a basis for selecting an antibiotic for the treatment of intra abdominal infections. Studied parameters were bacteria most often found in ascites fluid and tissue cultures derived from patients with a diagnosis of intra abdominal infections and their sensitivity pattern to antibiotics. The study design was cross sectional with 73 subjects. In this study, the most frequently isolated bacteria cultures are E. coli and K. pneumoniae with good sensitivity to antibiotics Meropenem, Doripenem, Imipenem, Amikacin, Tigecyclin, and Vancomycin. The mortality rate was 31.5 ."
2017
T55609
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Fahri
"[Tujuan: untuk menggambarkan jenis kuman dan sensitifitas kuman terhadap anti mikroba pada pasien yang terpasang DJ stent di RSUP DR. Sardjito.
Metode dan cara: penelitian dilakukan secara prospektif dimana seluruh pasien yang dilakukan pelepasan DJ stent dan dilakukan pemeriksaan kultur sensitifitas terhadap potongan DJ stent tersebut di RSUP DR. Sardjito setelah lebih kurang 1 bulan pemasangan DJ stent diambil preparat DJ stent dengan melakukan pemotongan pada DJ stent lebih kurang 2 cm. Potongan tersebut selanjutnya dikirim ke instalasi patologi klinik untuk dilakukan pemeriksaan kultur sensitivitas untuk mengetahui jenis kuman dan sensitifitas kuman terhadap anti mikroba. Data yang didapatkan diinterpretasikan dalam bentuk tabel dan grafik
Hasil: Rata rata usia pasien adalah 53,13 ± 14,2 tahun. Dimana jenis kelamin laki- laki 20 pasien dan perempuan 10 pasien. Kultur kuman terbanyak adalah Acinetobacter Baumanii (32%) dengan hasil uji sensitifitas, paling sensitive meropenem 21 pasien (84%), ertapenem 20 pasien (80%) dan amikasin 16 pasien (64%) pada penelitian ini memperlihatkan anti mikroba lain memiliki sensitifitasnya paling rendah.
Kesimpulan: Pemakaian DJ stent akan menyebabkan tumbuhnya kuman pada permukaan DJ stent dan masih banyak antibiotic yang dapat dipergunakan berdasarkan kultur sensitifitasnya., Objective: To describe any kind of bacteria and their sensitivity to anti micro organism in patients with DJ stent in Sardjito Hospital
Methods: This prospective research is done in which all DJ stent from patients were cut 2cm and sent to clinical pathology department to check microorganism culture and sensitivity. All the patients used DJ stent at least 1 month before removal. The data were presented in tables and graphs.
Results: The age of patients were 53,13 ± 14,2 year old, consist of 20 men and 10 women. The most common microorganism culture was Acinobacter Baumanii (32%). Anti microorganism which most sensitive was meropenem in 21 patients (84%), ertapenem in 20 patients (80%) and amikacin in 16 patients (64%). The other anti microorganism had lower sensitivity.
Conclusion: DJ stent will cause microorganism growth on its surface and there are many antibiotics that can be used based on their antimicroorganism sensitivity.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukan penelitian terhadap faktor yang mempengaruhi ketidak sesuaian penggunaan antibiotika dengan uji kepekaan di ruang rawat intensif rumah sakit Fatmawati Jakarta dengan suatu desain penelitian kasus kontrol, dimana kasus adalah pasien yang causa penyakitnya resisten terhadap suatu antibiotika, menggunakan antibiotika tersebut dalam terapi. Kontrol adalah pasien yang causa penyakitnya resisten terhadap suatu antibiotika tetapi penggunaan antibiotika lain yang efektif. Subjek penelitian yang diperoleh adalah 34 kasus dan 41 kontrol. Faktor yang mempengaruhi antibiotika tidak efektif adalah pekerjaan pasien (rasio odds = 0.25 dan 95% CI 0.09-0.71). Jika dibandingkan dengan pasien yang tidak bekerja, maka yang bekerja mempunyai risiko 75% lebih rendah dalam hal penggunaan antibiotika yang tidak efektif.
Several Factors Influencing Irrational Antibiotics Treatments in Intensive Care Unit at Fatmawati Hospital
Jakarta 2001 – 2002. A study was conducted in the intensive care unit at Fatmawati Hospital, Jakarta, concerning a
factor influencing the inappropriate use of antibiotics, proven by the resistance against a certain antibiotic, however this
antibiotic was used for therapy. Cases in the control group were resistant cases against an antibiotic and therefore were
given another antibiotic, against which the patients were sensitive. A total of 34 cases were selected as research
subjects, whereas 41 cases were included in the control group. The factor influencing the use of antibiotics against
which patient were resistant was “having a job of the patient” (odds ratio = 0,25 and 95 % CI 0,09 – 0,71). In
comparison the group of patients with a job with the group without a job: the group with a job had a 75 % lower risk in
using ineffective antibiotics."
Institut Sains dan Teknologi Nasional. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukan penelitian pendahuluan pola kepekaan kuman terhadap antibiotika di ruang rawat intensif rumah sakit Fatmawati Jakarta, secara restrospektif terhadap data sekunder hasil uji kepekaan antinbiotika dan jenis kuman dari 205 pasien dalam kurun waktu 2001-2002. hasil menunjukkan jenis kuman patogen adaah Psedonoman sp. Klebsiella sp. Escherichia coli, Streptococcus haemolyticus. Staphylococcus aureus. Pola kepekaannya menunjukkn bahwa kuman patogen mempunyai resistensi tertinggi terhadap ampisilin, amoksisilin penisilin G, tetrasiklin dan kloramfenikol, Kepekaan tertinggi ditujunjkkan oleh fosmisin, amikasin, seftriakson pada Pseudomonas sp. netilmihn, amikasin, sefriakson pada Klebsiella sp seftriakson, amikasin, sferizoksim pada Eschericha coli
The Sensitivity Pattern of Microorganisms against Antibiotics at the Intensive Care Unit of Fatmawati Hospital
Jakarta 2001 – 2002. A preliminary study was conducted on the sensitivity pattern of microorganisms against
antibiotics at the intensive care unit of Fatmawati Hospital Jakarta. Retrospective, secondary data were collected on
results of antibiotics sensitivity tests and kind of microorganisms of 205 patients during the years 2001 – 2002.
Pathogenic species found were Pseudomonas sp. Klebsiella sp. Escherichia coli, Streptococcus β haemolyticus,
Staphylococcus epidermidis and Staphylococcus aureus. The pattern of resistance showed that pathogenic
microorganisms were most resistant agains ampicillin, amoxycillin, penicillin G, tetracycline and chloramphenicol. The
highest sensitivity levels were shown by fosmicin, amikacin, ceftriaxone to Pseudomonas sp. netilmicin, amikacin,
ceftriaxone to Klebsiella sp. ceftriaxone, amikacin, ceftizoxime to Escherichia coli."
Institut Sains dan Teknologi Nasional. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia; Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia ; Rumah Sakit Fatmawati , 2004
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Fauziyah
"Penelitian tugas akhir program magister ini dilatarbelakangi oleh tingginya penggunaan antibiotika dalam terapi empiris di ruang perawatan intensive care unit (ICU) dalam penanganan infeksi, tanpa harus menunggu hasil kepekaan bakteri.
Penelitian ini bertujuan mencari hubungan antara penggunaan antibiotika pada terapi empiris dengan kepekaan bakteri dengan menggunakan rancangan studi potong lintang (Cross Sectional), pengambilan data secara retrospektif terhadap rekam medik dan data dianalisis dengan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas penggunaan antibiotika pada terapi empiris dengan kepekaan bakteri dengan nilai P = 0,000 (P lebih kecil dari α = 0,05), dengan hasil seftriakson merupakan antibiotika yang paling besar memberikan hubungan terhadap resistensi bakteri.
Dalam penelitian ini disarankan agar dilakukan perputaran penggunaan antibiotika (antibiotic cycling) berdasarkan pada pola penggunaan antibiotika dan pola kepekaan bakteri.

The Relationship Between the Use of Antibiotics on Empirical Therapy with a Sensitivity of Bacteria in Intensive Care Unit at Fatmawati Hospital Jakarta Period January 2009 - March 2010. The research was motivated by the high use of antibiotics in empirical therapy in intensive care unit (ICU) for treatment of infection, without having to wait for the results of bacterial sensitivity.
This study aims to find the relationship between use of antibiotics in empirical therapy with a sensitivity of bacteria by using cross-sectional study design (cross sectional), retrospective data collection of medical records and data were analyzed with logistic regression.
Results showed a significant correlation between the intensity of the use of antibiotics in empirical therapy with a sensitivity of bacteria with P = 0.000 (P less than α = 0.05), with the results of antibiotic ceftriaxone is the greatest give the relationship of bacterial resistance.
In this research suggests the use of antibiotic cycling based on usage patterns of antibiotic and patterns of sensitivity bacteria."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T29036
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fibya Indah Sari
"Bedah merupakan salah satu prosedur medis yang dilakukan secara manual dan menyebabkan banyak perlukaan dan berisiko tinggi menyebabkan infeksi Adanya infeksi harus ditangani dengan antibiotika empiris yang tepat dan rasional. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data penggunaan antibiotika empiris pada pasien pascabedah di Ruang ICU RSAL Dr Mintohardjo selama periode 2012 2013 dan melakukan evaluasi kerasionalannya dilihat dari ketepatan pasien ketepatan indikasi ketepatan obat ketepatan dosis dan interaksi obat. Penelitian dilakukan dengan pengambilan data penggunaan antibiotik empiris dari rekam medis pasien pascabedah dengan metode retrospektif dengan desain cross sectional. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan tekniktotal sampling. Populasi penelitian berjumlah 299 pasien dan 35 pasien diterima sebagai sampel penelitian. Pada penilaian terhadap jumlah pasien pascabedah terdapat 100 pasien mendapatkan terapi antibiotik tepat dengan kondisi pasien 11 43 pasien mendapatkan antibiotik sesuai indikasi 0 pasien mendapatkan antibiotik tepat obat 85 71 pasien sudah mendapatkan dosis yang tepat dan 51 43 pasien tidak mengalami interaksi obat. Sehingga dapat disimpulkan pengobatan antibiotik empiris pada pasien pascabedah di RSAL Dr Mintohardjo tidak rasional.

Surgery is a manual medical procedure which causes many wounds and has a high infection risk Patient who has infection must be given antibiotic immediatelyand rationally. The aim of this study was to collect empiric antibiotics usage data in Intensive Care Unit of Naval Hospital Dr Mintohardjo 2012 2013 and to evaluate rationality of the administration through the appropriate patient appropriate indication appropriate drug appropriate dose and drugs interaction. This retrospective cross sectional study was done by collecting empiric antibiotics usage data from medical record of postoperative patients on 2012 2013 using total sampling. Population of study included 299 patients and 35 patients were accepted as samples of study. Appropriate assessment based on number of postoperative patients showed 100 appropriate patient 11 43 appropriate indication 0 appropriate drug 85 71 appropriate dose and 31 43 no drugs interaction. It was concluded that empirical antibiotic treatment in postoperative patients in Naval Hospital Dr Mintohardjo were irrational."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S54986
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>