Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113272 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Y. Handoko
Jakarta: Gramedia, 1991
690.8 HAN r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sindoro Soekarno Effendie
"Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara objektif mengenai kehidupan sosial dan merumuskan model pemberdayaan komunitas lokal di Rumah Susun Kemayoran (RSK).
Isinya menggambarkan kondisi Rumah Susun Kemayoran saat ini, baik fisik, lingkungan, potensi sumber lokal, kehidupan sosial komunitas, dan permasalahan yang muncul serta upaya mengatasinya.
Dari hasil penelitian di RSK dijumpai adanya permasalahan, bahwa komunitas RSK seteiah lebih dari sepuluh tahun tinggal di rumah susun, ternyata masih menghadapi keterbatasan kemampuan sehingga masih kurang sejahtera. Berangkat dan permasalahan tersebut, maka pertanyaan penelitian adalah: Mengapa kondisi kehidupan komunitas di RSK masih kurang sejahtera?. Bagaimana alternatif solusi upaya untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas warga di RSK?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif, yaitu melalui wawancara mendalam guna menggali informasi yang penting. Untuk itu telah dipenuhi oleh enam orang informan. Seianjutnya untuk mempertajam analisis penelitian ini didukung pula dengan data kuantitatif melalui kegiatan survei dengan sampel kuesioner kepada 100 orang responden. Responden tersebut dipilih secara acak eksidental, ditambah pula dengan studi keputakaan.
Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengungkapkan bagaimana upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut agar kehidupan sosial komunitas RSK meningkat kesejahteraannya. Upaya tersebut dilandasi kerangka berpikir/teori sebagai berikut. Saat ini komunitas warga RSK kondiisinya masih tetap kurang sejahtera. Maka alternatif solusinya adalah upaya pemberdayaan komunitas lokal, yaitu melalui kegiatan program pemberdayaan guna meningkatkan kekuatan sosial, politik, dan psikologis para rumah tangga warga RSK sebagaimna pandangan teori Friedmann (1998).
Sehingga mereka menjadi meningkat kemampuannya, yaitu mampu mengambil keputusan, tahu berdemokrasi, mampu berpartisipasi mengidentifikasikan masalah, dan bersama-sama menyusun program yang sesuai keinginan mereka, untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi. Secara garis besar mampu menangani masalah dan memenuhi kebutuhannya (Payne, 1986 dan Hikmat,RH : 2001).
Kegiatan ini merupakan bagian den aktivitas manajemen komunitas RSK. RWIPPRS melakukan manajemen komunitas dengan menerapkan teori "community - based resource management system" (Korten 1987), yaitu mengelola RSK dengan mendayagunakan sumber lokal secara produktif untuk memenuhi kebutuhan dan pelayanan warga.
Pelaksanaan ini diikuti dengan program strategic yang berdasarkan teori analisis SWOT (Robbins, SP: 2000 dan Rajan, Des : 2000). Program strategis tersebut antara lain adalah program pemberdayaan warga dan pengurus serta program pengembangan kapasitas organisasi bagi pengurus kelompok/organisasi formal dan non formal (Korten, 1986). Tujuannya untuk mencapai komunitas RSK yang kesejahteraannya mendekati suatu masyarakat yang oleh Elizabeth A. Segal (1998) disebut asocial welfare", masyarakat yang well - being, warga sehat, ekonomi mapan, bahagia, dan hidup berkualitas. Penanganan komunitas RS yang kondisinya kurang sejahtera dengan cara - cara tersebut diatas, diusulkan sebagai model pemberdayaan komunitas RS.
Beberapa temuan penting hasil penelitian ini adalah pertama di RSK sejak tahun 1990 telah dibangun sebanyak 2.640 unit, memberikan kontribusi sebanyak 13,53% dari target Pemda DKI Jakarta. Temuan kedua adalah komunitas RSK setelah lebih dari sepuluh tahun tinggal di RS, ternyata masih belum meningkat kesejahteraannya. Berdasarkan analisis studi, komunitas RSK yang kondisinya sebagaimana tersebut di atas, upaya untuk mengatasinya adalah dengan program pemberdayaan terhadap komunitas tersebut.
Kesimpulannya komunitas RSK kondisinya masih kurang sejahtera , maka alternatif solusinya dengan pemberdayaan komunitas lokal.
Rekomendasi yang diusulkan adalah bilamana ada komunitas rumah susun yang kondisinya kurang sejahtera, maka upaya penanganannya melalui Model Pemberdayaan Komunitas Lokal Rumah Susun."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12072
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Asih Putrina Taim
"Salah satu bentuk permukiman di tepi sungai adalah yang terdapat di kota Palembang Sumatera Selatan. Palembang merupakan salah satu permukiman tepi sungai yang memiliki sejarah panjang dan lama di Indonesia. Seperti permukiman tadisional yang lainnya di Sumatera, sungai merupakan faktor yang cukup vital dalam berkembangnya suatu pemukiman. Berdasarkan sejarah dan hasil temuan arkeologis, bukti-bukti tentang adanya kegiatan bermukim di wilayah ini telah ada sejak abad ke 6 masehi ( Pusat Penelitian Arkeologi Nasional,1994).
Pada masa kesultanan hingga kolonial dan masa kemerdekaan, permukiman penduduk di kota Palembang berkembang dan terpusat di tepi sungai Musi terutama di tepi bagian utara. Pada masa kesultanan terdapat peraturan yang mengatur tentang kepemilikan dan penggunaan lahan. Oleh karena Palembang terletak di dataran rendah yang berawa-rawa dan dialiri oleh banyak anak sungai sehingga hanya pada bagian - bagian tertentu terdapat tanah-tanah tinggi dan padat, maka pembagian lahan serta letak permukiman pun di atur berdasarkan status sosial dan mata pencaharian masyarakat masa itu ( Sevenhoven, 1971). Pada masa berkembangan hingga kini warisan masa lalu pun masih diterapkan oleh para pemukim di kota Palembang, namun karena makin bertambahnya penduduk dan makin kompleksnya hubungan sosial yang ada serta berubahnya kondisi lingkungan, menimbulkan masalah baru bagi masyarakat di kota ini untuk beriteraksi baik antar masyarakat maupun dengan lingkungan mereka.
Kondisi wilayah permukiman tepi sungai yang dahulunya telah ditata rapi pada masa kesultanan kini telah menjadi suatu kawasan padat dan tidak teratur serta terkenal cukup rawan baik sosial, budaya, dan lingkungan. Derasnya arus urbanisasi dari berbagai daerah di sekitar kota Palembang, dengan berbagai latar belakang kebudayaannya, dan tidak jelasnya peraturan yang ada sekarang membuat permukiman di tepi sungai menjadi semakin padat dan tak teratur, sedangkan warga sendiri selanjutnya tidak membuat aturan dalam penerapan tata ruang dalam pemukiman.
Penelitian dilakukan di dua Kecamatan , masing-masing terletak di sisi tepian sungai yang berbeda (berseberangan) yaitu Kecamatan Ulu Barat II dan Seberang Ulu I. Dari hasil penelitian ini diketahui ternyata bukan raja urbanisasi yang membuat padat dan kumuh permukiman di tepi sungai, tetapi juga kebiasaan dan kecenderungan penduduk setempat untuk tinggal dekat dengan sanak keluarga dan memanfaatkan ruang yang ada untuk tempat tinggal anak-anak mereka yang telah menikah atau untuk di sewakan kepada para pendatang, meskipun seringkali kondisi fisik lingkungan dan tempat tersebut sudah sangat tidak layak."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T9471
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masyuri Kurniawan
"Meningkatnya jumlah penduduk di kota menyebabkan menjamurnya permukiman informal, salah satunya berupa kampung kota yang dikenal dengan kepadatan bangunan dan penggunaan material semi permanen pada bangunannya. Kondisi tersebut membuatnya rentan terhadap bencana kebakaran akibat arus listrik. Sebagai bentuk bantuan, pemerintah membangun kembali rumah yang rusak. Namun, tidak ada parameter berkelanjutan yang dapat mengatur standar fisik bangunan untuk pembangunan kembali pasca kebakaran. Dalam studi ini, proses pembangunan kembali dua desa, Kampung Duri dan Kampung Kwitang, akan dibandingkan untuk menyimpulkan aspek-aspek apa yang dapat dijadikan ide dalam menyusun parameter. Penelitian ini menunjukkan bahwa jangka waktu bantuan, jenis bantuan, dan kerjasama masyarakat harus menjadi parameter bagaimana bantuan akan diberikan.

The increasing number of residents in the city has led to the proliferation of informal settlements, one of which is in the form of Kampung Kota that are known for their density of buildings and the use of semi-permanent materials in their buildings. The condition makes it vulnerable to fire disasters caused by electric currents. As a form of assistance, the government rebuilds damaged houses. However, there are no sustainable parameters that can regulate a building's physical standard for the post-fire rebuild. In this study, the process of rebuilding two villages, Kampung Duri and Kampung Kwitang, will be compared to conclude what aspects can be used as ideas in compiling the parameter. This research shows that the period of assistance, types of assistance, and cooperation of the community should be the parameter on how the assistance would be given."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meutia Rin Diani
"Pandemi COVID-19 telah menimbulkan perubahan di bidang lingkungan, ekonomi dan sosial serta mengancam pembangunan berkelanjutan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sebagai unit terkecil dari lingkungan binaan, rumah harus bersifat adaptif terhadap COVID-19, memproteksi para penghuninya, sekaligus menjaga keberlanjutan. Penelitian ini difokuskan pada dampak dan masalah spasial yang dihadapi oleh keluarga akibat COVID-19, working from home, dan schooling from home serta merancang rumah yang tahan pandemi. Tujuan penelitian secara umum adalah mengembangkan rumah adaptif COVID-19 dan berkelanjutan. Pendekatan penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode penelitian kombinasi antara kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan datanya dilakukan dengan kuesioner dan wawancara semistruktur secara online. Metode analisinya berupa statistik deskriptif dan recursive qualitative thematic analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga terbukti mengalami dampak dan masalah spasial akibat COVID-19, working from home, dan schooling from home. Model rumah yang didesain tidak dapat dibuktikan bersifat adaptif COVID-19 karena bersifat teoritis tetapi terbukti berkelanjutan menurut asesmen mandiri EDGE.

COVID-19 has brought about changes in environmental, economic, and social aspects and has threatened sustainable development throughout the world, including Indonesia. As the smallest unit of the built environment, the house must be adaptive to COVID-19 and protective, while maintaining sustainability. This research focuses on the impacts and spatial problems on families due to COVID- 19, working from home, and schooling from home as well as designing pandemicresistant houses. The purpose is to develop a COVID-19 adaptive and sustainable house. The approach is qualitative with quantitative and qualitative research methods. The data were collected by questionnaires and online semi-structured interviews. The analytical methods are descriptive statistics and recursive qualitative thematic analysis. The results show that families have experienced impacts and spatial problems due to COVID-19, working from home, and schooling from home. The theoretical models cannot be proven to be COVID-19 adaptive but proven sustainable based on the EDGE self-assessment."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumbangaol, Partahi H.
"Penelitian bertujuan untuk mengetahui persentase material bahan bangunan yang terbuang ataupun menjadi lembah pada proyek pembangunan rumah tinggal. Dalam penelitian ini persentase material terbuang ataupun limbah didefinisikan sebagai persentase dari besarnya selisih antara material yang dibeli untuk sejumlah tertentu volume pekerjaan dengan material yang secara teoritis dibutuhkan untuk melakukan sejumlah tertentu volume pekerjaan. Temuan dalam penelitian ini adalah persenase limbah yang terjadi selama proses pengerjaan dinding adalah bata = 6-27 %, semen = 7-99 % dan pasir = 21-27%. Selain itu, perbandingan antara volume yang dibeli dan volume yang diperhitungkan dalam RAB mengindikasikan persentasi limbah untuk bata = 5-12%, semen = 0-115%, pasir = 4-179%, sedangkan untuk pemakaian cat didapat hasil yang lebih besar dari RAB (31-40%). Perbedaan antara persentasi terhadap RAB dan volume teoritis menunjukkan bahwa pada RAB teleransi limbah telah dibuat cukup besar. Namun demikian analisa ini membuktikan bahwa persentase limbah yang terjadai lebih besar dibandingkan toleransi limbah yang digunakan dalam RAB. Dari hasil-hasil tersebut, diusulkan bebeapa solusi untuk mengurangi maupun untuk menghilangkan masalah yang ada. Sedangkan untuk kondisi lingkungan kerja yang diamati, diusulkan untuk memperbaiki kondisi yang masih kurang baik."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
01/Lum/a
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Shanty Arliana
"ABSTRAK
Penyakit TB paru masih menjadi masalah kesehatan utama dan menjadi
salah satu penyebab kematian di dunia. NTT merupakan salah satu propinsi
dengan prevalensi TB paru BTA (+) di atas angka nasional. Prevalensi TB paru
BTA (+) di Kabupaten Ende tahun 2012 sebesar 74,07 per 100.000 penduduk atau
189 kasus dengan persentase rumah sehat sebesar 22,24%. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik rumah, perilaku, pengetahuan
dan karakteristik individu dengan kejadian penyakit TB paru BTA (+) di
Kabupaten Ende tahun 2013. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan
desain case control. Sampel untuk kasus adalah orang dengan hasil pemeriksaan
dahak positif dan kontrol adalah orang dengan hasil pemeriksaan dahak negatif
yang berusia ≥15 tahun dan tinggal di wilayah kerja 5 puskesmas dalam
Kabupaten Ende. Ditemukan variabel yang berhubungan dengan TB paru BTA
(+) adalah pencahayaan (OR=4,512; 95% CI: 1,888-10,787), kelembaban
(OR=6,833; 95% CI: 2,732-17,093), kepadatan hunian (OR=1,461-8,057),
perilaku (OR=3,5; 95% CI: 1,529-8,012), jenis kelamin (OR=2,263; 95% CI:
1,013-5,052) dan status gizi (OR=7,211; 95% CI: 2,724-19,087). Variabel yang
paling dominan mempengaruhi kejadian TB paru BTA (+) di Kabupaten Ende
adalah status gizi yang kurang dan kelembaban yang tidak memenuhi syarat.

ABSTRACT
Tuberculosis still represents the primary problem of society health and
become as one of death cause in the world. NTT is one of provinces with lung
tuberculosis prevalence above national average. Prevalence of lung tuberculosis in
Ende District 2012 equal to 74,07 per 100.000 people or 189 cases with
percentage of 22,24 % healthy house. The objective of this study was to
understand the relationship between the house physical condition, behavior,
knowledge and individual characteristics with lung tuberculosis in Ende district
2013. This research was a quantitative study with case-control design. The cases
are people with positive sputum test and controls are people with negative sputum
test were aged ≥15 years and lived in the region of 5 health centers in Ende
district. The result was the variable associated with lung tuberculosis are
illumination (OR=4,512; 95% CI: 1,888-10,787), humidity (OR=6,833; 95% CI:
2,732-17,093), house density (OR=1,461-8,057), behavior (OR=3,5; 95% CI:
1,529-8,012), sex (OR=2,263; 95% CI: 1,013-5,052) and nutrition (OR=7,211;
95% CI: 2,724-19,087). The most dominant variable effect of incidence lung
tuberculosis in Ende district are the lack of nutrition and not eligible humidity."
Universitas Indonesia, 2014
S53934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S47927
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuni Megantari
"ABSTRAK
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sejak berdirinya hingga sekarang telah diperintah oleh sepuluh orang Sultan. Masa pemerintahan yang panjang, yaitu masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I hingga yang ke-XI sekarang ini, menyebabkan pula banyak terdapatnya permukiman, khususnya permukiman kaum bangsawan.
Rumah-rumah para bangsawan (pangeran) terletak menyebar, yaitu baik didalam beteng (jerobeteng) maupun diluar beteng. Penempatan rumah-rumah pangeran tersebut tidak menunjukkan akan adanya faktor keturunan yang melekat pada diri seorang pangeran. Hal ini dapat dibuktikan oleh rumah (dalem) G.B.P.H Djojokusuman yang menjadi objek penelitian. Walaupun G.B.P.H Djojokusumo itu adalah putra dari seorang selir, tetapi rumahnya berada dekat dengan keraton.
Pemilihan objek penelitian tersebut didasarkan atas kekhasan yang dimiliki oleh rumah (dalem) tersebut, yaitu terdapatnya tiga buah regal, terdapatnya kuncung, terda_patnya kleco serta terdapatnya pintu butulan yang berada di bagian belakang rumah. Penelitian yang dilakukan adalah dengan melalui studi banding (komparasi) dengan rumah-rumah pangeran lainnya, khususnya adalah mengenai penataan ruangnya.
Pada tahap analisis diketahui bahwa antara rumah_-rumah pangeran tersebut mempunyai beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah terletak pada penataan ruang, dimana tiap-tiap rumah umumnya mempunyai ruangan inti. Sedangkan perbedaannya adalah terletak pada jumlah ruang keseluruhan (diluar ruangan inti) dalam rumah.
Adanya persamaan dan perbedaan tersebut tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor yang menyebabkan adanya persamaan adalah karena adanya faktor tradisi dalam membuat ruangan dalam rumah (ruangan inti) yang selalu diterapkan pada rumah-rumah tradisional jawa, terlepas dari apakah itu rumah milik bangsawan atau milik masyarakat biasa. Faktor-faktor yang membedakannya adalah karena faktor luas tanah yang tersedia, faktor kebutuhan dan pedoman."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S12806
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Elnatan Suparmo
"Near Zero Energy House nZEH merupakan sebuah bangunan yang menghasilkan energi terbarukan yang cukup untuk memenuhi konsumsi energi tahunannya sendiri dengan berbagai persyaratan yang ada. Near Zero Energy House nZEH dapat mengurangi penggunaan energi tidak terbarukan listrik PLN pada sebuah bangunan. Rumah merupakan salah satu penyumbang penggunaan energi listrik nasional sebesar 29 Pengkajian Energi Universitas Indonesia, 2006. Konsep rumah hemat energi adalah rumah yang hanya menggunakan tenaga listrik saat benar-benar dibutuhkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel berbasis nZEH yang digunakan pada rumah klaster mewah di Jakarta dan analisis biaya hasil dari proses optimasi. Metode expert judgement diaplikasikan untuk mendaptkan opsi terbaik untuk dilanjutkan pada proses optimasi. Selanjutnya metode sequential search diaplikasikan pada saat proses optimasi melalui software BEopt.
Hasil optimasi setiap komponen pada bangunan rumah, meningkatkan penghematan energi listrik pada rumah tersebut. Hasil optimasi didapatkan dengan penerapan variabel nZEH pada suatu bangunan akan megakibatkan kenaikan biaya konstruksi sebesar 12,96. Namun penggunaan energi listrik pada rumah tersebut akan berkurang hingga 67,68 setiap tahun dan NPV dari life cycle cost pada rumah akan berkurang dari Rp.1.038.592.556,00 menjadi Rp.906.419.039,00 atau berkurang hingga 12,37.

Near Zero Energy House nZEH is a building that produces enough renewable energy to meet its own annual energy consumption with various requirements. Near Zero Energy House nZEH can reduce the use of non renewable energy PLN in a building. The house is one contributor to the use of national electrical energy by 29 Energy Assessment University of Indonesia, 2006. The concept of energy efficient home is a house that only uses electricity when absolutely necessary.
The purpose of this study was to find out the nZEH based variables used in luxury cluster homes in Jakarta and cost analysis of the results of the optimization process. The expert judgment method is applied to obtain the best option to proceed on the optimization process. Furthermore, sequential search method is applied during optimization process through BEopt software.
The optimization results of each component in the house building, increase the electrical energy savings in the house. Optimization results obtained by applying the nZEH variable in a building will result in a 12.96 increase in construction cost. However, the use of electrical energy in the house will decrease up to 67,68 every year and NPV from life cycle cost at home will decrease from Rp.1.038.592.556,00 to Rp.906.419.039,00 or decrease until 12,37.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>