Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165901 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bagus Mardani
"Dengan seiring perkembangan teknologi wireless dalam jaringan komputer maka kebutuhan user akan teknologi dengan kemampuan reliabilitas yang tinggi juga semakin meningkat. Skripsi ini merancang dan membangun sistem testbed untuk wireless mesh network yang menggunakan routing protocol Optimized Link State Routing (OLSR). Bentuk topologi jaringan yang dipakai adalah infrastructured wireless mesh network menggunakan beberapa buah wireless router LinkSys yang telah dimodifikasi dengan menggunakan firmware opensource bernama OpenWRT. Testbed yang telah dibangun digunakan untuk menguji performansi routing protocol OLSR dalam self-configure dan self-healing serta performa wireless mesh network secara keseluruhan serta performansi jaringan secara keseluruhan untuk parameter-parameter seperti throughput, latency serta jitter melalui beberapa skenario pengujian tertentu. Berdasarkan data pengujian dari performansi wireless mesh network seperti kemampuan self-configure dan self-healing yang lebih dipengaruhi oleh parameter nilai interval HELLO message. Sedangkan performansi wireless mesh network dalam pemakaian bandwidth, latency, throughput dan jitter lebih dipengaruhi akan posisi node pada jalur data dalam sistem multihop.

Along with the development of wireless technology in computer communication the needs of networks with a high reliability performance is also increased. This final project designs and builds a testbed system for wireless mesh network with OLSR routing protocol. The network topology use the infrastructured wireless mesh network using some LinkSys wireless router that had been modified with an opensource firmware called OpenWRT. The testbed will be used for testing the OLSR routing protocol performances in self-configure and self-healing also the performance of the whole network with parameters such as network throughput, latency and jitter. Based on the experiment datas from the testbed scenarios, the performances of wireless mesh network such as self-configure and self-healing ability of the mesh network are influenced by the HELLO message interval parameter. And for the performances such as bandwidth, latency, throughput and jitter are mostly influenced by the position of the node in the data router of the multihop system."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S37357
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ashadi Budiawan
"Ad-Hoc On Demand Distance Vector (AODV) adalah protokol routing reaktif yang bergantung pada permintaan. AODV dapat mengirimkan pesan ke node lain yang tidak terhubung secara langsung dengan node pengirim. Pada AODV jika terdapat dua jalur routing maka yang dipilah adalah yang memiliki nilai sequence number tertinggi atau jalur terpendek. Pencarian rute dimulai dengan mengirimkan pesan route request (RREQ) ke node terdekat dengan node pengirim secara broadcast, node yang menerima pesan RREQ akan meneruskan pesan tersebut sampai menemukan jalur ke node tujuan. Setelah jalur terbentuk maka node tujuan akan mengirimkan pesan Route Reply (RREP) ke node asal secara unicast. Jika terdapat gangguan pada rute yang dilalui maka node akan mengirimkan pesan Route Error (RERR) dan akan mencari rute lain secara otomatis.
Topologi jaringan yang digunakan adalah berbentuk mesh dimana semua node saling terhubung dan setiap user dapat berkomunikasi walaupun berasal dari node yang berbeda. Node pada Wireless Mesh Network (WMN) dapat berupa mesh router atau mesh client. Kelebihan dari WMN adalah kemampuannya untuk melakukan self configure dan self healing. Self configure adalah kemampuan wireless mesh router untuk bergabung dengan jaringan wireless mesh yang telah ada secara otomatis, sedangkan self healing adalah kemampuan wireless mesh router mencari jalur routing yang baru apabila pada jalur yang akan dilalui terdapat gangguan.

Ad-Hoc on Demand Distance Vector (AODV) is a reactive routing protocol which finds a route to a destination address on demand based. AODV could send a message to other node which cannot directly connected to a sender. If AODV contain two paths routing AODV choose route which has highest sequence number or shortest path. Route discovery is starting from send a broadcast route request message (RREQ) to other node that connected directly. Node who received RREQ message will forward that message until the destination route is finding. After route is created then the destination node will send unicast route reply message (RREP) to a sender node. If route had a problem node will send route error message to other node automatically.
Network topology is used is wireless mesh, where node connected each other and each user can communicate even from different node. Wireless mesh network (WMN) consist two type of node they can be mesh router or mesh client. The advantage of WMN is capability of self healing and self configure. Self configure is ability of wireless mesh router to join with other mesh network automatically, and self healing is ability of wireless mesh router to find a new route if there is problem in first route.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52143
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Bachtiar
"Wireless Sensor Network (WSN) adalah jaringan yang terdiri dari kumpulan node sensor berukuran kecil yang berfungsi untuk memantau dan mengirimkan data ke base station (BS). WSN menawarkan berbagai keunggulan seperti biaya yang rendah dan instalasi yang mudah. Namun, keterbatasan energi pada setiap node sensor menyebabkan masa operasionalnya menjadi terbatas. Keterbatasan ini semakin signifikan pada aplikasi di lingkungan yang sulit dijangkau karena penggantian atau pengisian ulang energi tidak dapat dilakukan dengan mudah. Oleh karena itu, dibutuhkan efisiensi energi untuk memastikan WSN dapat beroperasi secara optimal dalam jangka waktu yang lama. Penelitian ini mengusulkan protokol clustering dan routing menggunakan algoritma tuna swarm optimization dan hybrid multi-hop routing (TSO-HMR) untuk mengoptimalkan efisiensi energi dan memperpanjang network lifetime. Algoritma tuna swarm optimization (TSO) digunakan untuk mengoptimalkan klaster jaringan dengan mengevaluasi rata-rata dan standar deviasi jarak antara node sensor dan pusat klasternya sehingga jarak komunikasi dalam klaster berkurang dan konsumsi energi menjadi lebih efisien. Sementara itu, pemilihan cluster head (CH) dilakukan secara adaptif dengan mengevaluasi energi residu node sensor, jarak ke base station (BS), dan jarak node sensor dalam klaster. Skema hybrid multi-hop routing dirancang untuk memilih jalur komunikasi yang optimal untuk mengurangi energi yang dikonsumsi dalam proses komunikasi antara CH dan BS dengan CH dapat mengirimkan data langsung ke BS atau melalui CH lain yang bertindak sebagai relay dengan memenuhi persyaratan seperi energi residu tersisa, jarak antara relay dengan BS dan CH, serta jarak antara CH dengan BS. Hasil simulasi menunjukkan bahwa TSO-HMR meningkatkan efisiensi energi secara signifikan, yaitu dengan meningkatnya network lifetime sebesar 94.1% dibandingkan penelitian sebelumnya, yaitu tuna swarm optimization and fuzzy logic control (TSFC). Penelitian ini menunjukkan potensi TSO-HMR sebagai solusi yang andal untuk mengatasi keterbatasan energi dalam WSN, khususnya pada aplikasi yang membutuhkan kinerja jaringan dengan masa operasional yang panjang.

Wireless Sensor Network (WSN) consists of numerous small-scale sensor nodes deployed to monitor environmental parameters and transmit data to a base station (BS). Despite their advantages, including cost-effectiveness and ease of deployment, WSNs face a critical limitation in the form of constrained energy resources at each sensor node, which significantly affects the operational lifetime of the network. This limitation becomes particularly challenging in inaccessible environments, where replacing or recharging batteries is impractical. Consequently, optimizing energy consumption is paramount to ensure prolonged and reliable network operation. This study introduces a novel clustering and routing protocol, termed tuna swarm optimization and hybrid multi-hop routing (TSO-HMR), designed to enhance energy efficiency and extend network lifetime. The tuna swarm optimization (TSO) algorithm is employed to optimize cluster formation by minimizing the average and standard deviation of distances between nodes and their respective cluster centers. This approach improves the compactness of cluster structures, reducing intra-cluster communication distances and energy consumption. Furthermore, the selection of cluster heads (CHs) is performed adaptively using a fitness function that evaluates three critical parameters: the residual energy of sensor nodes, their distances to the BS, and the intra-cluster distances. To further reduce energy consumption during data transmission, a hybrid multi-hop routing scheme is incorporated. This scheme enables CHs to transmit data either directly to the BS or through other CHs acting as relays. The relay selection process is governed by multiple criteria, including residual energy, the distance between the relay and both the BS and transmitting CH, as well as the distance between the transmitting CH and the BS. This dual-mode routing mechanism ensures optimal energy utilization across the network. Simulation results demonstrate that the TSO-HMR protocol achieves substantial improvements in energy efficiency, with a 94.1% increase in network lifetime compared to the baseline protocol, tuna swarm optimization and fuzzy logic control (TSFC). This research highlights the potential of TSO-HMR as a robust solution for addressing energy constraints in WSNs, particularly in scenarios demanding prolonged operational performance. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vebby Aprilyan Alhadi
"Wireless Mesh Network merupakan teknologi jaringan wireless yang dipercaya dapat meningkatkan peranan penting dalam wireless mobile network dimasa yang akan datang. Teknologi ini memiliki kemampuan mengkonfigurasi dan mengorganisasi dirinya sendiri, sehingga mampu membuat dan menjaga konektivitasnya serta memiliki jangkauan luas karena menggunakan system multihop. Dalam penulisan skripsi ini akan dibangun testsbed wireless mesh network tipe hybrid menggunakan perangkat mesh client dan mesh router dengan routing protocol AODV-UU dan UoBWinAODV. Mesh router dimodifikasi dengan menggunakan firmware opensource OpenWrt. Testbed tersebut digunakan untuk menguji performansi self configure, self healing serta parameter-parameter seperti throughput, latency dan jitter melalui beberapa skenario pengujian tertentu.

Wireless Mesh Network is a wireless network technology that trusted can increase important role in the future of wireless mobile network. Its has an ability in self configured and self organized, so that can make and maintain the connectivity and also has a large range because its used a multihop system. In this final project will be built a hybrid wireless mesh network testbed using a mesh client and mesh router device with AODV-UU and UoBWinAODV routing protocol. The mesh router device is modified using opensource firmware OpenWrt. The testbed will be used to test a self configure, self healing and also a network parameters such as throughput, latency and jitter performance through some of testing skenario."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S51030
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hayati
"Teknologi informasi menjadi kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat zaman sekarang. Pengguna peralatan mobile menghendaki koneksi yang simultan dimanapun dan kapanpun dan teknologi wireless menjawab tantangan kebutuhan tersebut. Selain memiliki banyak keunggulan, satu kekurangan dari teknologi wireless adalah celah keamanan pada infrastuktur jaringan. Rogue access point merupakan tindakan pencurian informasi User oleh attacker dimana attacker membuat fake access point, yang bisa dimanfaatkan oleh User untuk terkoneksi ke jaringan.
Pada penelitian ini telah dibuat suatu aplikasi deteksi dan automated response rogue access point yang berbasis web dan diimplementasikan pada jaringan wireless. Parameter yang digunkan untuk deteksi adalah rata-rata RTT dari setiap User ke gateway jaringan wireless. Dari aplikasi dan sistem testbed yang dibangun dilakukan pengujian akurasi deteksi terhadap perubahan jumlah User, beban jaringan dan jumlah rogue access point.
Hasil dari uji coba menunjukkan bahwa jumlah User, beban jaringan dan jumlah rogue access point sangat mempengaruhi performa deteksi dan autoamated response terhadap keberadaan rogue access point dengan mode repeater.

Todays the necessary of information technology can?t be separated from human lives. Users of mobile device require a simultaneous connection in everywhere and everytime and wireless technologies meet the challenges that needs. Besides having many advantages, a drawback of wireless technology is a security hole in it?s network infrastructure. Rogue access point is an act of theft of User information by the attacker in which the attacker made a fake access point, that can be exploited by User to connect to the network.
In this research has been made and implemented an application detection and automated response rogue access point based on web and implemented on the wireless network. Average RTT of each User to the wireless gateway is the parameter used for the detection system. From the applications and systems testbed that have been built, researcher tested the accuracy of detection toward the changes of number of Users, network load and number of rogue access points.
The results of this experiments showed that the number of Users, network loads and number of rogue access point greatly affect the performance of detection and autoamated response to the presence of rogue access point with repeater mode.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T43454
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilyasa Rafif
"Dalam pengawasan lingkungan perbatasan wilayah laut, wireless sensor network merupakan teknologi yang kini sedang dikembangkan sebagai pendeteksi kapal asing dalam jangkauan wilayah pengawasannya. Sistem ini terdiri dari nodal-nodal sensor yang tersebar pada permukaan laut dengan tujuan untuk mengetahui efek gelombang kapal yang terjadi pada permukaan laut yang berkomunikasi dengan cluster head pada wilayah geografisnya yang tehubung juga pada sink (pusat penerima informasi sistem) secara wireless. Efek gelombang kapal yang direspon oleh sensor akan teridentifikasi sebagai kapal asing yang memasuki wilayah pengawasan.
Pada sistem sebelumnya terdapat fitur estimasi kecepatan kapal yang membuat sistem menghitung kecepatan kapal secara otomatis jika kapal telah terdeteksi oleh 4 sensor. Kemudian, dalam penelitian ini penulis mengembangkan fitur estimasi kecepatan dalam sistem untuk dapat mengestimasi kecepatan kapal dengan lebih efisien dan lebih akurat. Pengembangan fitur yang dilakukan penulis adalah dengan menggunakan metode estimasi kecepatan kapal ketika kapal dengan menggunakan 3 sensor yang telah mendeteksi kapal sebagai pengestimasi kecepatannya.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan skala tertentu terhadap ukuran kapal dan jarak sensor yang seharusnya diimplemantasikan dalam sistem pengawasan yang sesungguhnya. Hasilnya, setelah dibandingkan metode estimasi kecepatan menggunakan 3 nodal dan metode estimasi 4 nodal terhadap kecepatan actual kapal yang seharusnya, diperoleh nilai presentase error pada estimasi menggunakan 3 nodal yang lebih kecil dibandingkan dengan 4 nodal. Nilai tersebut tercapai dengan presentase error estimasi 3 nodal sebesar 53.33% dan estimasi menggunakan 4 nodal sebesar 183.33%.

In maritime boundary surveillance, wireless network is the most common tools developed nowadays for detecting foreign ship across the area. This system consists of sensor nodes which are spread on several sea surface points in order to communicate with each of its particular area cluster head that also wirelessly connected to the sink (centre of informations receiver). Ship wave effect responded by the sensor will be identified as foreign ship which enters surveillance area. By far, the current development of this technology is creating a feature that can estimate a ship velocity automatically with four sensors.
In this research the writer developed a feature to estimate a velocity in certain system which can predict the ship velocity in an efficient way accurately. Feature development proposed by the writer is using ship velocity estimation method by utilizing three sensors as the velocity estimator which already detected the ship. This research uses certain scale of ship size and sensor distance, which are feasible to be implemented in real surveillance system.
The result of this research shows that compared to the actual ship velocity, the error presentation of velocity estimation system using three nodes is smaller than the error presentation of velocity estimation system using four nodes. The error presentation of three nodes presentation is 53.33% while estimation with four nodes gave an error presentation up to 183.33%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64897
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fauzan Chamim Fasas
"WLAN merupakan suatu jaringan nirkabel yang dimana akses sangat mudah diimplementasikan serta melakukan akses. Perlu adanya Protokol keamanan untukmencegah akses yang tidak diinginkan. Protokol keamanan mengenkripsi paketdata serta melakukan authentication tambahan. Hal tersebut mengakibatkanprotokol keamanan mempengaruhi performance dari suatu jaringan. Testbeddilakukan untuk mengetahui secara kuantitatif dan komprehensif seberapa besarpengaruh protokol keamanan yang ada pada WLAN terhadap performancejaringan. Pengukuran kinerja jaringan yang digunakan yaitu throughput.
Dari hasil tersebut maka dapat ditentukan penggunaan protokol keamanan yang palingoptimal baik dalam segi kinerja jaringan maupun keamanan. Selain itu juga padapenelitian ini juga mencari pengaruh panjang paket serta protokol transportasiterhadap kinerja jaringan WLAN yang menjalankan protokol keamanan.
Hasil menunjukan bahwa penggunaan captive portal merupakan solusi yang terbaikdengan rata-rata pengaruh terhadap kinerja jaringan dibawah 1. Penggunaan WPA2E dapat menjadi solusi lain dengan tingkat keamanan yang tinggi. WPA2E mempengaruhi kinerja WLAN dengan memiliki rata-rata pengaruh terhadap kinerja jaringan sebesar 7.57 untuk TCP dan 6.03 untuk UDP yang memiliki nilai lebihbaik jika dibandingkan dengan protokol keamanan lainnya. Penggunaan WPA dengan enkripsi AES dapat menjadi alternatif jika pada jaringan tidak dapat tersediaRADIUS server.
Penggunaan WPA mempengaruhi kinerja WLAN denganmemiliki rata-rata pengaruh terhadap kinerja WLAN sebesar 5.75 untuk TCP dan7.39 untuk UDP. Pada TCP seluruh panjang paket mempengaruhi kinerja WLANyang menjalankan protokol keamanan dengan rata-rata perbedaan pada masingmasing500, 1000, 1500, dan 2000 bytes masing-masing sebesar 9.27 , 7.01 ,5,96 , 7,94 . Pada UDP hanya panjang paket 500 bytes yang mempengaruhiWLAN jaringan sebesar 24.36. Untuk panjang paket 1000, 1500 dan 2000 tidakterlalu mempengaruhi kinerja WLAN. Pengaruhnya yaitu sebesar masing-masing1.13 , 2.40 , dan 0.47.

WLAN is a wireless network where access is very easy to implement and access.Security protocols are required to prevent unauthorized access. The securityprotocol encrypts the data packets as well as performs additional authentication.This results in the security protocol affecting the performance of a network. Test bed is done to find out quantitatively and comprehensively how much influence ofsecurity protocol that exist on WLAN to network performance. Measurement ofnetwork performance used is throughput.
From these results can be determined theuse of the most optimal security protocols both in terms of network performanceand security. In addition, this study also looks for the effect of packet length andtransport protocol on the performance of WLAN networks running securityprotocols.
The results show that the use of captive portal is the best solution withaverage influence on network performance below 1 . The use of WPA2E can beanother solution with a high level of security. WPA2E affects WLAN performanceby having an average impact on network performance of 7.57 for TCP and 6.03 for UDP which has better value when compared to other security protocols. The useof WPA with AES encryption can be an alternative if on the network can not beavailable RADIUS server.
The use of WPA affects WLAN performance by havingan average effect on WLAN performance of 5.75 for TCP and 7.39 for UDP.In TCP, the entire packet length affects the performance of WLANs runningsecurity protocols with average differences of 500, 1000, 1500, and 2000 bytes eachat 9.27 , 7.01 , 5.96 , 7.94 . At UDP only packet length of 500 bytes thataffects network WLAN of 24.36 . For 1000, 1500 and 2000 packet lengths do notsignificantly affect WLAN performance. Its influence is equal to 1.13 , 2.40 ,and 0.47 respectively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67295
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ganang Rizky Nugraha
"Wireless Sensor Network merupakan sebuah sistem yang mampu me-monitoring keadaan di berbagai titik (area) menjadi sebuah data yang mampu diproses melalui suatu server. Xbee Series 2 Pro merupakan modul radio yang berfungsi sebagai komunikasi antarnode agar jangkauan monitoring dapat lebih luas. Pada skripsi ini didesain sebuah sistem penerangan jalan menggunakan software Proteus dimana memanfaatkan Xbee series pro 2 sebagai transmisi antar node. Komunikasi serial wireless yang didesain pada sistem penerangan jalan ini menggunakan mode API, dimana setiap data yang dikirim antar node untuk berkomunikasi berupa sebuah frame data.
Dalam skripsi ini, dibuat sebuah model pengendalian penerangan jalan umum dengan menggunakan tiga node dimana terdiri dari satu buah server dan dua buah client. Dari sistem jaringan yang dibuat tersebut, ada beberapa parameter performansi yang diujikan, yaitu protokol komunikasi antar zigbee, kualitas daya sinyal yang diterima, konsumsi daya, dan jangkauan jaringan.

Wireless Sensor Network is a system which capable of monitoring environment condition on few points into a data which able to be processed through a server. XBee Series 2 Pro is a radio module that serves as the communication each node that may be broader monitoring coverage. In this paper, it will be designed a street lighting system using Proteus software which utilizes pro XBee series 2 as a transmission between nodes. Wireless serial communication designed the street lighting system using API mode, where each data sent each node to communicate in the form of a data frame.
In this thesis, a model of street lighting system has been made consist of three nodes which is two of them are clients and the other is server. From this system, there is few parameters which is tested. Those parameters are communication protocol between server and clients, RSSI, power consumption, and network coverage.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64811
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aradea Haikal Ikhwan
"k Berbahasa Indonesia/Berbahasa Lain (Selain Bahasa Inggris):
Wireless Sensor Networks (WSN) terdiri dari node sensor yang tersebar dalam area monitoring untuk mengumpulkan dan mengirimkan data. Namun, keterbatasan energi pada node sensor menjadi tantangan utama dalam memperpanjang network lifetime. Ketergantungan pada baterai sebagai sumber daya menyebabkan node sensor mudah mengalami kehabisan energi, yang pada akhirnya memengaruhi kinerja jaringan. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang efektif untuk mengurangi konsumsi energi dan menyeimbangkan distribusi beban dalam jaringan sensor. Penelitian ini mengusulkan protokol Single-Hop Clustering Routing berbasis Tuna Swarm Optimization (TSO) dan Gravitational Search Algorithm (GSA). Algoritma TSO digunakan untuk membentuk cluster secara optimal dengan meminimalkan jarak komunikasi antar node dalam cluster, sedangkan GSA diterapkan untuk memilih cluster head (CH) berdasarkan faktor-faktor seperti residual energy, jarak ke base station (BS), dan jarak intracluster. Hasil simulasi menunjukkan bahwa algoritma TSO-GSA mampu meningkatkan efisiensi energi dan memperpanjang lifetime jaringan secara signifikan dibandingkan protokol referensi TSO-FC. Pada skenario utama dengan 100 node dalam area 150 × 150 m², TSO-GSA mencatat peningkatan lifetime jaringan sebesar 24.03% pada LND (1615 round dibandingkan 1302 round oleh TSO-FC). Namun, sebagai trade-off, FND pada TSO-GSA terjadi lebih awal, yaitu pada round ke-444 dibandingkan round ke-902 pada TSO-FC. Di sisi lain, protokol ini mampu mempertahankan energi residu yang lebih tinggi, mencapai peningkatan sebesar 17,22% pada round ke-800 dibandingkan TSO-FC. Selain itu, algoritma TSO-GSA menunjukkan adaptabilitas yang baik terhadap perubahan kompleksitas jaringan, dengan peningkatan LND sebesar 26,7% dalam lingkungan dengan 200 node. Dalam hal performa komunikasi, protokol ini juga meningkatkan jumlah total data yang diterima BS sebesar 12,5% dibandingkan TSO-FC. Dengan keunggulan-keunggulan tersebut, penelitian ini menyimpulkan bahwa protokol TSO-GSA dapat menjadi solusi efektif untuk mengoptimalkan efisiensi energi dan memperpanjang lifetime jaringan dalam WSN.

Wireless Sensor Networks (WSN) consist of sensor nodes distributed in a monitoring area to collect and transmit data. However, the limited energy of sensor nodes is a major challenge in extending network lifetime. Dependence on batteries as a power source causes sensor nodes to easily run out of energy, which ultimately affects network performance. Therefore, an effective approach is needed to reduce energy consumption and balance load distribution in sensor networks. This research proposes a Single-Hop Clustering Routing protocol based on Tuna Swarm Optimization (TSO) and Gravitational Search Algorithm (GSA). The TSO algorithm is used to form clusters optimally by minimizing the communication distance between nodes in the cluster, while GSA is applied to select the cluster head (CH) based on factors such as residual energy, distance to the base station (BS), and intracluster distance. Simulation results show that the TSO-GSA algorithm is able to significantly improve energy efficiency and extend network lifetime compared to the reference protocol TSO-FC. In the main scenario with 100 nodes in a 150 × 150 m² area, TSO-GSA recorded a 24.03% increase in network lifetime on LND (1615 rounds compared to 1302 rounds by TSO-FC). However, as a trade-off, FND in TSO-GSA occurs earlier, at 444th round compared to 902nd round in TSO-FC. On the other hand, this protocol is able to maintain higher residual energy, achieving an improvement of 17.22% in the 800th round compared to TSO-FC. Moreover, the TSO-GSA algorithm shows good adaptability to changes in network complexity, with a 26.7% improvement in LND in a 200-node environment. In terms of communication performance, the protocol also increases the total amount of data received by the BS by 12.5% compared to TSO-FC. With these advantages, this study concludes that the TSO-GSA protocol can be an effective solution to optimize energy efficiency and extend network lifetime in WSNs. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roy Hartadi Simon
"Jaringan komputer makin banyak dipakai dan hari ke hari, sejalan dengan makin berkembangnya teknologi komputer baik perangkat kerasnya maupun perangkat lunaknya. Dengan makin meningkatnya tingkat mobilitas dari para pemakai jaringan komputer, sehingga dibutuhkan suatu jaringan komputer yang dapat memenuhi tuntutan kebutuhan tersebut. Salah satu solusi dari tuntutan diatas adalah teknologi wireless LAN, teknologi ini memungkinkan para pemakai jaringan komputer dapat mengakses jaringan komputer tanpa harus adanya hubungan secara fisik yang biasanya berupa kabel. Teknologi wireless LAN ini memungkinkan pemakai komputer portabel (seperti notebook dan laptop) untuk mengakses jaringan komputer dari tempat yang berpindah-pindah. Dalam mengembangkan perangkat keras wireless LAN, harus mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut : teknologi perangkat keras yang ada, biaya produksi, pemakaian daya listrik, kemampuan untuk beroperasi dengan jaringan wireless yang lain tanpa saling berinterferensi, daya jangkau, dan tingkat keamanan. Pada Tugas Akhir ini akan diimplementasikan perangkat keras IBM Wireless LAN dan dianalisa unjuk kerja dari IBM Wireless LAN ini, serta membandingkannya dengan teknologi LAN konvensional yang sudah umum digunakan yaitu Ethernet (1OBase2)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S38833
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>