Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134678 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratna Djuwita
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1981
S2371
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laksmi Witriadini
"ABSTRAK
Saat seorang wanita menghadapi kondisi dimana ia menjadi seorang janda karena
kematian dari pasangannya, maka akan munculah beragam permasalahan yang kemudian
harus dihadapinya. Kematian dari pasangan menyebabkan kehidupan ekonomi serta sosial
dari mereka yang ditinggalkan menjadi terganggu. Hal ini membutuhkan suatu penyesuaian
diri yang sulit dan menyakitkan. Dari beberapa penelitian serta pengamatan yang dilakukan,
didapat kesan bahwa kesulitan yang umumnya dialami oleh janda adalah dalam penyesuaian
dirinya ke dalam lingkungan sosialnya. Kesulitan muncul karena adanya kecemasan bahwa
tindakan-tindakan yang diambil, berkaitan dengan masalah yang ia hadapi tersebut, kiranya
akan bertentangan dengan norma serta aturan yang berlaku di masyarakat berkenaan dengan
kondisinya sebagai seorang janda. Atau dengan kata Iain, janda tersebut mengalami masalah
dalam mengadakan penyesuaian sosial dengan lingkungan sosialnya. Sesungguhnya hal yang
akan sangat membantu penyesuaian diri dalam menghadapi kondisi sebagai seorang janda,
salah satunya adalah adanya dukungan yang diberikan oleh Iingkungan sosial di sekitarnya.
Dimana dengan adanya dukungan sosial, maka diharapkan penyesuaian diri, ataupun
penyesuaian sosialnya menjadi lebih baik. Namun, kenyataan yang lain menunjukkan bahwa
saat ini terasa sekali adanya perkembangan serta perubahan yang serba cepat yang terjadi di
dunia ini, yang pada akhirnya membawa dampak tersendiri bagi perkembangan
masyarakatnya. Keadaan kota besar yang semakin padat penduduknya tersebut, memaksa mereka untuk berhubungan dengan jumlah orang yang banyak pula. Karenanya cara yang
biasanya dipakai agar dapat Iebih efektif menerima sekian banyak masukan tersebut adalah
melalui hubungan yang sifatnya superficial atau basa-basi.
Maka meski secara teoritis dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial dapat
memudahkan bagi janda untuk melakukan penyesuaian sosial namun dengan pertimbangan
kondisi masyarakat yang telah disebutkan di atas tadi, maka yang kemudian ingin diketahui
lebih jauh dalam penelitian ini adalah apakah dengan kondisi kota besar yang semakin
individualis tersebut, masih terdapat hubungan yang cukup berarti antara penyesuaian sosial
janda dengan dukungan sosial yang diterimanya.
Dalam penelitian ini yang hendak menjadi subyek penelitian adalah janda-janda di
kota besar yang meniadi janda karena kematian dari pasangannya dan berusia antara 35
sampai 55 tahun. Jumlah responden yang diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 63 orang .
Pada tahap pengumpulan data, subyek diberikan kuesioner yang berisi sejumlah pernyataan
yang berkaitan dengan masalah dukungan sosial dan penyesuaian sosial pada janda.
Penyebaran kuesioner ini dilakukan baik di Jakarta, Surabaya. Bandung dan Medan, dengan
bantuan dari teman atau saudara yang ada diluar kota Jakarta. Untuk melihat ada atau
tidaknya hubungan digunakan rumus korelasi Pearson's Product Moment. Dalam penelitian
ini diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara dukungan sosial dan penyesuaian sosial pada
para janda di kota besar."
1996
S2349
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trias Misi Sentani
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas proses sosialisasi dalam membentuk tingkah laku berkomunikasi remaja haafu Jepang-Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan mengenai pembentukan tingkah laku berkomunikasi remaja haafu Jepang-Indonesia dalam proses sosialisasi mereka dan menganalisis dampak dari kemampuan bilingual tersebut terhadap kehidupan sosial mereka. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa wawancara dan observasi partisipatif kepada 4 orang remaja haafu Jepang-Indonesia di Universitas Indonesia. Hasil analisa menunjukkan bahwa dalam sosialisasi kempat responden terjadi pembelajaran berkomunikasi yang membentuk kemampuan bilingual Jepang-Indonesia dan tingkah laku berkomunikasi bilingual. Selain itu, kemampuan komunikasi yang terbangun akan membangun harga diri remaja haafu Jepang-Indonesia.

ABSTRACT
This research studies socialization process in the bilingual communication action formation of Japanese-Indonesian haafu adolescents. The purposes of this research are explaining the billingual communication action formation process of Japanese-Indonesian haafu adolescents in their socialization process and analyzing effect of that bilingual competence in their social life. The main data of this study are taken from four Japanese-Indonesian haafu adolescents using interview and participation observation method. Analysis of the data revealed that in the socialization of respondents, communication learning process, which has developed Japanese and Indonesian bilingual competence and formed social actions of bilingual communication, has happened. In addition, in the next step, Japanese and Indonesian bilingual competence built their self-esteem."
2014
S54031
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yessica Ruth Vania
"ABSTRAK
Penulisan ini dibuat untuk mengungkapkan apa yang melatarbelakangi implementasi dalam pemberian hak pendidikan untuk warga binaan. Fenomena ini dijelaskan dengan menggunakan teori keadilan sosial, teori pembelajaran sosial, dan teori kontrol sosial. Hasil dari penulisan ini menunjukkan bahwa pemberian pendidikan strata satu di dalam lembaga pemasyarakatan dapat memberikan dampak yang positif dalam proses reintegrasi untuk warga binaan yang telah mengikuti proses pembinaan yang diberikan oleh pihak lembaga pemasyarakatan.

ABSTRACT
This paper is made to reveal what lies behind the phenomenon of implementation in providing the rights of education for inmates in correctional instituons. This phenomenon is explained by three theories, the first is, social justice theory. Second is, social learning theory. And the las is, social control theory. The results of this paper shows that the implementation of undergraduate education in correctional institutions can provide a positive impact in the reintegration process for inmates who have followed the educational process which is provided by the penitentiary."
2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiq Rohman
"Penelitian ini bertujuan nntuk memperoleh data ernpiris keterkaitan antara status sosial ekonomi orang tua dan sosialisasi keluarga dalam menunjang prestasi belajar siswa di sekolah. Pengumpulan datanya dilakukan dengan cara observasi dan wawancara secara mendalam. Agar data mempunyai validitas yang kuat, maka dilakukan cross chek terhadap orang tua, teman siswa serta guru dari sampel utama tersebut. Guna memperoleh gambaran yang nyata, selain wawancara dilakukan juga observasi, serta penyebaran angket kepada 100 orang responden (siswa), pengamatan serta pengumpulan data sekunder sebagai data pendukung. Pemilihan 8 sampel utama dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan khusus dengan rnelalui kriteria tertentu dan keterbatasan waktu penelitian , terdiri dari 4 siswa jurusan IPA yang orang tuanya mempunyai status sosial ekonomi "tinggi" , dan 4 orang siswa jurusan IPS yang orang tuanya mempunyai status sosial ekonomi "rendah".
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa status sosial ekonomi tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Artinya bahwa siswa yang berasal dari keluarga yang status sosial ekonomi tinggi, walaupun banyak kesempatan memiliki berbagai fasiiitas yang diberikan keluarga seperti bimbingan beiajar, les privat, kebutuhan bulcu, komputer, penyediaan ruang belajar khusus dan lain sebagainya, belum menjamin berpretasi tinggi di sekolah. Sedangkan di sisi yang lain bahwa siswa yang berasal dari keluarga yang status sosial ekonomi rendah, walaupun tidak dilengkapi fasilitas keluarga, tetapi sebagian dari sampel tersebut ada yang beprestasi tinggi. Hasil penelitian memberikan kecenderungan bahwa kemampuan untuk memiliki dan menggunakan berbagai fasilitas pendidikan, ternyata hampir sebagian besar responden yang memiliki prestasi belajar "tinggi" memanfaatkan secara maksimal fasilitas-fasilitas yang menunjang kegiatan belajar. Sedangkan yang tidak mcmanfaalkan secara maksimal fasilitas-fasilitas tersebut walaupun dari golongan status sosial ekonomi tinggi, temyata prestasi belajar siswa "rendah".
Hasil wawancara yang mendalam terhadap responden utama dan didukung oleh pengamatan terhadap 100 siswa, temyata ada variabel lain yang cukup menentukan dalam pencapaian prestasi belajar siswa, variabel tersebut adalah sosialisasi anak di dalam keluarga. Artinya siswa yang berasal dari status sosial ekonomi "tinggi", kalau tidak ada perhatian dad orang tua dan alokasi pembagian belajar yang tepat di rumah serta tidak aktif (jarang) berkomunikasi dengan keluarga, temyata ada kecenderungan bahwa prestasi belajar siswa tersebut ?rendah?, begitu juga sebaliknya, dan dari responden pendukung ditemukan pula bahwa kebanyakan siswa yang mendapatkan pelajaran tambahan seperti : les privat, bimbingan belajar, dan kelompok belajar, mempunyai prestasi tinggi, hanya sebagian kecil saja siswa yang mempunyai prestasi rendah.
Berdasarkan temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa tidak hanya ditentukan oleh status sosial ekonomi saja, tetapi juga faktor lain yang berasal dari sosialisasi siswa dalam keluarga. Salah satu faktor lain yang berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah kemampuan (IQ).
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada orang tua, gum sebagai pendidik, manajemen sekolah, komite sekolah , peneliti lain serta institusi pendidikan ( Dinas Pendidikan dan Departemen Pendidikan Nasional ) untuk lebih memperhatikan anak/siswa dalam proses pembelajarannya dengan melihat latar belakang kondisi status sosial ekonomi yang dimiliki sehingga nantinya siswa tersebut dapat memperoleh prestasi belajar yang diinginkan."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T21537
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Syadli Z.A.
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan penulis kepada proses sosialisasi siswa yang terjadi di Madrasah 'Aliyah "Raudlatul Ulum", Anyar, Serang, Jawa Barat. Madrasah ini merupakan salah satu unit pendidikan keagamaan yang berasal dari pesantren yang diperluas dengan pendidikan umum. Perluasan ini mencakup pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dan Pendidikan Moral Pancasila sesuai dengan ketentuan yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang terkenal dengan Kurikulum 1984. Kurikulum tersebut berisi pesan-pesan kebudayaan nasional yang disosialisasikan melalui proses kegiatan belajar mengajar agar menjadi milik siswa yang, selanjutnya, diwujudkan dalam perilaku.
Di Madrasah 'Aliyah ini terdapat kegiatan belajar ?mengajar. Kegiatan ini melibatkan guru, siswa, memerlukan bahan yang diajarkan, cara mengajarkannya, mempunyai tujuan yang akan dicapai dan dalam situasi tertentu. Pelaksanaan kegiatan ini diduga menimbulkan mekanisme pengajaran. Mekanisme pengajaran diperkirakan merupakan proses sosialisasi, karena unsur-unsur dalam mekanisme pengajaran tersebut sama dengan unsur-unsur yang dibutuhkan dalam proses sosialisasi. Masalah yang dirumuskan untuk diteliti adalah bagaimana fungsi guru dan siswa dalam mekanisme pengajaran dan bagaimana proses sosialisasi antara guru dan siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila dan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Metodologi penelitian yang dipergunakan adalah bersifat deskriptif, karena subyek penelitiannya adalah studi kasus dengan instrumen pengumpulan data wawancara kepada orang-orang yang terlibat langsung dan tak terlibat langsung dalam kegiatan pendidikan ; juga dilakukan pengamatan berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar dan penulis menganalisis isi peraturan dan undang-undang yang berkaitan dengan pendidikan yang diberlakukan di madrasah ini. Data lapangan yang diperoleh itu diolah dan dianalisis dengan menggunakan pendekatan struktural fungsional. Pendekatan ini menempatkan unsur-unsur tersebut di atas dalam kegiatan belajar mengajar sebagai suatu sistem.
Bahasa dan Sastera Indonesia dan Pendidikan Moral Pancasila tersusun secara sistematis di dalam Kurikulum 1984 sebagai isi pesan kebudayaan nasional. Proses sosialisasi dua mata pelajaran tersebut di madrasah ini berlangsung masing-masing enam belas dan dua belas jam pelajaran, tetapi perilaku yang diduga sebagai perwujudan nilai-nilai moral Pancasila ternyata bukan hasil sosialisasi Pendidikan Moral Pancasila, sedangkan pemakaian Bahasa dan Sastra Indonesia baku terwujud dalam perilaku siswa, terutama di lingkungan sekolah."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
T-7071
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizah Etek
"Berangkat dari pemikiran bahwa keluarga dan Tempat Penitipan Anak adalah agen sosialisasi bagi anak, dimana kedua institusi merupakan penanam nilai nilai utama kehidupan yang perlu ditegakkan agar kelak anak dewasa akan menjadi anggota masyarakat yang dapat beperilaku sesuai patokan masyarakat. Konsep nilai tentang kejujuran, keadilan budipekerti pendidikan dan kesehatan ternyata perlu diinternalisasikan pada anak melalui pola asuh yang diperankan oleh keluarga atau TPA.
Dikeluarga anak mengalami sosialisasi primer dalam suatu proses yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang meliputi keluarga, relasi sosial antara suami dan istri. Kedekatan hubungan antara anak, ibu dan bapak yang dicerminkan oleh interaksi sosial yang berlangsung, menunjukkan seberapa jauh nilai dapat disosialisasikan dan teraplikasi dalam kehidupan keluarga sebagai langkah awal dalam pensosialisasian anak. Di TPA pun sama halnya, proses sosialisasi anak dipengaruhi oleh relasi sosial antara pengasuh, interaksi pengasuh dengan anak, anak dengan anak, melalui kegiatan yang terstruktur adalah wujud nyata dari proses pensosialisasian anak di TPA.
Penelitian tentang sosialisasi anak dalam keluarga dan TPA yang merupakan studi kasus atas dua TPA dan empat keluarga yang terdiri dari dua keluarga kelas sosial menengah (KSM) dan dua keluarga dari kelas sosial bawah (KSB) ini telah mendapatkan temuan sebagai berikut:
Ternyata isi nilai yang ditanamkan dan pola asuh yang dipakai oleh keluarga dan TPA tak selalu sama, karena hal ini sangat dilatar belakangi oleh unsur unsur pendukung berlangsungnya sosialisasi di institusi masing-masing. Dikeluarga anak cenderung diperlakukan khusus, partikular, sedang di TPA secara umum universal .Tidak semua nilai seperti kejujuran, keadilan. budipekerti, pendidikan dan kesehatan ditanamkan 'secara utuh di keluarga , sedang di TPA ditanamkan secara utuh dan terstruktur. Disamping itu ditemukan pula kenyataan bahwa pola asuh yang diterapkan oleh keluarga kelas sosial menengah (KSM) cenderung autoritatif permisif sedang pada keluarga kelas sosial bawah (KSB) otoriter permisif, pada hal di TPA pola asuh yang diterapkan secara jelas berada pada pola asuh yang autoritatif.
Dengan kecenderungan yang demikian terdapat beberapa perbedaan yang diperkirakan bisa menimbulkan konflik nilai pada anak sehingga bisa menghambat effektifitas sosialisasi anak. Penanaman nilai-nilai pada anak apabila dilakukan dengan cara yang tepat melalui dukungan situasi dan kondisi yang menguntungkan bagi proses keberlangsungan sosialisasi tersebut, maka nilai yang ditanamkan pada anak dapat tumbuh subur dan berkembang internalized dalam diri anak dan akan menjadi patokan berperilaku kelak. Dengan demikian proses sosialisasi anak dalam keluarga dan TPA akan semakin penting untuk diperhatikan terutama oleh ibu bekerja yang punya anak balita yang juga dititipkan pada TPA."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frida Federika Arwan
"Penelitian tentang "Sosialisasi Anak di Daerah Skouw, Kotamadya Jayapura" difokuskan pada 3 (tiga) desa yaitu : Desa Skouw Sae, Desa Skouw Mabu dan Desa Skouw Yambe di Kecamatan Muara Tami yang merupakan daerah perbatasan negara kesatuan Republik Indonesia dengan negara tetangga Papua New Guinea.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk sosialisasi anak di daerah Skouw, kaitannya dengan latar belakang sosial budaya. Untuk mencapai tujuan dimaksud, digunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Pendekatan yang digunakan adalah holisme yang bersifat deskriptif dan prosesual.
Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah "purposive sampling" dengan jumlah sampel sebanyak 30 kepala keluarga (KK) dari populasi yang ada. Teknik ini digunakan dengan,pertimbangan bahwa karakteristik populasi yang ada bersifat homogen, sehingga dapat dianggap representatif. Sementara itu pusat perhatian lebih difokuskan pada keluarga dalam suatu rumah tangga, khususnya yang telah mempunyai anak.
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan seperti pengasuhan dan perawatan anak, serta penyampaian informasi kepada anak tentang nilai-nilai, normanorma dan aturan-aturan yang disepakati bersama dalam kebudayaan orang Skouw merupakan titik perhatian dari kajian ini. Melalui proses pembelajaran ini pula, sifat-sifat seperti bekerja sama (gotong royong), bertanggung jawab, patuh dan taat, sopan dalam pergaulan, minta dilayani dan sifat agresif dapat dikembangkan pada diri anak sesuai dengan lingkungan sosial budaya di mana anak lahir, tumbuh dan berkembang menjadi dewasa."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-180
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Agustini
"Pola sosialisasi selain dipengaruhi oleh status sosial ekonomi juga dipengaruhi berbagai macam faktor yaitu faktor budaya, pengalaman orangtua, usa orangtua, usia anak, jumlah anak, jenis kelamin anak, urutan atau posisi anak dan kondisi anak. Selain hal pola sosialisasi itu diterapkan menurut tingkatan umur, hal itu dilakukan juga dalam pemberian hukuman dan imbalan. Agen sosialisasi yang paling utama yaitu keluarga. Dalam penelitan ke enam skripsi di FISIP UI banyak yang mengkaitkan agen sosialisai keluarga dan agen sosialisasi sekolah, yaitu dalam teori “ oleh person dinyatakn ada perbedaan yang jelas antara fungsi sosialisasi di rumah dan di sekolah: “affective-affective neutrality”, “self-collective orientation”, “universalism-particularism”, “ascription-achivement”, “specificity-diffuseness”. Pada dasarnya ke empat agen sosialisasi mempunyai peran yang sama tergantung dari agen sosisalisasi mana yang paling dominan berperan dalam tiap diri individu. Tahapan proses sosialisasi, dalam penelitian ini terbanyak pada tahapan remaja kemudian pada tahapan anak-anak khusunya balita. Hal ini dikarenakan pada tahapan ini seseorang masih tergantung pada agen sosialisasi yang paling utama yaitu keluarga, dengan kata lain masih tergantung pula pada “significant other”. Pola sosialisasi dikaitkan dengan perspektif teori dari ke enam skripsi, empat skripsi menggunakan teori fungsional yaitu dalam lingkungan keluarga terciptanya suatu stabilitas dan konsensus. Sehingga dari teori fungsional itupun dapat terlihat bahwa pola sosialisasi yang banyak dipakai pada keluarga adalah pola sosialisasi partisipasi. Dalam penerapan sosialisasi, hal terpenting yang dapat dilihat mengenai adanya fungsi adaptasi yaitu “conformity” yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat, yaitu dengan melihat pada faktor-faktor yang mempengaruhi, baik itu internal maupun eksternal."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
S10571
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aloysius Suryadi
"Tesis ini membahas tentang sosialisasi nilai-nilai budaya Amerika dalam kegiatan perkemahan. Orang Amerika melakukan kegiatan berkemah untuk mengisi waktu luang setelah bekerja keras. Kegiatan ini dimanfaatkan untuk menghilangkan kelelahan dan kebosanan yang diakibatkan oleh rutinitas sehari-hari, sehingga dicapai kesegaran fisik dan mental untuk mencapai efisiensi kerja yang tinggi. Sejalan dengan kegiatan perkemahan yang memberi rasa riang bagi para pekemah, kegiatan ini merupakan medium penyerapan nilai-nilai budaya terutama untuk generasi muda.
Dalam Bab I, secara umum tesis ini memberi gambaran tentang kerangka tesis atau sebagai bab pendahuluan.
Dalam Bab II, memberikan gambaran tentang perkemahan di Amerika, sejarah, jenis-jenis perkemahan yang ada, kegiatan, kepemimpinan, perkemahan yang menunjang dunia pendidikan, serta paradoks kemajuan teknologi yaitu close to nature.
Bab III, mengupas masalah interaksi dalam kegiatan perkemahan. Dalam bab ini diuraikan tentang hubungan antara peserta itu sendiri dalam hidup berkelompok untuk menjalin persahabatan. Perbedaan pendapat tentu tidak dapat dihindari, untuk itu bila terjadi konflik harus saling memahami dan menghargai pendapat orang lain sangat ditekankan. Disini nilai demokrasi diserap oleh para peserta dalam kerjasama untuk mencapai kebahagiaan di perkemahan. Pemimpin perkemahan mempunyai peranan yang sangat penting. Peserta diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang positif untuk membangun sikap cinta alam sebagai sumber keindahan. Keseimbangan lingkungan terjamin, kehidupan satwa liar tidak terganggu meskipun muncul teknologi modern, sehingga timbul sikap close to technology, sekaligus close to nature.
Bab IV, memuat analisa masalah-masalah pokok tentang munculnya minat orang Amerika pada kegiatan perkemahan dalam hubungannya dengan etos kerja, waktu luang, dan wilderness yang ada dalam pikiran orang Amerika, konsep sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai individualisme, kesamaan, kebebasan, dan demokrasi serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi nilai. Kegiatan perkemahan yang dirasakan dapat menunjang kebutuhan rekreasi, keakraban dan dunia pendidikan menjadi suatu kebutuhan sebagian besar orang Amerika, karena murah, efisien (waktu relatif singkat), dan menggembirakan.
Bab V, membicarakan mengenai kesimpulan dari penelitian sehingga merupakan inti dari tesis ini."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>