Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134574 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andika
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3542
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Andi Ardillah Pratiwi
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara sikap terhadap perilaku seksual dengan konformitas terhadap teman sebaya pada remaja madya. Pada sikap terhadap perilaku seksual, peneliti menggunakan tiga komponen sikap dari Myers (1996), yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Perilaku seksual, yang merupakan obyek sikap, disusun berdasarkan teori Duvall dan Miller (1985), yaitu: bersentuhan, berciuman, bercumbu, dan hubungan seksual. Sedangkan domain konformitas terhadap teman sebaya disusun berdasarkan alasan untuk melakukan dan tidak melakukan konformitas (Baron & Byrne, 2003). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan disain korelasional. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 132 orang dengan rentang usia 15 - 18 tahun. Nilai korelasi sebesar .002 (p = .978) diperoleh melalui korelasi Pearson's Product- Moment Artinya, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap terhadap perilaku seksual dengan konformitas terhadap teman sebaya. Analisis tambahan mendapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan sikap terhadap perilaku seksual yang signifikan ditinjau dari jenis kelamin. Selain itu, juga diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap terhadap perilaku seksual dengan sejarah pacaran. Pada konformitas terhadap teman sebaya, diketahui bahwa terdapat perbedaan konformitas terhadap teman sebaya yang signifikan ditinjau dari usia, asal sekolah, dan kelas partisipan.

The purpose of this study is to examine the correlation between attitudes toward sexual behavior with peer conformity in middle adolescence. To measure attitude, the researcher uses Myer's (1996) components of attitude, which are cognitive, affective, and behavior. Sexual behavior, which is the object of attitude, is arranged according to Duvall and Miller's (1985) types of sexual behavior, which are: touching, kissing, petting, and sexual intercourse. While domains of peer conformity arranged by reasons to conform and not to conform (Baron & Byrne, 2003). The design of this research is correlational-quantitative. The participants of this research are 132 middle adolescents with age ranging from 15 - 18 years old. The Pearson's Product-Moment is .002 (p = .978). This result indicates that there was no significant correlation between attitudes toward sexual behavior with peer conformity. The other result showed that there is a significant difference in attitudes toward sexual behavior between sexes. It also revealed that there was significant correlation between attitudes toward sexual behavior with the number of dating, that participant had been through. For peer conformity, the result described that there was significant difference in peer conformity between ages, schools, and classes."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
306.7 PRA h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Danisya
"Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara citra tubuh dengan kebiasaan makan pada remaja putri. Sampel sebanyak 100 responden remaja putri berusia antara 15-17 tahun yang merupakan siswi SMA Negeri 28 Jakarta ikut serta dalam penelitian ini. Data didapat dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 3 bagian yaitu kuesioner data demografi, citra tubuh, dan kebiasaan makan. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa 52% dari remaja putri memiliki citra tubuh negatif dan 48% lainnya memiliki citra tubuh positif. Kebiasaan makan tidak sehat terjadi pada 51% remaja putri, sedangkan 49% memiliki kebiasaan makan yang sehat. Hasil analisa bivariat menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara citra tubuh dan kebiasaan makan dengan nilai p= 0,017 (p<0,05).

The aim of the present study was to examine the relationship between body image and eating habit among adolescent girls. A sample of 100 girls aged 15-17 years old take parts in this study. Data was collected from adolescent girls at SMA N 28 Jakarta using structured questionnaire about demographic data, body image, and eating habits. Result showed that 52% of adolescent girls have negative body image and the other 48% have positive body image. The unhealthy eating habits occur to 51% of adolescent girls; meanwhile 49% of adolescent girls have healthy eating habits. After a bivariate analysis using a chi-square test, result shows that body image is a risk factor for eating habits with p value 0,017 (p<0,05)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43424
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4552
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Alfarani
"Penampilan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi setiap orang.
Keinginan untuk tampil menarik ini tidak hanya terpaku pada bentuk tubuh
ramping saja, tetapi juga pada aspek yang lain, seperti rambut dan kulit. Hal ini
berlaku pula di Indonesia. Bila wanita dari daratan Eropa dan Amerika
menginginkan kulit berwarna kecoklatan, wanita Asia pada umumnya, cenderung
menginginkan kulit yang lebih putih dan halus. Sesuai dengan hasil riset dari
Usage & Habit Study tahun 1997 terhadap konsumen di Indonesia, 85% wanita
Indonesia memiliki kulit cenderung coklat, dan 55% wanita Indonesia ingin
memiliki kulit lebih putih ("Swa", 7 - 20 September 2000). Beberapa penelitian
yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penampilan menarik (physical
attractiveness) mempunyai korelasi positif dengan konsep diri seseorang (Adams;
Lerner & Karabenick; Lerner; Karabenick; & Stuart; Lerner dan Orlos; & Knapp;
Mathes & Kahn; Simmon & Rosenberg; dalam Pattiasina, 1998). Di lain pihak,
konsep diri seseorang juga merupakan salah satu motivator yang penting dalam
perilaku membeli barang atau jasa (Russell, 1988). Seseorang mengekspresikan
dirinya dengan melakukan aktivitas sehari-hari yang dilakukannya, misalnya
dengan barang dan jasa yang ia beli. Salah satu faktor yang mempengaruhi
intensi membeli adalah sikap terhadap produk. Berdasarkan alasan itulah, peneliti
memutuskan untuk mengetahui apakah konsep diri dan citra produk memiliki
hubungan secara signifikan dengan sikap terhadap produk pemutih kulit pada
konsumen wanita remaja-akhir. Peneliti memilih kelompok remaja karena remaja
merupakan target pasar utama dan dianggap mempunyai orientasi konsumtif yang
paling besar (Loudon & Della Bitta, 1993).
Penelitian dilakukan pada 95 subyek dengan karakteristik remaja wanita,
berusia 18 - 22 tahun, yang merupakan kelompok remaja-akhir (Konopka, dalam
Pikunas, 1976; Santrock, 1998), dengan menggunakan incidental sampling.
Setiap subyek memperoleh dua buah kuesioner, yaitu kuesioner Semantic
Differential dan Fishbein's Attitude Model. Data hasil perolehan dalam penelitian
diolah dengan menggunakan teknik Coefficient Alpha dari Cronbach dan teknik
korelasi Pearson Product Moment, yang terdapat di dalam program SPSS for MS
Windows Release 9. 01.

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini untuk kelompok pemakai produk,
tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara diskrepansi dari tiap jenis
konsep diri dan citra produk dengan sikap terhadap produk. Sedangkan untuk
kelompok non-pemakai konsep diri ideal dan citra produk memiliki hubungan
yang signifikan dengan sikap berhadap produk pemutih kulit dengan korelasi
sebesar 0,546 pads los 0,01 (2-tailed). Begitu pula halnya dengan nilai korelasi
yang signifikan antara konsep diri sosial-ideal dan citra produk dengan sikap
terhadap produk pemutih kulit, yaitu sebesar 0,481 pada los 0,01 (2-tailed). Dari
hasil keseluruhan dapat diambil kesimpulan bahwa, sebenarnya konsumen wanita,
khususnya yang berusia 18-22 tahun, pada dasarnya tidak terlalu meyakini akan
fungsi memutihkan dari kosmetik yang mengandung pemutih kulit ini. Hal ini
berarti iklan yang ada tidak terlalu berhasil dalam membentuk sikap konsumen.
Dengan demikian ada baiknya pihak produsen lebih memfokuskan pada fungsi
lain selain memutihkan kulit misalnya melembabkan, mencegah penuaan dini,
atau mengandung vitamin tertentu.
Saran untuk penelitian selanjutnya, agar memperoleh hasil yang lebih baik,
hendaknya dilakukan pada subyek dengan jumlah yang lebih besar dan
karakteristik yang berbeda. Selain itu hendaknya dilakukan penelitian lebih Ianjut
mengenai pengaruh norma subyektif dan perceived behavioral control dalam
kaitannya dengan sikap terhadap produk, sehingga dapat dilihat bagaimana
hubungan antara konsep diri dan citra produk dengan intensi membeli produk
pada konsumen dan perilaku membelinya."
2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lavinia Budiyanto
"Konsep diri individu mempengaruhi tingkah lakunya dalam berbagai situasi. Diskrepansi yang terjadi antara konsep diri aktual dengan konsep din ideal dapat mempengaruhi seseorang dalam bertingkah laku. Dalam bertingkah laku, individu didorong oleh motivasi. Motivasi terdiri dari motif afiliasi, motif kekuasaan, dan motif berprestasi. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara diskrepansi konsep diri aktual dan konsep din ideal dengan motif berprestasi pada para remaja putri yang mendatangi agensi-agensi modelling untuk menjadi fotomodel. Penelitian ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa kuatnya motif berprestasi individu berhubungan dengan rendahnya diskrepansi antara konsep diri aktual dengan konsep diri ideal individu tersebut, sehingga hipotesis alternatif yang diuji berkorelasi negatif.
Sampel penelitian ini diambil dari populasi remaja putri berusia 18 sampai 21 tahun, pernah mendatangi dan mendaftar menjadi anggota agensi-agensi modelling, serta bertempat tinggal di DKI Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan alat tes berupa kuesioner dengan tiga bagian, yaitu konsep diri aktual, konsep diri ideal, dan motif berprestasi. Data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis secara kuantitatif. Hipotesis alternatif diuji signifikansinya pada l.o.s. 0,05 dengan perhitungan dua arah.
Para responden memiliki konsep diri aktual yang baik atau sehat, karena grafik distribusi statistik konsep diri aktual para responden normal (tidak skewed). Para responden juga memiliki konsep diri ideal yang baik atau sehat, karena walaupun grafik distribusi statistik tidak normal {skewed ke kiri) namun ini merupakan hal yang normal karena semakin kecil nilai konsep diri pada alat pengumpul data penelitian ini berarti semakin baik konsep diri tersebut. Diskrepansi antara konsep diri aktual dengan ideal para responden merupakan diskrepansi yang normal, karena grafik distribusi statistik normal (tidak skewed). Hal ini berarti konsep diri aktual para responden tidak terlalu jauh dengan konsep diri ideal mereka.
Pola motivasi yang terdapat pada para responden adalah sebagai berikut: 38% responden memiliki motif berprestasi yang kuat; 32% memiliki motif berprestasi yang sedang; dan 30% memiliki motif berprestasi yang lemah. Berarti hanya sepertiga dari responden yang memiliki motif berprestasi yang kuat.
Ada hubungan negatif yang signifikan antara diskrepansi konsep diri aktual dan konsep diri ideal dengan motif berprestasi. Dengan perkataan lain, dengan bertambah kecilnya diskrepansi antara konsep diri aktual dengan konsep diri ideal akan diikuti meningkatnya motif berprestasi pada para responden.
Walaupun diskrepansi konsep diri para responden merupakan diskrepansi yang normal, namun hanya sepertiga responden yang memiliki motif berprestasi yang kuat. Mungkin hal ini menandakan bahwa ada faktor lain yang ikut berperan untuk meningkatkan motif berprestasi, di mana faktor ini tidak terkontrol oleh penulis.
Dalam hal pengambilan sampel, pemilihan responden perlu diperluas dan lebih melibatkan banyak agensi modelling. Selain itu, perlu mengadakan rapport yang baik dengan para responden sehingga mereka mau menjadi responden. Alat pengumpul data yang digunakan sebaiknya menggunakan item-item standar agar lebih akurat. Selain diskrepansi antara konsep diri aktual dengan konsep din ideal, penelitian ini dapat juga dilakukan untuk meneliti diskrepansi antara konsep diri aktual dengan konsep diri sosial dan konsep din ideal dengan konsep diri sosial, serta hubungannya dengan motif berprestasi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2928
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfiana Nabila
"ABSTRAK
Penelitian ini melihat hubungan antara citra tubuh dan sikap menerima terhadap
bedah kosmetik pada remaja perempuan. Citra tubuh ditunjukkan dengan adanya
lima dimensi, yaitu appearance evaluation, appearance orientation, body area
satisfaction, overweight preoccupation, dan self-classified weights. Penelitian ini
menggunakan alat ukur Multidimensional Body Self Relation Questionnaire-
Appearance Scales (MBSRQ-AS) yang telah diadaptasi oleh Raisa Andea (2010)
untuk mengukur citra tubuh. Lebih lanjut, sikap menerima terhadap bedah kosmetik
ditunjukkan dengan adanya tiga dimensi, yaitu intrapersonal, social, dan
consideration. Penelitian ini menggunakan alat ukur Acceptance of Cosmetic
Surgery (ACSS) dikembangkan oleh Henderson-King dan Henderson-King (2005).
Teknik statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pearson Product
Moment Correlation. Penelitian ini melibatkan 50 responden remaja perempuan di
usia akhir dengan usia 18-24 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara citra tubuh dan sikap menerima terhadap
bedah kosmetik pada remaja perempuan (r = 0,19, p>0,05, two-tailed).
Kata kunci: citra tubuh; remaja perempuan; sikap menerima terhadap bedah
kosmetik

ABSTRAK
This study conducted to examine the relationship between body image with
acceptance of cosmetic surgery in female adolesecent. Body image was measured
by five dimensions, are appearance evaluation, appearance orientation, body area
satisfaction, overweight preoccupation, and self-classified weights. This research
was using Multidimensional Body Self Relation Questionnaire-Appearance Scales
(MBSRQ-AS) for assesing body image was adapted by Raisa Andea (2010). Then,
acceptance of cosmetic surgery was measured by three dimensions, are
intrapersonal, social, and consideration. This study was using Acceptance of
Cosmetic Surgery (ACSS) that developed by Henderson-King and Henderson-King
(2005). Data was analyzed using Pearson Product Moment Correlation. Partisipants
were 50 late adolescents female between 18-24 years old. The result of this study
showed that there is no significant relationship between body image and acceptance
of cosmetic surgery in female adolescent (r = 0,19, p>0,05, two-tailed)."
2016
S64980
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Ariyanto
"Pada saat remaja, seorang individu mengalami berbagai perubahan yang menyangkut aspek fisik, kognitif, serta psikososial. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara citra tubuh dengan perilaku seksual dalam berpacaran. Rice (1999) menjelaskan bahwa pada tahap remaja individu lebih memperhatikan tubuhnya dibandingkan tahap perkembangan lain. Seiring dengan perubahan pada tubuhnya tersebut, kebutuhan emosional remaja juga beralih dari orang tua kepada peer, sehingga muncul pengalaman jatuh cinta melalui proses berpacaran. Berpacaran sendiri menyediakan kesempatan besar kepada individu untuk melakukan perilaku seksual. Jenis perilaku seksual yang dilakukan menurut Duvall dan Miller (1985) adalah: touching, kissing, petting, dan sexual intercourse.
Dalam memilih pasangan untuk berpacaran, faktor citra tubuh memegang peranan penting. Menurut Scharlot dan Christ (dalam Thompson, 1996) individu yang memiliki penampilan menarik akan menerima ajakan berpacaran lebih banyak dibandingkan individu yang berpenampilan tidak menarik. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pacaran menyediakan kesempatan besar untuk melakukan perilaku seksual. Menurut Garner (1997), perilaku seksual dan citra tubuh saling mempengaruhi. Ackard, Kearney-Cooke dan Peterson (2000) menjelaskan bahwa wanita yang merasa senang dengan bentuk tubuhnya lebih sering melakukan hubungan seksual, mencapai orgasme, lebih sedikit berpura-pura orgasme, merasa lebih nyaman mencoba aktivitas seksual yang baru, serta merasa lebih yakin dalam kemampuan mereka dalam memuaskan pasangan.
Meskipun demikian, penelitian ini tidak menunjukkan hasil yang sama. Dengan mengambil sampel 138 mahasiswi UI dari 12 fakultas dengan rentang usia 18-22 tahun hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara citra tubuh dengan perilaku seksual dalam berpacaran. Meskipun demikian, jumlah berapa kali partisipan berpacaran serta lama berpacaran menunjukkan hubungan yang signifikan dengan perilaku seksual dalam berpacaran. Dengan kata lain, semakin banyak jumlah pengalaman berpacaran individu, atau semakin lama hubungan pacaran tersebut berlangsung, maka akan semakin banyak pula jenis perilaku seksual dalam berpacaran yang dilakukan.

During adolescent period, a person would face many changes, include changes in physical, cognitive, and psychosocial aspects. This research tried to see the correlation between body image and sexual behavior in dating among adolescent. Rice (1999) explained that during adolescent, a person pays more attention to his or her body than other period in life. Along with those body changes, adolescent emotional need shift from their parents to their peers. With their peers, adolescent would face experience with love throughout dating that provides opportunity for adolescent to engage in sexual behavior. There are four types of sexual behavior according to Duvall and Miller (1985): touching, kissing, petting, and sexual intercourse.
In choosing their partner for dating, body image plays an important role. Scharlot and Christ (in Thompson, 1996) explained that person who look better would receive more dating offer than those who look less. Earlier has been said that dating provide opportunity for engaging in sexual behavior. Garner (1997) explained that body image and sexuality influence each other. According to Ackard, Kearney-Cooke and Peterson (2000) a person who feel that they have positive body image would engage in more sexual intercourse, reach orgasm more often, less faking, more comfortable in engaging new sexual experience, and more confident in satisfying their partner. This research however, show a different results. Subjects are 138 students from 12 faculties in Universitas Indonesia with age ranging from 18 to 22 years old.
The result indicates that there is no significant correlation between body image and sexual dating behavior. But other result indicates that the number of dating participants had been through and participants dating period have significant correlations with sexual dating behavior. In other words, more often the person had been dating and the longer their period of dating, there would be more type of sexual behavior they?re engaging."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
155.2 ARI h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>