Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 208364 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yahya Prasetya
"Skripsi ini ingin meneliti apakah kemandirian (kemandirian emosional dan kemandirian tingkah laku) memiliki hubungan dengan intensi berwirausaha. Penelitian ini dilakukan terhadap mahasiswa tingkat akhir Universitas Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kemandirian emosional dan kemandirian tingkah laku dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa tingkat akhir Universitas Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian mengenai hubungan antara kemandirian dengan intensi berirausaha tidak dapat dilihat pada responden penelitian yang telah memiliki tingkat kemandirian yang tinggi.

The aim of this research is to examine the relationship between autonomy (emotional autonomy and behavioral autonomy) with entrepreneurial intention. This research focus on last year student at University of Indonesia. This research found that there is no significant relationship between emotional autonomy and behavioral autonomy with entrepreneurial intention on last year student at University of Indonesia. This research fmdings suggest that research on relationship between autonomy and entrepreneurial intention cannot be conduct on research participant who already have high level of autonomy."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S3606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yahya Prasetya
"Skripsi ini ingin meneliti apakah kemandirian (kemandirian emosional dan kemandirian tingkah laku) memiliki hubungan dengan intensi berwirausaha. Penelitian ini dilakukan terhadap mahasiswa tingkat akhir Universitas Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain ex post facto.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kemandirian emosional dan kemandirian tingkah laku dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa tingkat akhir Universitas Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian mengenai hubungan antara kemandirian dengan intensi berirausaha tidak dapat dilihat pada responden penelitian yang telah memiliki tingkat kemandirian yang tinggi.

The aim of this research is to examine the relationship between autonomy (emotional autonomy and behavioral autonomy) with entrepreneurial intention. This research focus on last year student at University of Indonesia.
This research found that there is no significant relationship between emotional autonomy and behavioral autonomy with entrepreneurial intention on last year student at University of Indonesia. This research findings suggest that research on relationship between autonomy and entrepreneurial intention cannot be conduct on research articipant who already have high level of autonomy.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
152.4 YAH h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sukrisno
"Adanya pemisahan antara program sarjana psikologi dengau program profesi psikolog menuntut mahasiswa Fakultas Psikologi UI untuk memustuskan apakah akan melanjutkan atau tidak melanjutkan ke program profesi setelah lulus sarjana psikologi. Secara teoritis keputusan tersebut membutuhkan proses pemilihan yang bijaksana karena akan sangat berpengaruh terhadap hampir seluruh aspek kehidupan di masa yang akan datang. Da1amkenyataannya banyak mahasiswa yang masih bimbang tanpa keputusan yang pasti.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat seberapa besar kecenderungan mahasiswa untuk melanjutkan ke program profesi serta memahami faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan tersebut. Pendekatan yang digunakan adalah planned behavior theory dari Ajzen (1988). Teori tersebut menekankan pentingnya intensi sebagai determinan terdekat dilakukannya suatu tingkah laku. Informasi penting lain yang bisa diperoleh adalah mengenai belief-belief yang mendasari intensi tersebut.
Dependent variable penelitian adalah intensi untuk melanjutkan ke program profesi. Sikap terhadap tingkah laku, norma subyektif, dan perceive behavior control yang dalam model planned behavior theory berperan sebagai determinan intensi, digunakan sebagai independent variab!es. Masing-masing variabel tersebut diukur dengan menggunakan skala semantic differential dengan sedikit modifikasi dari format yang dicontohkan oleh Ajzen (1980).
Dengan tehnik purposive sampling sebanyak 50 mahasiswa Fakultas Psikologi UI angkatan l992 dilibatkan sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan secara maupun kelompok. Untuk pengolahan data digunakan alat bantu komputer dengan melibatkan analisis deskriptif sampel, mean dan SD, korelasi, serta analisis multipel regresi.
Hasilnya diperoleh bahwa skor intensi mahasiswa baik secara keseluruhan maupun dalam kelompok-kelompok data kontrol berada di atas mean teoritis. Distribusi frekwensi skor intensi menunjukkan pengelompokkan persentase besar pada skor-skor tinggi. Jadi dapat dikatakan bahwa intensi mahasiswa Fakultas Psikologi UI untuk melanjutkan ke program profesi setelah lulus sarjana psikologi adalah relatif tinggi.
Dalam analisis multipel regresi dengan menggunakan sikap terhadap tingkah laku, norma subyektif, dan PBC sebagai predictor dan intensi sebagai criterion diperoleh nilai multipel korelasi yang signifikan. Hal ini berarti bahwa dalam konteks penelitian ini terdapat hubungan linear yang signifikan antara ketiga predictor dengan criterion-nya. Sedangkan dalam sumbangan unik setiap predictor, hanya PBC saja yang mampu memberikan sumbangan yang signifikan terhadap naik turunnya skor intensi.
Dengan demikian hipotesis penelitian bahwa sikap terhadap tingkah laku memiliki sumbangan yang signifikan terhadap tingkah laku ditolak. Demikian juga ditolak hipotesis yang menyatakan bahwa ada sumbangan yang signifikan dari norma subyektif terhadap intensi melanjutkan ke program profesi. Hipotesis yang diterima adalah hipotesis adanya sumbangan yang signifikan dari variabel PBC terhadap intensi.
Dibandingkan dengan analisis multipel regresi tanpa PBC sebagai predictor, tampak bahwa sikap terhadap tingkah laku dan norma subyektif mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap intensi. Secara statistik dapat disimpulkan bahwa variabel sikap dan norma subyektif mengukur common factors yang tercakup oleh PBC. Selain itu varians DV yang tercakup oleh IV mengalami peningkatan yang signifikan ketika dimasukkan variabel PBC.
Dalam analisis mean variabel dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan mahasiswa cenderung memiliki sikap yang negatif terhadap tingkah laku melanjutkan ke program profesi. Demikian juga dengan norma subyektif yang berada di bawah mean teoritis yang berani bahwa lingkungan sosial disekeliling para mahasiswa tidak terlalu menuntut mereka untuk melanjutkan ke program profesi. Dalam hubungannya dengan hambatan dan sumber-sumber daya yang mahasiswa untuk melanjutkan ke program profesi, mean PBC berada di atas mean teoritis. Hal ini berarti kebanyakan mahasiswa menganggap bahwa melanjutkan ke program profesi adalah sesuatu yang mudah. Oleh karena itu intensi mahasiswa tetap relatif tinggi meskipun sikap dan noma subyeknya unfavorable."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
S2541
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaenal Abidin
"Kajian tentang tingkah laku manusia dari dulu hingga sekarang bahkan mungkin di masa yang akan datang tetap menarik. Para ahli filsafat, psikologi dan ilmu-ilmu sosial
terus mendiskusikan apakah manusia pada dasarnya belsifat prososial atau anti sosial, lebih bersifat egoistik atau altruistik, serta cenderung ben-Tuhan (beragama) atau ateis.
Stereotipe masyarakat Indonesia adalah prososial, suka menolong, gemar bergotong royong, ramah dan agamis. Bangsa Indonesia meletakkan keTuhamm sebagai sila pertama pada dasar negara, tempat ibadah hampir di semua tempat telah dibangun pengajian keagamaan cukup marak tetapi bagaimana dengan kehidupan sosialnya ?
Akhi:-akhir ini di beberapa bagian masyarakat Indonesia tidak hanya menunjukkan tingkat kesetiakawanan sosial yang menurun, tetapi sesama anggota masyarakat saling
menyakiti bahkan saling membunuh. Apakah ini dikarenakan religiusitas atau keberagamaan masyarakat Indonesia telah menurun ? Make yang menjadi permasalahan utama penelitian ini adalah apakah ada hubungan yang positif antara religiusitas dengan tingkahlaku prososial ?
Tingkah laku prososial sebagai tingkah laku yang menguntungkan atau
mensejahterakan orang/pihak lain diduga dipengaruhi oleh faktor endogen dan faktor eksogen Salah satu faktor endogen atau yang ada dalam manusia adalah religiusitas.
Religiusitas terdiri dari lima dimensi, yakni; dimensi ideologi, num, ekspenensin,konsekuensial dan intelektual. Adapun yang termasuk faktor eksogen adalah keluarga,sekolah dan masyrakat sekitar atau daerah dimana bertempat tinggal. Hipotesis
mayor penelitian ini adalah ada hubugan yang positif dan bermakna antara religiusitas dengan tingkah laku prososial pada mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang.
Vadabel prediktor penelitian ini adalah religiusitas dengan 5 dimensinya, adapun variabel kriteriumnya adalah tingkah laku prososial, serta yariabel moderatornya adalah
religiusitas keluarga, inteusitas pendidikan agama asal sekolah (SMU), asal daerah dan jenis kelamin. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang
yang bemsia 18-21 tahun dan beragama Islam, dengan teknik pencuplikan: stratified
random sampling. Enstrumcn yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah skala religimsitas dan skala tingkah laku prososial yang disusun oleh peneliti. Adapun teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis regresi multivariat.
Prosedur pengumpulan data penelitian ini dimulai dengan mencntumkan subjek penelitian dengan cara undian bertingkat. Bertingkat dan undian fakultas, undian jurusan, dan undian untuk mata kuliah yang diikuti mahasiswa. Dari undian dihasilkan total
subjek 99 orang dan setelah diseleksi ternyata hanya 88 orang yang memenuhi kriteria sebagai subjek penelitian ini. Setelah subjek mengisi sejumlahh aitem skala, diberi skor,
ditabulasi dan dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi 7.5. Hasilnya ternyata hanya variabel religiusitas (total), dimensi eksperiensial dan dimensi konsekuensial yang
berkorelasi posilif socara signifikan dengan tingkah laku prosossial, sedangkan variabel dimensi ideologi, ritual dan intelektual serta keluarga, asal sekolah, asal daerah dan jenis
kelamin koreasinya tidak signifikan.
Kesimpulan penelitian ini adalah: ada korelasi yang positif dan signifikan antara re1igiusi!as(total), dimensi eksperiensial dan dimensi konsekuensial dengan tingkah laku
prososiai pada mahasiswa Univeritas Diponegoro Semarang Sedangkau untuk dimensi ideologi, ritual dau intelektual serta religiusitas keluarga, asal sekolah, asal daerah dan
jenis ke1amin` tidak signifikan korelasinya Terbuktinya hipotesis utama penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian Turmudhi (1991) dan Suhartanto (1994). Saran untuk berbagai pihak yang terkait dengan dunia pendidikan khususnya pendidikan agama,
kiranya perlu meninjau kembali mated dan metode khususnya yang berkaitan dengan keimanan, ibadah ritual dan pengetahuan agama. Untuk para peneliti lanjutan, instrumen
penelitian ini masih perlu disempurnakan dan jika ingin lebih komprehensif, perlu dipertimbangkan jika pendekatan penelitiannya digabungkan dengan pendekatan kualitatif
"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T38141
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiza Annisa
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pola asuh orang tua (ayah dan ibu) yang dipersepsi oleh anak dan urutan kelahiran anak dengan kemandirian emosional pada remaja akhir. Partisipan dalam penelitian ini adalah 280 orang mahasiswa angkatan pertama Universitas Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh ayah dengan kemandirian emosional, tapi interaksi antara pola asuh ayah dan urutan kelahiran anak tidak berhubungan dengan kemandirian emosional. Pola asuh ibu berhubungan dengan kemandirian emosional dan terdapat interaksi antara pola asuh ibu dan urutan kelahiran anak dengan kemandirian emosional. Urutan kelahiran anak tidak berhubungan dengan kemandirian emosional.

The purpose of this research is to identified the relationship between perceived parenting style (father and mother) by children and child birth order with emotional autonomy in late adolescent. Participants of this research are 280 freshman students in University of Indonesia. The main results shows that there is relationship between perceived parenting style of father and emotional autonomy, but interaction between perceived parenting style of father and child birth order is not related. Perceived parenting style of mother is related with emotional autonomy and so is the interaction between parenting style of mother and child birth order. There is no relationship between child birth order itself with emotional autonomy."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57144
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellen Tuwaidan
"Salah satu tugas perkembangan dewasa muda adalah memilih pasangan hidnp. Namun, perailihan pasangan hidup individu tidak sepenuhnya berada di tangan individu yang bersangkutan. Lingkungan sosial di luar individu juga ikut berperan. Keluarga dalam hal ini orangtua- merupakan faktor di luar individu yang paling berperan dalam pemilihan pasangan hidup. Saat ini, dalam pemilihan pasangan hidup orangtua cenderung tidak lagi menjodohkan individu dengan pasangan yang mereka anggap. Peran orangtua telah bergeser ke arah di mana individu memilih sendiri pasangannya namun perlu persetujuan orangtua.
Kecenderungan orangtua untuk melakukan evaluasi tentang pasangan yang dipilih individu berbeda antara pria dan wanita, di mana orangtua lebih cenderung untuk mengevaiuasi pasangan anak wanitanya. Mengingat hal itu, penelitian ditujukan pada wanita.
Dari pengalaman beberapa wanita tampak bahwa tampaknya ketidaksetujuan orangtua terhadap pasangan yang dipilih individu menimbulkan kebimbangan untuk melanjutkan hubungan ke pemikahan. Di satu sisi, ketidaksetujuan orangtua merupakan tekanan yang tidak dapat diabaikan begitu saja, sementara itu hubungan pacaran sendiri melibatkan banyak afek. Oleh karena itu dilakukan penelitian guna mendapatkan gambaran tentang seberapa besar kecenderungan wanita untuk menikah dengan pasangan yang tidak disetujui orangtua serta memahami faktor-faktor apa saja yang b^engaruh dalam pengambilan keputusan tersebut. Dengan kata lain, dilakukan penelitian tentang intensi menikah dengan pasangan yang tidak disetujui orangtua.
Dalam penelitian ini, pengkajian dilakukan dengan menggunakan kerangka teori Planned Behavior dari Ajzen (1988). Teori ini merupakan perluasan dari teori Reasoned Action, di mana teori Planned Behavior ini digunakan untuk tingkah laku yang tic^ sepenuhnya berada di bahwa kontrol kehendak individu. Menumt kerangka teori ini, intensi ditentukan oleh tiga determinan, yaitu: (1) sikap terhadap tingkah laku, (2) norma subyektif, dan (3) perceived behavior control. Ketiga determinan mtensi ini sendiri dibentuk oleh seperangkat belief yang menonjol, yang disebut salient belief. Teon ini juga membuka kemungkinan bagi masuknya variabel lain dalam meramalkan intensi pada situasi tertentu.Tingkah laku yang menjadi fokus penelitian im adaiah tingkah laku yang secara teoritis sesuai dengan keinginan individu namun berlawanan dengan harapan lingkungan sosial, yaitu tingkah laku menikah dengan pasangan yang tidak disetujui orangtua. Dalam menentukan pilihan salah satu faktor yang diduga ikut berperan adaiah penghayatan otonomi, yang mengacu pada pengertian sejauh mana individu mempersepsikan diri sebagai seseorang yang bebas bertmu sesuai dengan keinginan sendiri. Oleh karena itu, variabel penghayatan otonomi juga dijadikan determinan pembentuk intensi.
Subyek penelitian ini adaiah wanita dewasa muda yang bertahan untuk tetap berpacaran dengan pasangan yang tidak disetujui orangtua. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampling insidental dan berhasil dilibatkan sebanyak 43 orang subyek. Alat pengumpulan data adaiah kuesioner yang terdiri dari skala-skala yang men^kur sikap terhadap tingkah laku, norma subyektif, perceived behavior control dan intensi berdasarkan format yang disarankan Ajzen (1980). AJat ukur penghayatan otonomi dibuat dengan mengacu pada alat ukur otonomi dari Ryff (1989) dan literatur tentMg otonomi lainnya. Pengolahan data dilakukan dengan melakukan analisa deskriptif, mean, korelasi serta penghitungan korelasi berganda. Keseluruhan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS for Windows Release 6.
Dari hasil pengolahan data terlihat bahwa skor intensi untuk menikah dengan pasangan yang tidak disetujui orangtua cenderung berada di tengah, atau dengan kata lam cenderung ra^. Sikap subyek terhadap tingkah laku menikah dengan pasangan yang tidak disetujui orangtua cenderung. Secara umum terlihat bahwa signidicant others bagi subyek cenderung mengharapkan subyek agar tidak menikah dengan pasangan yang tidak disetujui orangta. Subyek penelitian menganggap tingkah laku menikah dengan pasangan yang tidak disetujui orangtua sebagai tingkah laku yang sulit diwujudkan, meskipun subyek mempersepsikan diri sebagai individu yang bebas bertmdak sesuai dengan apa yang diinginkaimya.
Perhitungan korelasi menunjukkan bahwa keempat determinan intensi tersebut berkorelasi positif dan signifikan dengan intensi. Lewat analisis regresi berganda didapatkan mlai korelasi berganda yang signifikan. Dengan kata lain, keempat variabel tersebut secara bersama-sama raemberikan peramalan yang signifikan terhadap intensi. Namun, bila dilihat sumbangan unik masing-masing variabel, hanya variabel perceived ehavior control saja yang memberikan sumbangan unik yang signifikan dalam meramalkan intensi.
Variabel sikap, norma subyektif, otonomi, dan perceived behavior control mengukur common factors yang tercakup pada perceived behavior control. Hal ini juga ditunjang oleh adanya korelasi yang signifikan antar prediktor. Sebagaimana telah luraikan di atas, penghayatan otonomi diduga ikut meramalkan intensi. Hasil penelitian menunjukan bahwa tampaknya penghayatan otonomi sudah direfleksikan di dalain sikap dan norma subyektif sehingga masuknya variabel otonomi tidak membenkan tambahan peramalan yang signifikan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2431
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Asmi S.J.
"Penelitian ini dilaksanakan untuk melihat tingkat kemandirian perawatan stoma. Penelitian ini meneliti hubungan antara posisi stoma dengan tingkat kemandirian perawatan stoma klien ostomi. Dcngan penelusuran studi literatur tentang posisi stoma dan tingkat kemandirian. Pertanyaan penelitian ini dirumuskan apakah ada hubungan antara posisi stoma tingkat kemandirian perawatan stoma.
Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan populasi klien di ruang perawatan bedah lantai 3/5 RSUPN Cipto Mangunkusumo dengan jumlah sampel 17 orang. Persetujuan penelitian didapat dari responden, Data dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi dan pengisian kuisioner. Analisa data menggunakan rumus Spearmen?s Rank Order Correlation Cocfisient dengan hasil rendah. Hal ini menggambarkan tidak ada hubungan antara posisi stoma dennn tingkat kemandirian perawatan stoma klien ostomi. Usia responden berkisar 16 - 60 tahun dengan masa menyandang stoma kebanyakan kurang dari satu tahun."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA4971
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Nusolahardo
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qorina Islamia
"Di ranah psikologi sosial, salah satu konsep yang telah banyak diteliti oleh ahli-ahli di bidang ini adalah tingkah laku prososial. Ada beberapa faktor yang dari lama telah dipelajari untuk memahami lebih lanjut tentang apa yang mempengaruhi adanya tingkah laku prososial, baik apa yang mempengaruhi timbulnya tingkah laku prososial ataupun faktor yang tidak menimbulkan tingkah laku prososial tersebut. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada korelasi antara empati dan conscientiousness dengan tingkah laku prososial saat ada bencana alam. Di penelitian ini, sampel dicari melalui survei daring, kemudian hasil analisis data menunjukkan bahwa empati dan conscientiousness menunjukkan efek positif dan signifikan terhadap salah satu tingkah laku prososial, yaitu memberikan bantuan dalam keadaan bencana alam. Semakin tinggi tingkat empati dan conscientiousness seseorang maka semakin memungkinan pula seseorang itu menjukkan tingkah laku membantu ketika bencana alam terjadi. Hasil penelitian ini juga mendukung lebih lanjut penelitian-penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa empati dan conscientiousness dapat memprediksi kemungkinan tingkah laku prososial.

In social psychology, prosocial behaviour is one of the concepts that is highly researched by those working in the field. Over the years, there have been several factors studied to understand further on what affect prosocial behaviour in whether the behaviour arises, or they do not. Therefore, focus of this study is to find if there is a correlation between empathy and conscientiousness with helping behaviour during natural disaster occurrence respectively. The sample is obtained through online survey and the results supports how empathy and conscientiousness positively affect a specific form of prosocial behaviour, natural disaster helping and that indeed both have significant effect on helping behaviour during natural disaster. The more empathy and conscientiousness a person possess, then the more likely they will give help when natural disaster occurs. These findings further support previous research that found empathy and conscientiousness have a role on increasing prosocial behaviour."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mellia Christia
"Masa remaja dapat dikarakteristikkan sebagai masa timbulnya tingkah laku beresiko, yaitu tingkah laku yang berpotensi untuk menimbulkan bahaya atau akibat yang fatal (Gullone et al, 2000). Resiko yang ditimbulkan oleh tingkah laku tersebut dapat bennacam-macam, misalnya gangguan keseliatan, fisik maupun psikologis, menurunnya nilai-nilai pelajaran di sekolah, dijauhi teman-teman, sampai yang paling parah adalah kematian. Berbagai resiko yang mengikuti suatu tingkah laku tersebut, tampaknya tidak mempengaruhi keterlibatan remaja dalam tingkah beresiko. Karena selain dari resiko negatif yang ada, hadir pula resiko positif yang seakan-akan menutupi resiko negatifnya, misalnya dapat diterima oleh kelompok, meningkatkan rasa percaya diri dan keinginan untuk memuaskan rasa ingin tahu. Oleh karena itulah dalam penelitian ini akan diteliti tentang hubungan antara persepsi terhadap resiko tingkah laku dengan keterlibatan remaja dalam tingkah laku beresiko. Selain itu akan diteliti pula perbedaan antara remaja putri dan putra dalam mempersepsikan resiko tingkah laku dan keterlibatan mereka dalam tingkah laku beresiko. Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan 2 kuesioner yang mengukur persepsi terhadap resiko tingkah laku dan keterlibatan dalam tingkah laku beresiko. Teknik pengambilan sampel adalah purposeful sampling. Jumlah subyek 75 orang dengan rentang usia 16-18 tahun yang semuanya berasal dari bimbingan belajar BTA SMU 8 Jakarta. Setelah semua data didapat dilakukan uji homogenitas item dan dilanjutkan dengan uji hipotesa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap resiko tingkah laku dengan keterlibatan dalam tingkah laku beresiko secara umum dan pada remaja putri. Sedangkan pada remaja putra tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap resiko tingkah laku dengan keterlibatan dalam tingkah laku beresiko. Kemudian ada perbedaan yang signifikan antara remaja putra dan putri dalam keterlibatan pada tingkah laku beresiko dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara remaja putra dan putri dalam hal persepsi terhadap resiko tingkah laku. Selain itu, secara umum terdapat hubungan antara persepsi terhadap resiko tingkah laku dengan keterlibatan remaja dalam tingkah laku beresiko.
Dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap resiko dapat berhubungan dengan keterlibatan dalam tingkah laku beresiko pada remaja secara umum. Selain itu ada perbedaan antara remaja putra dan putri dalam hal keterlibatan pada tingkah laku beresiko. Disarankan pada orangtua untuk lebih memberikan informasi yang tepat tentang suatu tingkah laku, selain lebih banyak diberikan perhatian dan kasih sayang. Karena remaja yang dekat dengan keluarga, biasanya tidak memiliki keinginan yang besar untuk melakukan tingkah laku beresiko. Di samping itu lingkungan sekolah juga diharapkan dapat memberikan informasi yang tepat kepada para remaja dalam bentuk penyuluhan maupun secara ilmiah dalam kegiatan belajar di kelas. Sedangkan bagi para remaja sendiri, agar keinginan untuk mencoba hal-hal baru dapat tersalurkan, maka mengikuti kegiatan yang positif, misalnya kegiatan ekstra kurikuler , olahraga atau organisasi remaja, merupakan salah satu cara penyalurannya. Akan tetapi hasil ini hanya spesifik pada sampel penelitian ini saja dan untuk dapat memberi gambaran tentang tingkah laku beresiko pada remaja di Indonesia dibutuhkan sampel yang le'oih besar dan berasal dari daerah di luar Jakarta."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3040
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>