Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149273 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Haryati
"PKS memiliki dua (karakter) yang sangat menonjolkan aspek keagamaannya. Dua tersebut ialah (1) paradigma hubungan agama dan negara yang dianut adalah hubungan yang tidak terpisahkan. PKS menganggap bahwa antara agama dan negara tidak boleh ada pemisahan. Keduanya saling terintegrasi (integrated) dan (2) idealisme politik sangat terasa keberadaannya. Idealisme politik ini merupakan implementasi dari nilai-nilai agama Islam yang menjadi landasan filosofis mereka.
Teori konstruksi sosial Berger yang melihat agama sebagai realitas sosial ini dijadikan pijakan teoritik dalam penelitian. Melalui sosialisasi yang berjalan menurut tiga momentum maka agama sebagai realitas sosial dikonstruksikan. Tiga momentum atau langkah tersebut ialah: eksternalisasi, obyektifikasi, dan internalisasi. Eksternalisasi ialah suatu pencurahan kedirian manusia secara terus menerus ke dalam dunia, baik dalam aktivitas fisik maupun mental. Setelah mengalami proses eksternalisasi berikutnya terjadi obyektivikasi yaitu disandangnya produk-produk aktivitas itu (baik fisik maupun mental), suatu realitas yang berhadapan dengan para produsennya semula, dalam bentuk suatu kefaktaan (faktisitas) yang eksternal terhadap, dan lain dari para produsen itu sendiri. Pada akhirnya seorang manusia akan mengalami proses berikutnya yaitu internalisasi di mana terjadi perasaan kembali atas realitas yang telah dialami oleh manusia tersebut. Realitas yang telah diserap selanjutnya ditransformasikan sekali lagi dari struktur-struktur dunia obyektif ke dalam struktur-struktur kesadaran subyektif. Dalam proses internalisasi inilah maka manusia menjadi produk masyarakat.
Proses internalisasi nilai-nilai agama ini merupakan konstruk Islam yang dibangun oleh PKS. Konstruksi Islam yang demikian membuat para simpatisan PKS mengalami obyektivikasi yang ditandai dengan adanya karakteristik pribadi Islam, yang dalam teori Berger disebut memiliki struktur sosial baru yang berbeda dengan karakteristik pribadi mereka sebelum mengikuti kegiatan Pos Keluarga KeadiIan. Setelah melewati proses internalisasi dan obyektifikasi, sosialisasi nilai-nilai agama akan memasuki tahap baru yaitu eksternalisasi. Sebagai manifestasi dari proses eksternalisasi adalah upaya membangun konstruksi sosial yang sesuai dengan nilai-nilai agama yang telah terinternalisasi dalam diri. Di dalam PKS perubahan karakteristik individu menjadi karakteristik pribadi Islam diharapkan akan membawa perubahan dan perbaikan pada masyarakat di mana individu tersebut tinggal.
Pertanyaan tentang apakah terjadi hubungan di antara pemahaman nilai-nilai agama -yang merupakan hasil dari sosialisasi nilai-nilai agama- dengan tingkat partisipasi politik perempuan seperti yang banyak terjadi di negara-negara Timur Tengah dapat juga terjadi di Kecamatan Kebayoran Lama yang dipilih sebagai lokasi penelitian. Bagaimana signifikansi sosialisasi nilai-nilai agama yang dimiliki oleh para politisi perempuan yang terlibat dalam partai politik (dalam hal ini PKS DPC Kecamatan Kebayoran Lama) berperan penting dalam menentukan tingkat partisipasi politik mereka. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan inilah maka penelitian sosial berbasis pada metodologi ilmiah perlu dilakukan.
Studi ini berhasil memperlihatkan dua temuan utarna menyangkut perilaku politik perempuan. Pertama, studi ini memperlihatkan bahwa sosialisasi nilai-nilai agama yang dilakukan oleh partai politik temyata tidak terlalu efektif untuk mendongkrak perilaku partisipasi politik. Dalam studi ini model sosialisasi nilai-nilai agama yang sudah lama tidak dilakukan oleh institusi politik formal seperti partai politik membuat masyarakat enggan untuk melakukan partisipasi politik di luar kegiatan pemilihan umum. Kalangan perempuan yang terpinggirkan dari aktivitas politik sejak masa Orde Baru tidak dapat meningkatkan partisipasi politiknya walaupun diberikan stimuli politik."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
S6815
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tisa Febrini
"Sejak memasuki abad 20, dunia keija sudah tidak lagi hanya menjadi milik laki-laki. Jumlah wanita dewasa yang memiliki pekeijaan di luar rumah yang diupah semakin lama semakin meningkat, baik bagi mereka yang telah berkeluarga dan memiliki anak, maupun yang tidak. Saat ini wanita memiliki karir dianggap sebagai hal yang lumrah, namun peran mereka sebagai istri, ibu, dan pengurus rumah tangga tetap tidak dapat diabaikan. Bagi perempuan dewasa, pilihan untuk berkarir atau tidak bukanlah pilihan yang mudah. Masing-masing membawa konsekuansi yang besar terhadap kehidupan mereka selanjutnya. Pilihan apapun yang akhirnya diambil, didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan matang yang diperoleh melalui proses pembelajaran tentang bagaimana sebaiknya seorang perempuan dewasa menjalankan hidupnya. Hal ini diperoleh melalui proses sosialisasi tentang peran gender, terutama sosialisasi oleh keluarga sebagai pihak yang pertama kali menanamkan nilai dan norma pada individu. Status perkawinan turut memegang peranan yang penting bagi seorang wanita dalam menentukan apakah ia akan berkarir atau tidak. Penelitian yang dilakukan secara kualitatif mencoba menggambarkan proses dan isi sosialisasi keluarga tentang peran gender dan bagaimana pengaruhnya terhadap pilihan dalam hal kari r. Wanita yang disosialisasikan nilai peran gender non-tradisional, dimana orangtua tidak membedakan perlakuan pada anak laki-laki dan perempuan, cenderung lebih memandang penting karir dan dibandingkan dengan wanita yang disosialisasikan nilai peran gender tradisional. Terdapat beberapa faktor dalam sosialisasi keluarga tentang peran gender yang berpengaruh terhadap keputusan yang diambil. Salah satunya adalah keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak dan pekerjaan rumah tangga, sebagai gambaran sikap peran gender yang non-tradisional. Selain itu, status pekerjaan ibu, keberhasilan ibu dalam menjalankan peran sebagai ibu dan pekerja, juga turut berpengaruh terhadap pilihan anak perempuan dalam hal karir."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S10587
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizah Etek
"ABSTRAK
Berangkat dari pemikiran bahwa keluarga dan Tempat Penitipan Anak adalah agen sosialisasi bagi anak, dimana kedua institusi merupakan penanam nilai nilai utama kehidupan yang perlu ditegakkan agar kelak anak dewasa akan menjadi anggota masyarakat yang dapat beperilaku sesuai patokan masyarakat. Konsep nilai tentang kejujuran, keadilan budipekerti pendidikan dan kesehatan ternyata perlu diinternalisasikan pada anak melalui pola asuh yang diperankan oleh keluarga atau TPA.
Dikeluarga anak mengalami sosialisasi primer dalam suatu proses yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang meliputi keluarga, relasi sosial antara suami dan istri. Kedekatan hubungan antara anak, ibu dan bapak yang dicerminkan oleh interaksi sosial yang berlangsung, menunjukkan seberapa jauh nilai dapat disosialisasikan dan teraplikasi dalam kehidupan keluarga sebagai langkah awal dalam pensosialisasian anak.
Di TPA pun sama halnya, proses sosialisasi anak dipengaruhi oleh relasi sosial antara pengasuh, interaksi pengasuh dengan anak, anak dengan anak, melalui kegiatan yang terstruktur adalah wujud nyata dari proses pensosialisasian anak di TPA.
Penelitian tentang sosialisasi anak dalam keluarga dan TPA yang merupakan studi kasus atas dua TPA dan empat keluarga yang terdiri dari dua keluarga kelas sosial menengah (KSM) dan dua keluarga dari kelas sosial bawah (KSB) ini telah mendapatkan temuan sebagai berikut:
Ternyata isi nilai yang ditanamkan dan pola asuh yang dipakai oleh keluarga dan TPA tak selalu sama, karena hal ini sangat dilatar belakangi oleh unsur unsur pendukung berlangsungnya sosialisasi di institusi masing-masing. Dikeluarga anak cenderung diperlakukan khusus, partikular, sedang di TPA secara umum universal .Tidak semua nilai seperti kejujuran, keadilan. budipekerti, pendidikan dan kesehatan ditanamkan 'secara utuh di keluarga , sedang di TPA ditanamkan secara utuh dan terstruktur. Disamping itu ditemukan pula kenyataan bahwa pola asuh yang diterapkan oleh keluarga kelas sosial menengah (KSM) cenderung autoritatif permisif sedang pada keluarga kelas sosial bawah (KSB) otoriter permisif, pada hal di TPA pola asuh yang diterapkan secara jelas berada pada pola asuh yang autoritatif.
Dengan kecenderungan yang demikian terdapat beberapa perbedaan yang diperkirakan bisa menimbulkan konflik nilai pada anak sehingga bisa menghambat effektifitas sosialisasi anak. Penanaman nilai-nilai pada anak apabila dilakukan dengan cara yang tepat melalui dukungan situasi dan kondisi yang menguntungkan bagi proses keberlangsungan sosialisasi tersebut, maka nilai yang ditanamkan pada anak dapat tumbuh subur dan berkembang internalized dalam diri anak dan akan menjadi patokan berperilaku kelak.
Dengan demikian proses sosialisasi anak dalam keluarga dan TPA akan semakin penting untuk diperhatikan terutama oleh ibu bekerja yang punya anak balita yang juga dititipkan pada TPA."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S6975
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Sekretariat Jenderal Dewan Kelautan Indonesia , 2008
387.2 IND l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S6982
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>