Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52056 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diwangkoro Kingkin
"Mampu bentuk (formability) material bukan hanya ditentukan oleh mikrostruktur dari material, temperatur, laju regangan (strain rate) dan regangan (strain), tetapi juga tahapan tegangan pada zona deformasi. Uji tarik panas merupakan salah satu metode pengujian yang dilakukan untuk mengevaluasi sifat mekanis dari material, memperoleh informasi plastisitas material dan sifat perpatahan (fracture). Pengujian dilakukan dengan menggunakan parameter dari persamaan konstitutif dimana tegangan alir merupakan fungsi dari regangan, laju regangan dan temperatur. Hal ini dapat menjelaskan karakteristik Rheologi dari material tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik Rheologi dari material baja HSLA (ASTM A572 Gr 50) dengan menentukan parameter persamaan konstitutif menggunakan uji tarik panas, dengan variabel temperatur 700°C, 750°C, 800°C, dan 850°C.
Dalam penelitian ini dapat dihasilkan parameter persamaan konstitutif untuk paduan Baja HSLA (ASTM A572 Gr 50), yaitu σ = K. ɛn. έm. eQ /RT, di mana dengan meningkatnya temperatur dari 700°C ke 800°C akan menurunkan nilai koefisien pengerasan regang (n) sebesar 47% dan menurunkan % elongasi sampel sebesar 26%. Pada laju regangan 0.1 s-1 dengan meningkatnya temperatur dari 700°C ke 850°C akan menurunkan tegangan luluh sebesar 42%. Pada laju regangan 0.1 s-1 dengan meningkatnya temperatur dari 750°C ke 850°C, akan meningkatkan nilai koefisien sensitifitas laju regangan (m) sebesar 96%. Pada temperatur konstan 850°C, dengan meningkatnya laju regangan dari 0.01 s-1 ke 0,1 s-1 akan menurunkan nilai energi aktivasi sebesar 2%.

Formability not only determined by the microstructure of the material, temperature, strain rate and strain, but also stage the voltage on the deformation zone. Hot tensile test one method of testing conducted to evaluate the mechanical properties of the material, information material plasticity and fracture properties. Tests carried out by using the parameters of constitutive equations in which the flow stress is a function of strain, strain rate and temperature. This may explain the rheological characteristics of the material. This research aims to study the rheological characteristics of HSLA steel material (ASTM A572 Gr 50) by determining the parameters of the constitutive equation using hot tensile test, with variable temperature 700°C, 750°C, 800°C and 850°C.
In this study the constitutive equation can be generated parameters for HSLA steel alloy (ASTM A572 Gr 50), namely σ = K. ɛn. έm. eQ / RT, where with increasing temperature from 700°C to 800°C will lower the value of strain hardening coefficient (n) by 47% and lower % elongation of 26% of samples. At the strain rate 0.1 s-1 with increasing temperature from 700°C to 850°C will lower the yield stress by 42%. At the strain rate 0.1 s-1 with increasing temperature from 750°C to 850°C, will increase the value of strain rate sensitivity coefficient (m) of 96%. At a constant temperature of 850°C, with increasing strain rate from 0.01 s-1 to 0.1 s-1 would lower the activation energy value of 2%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S694
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riyan Nuryanto
"Untuk mendapatkan kondisi regangan bidang pada uji tarik, modifikasi spesimen dilakukan. Modifikasi spesimen telah menunjukkan regangan minor yang bernilai nol untuk uji tarik yang dilakukan pada temperatur ruang sehingga kondisi regangan bidang dapat dicapai. Pengujian untuk kelayakan specimen dilanjutkan dengan melakukan uji tarik panas pada temperatur tinggi, untuk mengetahui apakah kondisi regangan bidang masih dapat dipertahankan pada temperatur tinggi. Material yang digunakan adalah baja HSLA ASTM A 572 grade 50. Selanjutnya, dilakukan pula pengamatan metalografi untuk mengamati perubahan mikrostruktur setelah uji tarik panas, yang dalam hal ini adalah ukuran butir ferrite. Hasilnya, untuk uji tarik panas yang dilakukan sampai 1,15 yield, kondisi regangan bidang dapat dipertahankan. Terkait dengan deformasi yang terjadi, didapat pula bahwa semakin besar reduksi ketebalan yang terjadi semakin halus butir ferrite.

Modification of spesimen have done to get plane strain condition in tensile test. Modification of the specimens has shown zero minor strain on tensile test conducted at room temperature. Feasibility study of specimens followed by hot tensile testing at high temperatures, to determine whether plane strain condition can be maintained at high temperatures. The material used is a HSLA steel ASTM A 572 grade 50. Furthermore, metallographic observation has been conducted to get microstructure after hot tensile test, which the scope is ferrite grain size. Results, on hot tensile test is carried out until 1,15 yield point, plane strain condition can be maintained. Related to the deformation, it has found that the greater thickness reduction the finer ferrite grains that formed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S743
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Santoso
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S41434
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Gilang Prabowo
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh deformasi dan temperatur deformasi terhadap besar butir ferit dan persentase fasa ferit pada Baja HSLA A572 Grade 50 hasil proses canai panas. Benda uji berupa baja paduan rendah kekuatan tinggi (HSLA) dengan kandungan 0.028% Nb, 0,0085%C dan sejumlah kecil paduan lainnya yang di reheating pada temperatur sekitar 1150°C kemudian dilakukan canai panas pada temperatur 850°C dan 950°C dengan besar reduksi 0,1; 0,2; 0,3 kemudian dilakukan pendinginan udara. Perhitungan besar butir menggunakan metode intercept (ASTM E112). Dari hasil penelitian didapat dengan bertambahnya deformasi maka besar butir ferit akan semakin mengecil dan semakin besar laju pendinginan maka persentase fasa ferit yang dihasilkan akan semakin kecil.

The main purpose of this research is to study the effect of deformation and temperature deformation to the ferrite grain size and percentage of ferrite phase at HSLA A572 Grade 50 steel as a hot rolling process product. The specimen is High Strength Low Alloy Steel with 0,0285Nb, 0,0085%C content and other low alloy that reheated at 1150°C temperature and then hot rolled at 850°C and 950°C with deformation 0,1; 0,2 and 0,3 then air cooled. The measurement of ferrite grain use interceipt method (ASTM E112). The experiment results show that the increasing of percent deformation will cause a smaller ferrite grain size and the increasing cooling rate will cause smaller percentage of ferrite phase."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52030
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Richard Alfonso Mangaraja
"Banyak penelitian yang telah dilakukan dalam menemukan model yang sesuai bagi pengontrolan dan prediksi dari evolusi mikrostruktur yang terkait dengan sifat mekanik dari baja karbon, diantaranya dengan memprediksi keadaan mikrostruktur selama proses anil, deformasi, dan setelah deformasi. Pada penelitian-penelitian tersebut pengujian yang dilakukan umumnya menggunakan deformasi dengan menggunakan metode kompresi, torsi, dan bending. Oleh sebab itu, pengujian dengan deformasi menggunakan metode tarik menjadi suatu tantangan yang menarik disebabkan gaya yang bekerja pada mesin uji tarik konvensional adalah uni aksial, berbeda dengan metode kompresi, torsi dan bending. Untuk memperoleh analisa deformasi regangan bidang seperti pada metode kompresi, torsi dan bending, maka pada proses uji tarik dilakukan dengan memodifikasi bentuk spesimen agar memenuhi persyaratan uji tarik regangan bidang, melalui pengamatan visual.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh model kinetika pertumbuhan butir ferit pada pengerjaan panas baja karbon dengan menggunakan mesin uji tarik. Awalnya material dipanaskan sampai temperatur 900oC, kemudian dideformasi masing-masing pada temperatur 750oC, 800oC dan 850oC, dengan laju regangan 0,1 per detik. Setelah dideformasi dilakukan pendinginan udara. Hasil tarik panas tersebut memperlihatkan kecenderungan pertumbuhan butir yang sama dengan model empiris dan mampu menghasilkan ultra fine ferrite grain dan butir nano. Adapun model kinetika pertumbuhan butir ferit yang diperoleh dari pemodelan variabel proses uji tarik panas sudah sesuai dengan hasil pengamatan dengan tingkat kesalahan sepuluh persen dan berada dibawah model prediksi lainnya. Adapun model persamaan empiris besar butir ferit yang diperoleh dalam penelitian ini adalah Agar lebih sempurnanya model tersebut, maka perlu dilakukan validasi dengan menggunakan canai panas dengan kondisi dan parameter yang sama dengan uji tarik. Dari hasil validasi dapat diamati bahwa model uji tarik panas tersebut menghasilkan besar butir dan kecenderungan yang berbeda dengan hasil canai panas. Namun besar butir ferit dan kecenderungan dari hasil canai panas tersebut dapat didekati dengan menggunakan uji tarik panas regangan bidang melalui formula. Dengan adanya formula ini, maka diharapkan evolusi mikrostruktur selama proses canai panas dapat diamati di laboratorium yang hanya memiliki mesin uji tarik.

Many researchs has been done in finding a suitable model for the control and prediction of microstructural evolution associated with the mechanical properties of carbon steel, such as by predicting the state of microstructure during the annealing process, deformation, and after deformation. In these studies generally use the tests performed using the method of compression deformation, torsion, and bending. Therefore, testing deformation using the tensile method to be an interesting challenge due to the force acting on a conventional machine is the uniaxial tensile test, in contrast to the method of compression, torsion and bending. To obtain the plane strain deformation analysis such as happen on compression, torsion and bending, could be done by modifying the tensile test specimens in order to meet the requirements of plane strain tension, through visual observation.
This study aims to obtain a model of ferrite grain growth kinetics in the hot working of carbon steel by using a tensile testing machine. Initially the material was reheating to a temperature of 900oC, respectively and then deformed at temperatures 750oC, 800oC and 850oC, with strain rate 0.1/s. Cooling air was done after deformed. Hot tensile results showed the same grain growth tendency with the empirical model and capable to producing ultra-fine ferrite grains and nano grain. The ferrite grain growth kinetics model obtained from the modeling of the hot tensile test variables are in accordance with the results of observations with a standard error of ten per cent and under the other prediction models. The empirical equation model of the ferrite grains obtained in this study is To be more perfect model, it is necessary to validate the use of hot rolled to the conditions and parameters of the tensile test. From the results of validation, it can be observed that the hot tensile model results the different grain size and tendency from the results of hot rolled. However, the ferrite grain size and the tendency of hot rolled result can be approximated by using the plane strain hot tensile test through the formula. Given this formula, it is expected that the evolution of microstructure during hot rolled process can be observed in the laboratory which only has a tensile test machine.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
D1261
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Idrus
"ABSTRAK
Problem retak sering dijumpai pada proses pembuatan slab baja hasil proses
continous casting sewaktu slab baja tersebut mengalami proses pelurusan pada
temperatur antara 700°C-1000°C. Hal tersebur terjadi karena adanya penurunan
keuletan panas baja tersebut. Penelitian terhadap keuletan panas baja
karbon mangan dilakukan menggunakan perlakuan uji tarik panas pada temperatur 700°C, 750"C, 800°C. 850"C', 900°C dan 950°C dengan mengacu pada grafik tegangan-regangan sesunguhnya, % elongasi terhadap temperatur, % redului area terhadap temperatur dan bentuk patahan setelah dilakukan uji tarik panas.
Penelitian terhadap keuletan panas baja karbon mangan tersebut diaras dimulai
dengan pengujian tarik panas menggunakan mesin uji tarik dan dapur pemanas
yang kecepatan kenakan temperaturnya I 11°C per menit kemudian ditahan selama 5 menit pada temperatur uji. Pengujian dilakukan hingga benda uji purus dan dilakukan pengulmran diameter akhfr dan panjang alrhir, kemudian dilihat bentuk parahannya dengan memotong sampel sepanjang 5 mm.
Dari penelitian yang dilakukan didapat hasil bahwa baya karbon mangan memiliki keuletan panas pada temperatur 800°C dan 850° C dimana % elongasi dan %
reduksi area mengalami peningkatan secara drastis. Hal ini disebabkan oleh
beberapa fakior antara Iain terjadinya dynamic recovery pada baja karbon mangan sehingga laju regangan menurun, larutnya karbida dan nitrida sehingga
konsentrasi tegangan menurun pada batas butir. dan faktor-faktor lain yang secara langsung mempengaruhi keuletan panas baja karbon mangan.

"
2001
S41508
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilo Legowo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S40980
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardi Mudita Chandra
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S49099
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Norman
"ABSTRAK
Dalam mendapatkan sifat-sifat mekanis produk yang tinggi, proses
canai panas terkontrol merupakan salah satu proses penting melalui
pengamatan terhadap perubahan struktur selama proses. Parameter proses
seperti temperatur, tegangan dan pendinginan ternyata menjadi hal yang
sangat berpengaruh dalam proses canai panas.
Dari penelitian ini perubahan struktur diawali dengan fenomena
pertumbuhan abnormal butir austenit dari proses canai panas Baja
HSLA~Nb (0,03 %) selama pemanasan ulang pada temperatur 1080 °C
dalam waktu terrentu, walaupun belum mencapai temperatur pengkasaran
butir (grain coarsening temperature, Tc), H17 °C.
Hasil pengamatan terhadap perubahan-struktur butir austenit dan
ferit yang terjadi ?selama proses canai panas dan pendinginan, terjadi cukup
signzfkan. Laju pendinginan dan deformasi yang Iebih tinggi menghasilkan
bulir ferit yang kecil. Pada pendinginan ali (4156 °C) pada deformasi 0.6;
didapat diameter butir ferit sebesar 7,9 pm.
Proses nukleasi burir ferit sangat dipengaruhi oieh besar butir
austenit, dan pada butir ausrenit yang tidak seragam akan dihasilkan
butir ferit yang tidak seragam pula. Dari hasil rasio transformasi butir
ausrenit terhadap butir ferit, terjadi peningkaian Iaju nukleasi nada
bums butir rerdeformasi 0,30 sebesar 1,73 kali dibandingkan kondisi
tanpa deformasi, dan sebesar 1,77 kali untuk deformasi 0,50 ketika
didinginkan di udara. Butir austenit yang mengalami rekristalisasi
menghasikan laju nukleasi lebih kecil, karena ukuran butir yang
kecil."
2000
S41503
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>