Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 47687 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andri Maulana
"Petroleum Coke hasil dari perengkahan thermal minyak bumi sebagai hasil samping reaksi pemutusan rantai yang terbentuk di dinding-dinding furnace, merupakan residu yang pemanfaatannya masih terbatas. Kandungan karbon yang cukup tinggi dalam petroleum coke bisa dimanfaatkan sebagai prekursor karbon aktif dengan terlebih dahulu diberikan perlakuan terhadap petroleum coke agar memiliki luas permukaan yang tinggi sehingga menghasilkan kapasitas adsorpsi yang tinggi pula. Pada penelitian ini dilakukan perlakuan dengan metoda aktivasi kimiawi menggunakan KOH sebagai activated agent dengan rasio KOH : petroleum coke adalah 0/1, 1/4, 3/1 dan 4/1 pada variasi temperatur 700, 800, dan 900 0C yang kemudian dilakukan analisa luas permukaan BET. Pada penelitian ini diperoleh arang aktif dengan hasil luas permukaan tertinggi pada variasi 3 : 1 pada temperatur 900 0C sebesar 29 m2/g.

Petroleum Coke a result of thermal cracking of petroleum as a result of side chain termination reaction that forms in the walls of the furnace, is the residue and their utilization is still limited. A fairly high carbon content in petroleum coke can be used as a precursor of activated carbon with the first given for the treatment of petroleum coke has a high surface area resulting in a higher adsorption capacity. The this research use treatment with chemical activation method using KOH as activated agent with a ratio of KOH: petroleum coke is 0 : 1, 1 : 4, 3 : 1 and 4 : 1 on the temperature variation 700, 800, and 900 0C are then analyzed BET model surface area. In this study the activated carbon with highest surface area results in variations of 3: 1 at 900 0C for 29 m2/g. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S665
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhana Atmayudha
"Karbon aktif banyak digunakan sebagai adsorben karena memiliki luas area permukaan dan daya adsorpsi yang lebih besar daripada adsorben lainnya. Semakin besar luas area permukaan, daya adsorpsi karbon aktif semakin baik. Karbon aktif dapat diproduksi dari berbagai macam bahan dasar yang mengandung karbon salah satunya tempurung kelapa. Tempurung kelapa merupakan bahan dasar dengan kandungan karbon yang sangat besar serta kemudahan bahan dasar tersebut untuk didapatkan secara komersial. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan digunakan bahan dasar dari tempurung kelapa untuk pembuatan karbon aktif dengan perlakuan aktivasi terkontrol.
Dalam penelitian ini, digunakan perlakuan aktivasi terkontrol dimana pada proses ini dialirkan gas inert N2 serta ditambahkan activating agent untuk mengontrol proses aktivasi. Pada penelitian sebelumnya, aktivasi terkontrol telah digunakan dengan bahan dasar limbah pinus. Pada penilitian ini, digunakan 2 variasi temperatur aktivasi, yaitu 500 °C dan 600 °C. Sampel karbon aktif diuji luas permukaan dengan BET Autosorb dengan adsorbat Nitrogen. Selain itu, juga dilakukan uji daya adsorpsi karbon aktif terhadap adsorbat CO2 dengan prinsip adsorpsi isotermis Gibbs.
Luas permukaan yang didapat dari hasil uji BET adalah 0 m2/grAC untuk bahan dasar (tempurung kelapa), 300 m2/grAC untuk sampel karbon aktif teraktivasi 500 °C, dan 111,9 m2/grAC untuk sampel karbon aktif teraktivasi 600 °C. Namun, secara teori semakin besar temperatur aktivasi semakin banyak pori-pori yang terbentuk sehingga luas permukaan semakin besar. Pada uji daya adsorpsi, pada tekanan yang hampir sama (sekitar 550 psi) didapat adalah 4,26 mmol/grAC untuk karbon aktif dengan aktivasi 500 °C dan 14,48 mmol/grAC untuk karbon aktif dengan aktivasi 600 °C. Dengan data dari uji daya adsorpsi, maka dapat disimpulkan bahwa luas permukaan dari karbon aktif dengan aktivasi 600 °C lebih besar. Pada tekanan sekitar 702,63 psia, jumlah CO2 yang teradsorpsi pada karbon aktif teraktivasi 500 °C 1,47 kali lebih kecil dibandingkan jumlah CO2 yang teradsorp pada penelitian sejenis dari literatur (Tomasko) sehingga kemungkinan luas permukaannya lebih kecil dari 850 m2/grAC. Pada tekanan sekitar 668,624 psia, jumlah CO2 yang teradsorpsi pada karbon aktif teraktivasi 600 °C 2,4 kali lebih besar dibandingkan jumlah CO2 yang teradsorp pada penelitian sejenis dari literatur (Tomasko) sehingga kemungkinan luas permukaannya lebih besar dari 850 m2/grAC. Hal ini bertolak belakang dengan hasil dari uji BET. Uji BET dengan menggunakan adsorbat nitrogen kurang dapat merepresentasikan kapasitas adsorpsi yang sebenarnya.

Adsorbent that mostly used in industry is activated carbon because its surface area and adsorption capacity are larger than other adsorbents. If the surface area of activated carbon is going to bigger, the adsorption capacity of activated carbon will be bigger too. Activated carbon can be produced from every raw material that contains carbon, e.g. c°Conut shell. C°Conut shell is the raw material that contains so much carbon and is commercial. Because of that, in this research c°Conut shell was used to synthesize activated carbon with controlled activation treatment.
In contolled activation treatment, N2 was flowed and activating agent was added. In previous research, controlled activation treatment had been used with pine waste as a raw material. In this research, the temperature of activation pr°Cess was varied (500 °C and 600 °C). Then activated carbon samples had their surface area test with BET Autosorb with N2 as an adsorbate. Besides, those samples were tested for the adsorption capacity with CO2 as an adsorbate with Gibbs Isotherm Adsorption principal.
Surface area that obtained from BET test result was 0 m2/grAC for raw material, 300 m2/grAC for activated carbon with 500 °C activation, and 111.9 m2/grAC for activated carbon with 600 °C activation. Otherwise, theory mentions that higher activation temperature resulting more pores formed and higher surface area. In pressure that almost be the same (around 550 psia), activated carbon with 500 °C activation adsorbed 4.26 mmol CO2/grAC and activated carbon with 600 °C adsorbed 14.48 mmol CO2/grAC. So, surface area of activated carbon with 600 °C activation is higher than activated carbon with 500 °C activation. In 702.63 psia, activated carbon with 500 °C can adsorb CO2 1.47 times less than activated carbon used by Tomasko that given in the literature. It means that the surface area of activated carbon with 500 °C activation may be less than 850 m2/grAC. In around 668.62 psia, CO2 adsorbed in activated carbon with 600 °C activation is 2.4 times higher than CO2 adsobed in activated carbon that used by Tomako. It means that activated carbon with 600 °C activation may have surface area higher than 850 m2/grAC. Then, we can conclude that BET test with nitrogen as an adsorbat doesn?t accurately represent the adsorption capacity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yopy Arfan
"Karbon aktif banyak digunakan sebagai adsorben karena memiliki luas area permukaan dan daya adsorpsi yang lebih besar daripada adsorben lainnya. Kualitas karbon aktif dipengaruhi oleh besar luas area permukaan yang dimilikinya. Semakin besar luas area permukaan, maka kualitas karbon aktif semakin baik. Salah satu bahan dasar yang dapat diproduksi menjadi karbon aktif adalah batubara karena mengandung karbon yang cukup besar serta sumber alam yang melimpah di negeri ini. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan batubara untuk pembuatan karbon aktif dengan perlakuan aktivasi terkontrol untuk meningkatkan kualitas (luas permukaan dan daya adsorpsi) karbon aktif. Dalam penelitian ini, digunakan perlakuan aktivasi terkontrol dengan dialirkan gas inert N2 pada laju alir tertentu yang dikontrol serta ditambahkan activating agent larutan KOH 65% dengan rasio massa activating agent/massa batubara 4/1. Metode ini telah digunakan pada penelitian sebelumnya dengan bahan dasar limbah pinus. Pada penelitian ini, digunakan 2 variasi suhu aktivasi, yaitu 500°C dan 600°C. Sampel karbon aktif diuji luas area permukaannya dengan BET Autosorb dengan adsorbat N2. Serta dilakukan uji daya adsorpsi karbon aktif terhadap adsorbat CO2 dengan prinsip adsorpsi isotermis Gibbs. Luas permukaan yang didapatkan dari hasil uji BET adalah 1,5 m2/g untuk batubara awal, 410,8 m2/g sampel karbon aktif yang teraktivasi 500°C, 611,3 m2/g sampel karbon aktif yang teraktivasi 600°C. Hal ini sesuai dengan teori, semakin besar temperatur aktivasi semakin banyak pori-pori yang terbentuk sehingga luas area permukaan semakin besar. Pada uji daya adsorpsi, pada tekanan yang hampir sama (&plusmm;640,49 psia) didapatkan 7,4 mmol/grAC untuk karbon aktif dengan aktivasi 500°C dan 19,24 mmol/grAC untuk karbon aktivasi 600°C. Dengan data tersebut disimpulkan bahwa luas permukaan dari karbon aktif dengan aktivasi 600_C lebih besar. Pada tekanan yang hampir sama, jumlah CO2 yang teradsorpsi dari karbon aktif dengan aktivasi 600°C lebih besar daripada hasil penelitian Tomasko (luas permukaan = 850 m2/gr), Dengan demikian, ada kemungkinan bahwa luas permukaan dari karbon aktif yang disintesa dari penelitian ini lebih besar dari hasil penelitian Tomasko.

Activated carbon is a highly porous material which has various applications in adsorption of both gases and solutes from aqueous solution. Quality of activated carbon depend on its have huge specific surface area. Activated carbon can made from many substances containing a high carbon content. Accordingly, this research using coal as raw material for making activated carbon. In this case, activated carbon made with activation controlled method. This research using activating agent (KOH 65%) by ratio activating agent/mass coal 4/1. Process activation flowed by inert gas N2, was of 4 l/min. This thesis use two various temperature activation, those are 500°C and 600°C. The result of activated carbon measured have surface area. And then tested adsorptive capacity to adsorbate CO2 based adsorption isotherms Gibbs. The result of BET test from activated carbon obtained the specific surface area for raw material coal 1.5 m2/g, 410.8 m2/g for the activated carbon with temperature activation 500°C, 611.3 m2/g for the activated carbon with temperature activation 600°C. This result agree with theory, that more higher temperature activation can have a major impact on increasing the pore structure, surface area and adsorptive capacity. Based on adsorption capacity test in the same pressure, obtained the activated carbon with temperature activation 600°C (19.24 mmol/grAC) more higher than the activated carbon with temperature activation 500°C (7.4 mmol/grAC). In the same pressure, the activated carbon from this research compared to the activated carbon Tomasko. The activated carbon with temperature activation 600°C more higher than the activated carbon Tomasko. Thus, the surface area of activated carbon possibly more higher than the activated carbon Tomasko."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49741
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Hendra
"Sistem adsorpsi semakin luas penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari maupun di dunia industri. Karbon aktif adalah jenis adsorben yang paling banyak digunakan dari segi aplikasi dan volume penjualannya. Karbon aktif dapat dibuat dari segala jenis material organik yang mengandung unsur karbon (C), salah satunya adalah batubara. Indonesia sebagai salah satu Negara pengekspor batubara terbesar memiliki potensi dalam pengembangan batubara sebagai bahan dasar pembuatan karbon aktif.
Penelitian ini bertujuan membuat karbon aktif berbahan dasar batubara Indonesia disertai dengan karakterisasi luas permukannya. Pembuatan karbon aktif pada penelitian ini menggunakan metode aktifasi fisika dengan gas CO2 sebagai activating agent. Bahan dasar batubara tadi dikarbonisasi menggunakan gas N2 dengan debit aliran 80 mL/menit pada suhu 900 °C selama 60 menit dan kemudian diaktivasi menggunakan gas CO2 dengan debit aliran 80 mL/menit pada suhu 950 °C dengan variasi waktu aktivasi selama 60, 90, 120, 150, dan 180 menit. Karbon aktif dari pengujian dikarakterisasi luas permukaannya menggunakan metode adsorpsi gas. Metode adsorpsi gas yang digunakan adalah metode pengujian BET dan pengujian laju adsorpsi.
Karbon aktif hasil dari percobaan memberikan nilai burn-off dan luas permukaan yang berbeda dikarenakan adanya variasi pada waktu aktivasi. Semakin lama aktivasi, maka burn-off dan luas permukaan yang dihasilkan semakin besar. Hal ini berlaku untuk pengujian dengan metode BET maupun metode laju adsorpsi. Besarnya Luas permukaan karbon aktif hasil dari penelitian ini memenuhi syarat untuk menjadi adsorben yang efektif.

Adsorption system now is becoming widely use in our daily life and in the world of industries. Activated carbon is the most widely used sorbent, refer to their applications and their selling volumes. Activated carbon can be made from all natural organic material which has carbon element (C). Indonesia is one of the largest coals exporter and have a potential in development of activated carbon from coal as its precursors.
The research objective is to prepare an activated carbon from Indonesia`s coals as its precursor along with their characterization which is well-known as surface area. Activated carbon prepared by physical activation method with CO2 gas as its activating agent. The precursor carbonized with N2 as inert gas. Carbonization temperature is 900 °C and soak-time of 60 minutes. The N2 flow rate regulated to 80 mL/minute. Continue to activation process with activation temperature of 950 °C, CO2 flow rate of 80 mL/minute, and variation of soaktime to 60, 90, 120, 150, and 180 minutes. Thus, Activated carbon from these preparations being characterized to determine their surface areas with gas adsorption method. Adsorption isotherm BET and rate of adsorption being use to determine surface area.
Variation of soak-time in activation process obtained variation of burn-offs and surface areas. Increasing of soak-time obtained increasing surface areas together with burn-offs. This is happened for both gas adsorption methods. Activated carbon yield a surface area that fulfill the requisite to become an effective sorbent.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S37346
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhana Atmayuda
"Karbon aktif banyak digunakan sebagai adsorben karena memiliki luas area permukaan dan daya adsorpsi yang lebih besar daripada adsorben lainnya. Semakin besar luas area permukaan, daya adsorpsi karbon aktif semakin baik. Karbon aktif dapat diproduksi dari berbagai macam bahan dasar yang mengandung karbon salah satunya tempurung kelapa. Tempurung kelapa merupakan bahan dasar dengan kandungan karbon yang sangat besar serta kemudahan bahan dasar tersebut untuk didapatkan secara komersial. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan digunakan bahan dasar dari tempurung kelapa untuk pembuatan karbon aktif dengan perlakuan aktivasi terkontrol. Dalam penelitian ini, digunakan perlakuan aktivasi terkontrol dimana pada proses ini dialirkan gas inert N2 serta ditambahkan activating agent untuk mengontrol proses aktivasi. Pada penelitian sebelumnya, aktivasi terkontrol telah digunakan dengan bahan dasar limbah pinus. Pada penilitian ini, digunakan 2 variasi temperatur aktivasi, yaitu 500°C dan 600°C. Sampel karbon aktif diuji luas permukaan dengan BET Autosorb dengan adsorbat Nitrogen. Selain itu, juga dilakukan uji daya adsorpsi karbon aktif terhadap adsorbat CO2 dengan prinsip adsorpsi isotermis Gibbs. Luas permukaan yang didapat dari hasil uji BET adalah 0 m2/grAC untuk bahan dasar (tempurung kelapa), 300 m2/grAC untuk sampel karbon aktif teraktivasi 500°C, dan 111,9 m2/grAC untuk sampel karbon aktif teraktivasi 600°C. Namun, secara teori semakin besar temperatur aktivasi semakin banyak pori-pori yang terbentuk sehingga luas permukaan semakin besar. Pada uji daya adsorpsi, pada tekanan yang hampir sama (sekitar 550 psi) didapat adalah 4,26 mmol/grAC untuk karbon aktif dengan aktivasi 500°C dan 14,48 mmol/grAC untuk karbon aktif dengan aktivasi 600°C. Dengan data dari uji daya adsorpsi, maka dapat disimpulkan bahwa luas permukaan dari karbon aktif dengan aktivasi 600_oC lebih besar. Pada tekanan sekitar 702,63 psia, jumlah CO2 yang teradsorpsi pada karbon aktif teraktivasi 500°C 1,47 kali lebih kecil dibandingkan jumlah CO2 yang teradsorp pada penelitian sejenis dari literatur (Tomasko) sehingga kemungkinan luas permukaannya lebih kecil dari 850 m2/grAC. Pada tekanan sekitar 668,624 psia, jumlah CO2 yang teradsorpsi pada karbon aktif teraktivasi 600°C 2,4 kali lebih besar dibandingkan jumlah CO2 yang teradsorp pada penelitian sejenis dari literatur (Tomasko) sehingga kemungkinan luas permukaannya lebih besar dari 850 m2/grAC. Hal ini bertolak belakang dengan hasil dari uji BET. Uji BET dengan menggunakan adsorbat nitrogen kurang dapat merepresentasikan kapasitas adsorpsi yang sebenarnya.

Adsorbent that mostly used in industry is activated carbon because its surface area and adsorption capacity are larger than other adsorbents. If the surface area of activated carbon is going to bigger, the adsorption capacity of activated carbon will be bigger too. Activated carbon can be produced from every raw material that contains carbon, e.g. coconut shell. Coconut shell is the raw material that contains so much carbon and is commercial. Because of that, in this research coconut shell was used to synthesize activated carbon with controlled activation treatment. In contolled activation treatment, N2 was flowed and activating agent was added. In previous research, controlled activation treatment had been used with pine waste as a raw material. In this research, the temperature of activation process was varied (500°C and 600°C). Then activated carbon samples had their surface area test with BET Autosorb with N2 as an adsorbate. Besides, those samples were tested for the adsorption capacity with CO2 as an adsorbate with Gibbs Isotherm Adsorption principal. Surface area that obtained from BET test result was 0 m2/grAC for raw material, 300 m2/grAC for activated carbon with 500°C activation, and 111.9 m2/grAC for activated carbon with 600°C activation. Otherwise, theory mentions that higher activation temperature resulting more pores formed and higher surface area. In pressure that almost be the same (around 550 psia), activated carbon with 500°C activation adsorbed 4.26 mmol CO2/grAC and activated carbon with 600°C adsorbed 14.48 mmol CO2/grAC. So, surface area of activated carbon with 600°C activation is higher than activated carbon with 500°C activation. In 702.63 psia, activated carbon with 500°C can adsorb CO2 1.47 times less than activated carbon used by Tomasko that given in the literature. It means that the surface area of activated carbon with 500°C activation may be less than 850 m2/grAC. In around 668.62 psia, CO2 adsorbed in activated carbon with 600°C activation is 2.4 times higher than CO2 adsobed in activated carbon that used by Tomako. It means that activated carbon with 600°C activation may have surface area higher than 850 m2/grAC. Then, we can conclude that BET test with nitrogen as an adsorbat doesn?t accurately represent the adsorption capacity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49823
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shofa
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan karbon aktif dari ampas tebu dengan luas permukaan melebihi 800 m2/gram dan mengetahui pengaruh metode aktivasi, suhu aktivasi dengan KOH, dan waktu aktivasi dengan KOH terhadap luas permukaan karbon aktif yang dihasilkan.Aktivasi kimiawi dilakukan dengan menggunakan KOH pada suhu 600oC, 700oC, dan 800oC selama ½ jam dan 1 jam. Sebagai pembanding dilakukan aktivasi fisika tanpa KOH pada suhu 700oC selama 1 jam. Karbon aktif yang diperoleh dikarakterisasi luas permukaannya. Luas permukaan tertinggi 1135 m2/gram diperoleh dari aktivasi menggunakan KOH selama ½ jam pada suhu 800oC. Dengan metode aktivasi fisika diperoleh luas permukaan 293 m2/gram.

ABSTRACT
This research aims to produce activated carbon made from sugarcane bagasse with a surface area exceeding 800m2/gram and determine the effect of activation method, temperature of KOH activation, and time of KOH activation of the surface area of activated carbon. Chemical activation performed using KOH at a temperature of 600oC, 700oC, and 800oC for ½ hour and 1 hour. As a comparison, physics activation performed without KOH at a temperature of 700oC for 1 hour.Surface area of activated carbon was characterized. The highest surface area is 1135m2/gram obtained from KOH activation for ½ hour at temperature of 800oC. Through the physical activation, the surface area is 293m2/gram."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43263
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2000
S29712
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Budiarti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode aktivasi terhadap luas permukaan dan kualitas karbon aktif yang dihasilkan dari tongkol jagung. Metode aktivasi yang digunakan adalah metode aktivasi kimia menggunakan KOH dan aktivasi fisika menggunakan gas alir N2 dan CO2. Aktivasi dilakukan pada laju alir 100, 200 dan 300 mL/menit. Sebagai pembanding dilakukan aktivasi fisika saja dan aktivasi kimia saja. Karbon aktif terbaik diperoleh melalui metode aktivasi kimia-fisika menggunakan gas N2 dengan laju alir 100mL/menit. Melalui proses tersebut diperoleh karbon aktif dengan bilangan iod sebesar 1065,15 mg/g, rendemen 55,65%, kadar air 20,62%, kadar abu 1,96%, dan kadar zat volatile 22,18%.

This research aims to determine the effect of activation methods on surface area and quality of activated carbon produced from corn cobs. In this research controlled by chemical activation method using KOH and physical activation method using N2 and CO2 gasification at a flow rate of 100, 200 and 300 mL/min. For comparison, the study was also carried out the manufacture of activated carbon by physical activation method and chemical activation method. The best activated carbon obtained by chemical-physical activation method using N2 gasification with a flow rate of 100mL/min. This method produced activated carbon with iodine number of 1065,15 mg/g, yield (55,65%), moisture content (20,62%), ash content (1,96%), and volatile matter (22,18%)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47379
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahfuzhoh Karimah
"Pemilihan jenis adsorben merupakan hal penting dalam proses adsorpsi. Adsorben yang paling sering digunakan adalah karbon aktif karena memiliki luas permukaan yang besar sehingga daya adsorpsinya lebih besar dari pada adsorben lainnya. Pada penelitian pembuatan karbon aktif dari ampas tebu ini dilakukan dengan metode aktivasi menggunakan gas CO2. Dengan laju alir gas CO2 300 ml/menit, 400 ml/menit, dan 500 ml/menit. Aktivasi dilakukan pada temperatur 700 °C, 800 °C,dan 900 °C selama 2 jam. Ampas tebu dipilih karena mengandung karbon yang cukup. Selain itu, ketersediaan ampas tebu melimpah di Indonesia dan sebagai representatif dari sumber daya alam yang terbarukan. Karbon aktif yang diperoleh dikarakterisasi luas permukaannya. Proses dengan aktivasi CO2 ini diharapkan dapat diperoleh karbon aktif dengan luas permukaan yang cukup tinggi sehingga akan membantu dalam proses adsorpsi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi waktu aktivasi dan laju alir CO2, maka luas permukaan yang direpresentasikan dengan bilangan iod semakin meningkat. Luas permukaan karbon aktif tertinggi yang direpresentasikan dengan bilangan iod sebesar 730 mg/g diperoleh dengan aktivasi pada laju alir CO2 sebesar 500 mL/menit dan temperatur aktivasi 900°C.

Selection type of adsorbent is important in the adsorption process. The most commonly used adsorbent is activated carbon because it has a large surface area so that the adsorption energy is greater than the other adsorbents. To study the manufacture of activated carbon from bagasse was carried out by the method of activation using carbon dioxide gas. With CO2 flow rate 300 mL/min, 400 mL/min, and 500 mL/min. Activation is done at a temperature of 700 °C, 800 °C, and 900 °C. Bagasse chosen because they contain enough carbon. Moreover, the availability of bagasse abundant in Indonesia and as a representative of a renewable natural resource. Activated carbon were then characterized its surface area. With carbon dioxide activation process is expected to obtain activated carbon with high surface area that will help in the process of adsorption. The results showed that the higher the activation time and the flow rate of CO2, the surface area represented by the iodine number is increasing. The surface area of activated carbon is represented by the highest iodine number of 730 mg / g obtained by activation of the CO2 flow rate of 500 mL / min and a temperature of 900 ° C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46855
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hermanto Januar PA
"Skripsi ini membahas tentang proses pembuatan karbon aktif dari batubara Indonesia yaitu Riau, Sumatera Barat, dan Kalimantan Timur. Karbon aktif adalah senyawa karbon yang telah ditingkatkan daya adsorpsinya dengan melakukan proses oksidasi dan aktivasi. Penelitian ini adalah kelanjutan dari penelitian sebelumnya yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas karbon aktif dengan proses oksidasi pada temperatur 300ºC dan aktivasi dengan metode aktivasi fisika pada temperatur 950ºC.
Pada penelitian ini selain melihat perubahan burn off dari variasi laju aliran gas pada proses oksidasi dan aktivasi juga untuk mengetahui hasil burn off dari variasi posisi autoclave dan arah aliran inlet gas oksigen dan karbondioksida sebagai activating agen. Dan hasillnya didapat nilai burn off 93.7% dan nilai iodine number 879 mg/g pada batubara kalimantan timur pada autoclave horizontal dan arah aliran inlet bottom.

This final project studied about the process of making activated carbon from Indonesian coal, which location from Riau, West Sumatran, and East Kalimantan. Activated carbon is a carbon compound that has been increased its adsorption capability by doing oxidation and activation process. This research was a continuation from the latest research in order to increase the quality of activated carbon by doing oxidation process at temperature of 300ºC and activation process with physic activating method at temperature of 950ºC.
In this research beside seeing the change of burn off point with the variation of gas flow from oxidation and activation process, it is also to find out the burn off point with autoclave variation and inlet flow of oxygen and carbon dioxide gas. The result is 93,7% of burn off point and value 879 mg/g of iodine number with East Kalimantan coal in horizontal autoclave position and bottom inlet flow.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50931
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>