Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 230653 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"Masalah epidemi HIV/AIDS menjadi masalah luas
yang mencakup juga masalah ekonomi dan sosial budaya. Di
antara banyak pihak yang memberikan perhatian terhadap para
odha (orang dengan HIV/AIDS), kaum relawan yang sengaja
melibatkan diri pada LSM HIV/AIDS adalah salah satunya.
Aktifitas yang dilakukan para relawan tersebut dapat
dikatakan sebagai tingkah laku menolong. Tingkah laku
menolong ini menjadi berbeda karena beberapa tantangan yang
harus dihadapi seperti waktu yang cukup lama, tenaga, biaya
serta masih adanya stigma di masyarakat terhadap odha.
Berkaitan dengan adanya pengorbanan yang
dituntut dari para relawan, motivasi mereka menjadi penting
untuk diperhatikan mengingat motivasilah yang menjadi
penggerak suatu tingkah laku. Pengetahuan tentang motivasi
ini penting bagi usaha-usaha mempertahankan dan meningkatkan
motivasi para relawan.
Adapun bentuk-bentuk motivasi para relawan yang
diteliti dalam penelitian ini adalah motivasi yang digunakan
oleh Omoto & Snyder (1995) dalam suatu penelitian di Amerika
Serikat yaitu, Value, community concern, understanding,
personal development dan esteem enhancement.
Selain motivasi, ada faktor lain yang juga
berpengaruh terhadap tingkah laku menolong yaitu
kepribadian. Faktor kepribadian ini menjadi penting karena
kepribadian menentukan pola berespon seseorang secara
internal, mental dan emosional terhadap lingkungannya.
Dengan demikian, kepribadian ini jugalah yang berperan
terhadap motivasi. Adapun aspek-aspek kepribadian yang
diteliti pada penelitian ini adalah empathy, social
responsibility' dan nurturance. Selain bertujuan untuk
memperoleh gambaran aspek-aspek kepribadian serta motivasi
menolong para relawan, penelitian ini juga melihat hubungan antara setiap aspek kepribadian terhadap motivasi relawan.
Ternyata ditemukan bahwa aspek nurturance yang berhubungan
dengan semua jenis motivasi yang ada. Sedangkan aspek
empathy dan social responsibility berkorelasi terhadap
value dan understanding dan tidak berkorelasi dengan
community concern, personal development dan esteem
enhancement.
Salah satu hasil yang menarik dalam penelitian
ini adalah adanya perbedaan hasil antara penelitian ini
dengan penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat yaitu
mengenai faktor utama yang berperan dalam tingkah laku
menolong. Dalam banyak penelitian yang dilakukan para ahli,
faktor utama yang mendorong seseorang untuk menolong adalah
empathy. Sedangkan dalam penelitian ini yang yang lebih
mendorong seseorang untuk menolong adalah nurturance. Apakah
tingkat empathy masyarakat Indonesia lebih rendah daripada
masyarakat Amerika? Untuk menjawab pertanyaan ini tentu
diperlukan suatu penelitian khusus.
Penelitian ini dilakukan terhadap 30 orang
relawan di tiga buah LSM HIV/AIDS di Jakarta yaitu Yayasan
Pelita Ilmu, Mitra Indonesia dan Centra Mitra Muda. Adapun
alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dengan bentuk
skala likert."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harni
"Pemanfaatan penolong persalinan yang tepat merupakan mata rantai dari upaya peningkatan keamanan persalinan. Di wilayah kerja Puskesmas Pamanukansudah memiliki enam orang bidan yang memberikan pelayanan persalinan (praktek swasta), namun demikian pemanfaatan dukun sebagai penolong persalinan lebih banyak dari pada pemanfaatan bidan.
Tujuan penelitian ini ingin mendapatkan informasi tentang hubungan antara karakteristik sosio demografi (yang meliputi : ' umur, pendidikan, pendapatan, paritas), pengetahuan dan sikap ibu dengan pemanfaatan penolong persalinan, serta alasan-alasan apa yang melatarbelakangi pemanfaatan penolong persalinan tersebut.
Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode survey cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan diskusi kelompok terfokus dan observasi. Basil analisis kualitatif dipergunakan untuk mendukung /melengkapi hasil analisis kuantitatif.
Populasi pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang melahirkan anak terakhir pada kurun waktu bulan Januari -- Juli 1993 yang pada saat pengumpulan data masih berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Pamanukan. Jumlah populasi 377, jumlah sampel 198. Cara pengambilan sampel dengan sistimatis random sampling.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa : (1) Tidak ada hubungan antara umur ibu dengan pemanfaatan penolong persalinan. (2) Makin baik pendidikan ibu akan memanfaatkan bidan sebagai penolong persalinan. (3) Makin baik pendapatan ibu akan memanfaatkan bidan sebagai penolong persalinan. (4) Ibu yang mempunyai paritas berisiko akan memanfaatkan bidan sebagai penolong persalinan. (5) Makin baik pengetahuan ibu akan memanfaatkan bidan sebagai penolong persalinan. (6) Makin baik sikap ibu akan memanfaatkan bidan sebagai penolong persalinan. Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa alasan responden memanfaatkan dukun sebagai penolong persalinan karena lebih percaya, tempatnya dekat, bayarannya murah, dapat memandu upacara adat istiadat dan dapat terjangkau dari segi sosial. Alasan responden memanfaatkan bidan sebagai penolong persalinan karena lebih percaya dan alatnya lengkap serta bidan dapat menolong bila ada kelainan.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaataan penolong persalinan mempunyai tingkat keeratan yang paling kuat dibandingkan dengan pendidikan, pendapatan, paritas dan sikap. Demikian juga pemanfaatan penolong persalinan juga dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi, kepercayaan atau kondisi sosial budaya yang telah mengakar pada masyarakat serta pengaruh dari suami dan orang tua.
Mengingat bahwa pengetahuan mempunyai keeratan hubungan yang paling kuat, disarankan untuk peningkatan pengetahuan ibuibu tentang persalinan dan penolong persalinan adalah penting, sehingga penyuluhan kesehatan berkenaan dengan hal tersebut perlu ditingkatkan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silaen, Ratna Nurlely
"Latar belakang. Nyeri haid yang berkaitan dengan kerja gilir, stres kerja merupakan salah satu gangguan haid yang mengganggu aktivitas sehari-hari wanita pekerja yang memerlukan pengobatan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor-faktor tersebut.
Metode. Penelitian ini di unit produksi pabrik sepatu PT `H' di Tangerang bulan Mei-Juni 2004. Analisis memakai pendekatan rasio odds.. Kasus adalah subyek yang mengeluh nyeri haid yang memerlukan pengobatan (NHMO). Kontrol adalah subyek yang mengeluh nyeri haid tetapi tidak memerlukan pengobatan, Kasus dan kontrol diidentifikasi melalui survei.
Hasil. Kasus sebanyak 80 orang dan kontrol 80 orang. Kaitan stresor kerja dengan keluhan NHMO tidak dapat dibuktikan secara statistik. Sedangkan, keluhan NHMO lebih kecil sebanyak 67% di antara yang berpendidikan SLTA/Akademi dibandingkan pekerja berpendidikan SMP [rasio odds (OR) suaian = 0,33; 95% interval kepercayaan (CI) = 0,09-1,13]. Pekerja yang sudah melahirkan anak 59% lebih kecil mengalami keluhan NHMO (OR suaian = 0,41; 95% CI = 0,20-0,82) dibandingkan dengan yang belum pernah melahirkan. Lebih lanjut, wanita pekerja yang bekerja secara gilir 43% lebih kecil untuk mengalami keluhan NHMO (OR suaian = 0,57; 95% CI = 0,25-1,31) bila dibandingkan dengan yang tidak bekerja gilir. Bila dibandingkan dengan yang hanya untuk membantu keluarga, pekerja yang berperan sebagai pencari nafkah utama keluarga 5 kali lebih besar untuk mengalami keluhan NHMO (OR suaian=5,34; 95%CI=1,01-28,32).
Kesimpulan: Perhatian khusus perlu diberikan kepada pekerja yang berpendidikan SMP, yang bekerja tidak gilir, pencari nafkah utama keluarga, atau yang belum mempunyai anak terhadap keluhan nyeri haid yang memerlukan pengobatan.

The Relationship Between Work Stressors And The Dysmenorrhoea With Therapy Among Of Shoes Employees At PT 'H' In TangerangBack ground Dysmenorrhoea is one of menstrual dysfunction which can found and makes problems, among others related to shift work, job stress. Therefore, the objective of this study was to identify the relationship those risk factors.
Methods. This study was carried out among workers at PT in Tangerang during May to June 2004. The analysis using odds ratio to ident the risks, Case was those who had dysmenorrhoea who needed medication (DIVM), whiles control was those who did not need medication.
Result. There were 80 cases and 80 controls. There was noted that no relationship between job stressors and DMv!.. The factors related to DNM were education, parity. shift work, and the function in the family. Compared to lower junior high school workers, senior high school or undergrade had a lower risk being DNM for 67% /adjusted odds ratio (OR) = 0.33; 95% confidence interval (CI) ; 0.09-1.13]. In addition, those who had baby had 59% lowered being DNM than who did not have baby (OR = 0.41; 95% CI 0.20-0.82), and shift workers also had a lower risk of being DNM for 43% (OR 0.57; 95% CI 0.25-1.31). however, the main earners for family worker had higher risk DNM for 5.3 times than who work to increase their family income (OR = 5,34; 95% CI 1.01-28.32).
Conclusion. The workers who had lower education, no parity, and who were not in shift workers need special attention to lower DNM."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13654
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatma Arbi
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
S2381
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
cover
cover
Yuana Wiryawan
"Program Pembangunan Kesehatan bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta kualitas kehidupan yang dilakukan sejak dini. Kesehatan ibu hamil dan kondisi saat melahirkan sangat berperan dalam menentukan kesehatan hasil kehamilan tersebut. Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan suatu negara adalah angka kematian bayi dan angka kematian ibu. Sampai saat ini angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi. Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) I995 AKI di Indonesia adalah 373 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu dapat dicegah bila komplikasi kehamilan dan persalinan dapat diketahui secara dini. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan kehamilan, dan memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Keadaan yang ada sekarang ini meskipun cakupan pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan sudah cukup tinggi, namun pada akhirnya ibu-ibu kembali memilih non tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan.
Beberapa penelitian melaporkan bahwa faktor-faktor yang berperan dalam pemilihan penolong persalinan adalah umur ibu, pendidikan ibu, adanya gangguan saat hamil, paritas, sosial ekonomi, tempat tinggal dan pekerjaan. Penelitian ini menggunakan data Studi Tindak Lanjut Ibu Hamil SKRT 2001. SKRT 2001 dilakukan serentak di seluruh wilayah Indonesia kecuali Maluku, Papua dan Nanggroe Aceh Darussalam.
Unit analisis adalah ibu hamil yang dijumpai pada saat penelitian dan dilakukan wawancara dengan ketentuan sejak tahun 1998 sampai dengan 2001 pernah hamil dan melahirkan baik lahir mati maupun lahir hidup. Dengan ketentuan tersebut, ibu yang berhasil ditemui sebanyak 738 orang, setelah dilakukan penggabungan dengan data Susenas 2001 Modul dan dengan kriteria ibu pernah hamil dan melahirkan pada periode 1998-2001 diperoleh sampel sebanyak 191.
Hasil analisis menunjukkan bahwa 76% ibu telah memeriksakan kehamilannya pada tenaga kesehatan. Masih cukup banyak (44%) ibu-ibu yang memilih non tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Faktor umur ibu dan ada atau tidaknya gangguan saat hamil tidak mempengaruhi pemilihan penolong persalinan. Pemeriksa kehamilan berhubungan bermakna secara statistik dengan pemilihan penolong persalinan (p=0.001), demikian juga dengan faktor pendidikan dan daerah tempat tinggal. Ibu-ibu yang berpendidikan rendah, golongan tidak mampu dan tinggal di daerah perdesaan cenderung memilih non tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Ibu-ibu yang tinggal di daerah perdesaan mempunyai kemungkinan 1.19 kali untuk memilih non tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan dibandingkan dengan ibu-ibu yang tinggal di perkotaan. Faktor daerah tempat tinggal merupakan faktor yang paling dominan menentukan pemilihan penolong persalinan.
Berdasarkan hasil diatas maka faktor yang dapat di intervensi adalah faktor penolong persalinan dengan meningkatkan kerjasama antara tenaga kesehatan dengan non tenaga kesehatan, dan menyediakan tempat persalinan sampai ke daerah perdesaan sehingga mudah di jangkau oleh masyarakat.

Relationship between Pregnancy Examiner and Social Demographic Factors Pregnant Woman with Delivery Assistant in IndonesiaHealth Development Program has targeted to increase quality of human resources and quality of life at early. Health of pregnant women and her condition when delivering have important role to health condition of her pregnancy. One of the health level indicators of a country is infant mortality rate and maternal mortality rate. In Indonesia, maternal mortality rate (AKI) still high, as the result of Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, AKI in Indonesia is 373 per 100.000 live births. Maternal mortality could be prevented if complication on pregnancy and delivery can be detected in early. This can be done by conducting pregnancy examination and choose health provider as delivery assistant. Although pregnancy: examination that has been covered by health provider is high, but when they delivery more of them to chose traditional birth attendant to assist their delivery.
Some of the studies reported that factors that have role in choosing the delivery assistant are age, education, pregnancy disorder, parity, social economic, living place, and occupation. In the data of SKRT 2001 that factors have not been studied. SKRT 2001 conducted in all Indonesian regions, except Maluku, Papua, and Nanggroe Aceh Darrusalam.
Analysis unit is mother that found when this study in conducted and carried out interview with pre requirement from 1998 to 2001 ever pregnant and delivered alive or death. By this pre requirement, number of mother that can be found is 738 mothers, after combine with Susenas Modul 2001 data and based on the criteria; it was got samples 191 mothers.
Results of the analysis showed that 76% mothers have checked their pregnancy to health provider. Much of mothers (44%) choose traditional births attendants as delivery assistant. Age and pregnancy disorder are factors that did not influence on choosing delivery assistant. Pregnancy examiner has significant statistical relationship with delivery assistant (p=0,001), also education and living stay factor. Mother who has low education, poor and living in village tends to choose traditional birth attendants as delivery assistant. Mother who lives in villages has probability 1.19 times to choose traditional births attendants as delivery assistant compared to mother which living in urban area. Living stay factor is the most dominant factor in choosing delivery assistant.
Based on the result, this study recommends the factor that can be an intervention is delivery assistant, especially to increase coordination between health provider with traditional birth attendants and preparing place of delivery in the villages.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T11197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>