Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 235356 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eriana Widya Puspa
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S4203
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Kironosasi W.
"Studi ini mempelajari stereotip dan prasangka dalam komunikasi antar kelompok yang merupakan kajian studi komunikasi antar budaya. Studi yang membahas masalah stereotip dan prasangka antar sukubangsa memang sudah banyak dilakukan, namun studi yang membahas masalah stereotip dan prasangka dari orang Bali dan orang Sasak belum banyak dilakukan. Studi ini lebih menekankan pada masalah situasional, yaitu situasi komunikasi dan situasi kelompok, oleh karena itu unit pengamatannya adalah interaksi antar kelompok--yaitu antara sukubangsa Bali dan sukubangsa Sasak.
Dalam kajian komunikasi (interaksi) antar kelompok, data atau informasi mengenai lawan interaksi menjadi penting terutama stereotip mengenai sukubangsa yang satu terhadap sukubangsa lain merupakan landasan dalam berinteraksi (berkomunikasi).
Mengingat adanya perbedaan dalam hal nilai-nilai (persepsi), bahasa, stereotipstereotip dan prasangka, pandangan hidup, sikap, pola non-verbal serta orientasi nilai antara sukubangsa Bali & Sasak diduga dapat menyebabkan munculnya kesalahpahaman antarbudaya. Oleh karena itu dianggap perlu untuk melakukan suatu kajian ilmiah terhadap interaksi yang terjadi antara kedua sukubangsa tersebut.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penelitian ini berupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1) bagaimanakah pandangan stereotip & prasangka sukubangsa Bali terhadap sukubangsa Sasak; 2) bagaimanakah pandangan stereotip & prasangka sukubangsa Sasak terhadap sukubangsa Bali; dan 3) bagaimanakah & mengapa stereotip & prasangka dapat mempelancar atau mengharnbat interaksi antara kedua sukubangsa tersebut; serta 4) bagaimanakah gaya komunikasi antara kedua sukubangsa tersebut di dalam interaksi mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualtitatif.
Temuan penelitian menggambarkan bahwa sukubangsa Bali walaupun sudah menetap di Lombok khususnya di Cakranegara (Mataram-Lombok Barat) sejak lama., namun mereka masih sangat ketat dalam menjalankan nilai-nilai dan aturan-aturan yang berlaku dalam kebudayaan masyarakatnya. Bahkan menggunakan bahasa Bali halus dan sebutan kebangsawanan relatif penting bagi mereka. Pada saat berinteraksi salah dalam menggunakan bahasa terutama bagi orang Sasak yang bukan bangsawanan dengan orang Bali bangsawan dapat menimbulkan kesalahpahaman komunikasi antara kedua sukubangsa tersebut. Sehingga dalam berinteraksi informasi (data kultural, sosiologi dan psikologi) mengenai lawan interaksi menjadi sangat panting. Namun dalam berinteraksi antara sukubangsa Bali dan sukubangsa Sasak stereotip dan prasangka pada situasi-situasi tertentu dapat diredam. Gaya komunikasi mereka cenderung kaku dan resmi. Dalam hal ini perbedaan nilai-nilai, bahasa, serta adanya stereotip & prasangka pada situasi persaingan (konfhk) dapat menghambat komunakasi di antara mereka dan pada situasi keijasama atau akomodasi perbedaan tersebut dapat diredam. Dalam konflik sukubangsa Bali cenderung mengaktifkan kesukubangsaan sementara itu sukubangsa Sasak mengaktifkan keagamaan."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadeta Sari Utami
"Kehadiran orang Prancis di dunia bisnis di Indonesia patut mendapat perhatian. Di Jakarta, kota yang merupakan pusat aktivitas ekonomi Indonesia, terdapat berbagai perusahaan Prancis, kantor perwakilan pemerintahan Prancis, dan lembaga pendidikan yang melibatkan orang Indonesia dan Prancis di dalam satu unit kerja. Komunikasi antarbudaya dalam konteks bisnis pun terjadi. Ada berbagai problem potensial dalam komunikasi antarbudaya antara orang Indonesia dan orang Prancis. Tiga problem utama adalah stereotip, etnosentrisme, dan prasangka. Penelitian ini hendak mengidentifikasi berbagai stereotip, etnosentrisme, dan prasangka yang diatribusikan oleh orang Indonesia dan Prancis di Jakarta di lingkungan kerja, dan latar belakang munculnya problem-problem tersebut.
Penelitian melibatkan 7 orang informan, yakni 3 orang Prancis dan 4 orang Indonesia. Mereka bekerja di kantor pemerintahan, perusahaan swasta Prancis, dan di lembaga pendidikan. Data dalam penelitian dengan paradigrna konstruktivis ini diperoleh dari wawancara mendalam dengan metode probing dan dianalisis dengan metode analisis domain. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam wawancara adalah pertanyaan terbuka, yang berkaitan dengan kontak informan dengan orang Prancis atau Indonesia, anggapan tentang orang Prancis atau Indonesia, interaksi di lingkungan kerja, dan di luar lingkungan kerja.
Ada beberapa hasil dari penelitian ini. Meskipun orang-orang Prancis dan Indonesia ini telah memiliki kontak yang cukup lama, bahkan tinggal di budaya yang berbeda, orangorang tetap memiliki stereotip, etnosentrisme, dan prasangka, dengan isi dan arah yang berbeda-beda. Ketiga problem potensial tersebut mereka pelajari dari pengalaman pribadi mereka, pendidikan, media massa, dan dari berbagai peristiwa yang terjadi baik yang berkaitan dengan Indonesia maupun Prancis. Seseorang dapat menolak stereotip tertentu terhadap orang Prancis ataupun Indonesia yang dimiliki oleh orang lain. Sebaliknya, ada stereotip tertentu yang diadaptasi oleh seseorang yang bukan berasal dari budaya yang dikenai stereotip tersebut.
Selain itu, terdapat usaha untuk memahami budaya yang berbeda dengan seseorang yang disadari akan mempengaruhi komunikasi antara kedua belah pihak, dan mempengaruhi hasil di lingkungan kerja. Dalam penelitian ini ditemukan pula etnorelativisme yang merupakan hasil dari usaha memahami budaya Prancis atau Indonesia dan memakai pemahaman tersebut dalam interaksi di lingkungan kerja.
Hasil penelitian ini telah dapat menjawab masalah penelitian. Identifikasi telah dilakukan, dan menghasilkan temuan-temuan berupa berbagai stereotip, etnosentrisme dan prasangka orang Prancis dan Indonesia. Latar belakang yang memicu munculnya tiga problem tersebut adalah pengalaman, pendidikan, pengaruh media massa, dan peristiwa yang berkaitan dengan Prancis dan Indonesia.
Masih ada temuan-temuan lain yang menarik, namun belum digali lebih dalam oleh peneliti, antara lain kompetensi antarbudaya dalam penyelesaian konflik di lingkungan kerja dan bagaimana respon seseorang terhadap stereotip yang diatribusikan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13332
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veven S.P. Wardhana
Jakarta: Media Lintas Inti Nusantara, 2001
791.45 War t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Veven S.P. Wardhana
Jakarta: Media Lintas Inti Nusantara, 2001
791.45 VEV t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Christina S. Handayani
"Tesis ini mengetengahkan masalah jender secara lintas budaya berkenaan
dengau isu kepemimpinan. Ada kecenderungan perbedaan jender disebarkan dan
diindoktrinasilmn untuk kepentingan politik., sehingga muncul kebijakan-kebijakan
politis yang bias dan menguntungkan salah satu kategori jender tertenlu, yang
biasanya dianggap lebih menguntuugkan laki-laki (Okin, 1994; Jane, l995). Masalah
jender tidak akan dapat dipahami secara sederhaua hanya dengan membedakan
kategori seks yaitu pria alan wanita (Mosse, 1981). Dalam setiap masyarakat yang
diteliti, terdapat perbedaan yang dilakukan oleh pria dan wanita dalam komunitasnya
yang menentukan perbedaan status maupun kekuasaan mereka di dalam
masyarakatnya. Budaya Batak dan Jawa menarik untuk dikaji mengingat persamaan
dan perbedaan kedua budaya ini dalam menempatkan pria dan wanita.
Secara psikologis pembagian kekuasaan dalam interaksi sosial antar jenis
kelamin tidak hanya tergantung pada keruampuan ataupun pengetahuan yang dimiliki
pria atau wanita. tetapi juga tergantung pada serangkaian keyakinan mengenai ciri
sifat pria dan wanita yang merupakan geueralisasi yang dibuat tentang pria dan
wanita, yang dikenal dengan stereotip jender. Perbedaan keyakinan tentang kualitas
psikologis pria dan wanita melahirkan sikap dan dan praktik disluiminalif yang
menyiraikan hubungan bersifat politis antara pria dan wanita. Sementara diskrlminasi
marupakan indikasi adanya prasangka yang akan menentukau kecenderungan
memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanlta, atau pria/wanita sama
saja.
Landasan teoritis yang digunakan adalahplarmed behavior theory dad Ajzen
(1975) karena teori ini dapat menjawab tujuan utama penelitian ini, yaitu menguji
apakah ada pengaruh jenis kelamin, atereotip jender dan prasangka secara simultan
terhadap kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita,
atau pria/wanita sama saja? Di samping itu dikaji pula beberapa pertanyaan barikut
ini: (1) Apaka ada pengaruh suku bangsa dan jenis kelamin yang signifikan terhadap
stereotip jender?; (2) Apakah ada pengaruh auku bangsa dan jenis kelamin yang
signifikan terhadap prasangka?; (3) Apakah ada hubungan antara suku bangsa dan
kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau
pria/wanita aama saia?; (4) Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dan
kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau
pria/wanita sama saja?
Subyek penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama kuliah, berasal dari
suku bangsa Batak atau Jawa, pria atau wanita dan terlibat dalam organiaaai, serta
saat ini tinggal di Jakarta. Subyek terdiri dari 32 subyek wanita Batak, 32 subyek pria
Batak; dan 32 subyek wanita Jawa, 32 subyek pria Jawa Instrumen pengumpulan
data terdiri dari 2 (dua) akala pengukuran yaitu skala stereotip jender dan skala sikap
prasangka, serta 1 (satu) angket kacenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis
kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita sama saja.
Untuk meuguji hipoteais penelitian ini digunakan metnde analisis diskriminaai
yang pada hakekatnya mengkaji pengaruh variabel-variabel dalam pelbagai populasi
atau sampel, tarutama jika variabel tarikanya barupa variabel nominal atau data
kategori. Analisis diskrirninasi ini dilakukan untuk manjawab permasalahan utama
penelitian Di samping itu digunakan pula metode multivariat untuk menguji
signifikansi pengaruh variabel data kalzegori terhadap variabel tergantung data
kuantitatif terutama menjawab pertanyaan pertama dan kedua; serta metode chi-
square untuk menguji ada tidaknya hubungan antara dua variabel yang keduanya
berdifat nominal yaitu menjawab pertanyaan ketiga dan keempat.
Dari hasil studi disimpulkan bahwa: (1) Secara umum gambaran pria dan
wanila menurut responden: Batak dan Jawa aama, yaitu pria dinilai lebih maskulin dan
wanita dinilai lebih feminin; (2) Ada pengamh suku bangsa dan jenis kelamin yang
signinikan terhadap stereotip jender. Responden Batak menilai tingkat maskulinitas
wanita lebih tinggi dibandingkan penilaian responden Jawa. Kelompok pria menilai
tingkat maskulinitas wanita lebih tinggi dibandingkan penilaian kelompok wanita
sendiri; (3) Tidak ada pengaruh bangsa yang signifikan terhadap prasangka,
tetapi ada pengaruh jenis kelamin yang signiiikan terhadap prasangka. Kelornpok pria
lebih berprasangka terhadap wanita sebagai pemimpin, sebaliknya kelornpok wanita
lebih berprasangka terharlap pria. sebagai pemimpin; (4) Ada hubungan antara suku
bangsa dan kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria.,
wanita, atau pria/wanita sama aaja Kecenderungan responden Barak lebih banyak
memilih pria/wanita.; sedangkan responden Jawa memiliki dua kecenderungan yang
sama kuainya yaitu memilih pria atau memilih pria/wanita; (5) Tidak ada hubungan
antara jenis kelamin dan kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis
kelamin, pria, wanita, atau priafwanita sama saia; (6) Berdasarkan analisis
diskriminasi ada dua (2) variabel yang berpengaruh terhadap kecenderungan nlerrlilih
pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, aiau pria/wanita sama saja yaitu
variabel prasangka terhadap wanita sebagai pemimpin dan variabel femininitas pria.
Keterbatasan dan kelemahan penelitian ini antara lain; (1) Belum mencakup
semua. variabel yang rnuugkin mempengaruhi kecendarungan memilih pemimpin
berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita sama saia sebagaif sebuah
intensi tingkah laku, seperti norma subyektif dan kontrol perilaku; (2) Metode analisis
datanya baru terbatas mendiskriminasilczm kelompok subyek berdasarkan variabel-
variabel yang dilihat sehiugga tidak dapat melihat model konseptual yang paling tepat
dapat menggambarkan dinamika hubungan antara keyakinan, sikap, intensi tingkah
laku dan tingkah laku yang nampak; (3) Penelitian ini tidak dilakukan di daerah asal
atau budaya asal, meksipun sudah disiasati dengan meneliti daerah yang tidak
memiliki dominan culture seperli Jakarta.
Dari hasil studi ini disarankan; (1) Dalam meneutukan seorang pemimpin
dalam sebuah Organisasi faktor-faktor psikologis seperti stereotip jender lerutama
dimensi femininitas pria dan prasangka terhadap wanita hendaknya perlu
diperhatikan, karena faktor-faktor ini menentukan kecenderungan memilih pemimpin
berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita., atau pria/wanita sama Baia; (2) Untuk
mengurangi kesenjangan antara pria dan wanita sebagai pemimpin rnaka proporsi
kategori wakil yang memilih harus seimbang misalnya kategori pria dan wanita, atau
antar suku bangsa dan sebagainya; (3) Dalam proses sosialisasi terutama dalam
kurikulum pendidikan formal hendaknya dimasukkan kesetaraan jender; (4)
Penelitian selanjutnya perlu dilakukan dengan melibatkan berbagai suku bangsa
mengingat bangsaiui adalah bangsa yang multietnik dan multikultural; (5) Penelitian
selanjutnya perlu pula dilakukan untuk menentukan ciri sifat pemimpin yang dapat
mewakili stereotip yang diharapkan bagi semua suku bangsa di Indonesia
Berdasarkan keterbatasan dan kelemahan penelitian ini disaranka.n: (1) Perlu
diteliti kedua. determinan yang lain seperti norma subyektif dan kontrol perilaku; (2)
Perlu digunakan metode analisis LISREL untuk melihat model konseptual yang
paling tepat menggarnbarkan dinamika hubungan antara keyakinan, sikap, intensi
tingkah laku dan tingkah laku yang nampak, dalam konteks kecenderungan memilih
pemimpin berdasarkan jenis kelamin (pria, wanita, priafwanita); (3) Perlu dilakukan
penelitian di daerah asal, misalnya budaya Batak di Medan, budaya Jawa di Jogya
dan Solo."
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina S. Handayani
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
T38334
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulaidha Ulfah
"Penelitian ini ingin mengetahui apakah penampilan yang identik dengan kelompok Islam fundamental dapat memengaruhi munculnya prasangka pada seseorang dan mengetahui aktivasi stereotip mana yang terlibat di dalamnya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental within-subject design kepada 41 orang mahasiswa. Partisipan diminta mengerjakan tugas identifikasi senjata untuk mengukur bias persepsi dan aktivasi stereotip partisipan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada pengaruh priming gambar orang berpenampilan muslim fundamental dengan orang berpenampilan umum terhadap bias persepsi partisipan dalam mengidentifikasi gambar senjata (F=1,138; p>0,05) dan gambar perkakas (F=2,979; p>0,05). Selain itu, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara pengaruh priming gambar orang berpenampilan muslim fundamental dengan orang berpenampilan umum terhadap controlled process (F=1,358; p>0,05) dan automatic process (F=1,681; p>0,05). Penelitian ini menunjukkan bahwa penampilan yang identik dengan kelompok Islam fundamental tidak memengaruhi prasangka dan aktivasi stereotip.
Hasil tersebut tidak sesuai dengan dugaan awal yang dibangun peneliti berlandaskan teori dan hasil penelitian terdahulu. Tidak terbuktinya pengaruh stereotip terhadap prasangka dan aktivasi stereotip dalam penelitian ini dapat disebabkan oleh beberapa keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian, seperti material gambar dalam tugas identifikasi senjata dan latar belakang pendidikan partisipan penelitian.

This study investigated whether the appearance that identical to the fundamental Islamic group can affect someone?s prejudice also investigated which stereotype activation that involved in it. The study was conducted by using experimental within-subject design on 41 students. Participants were asked to perform the weapon identification task to measure participants' bias and stereotype activation.
The results showed that no significantly differences on the effect of priming picture of someone who looks like muslim fundamentalist against participants' bias in identifying images of weapons (F=1.138; p>0.05) and tools (F=2.979; p>0.05). In addition, no significantly differences were found between the effect of priming picture of someone who looks like muslim fundamentalist and priming picture of someone who looks common against controlled process (F=1.358; p>0.05) and automatic process (F=1.681; p>0.05). This study showed that the appearance which identical to fundamental Islamic group does not affect prejudices and stereotypes activation.
These results aren?t in accordance with researcher's hypothesis that based on theories and previous researchs. No evidence of the influence of stereotypes against prejudice and stereotype activation found in this study might be due to some limitations, such as picture material in the weapon identification task and educational background of participants in this study."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S58636
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat penyebab dan gambaran
prasangka yang dimiliki anggota suku Amungme terhadap karyawan
pendatang dan PT Freeport Indonesia (PTFI) ditinjau dari cognitive
balance theory menurut Heider (1958). Suku Amungme memiliki nilai-
nilai kepercayaan tertentu mengenai hubungan antara manusia
dengan manusia, manusia dengan roh nenek rnoyang, dan manusia
dengan alam. Nilai kepercayaan tersebut merupakan elemen kognitif
yang penting bagi suku Amungme. Dengan masuknya PTFI ke
Tembagapura, Papua, pada bulan April 1967, diasumsikan bahwa
kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh PTFI tersebut dapat
mengganggu nilai-nilai kepercayaan tersebut dan pada gilirannya
dapat timbul prasangka pada orang Amungme terhadap PTFI dan
karyawannya yang hampir semuanya pendatang.
Metode penelitian adalah metode kualitatif dengan wawancara
mendalam dan observasi terhadap subjek. Analisis yang digunakan
adalah analisis intra dan antarkasus.
Dari hasil penelitian diketahui, sebagian besar subjek tidak
berprasangka terhadap karyawan pendatang maupun PTFI. Walau
demikian, ada satu subjek yang berprasangka terhadap karyawan
pendatang dan tiga subjek berprasangka terhadap PTFI. Ditinjau dari
teori cognitive balance, semua prasangka tersebut timbul dari ketidak
seimbangan kognitif karena adanya gangguan terhadap kepercayaan
suku Amungme dalam hal hubungan-hubungan antar manusia,
manusia dengan alam dan manusia dengan roh nenek moyangnya.
Pada gilirannya, prasangka itu menimbulkan stereotip yang makin
memperkuat prasangka lagi.
Sumber gangguan ada beberapa jenis, mulai dari masalah pribadi
(tidak diterima kerja), sampai masalah kepercayaan (PTFI merusak alam).
Namun, pengaruh agama Kingmy (guna menghormati perjanjian antara
suku Amungme dengan PTFI) bisa juga menjadi elemen kognitff baru yang
justru menghilangkan ketidak seimbangan kognitif, pada salah satu subyek,
sehingga tidak menimbulkan prasangka pada dirinya."
Jurnal Psikologi Sosial, Vol.12 (No.3) Mei 2006: 217-230, 2006
JPS-12-3-2006-217
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Johannes Basuki
"ABSTRAK
Penelitian ini berawal dari pemikiran bahwa pesatnya perkembangan perekonomian sebagai dampak arus globalisasi, perlu didukung sumber daya manusia yang tidak hanya berkemampuan tetapi juga memiliki sikap mental dan budaya yang kondusif agar berbagai permasalahan dapat segera diatasi. Pengamatan para pakar dan didukung kejadian akhir-akhir ini khususnya pada Bank Pemerintah, unjuk kerjanya dirasakan masih tertinggal dengan pihak Bank Swasta.
Dari berbagai masalah yang menyebabkan menurunnya kinerja Bank Pemerintah, adalah masalah sumber daya manusia dan lebih khusus lagi yang berkaitan dengan masalah kepuasan kerja. Masalah ini tetap aktual karena menyangkut kebutuhan yang paling hakiki bagi karyawan. Berbagai penelitian hasilnya menunjukkan bahwa, kerugian yang dirasakan organisasi cukup besar sebagai akibat adanya ketidak puasan kerja yang berpengaruh pada menurunnya produktivitas kerja, absenteism, turnover, gangguan terhadap kesehatan mental dan sejumlah konflik Iainnya.
Dalam penelitian ini, variabel pertama yang diduga mempengaruhi tingkat kepuasan kerja adalah variabel Sistem Manajemen. Para pakar dalam hal ini pada umumnya menyatakan bahwa pimpinan yang partisipatif dan mempunyai ciri-ciri supportif, hangat serta bersifat demokratis akan mampu meningkatkan tingkat kepuasan dan produktifitas karyawan. Menurut Likert bahwa Sistem Manajemen III (konsultatif) dan Sistem.Manajemen IV (partisipatif) Iebih berpeluang untuk menaikkan kepuasan kerja serta menentukan keberhasilan organisasi.
Variabel kedua yaitu Budaya Perusahaan yang akhir-akhir ini banyak diteliti, juga diduga berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Berdasarkan hasil penelitian, budaya perusahaan terbukti mempengaruhi kepuasan kerja serta ikut menentukan maju mundurnya suatu organisasi dan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan perusahaan. Miller menyatakan, ada delapan butir nilai-nilai utama yang diyakini menjadi dasar budaya perusahaan yang kuat dan kompetitif, yaitu : azas tujuan, azas keunggulan. azas mufakat, azas kesatuan, prestasi, empirisme, keakraban dan integritas.
Disamping dua variabel tersebut, juga disertakan empat variabel moderator yang diduga mempengaruhi tingkat kepuasan kerja maupun terhadap Sistem Manajemen dan Budaya Perusahaan, adalah faktor usia, masa kerja, tingkat pendidikan dan tingkat jabatan. Asumsi ini didasarkan pada hasil penelitian yang membuktikan adanya korelasi yang cukup signifikan dari faktor usia, masa kerja, tingkat pendidikan dan tingkat jabatan dengan tingkat kepuasan kerja. Alas dasar asumsi-asumsi diatas, tujuan dari penelitian ini, diharapkan dapat mengungkap Hubungan antara persepsi karyawan terhadap Sistem Manajemen dan Budaya Perusahaan serta pengaruh usia, masa kerja dan tingkat pendidikan dengan tingkat Kepuasan kerja karyawan yang menduduki jabatan Middle Management, Lower Management dan Supervisor. Metode penelitian yang digunakan adalah Ex Post Facto. dengan One-Shot Case Study atau penelitian sekali jalan.
Sedangkan tehnik analisis data yang dipergunakan adalah Analisis Regresi Berganda (Multiple Regression Analysis) dan teknik Analisis Varian Satu Jalan atau ANOVA one-way. Selain itu digunakan Teknik Analysis Deskripsi dan Analysis Interkorelasi. Berdasarkan hasil perhitungan statistik dengan metoda analisis seperti dimaksud, terhadap 60 Middle Manager, 60 Lower Manager dan 60 Supervisor diperoleh hasil, bahwa kecenderungan Sistem Manajemen pada PT. Bank X berada diantara Sistem II (Benevolent Authoritative) dan Sistem III (Consultative). Untuk variabel Budaya Perusahaan berdasarkan analisis profile terhadap delapan nilai budaya perusahaan ditemukan bahwa, secara umum persepsi terhadap nilai-nilai budaya perusahaan berada pada posisi sedang. Azas nilai yang paling daminan adalah azas keakraban dan integritas.
Sedangkan tingkat Kepuasan Kerja karyawan ternyata masih berada dibawah rata-rata umurn. Temuan lainnya yang penting adalah Sistem Manajemen dan Budaya Perusahaan serta Usia, Masa Kerja dan Tingkat Pendidikan berkorelasi secara bermakna dengan tingkat Kepuasan Kerja. Sumbangan terbesar terhadap tingkat Kepuasan Kerja adalah Sistem Manajemen dan Budaya Perusahaan. Untuk variabel Usia dan Masa Kerja sangat kecil sumbangannya terhadap tingkat Kepuasan Kerja.
Mengingat pengaruh Sistem Manajemen dan Budaya Perusahaan cukup kuat pengaruhnya terhadap tingkat Kepuasan Kerja, namun berdasarkan hasil penelitian Sistem Manajemen yang dirasakan oleh para karyawan masih berada pada Sistem II dan Sistem III, perlu adanya reorientasi terhadap nilai-nilai manajemen. Reorientasi dimaksud adalah Iebih mengarah pada Sistem III dan Sistem IV.
Demikian juga terhadap Budaya Perusahaan, memerlukan penanganan dan perhatian yang cukup besar, sebab berdasarkan basil analisis menunjukkan dari delapan nilai-nilai utama Budaya Perusahaan belum keseluruhannya dipersepsikan sama oleh para Karyawan.
Dalam penelitian ini juga ditemukan adanya perbedaan persepsi terhadap Sistem Manajemen dan Kepuasan Kerja dari Karyawan yang menduduki tingkat Supervisor, Lower Manager dan Middle Manager. Sedangkan terhadap Budaya Perusahaan ternyata tidak ada perbedaan persepsi dari Karyawan yang menduduki tingkat Supervisor, Lower Manager dan Middle Manager.
Bertitik tolak dari hasil-hasil penelitian diatas, secara umum dapat disimpulkan bahwa, dalam kondisi dan posisi Sistem Manajemen yang berada diantara Sistem II dan III serta Budaya Perusahaan yang belum sepenuhnya dihayati para karyawan, maka mengakibatkan masih rendahnya tingkat Kepuasan Kerja karyawan.
Atas dasar kesimpulan tersebut, khususnya hubungan Sistem Manajemen dan Budaya Perusahaan dengan Kepuasan Kerja, dirasakan masih belum mengungkap secara keseluruhan. Maka disarankan dilakukan penelitian lanjutan dengan obyek penelitian yang Iebih luas yaitu pada Bank-Bank Pemerintah Iainnya dan Bank Nasional Swasta. Dengan melakukan comparative study dimaksud diharapkan dapat diketahui dan diungkap Iebih jelas Sistem Manajemen dan Budaya Perusahaan di Indonesia. Lebih jauh diharapkan dapat diungkap, mengapa Sistem Manajemen pada BUMN dalam kurun waktu ± 12 tahun belum bergeser ke Sistem III dan IV. Pertanyaan ini perlu dijawab pada penelitian lanjutan, mengingat pengaruhnya cukup kuat terhadap tingkat Kepuasan Kerja maupun Budaya Perusahaan.
Akhirnya disarankan bahwa dalam pengukuran kinerja khususnya BUMN, seyogyanya tidak terpaku atau hanya diukur berdasarkan pada tingkat Rentabilitas, Likuiditas dan Solvabilitas saja, tetapi juga perlu dilihat aspek-aspek psikologisnya. Dengan demikian pengukuran kinerja suatu perusahaan Iebih diarahkan pada apa yang disebut "people oriented". Hal ini penting, mengingat unsur manusia merupakan unsur yang paling panting dalam setiap organisasi. Lebih Ianjut disarankan, oleh karena adanya perbedaan persepsi terhadap Sistem Manajemen dan Kepuasan kerja, maka penanganannya memerlukan strategi yang tepat sesuai tingkatan jabatan karyawan.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>