Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18430 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dita Maulina
"Sosok pemimpin perempuan bukanlah hal yang asing bagi masyarakat Aceh, karena dalara sejarahnya daerah ini banyak melahirkan pemimpin perempuan, baik sebagai pemimpin kerajaan maupun pemimpin peperangan. Walaupun terdapat sejarah yang panjang tentang kepemimpinan perempuan Aceh, namun belum ada penelitian yang meneliti tentang karakteristik kepemimpinan perempuan Aceh, baik dulu dan sekarang. Padahal terdapat perbedaan tuntutan dari situasi dan kondisi daerah Aceh, saat masa peijuangan dengan keadaan sekarang ini( s esudah peijanjian perdamaian TNI- GAM).
Yulk (1989) mengartikan kepemimpinan sebagai suatu proses dimana pemimpin mempengaruhi anggota kelompok lain untuk mencapai tujuan kelompok yang spesifik. Cara pemimpin untuk mempengaruhi anggota kelompok untuk mencapai tujuan kelompok yang berbeda-beda, salah satu hal yang menentukan adalah gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh pemimpin tersebut.
Rosener (dalam Wren, 1995) mengatakan dibanding laki-laki, dalam memimpin perempuan lebih cenderung menggunakan gaya kepemimpinan transformasional Dalam kepemimpinan transformasional pemimpin berusaha untuk meningkatkan kesadaran bawahan akan hasil-hasil atau kinerja yang bemilai. Pemimpin memperluas dan mengangkat kebutuhan-kebutuhan bawahan, serta mendorong bawahan untuk melebihi minat atau keinginan pribadi mereka. Pemimpin memotivasi bawahannya untuk melakukan kinerja lebih dari yang diharapkan (Bass, 1985). Selain itu kepemimpinan transformasional bisa diterapkan dimana saja dengan segala situasi yang ada. Gaya kepemimpinan ini bisa diterapkan kepada semua jenjang kepemimpinan dan semua jenis organisasi (Bass, 1990) Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah; jika kepemimpinan transformasional dapat teijadi dimana saja, dan gaya kepemimpinan ini bisa mengakomodasi pencapaian tujuan kelompok, maka bagaimanakah profil gaya kepemimpinan transformasional pada pemimpin perempuan Aceh, dan perilaku kepemimpinan yang seperti apa yang diharapkan dari seorang pemimpin perempuan di Aceh.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif, dengan menggunakan dua buah kuesioner sebagai alat ukumya, yaitu kuesioner gaya kepemimpinan transformasional dan kuesioner perilaku kepemimpinan yang diharapkan. Responden dalam penelitian ini adalah pemimpin perempuan beretnis Aceh. Dari hasil analisis data didapat suatu gambaran tentang gaya kepemimpinan transformasional dan perilaku kepemimpinan ideal menurut responden penelitian ini. Terdapat adanya kecenderungan untuk menjalankan kepemimpinan mereka dengan menekankan pada individual consideration, yaitu pemimpin memberikan perhatian kepada bawahan sehingga bawahan merasa diperhatikan dan diperlakukan khusus oleh atasan. Sementara itu perilaku kepemimpinan yang ideal menurut responden adalah perilaku pemimpin yang menggambarkan integration, yaitu pemimpin yang bisa menyelesaikan konflik dalam kelompok guna menjaga kesatuan kelompoknya. Hasil lain yang diketemukan dalam analisis data adalah terdapat adanya hubungan antara gaya kepemimpinan transformasional dengan beberapa faktor perilaku kepemimpinan ideal, yaitu demand reconciliation, initiation structure, tolerance of freedom, consideration, production emphasis, predictive accuracy, integration dan superior orientation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S2702
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Batara Munti
Jakarta: Lembaga Kajian Agama & Jender dan Solidaritas Perempuan dan The Asia Foundation, 1999
297.43 RAT p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rayfienta Khairannisa Gummay
"Perempuan umumnya masih kurang terwakili dalam berbagai posisi dan bidang kepemimpinan. Fenomena mengenai terhambatnya perempuan dalam kepemimpinan biasa dikenal dengan istilah-istilah seperti glass ceiling, glass walls, atau labirin. Studistudi terdahulu telah menemukan bahwa perempuan masih menghadapi berbagai kendala dalam bidang pekerjaan yang bersifat strategis, salah satunya di bidang politik. Penelitian ini berusaha untuk memahami bagaimana perempuan mempersepsi peran dantanggung jawab pemimpin, nilai-nilai penting bagi pemimpin, serta bagaimana perempuan mengevaluasi diri dan menjelaskan kesediaannya menjadi pemimpin secara umum maupun di bidang politik. Melalui wawancara mendalam yang didukung dengan kuesioner Short Schwartz's Value Survey (SSVS), penelitian ini melibatkan 10 partisipan mahasiswi program sarjana yang memiliki pengalaman sebagai pemimpin level manajemen menengah di organisasi kemahasiswaan heterogen. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa partisipan mempersepsi peran pemimpin sebagai sosok yang membimbing para anggotanya untuk mencapai tujuan. Idealnya, pemimpin dianggap perlu untuk mementingkan orientasi tugas maupun orientasi hubungan, berkomunikasi secara terbuka dengan orang lain, menggunakan kekuasaan dengan bijaksana, serta memiliki citra yang baik. Para partisipan menyepakati nilai Benevolence dan Arah Diri sebagai nilai-nilai yang perlu menjadi prioritas utama bagi sosok pemimpin. Mereka cenderung memiliki penilaian diri yang positif dan meyakini bahwa gender perempuan bukan penghalang untuk menjadi pemimpin yang baik. Seluruh partisipan berminat dan bersedia untuk menjadi pemimpin di masa depan.Tetapi, mereka enggan untuk terlibat dalam kepemimpinan politik, yang dianggap telah menyimpang dari nilai-nilai yang mereka yakini. Bagi para partisipan, politikmerupakan bidang yang kotor dan tidak jujur. Penelitian ini turut menyarankan beberapa cara untuk mendukung partisipasi perempuan dalam kepemimpinan.

Women are generally still under-represented in various leadership positions and fields. This phenomenon is often associated with terms such as glass ceiling, glass walls, or labyrinth. Previous studies have found that women still had to encounter various obstacles within strategic fields, such as in politics. This research seeks to understand how women define the roles and responsibilities of leaders, the important values for leaders, and how they evaluate themselves and explain their willingness to become a leader in general and in politics. Through in-depth interviews supported by the Short Schwartz's Value Survey (SSVS) questionnaire, this research involved 10 female undergraduate students with previous experience as middle-management leaders in heterogeneous student organizations. From the results, we found that participants perceive the role of the leader as a person who guides its members to achieve their goals. Ideally, leaders are expected to consider the importance of task orientation and relationship orientation in their leadership, communicate openly with others, use their power wisely, and have a good public image. Participants also agreed on Benevolence and Self-Direction as top priority values for a leader. They tend to have a positive self- evaluation and believe that their gender as a female is not a barrier to become a good leader. All participants are interested and willing to become leaders in the future.However, they are reluctant to be involved in political leadership, which is consideredto have deviated from the values they believe in. Participants perceive the political field as dirty and dishonest. This research suggests several ways to support women's participation in leadership."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumbang Tobing, Febry M.
"Kepemimpinan merupakan suatu proses di mana seseorang dalam kelompok mempengaruhi anggota kelompok lain yang diarahkan untuk mencapai tujuan kelompok yang spesifik (Yukl; dalam Baron & Byme, 1997). Bass (1990) mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan fenomena universal yang dihadapi oleh berbagai makhluk hidup. Pada kenyataannya, kesempatan perempuan untuk bisa menduduki posisi pemimpin lebih kecil dibandingkan dengan pria. Sekarang ini semakin bertambah jumlah kepala rumah tangga perempuan dengan penyebab yan bermacam-macam. Dengan menjadi kepala rumah tangga, maka perempuan harus dapat menjadi sumber nafkah utama, dan tanggung jawab lainnya sebagai kepala rumah tangga. Adanya kondisi seperti ini menyadarkan bahwa dibutuhkan usaha dan keija keras bagi pada perempuan dalam rumah tangga mereka masing-masing untuk menjalankan kehidupan rumah tangganya dengan baik. Dengan melihat kondisi bahwa perempuan tidak mendapatkan kesempatan untuk memjadi pemimpin sebanding dengan pria, maka dibutuhkan pengetahuan tentang kepemimpinan perempuan, yang dimulai dari lingkungan rumah tangga.
Permasalahan penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran karakteristik kepemimpinan perempuan dalam rumah tangga. Landasan teori yang digunakan adalah teori tentang kepemimpinan. Karakteristik kepemimpinan mencakup konsep tentang kepemimpinan, gaya kepemimpinan, efektivitas kepemimpinan. Khusus untuk teori gaya kepemimpinan, penelitian ini menggunakan teori gaya kepemimpinan transformasional yang merupakan gaya kepemimpinan yang biasa digunakan oleh perempuan (Rosener, 1990). Dalam proses transformasional, ada 3 cara yang dilakukan yaitu (1) meningkatkan level of awareness, (2) mengubah self-interest menjadi kepentingan untuk kelompok, dan (3) mengubah tingkat kebutuhan pada hierarki Maslow. Selain itu ada juga faktor-faktor transformasional yaitu karisma, intellectual stimulation, dan individualized consideration. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan metode pengambilan data wawancara dan observasi. Responden penelitian adalah perempuan kepala rumah tangga, yang diperoleh dengen cara mazimum varialion sampling berpatokan pada penggolongan kepala rumah tangga perempuan yang terdiri dari masing-masing 2 golongan pada golongan de jure dan de facto. Jumlah responden beijumlah 7 orang, dengan komposisi 1 orang berstatus cerai-mati, 1 orang yang tidak menikah, 2 orang status cerai-hidup, 2 orang suami migran, dan 1 orang dengan suami yang tidak berfungsi sebagai kepala rumah tangga.
Hasil penelitian ini adalah bahwa secara umum karakteristik kepemimpinan perempuan dalam rumah tangga adalah mengutamakan anak-anak. Hal utama yang termasuk di dalamnya adalah pentingnya pendidikan bagi anakanak, mengusahakan agar anak-anak dapat berkembang lebih baik, dan membina hubungan baik dengan anak-anak yaitu dengan menjadi teman bagi anak-anak. Gaya kepemimpinan perempuan dalam rumah tangga adalah transformasional walaupun ada juga yang menjalankan gaya kepemimpinan yang tidak sepenuhnya transformasional. Gaya transformasional yang dijalankan adalah menyadari bahwa pendidikan dan perkembangan bagi anak-anak merupakan hal yang penting, dan mengusahakan cara-cara untuk mencapai hal tersebut. Seorang kepala rumah tangga perempuan tidak bisa mengikuti keinginannya sendiri, tetapi harus menjadikan keinginannya sendiri menjadi kepentingan untuk anak-anak atau anggota rumah tangga yang lain, dan untuk rumah tangga secara keseluruhan. Gaya kepemimpinan lainnya yang dijalankan adalah memberikan semangat dan dukungan bagi anak-anak dalam menjalankan pendidikan, pekeijaan, dan kehidupan mereka, dan memperlihatkan diri mereka yang berwibawa. Selain itu kepala rumah tangga perempuan harus dapat menjadi sumber informasi bagi anak-anaknya atas pengetahuan yang mereka butuhkan. Hal-hal yang menjadi diskusi dan saran dari penelitian ini berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh adalah penelitian berikut tentang makna bekerja bagi kepala rumah tangga perempuan, dan hal-hal yang dapat mempengaruhi kepemimpinan dalam rumah tangga. Hendaknya jika akan dilakukan penelitian yang serupa pengambilan data dilakukan dengan lebih teliti dengan menyertakan observer selain interviewer."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3112
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Derina Rahmat
"Fenomena ditemukan bahwa selama ini diperdebatkan tentang kiprah dan potensi perempuan, hakekatnya perempuan memiliki permasalahan dalam memimpin. Bahkan  tingginya kapasitas yang dimiliki perempuan tidak menjadi jaminan keberhasilan pemimpin perempuan dalam mengelola organisasi. Perlu diteliti dan dianalisa secara mendalam tentang bagaimana sebenarnya kepemimpinan perempuan dari sisi perempuan sebagai pemimpin dan para bawahannya yang merasakan langsung akan kepemimpinan  perempuan.  Implementasi pemimpin perempuan dalam pendekatan kepemimpinan transformasional di Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) pada tahun 2018-2019 mempunyai faktor idealized influence, inspirational motivation, intelectual stimulation, dan individualized consideration. Kepemimpinan dalam pendekatan transformasional yang dimiliki seorang pemimpin untuk menjalankan tugasnya mencapai tujuan yang telah direncanakan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi penelitian seseorang/individu dalam mengungkap fenomena yang terjadi di lapangan, dengan key informan terdiri dari Dinni Melanie, Ceria Mesta, Soni Rianto, Rendy Sandy Hermawan, Rizqi Noor Fauziah serta pendekatan kepemimpinan transformasional yang digunakan dalam penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kepemimpinan timbul ketika satu anggota kelompok mengubah motivasi atau kompetensi anggota lainnya di dalam kelompok. Ditinjau dari aspek Ketahanan Nasional, peran kepemimpinan dapat dinyatakan dalam pengembangan Konsepsi Nasional yang ditentukan secara seksama sehingga dapat diyakini kebenarannya dalam mendasari pola Pembangunan Nasional dan sekaligus mendorong kebijakan dan Strategi Nasional.

The phenomenon found that during this debate about the nature and potential of women, women essentially have problems in leading. Even the high capacity of women does not guarantee the success of women leaders in managing the organization. It needs to be researched and analyzed in depth about how the actual leadership of women from the side of women as leaders and subordinates who feel directly about womens leadership. The implementation of female leaders in the transformational leadership approach in the Business Competition Supervisory Commission (KPPU) in 2018-2019 has idealized influence, inspirational motivation, intellectual stimulation, and individualized consideration factors. Leadership in a transformational approach that is owned by a leader to carry out their duties to achieve planned goals. This study uses a qualitative method with a research study of a person/individual in uncovering phenomena that occur in the field, with key informants consisting of Dinni Melanie, Ceria Mesta, Soni Rianto, Rendy Sandy Hermawan, Rizqi Noor Fauziah and transformational leadership approaches used in research. The results showed that leadership arises when one group member changes the motivation or competence of other members in the group. Judging from the aspect of National Resilience, the role of leadership can be stated in the development of a carefully determined National Conception so that it can be believed to be true in underlying the pattern of National Development and at the same time encouraging National policy and Strategy."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johanna Nathalia D.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3084
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Fatma Press, 1999
305.4 PEM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliana Dewi
"Proporsi wanita di Indonesia yang duduk di manajemen perusahaan hanya sekitar 6% dari jumlah total angkatan kerja. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) percaya bahwa wanita mampu menjadi pemimpin bahkan lebih baik dari laki-laki dan mempunyai aspirasi untuk melipatgandakan jumlah wanita di kalangan Direktur di BUMN. Pentingnya organisasi untuk mempertahankan dan mengembangkan pemimpin wanita dibahas pada tinjauan pustaka. Kemudian, komposisi gender pada manajemen BUMN dianalisa dan ditelaah.
Pada penelitian ini ditemukan angka rasio wanita yang berada di manajemen BUMN rendah tetapi ada optimisme bahwa angka tersebut akan naik. Ditemukan bahwa program pengembangan experiential yang dilakukan para peserta penelitian dilakukan berdasarkan inisiatif mereka; dan investasi BUMN pada program pengembangan kepemimpinan karyawan wanita, rendah.

The proportion of women in Indonesia who sit in the board of directors was only 6% out of the entire women work force. The Minister for State-Owned Enterprise (BUMN) Republic of Indonesia believed that women were capable to be leaders as well or even better than men and had an aspiration to multiply the number of woman in the Director and CEO levels of BUMN. The importance of retaining and developing women leaders for organizations was demonstrated in the literature review. Subsequently, gender composition in BUMNs management and the leadership development of women leaders in BUMNs were explored and analyzed.
In this research, low ratio number of women in BUMNs management team was found but there was optimism that the number will increase. Key points discovered in this research were experiential development programs done by the participantsown initiatives; and BUMNs poor investment on leadership development programs towards women employees."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Faradila Rinjani
"Pandangan tentang perempuan yang mengatakan bahwa kepemimpinan bukan bagian dari pengalaman hidup mereka telah bergeser, meski harus melewati berbagai batasan dan hambatan. Perubahan ini diiringi dengan munculnya wacana-wacana tentang kepemimpinan dan perempuan di media baru. Tujuan penelitian kualitatif ini adalah untuk mengeksplorasi dan menginterogasi makna kepemimpinan perempuan di media baru. Penelitian ini menggunakan enam video yang ditayangkan di YouTube yang merepresentasikan pemimpin perempuan dari sektor edukasi, media, kosmetik, dan pemerintahan. Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis sebagai metode. Dengan teori konstruksi sosial Bourdieu dan glass ceiling dari Kiaye & Singh, maka akan terlihat enabler dan hambatan dari para pemimpin perempuan. Hasilnya media baru menjadi alat untuk menegaskan eksistensi mereka di ranah kepemimpinan. Penelitian ini menunjukkan enabler dan hambatan berasal dari internal dan eksternal (perusahaan/masyarakat). Faktor keluarga, budaya organisasi, dan pendidikan mempengaruhi kemajuan karir perempuan. Dalam prosesnya, hal ini tentu membutuhkan modal ekonomi dan networking. Peran gender patriarki membentuk work-home pressures, yang membentuk persepsi dan kemampuan mereka untuk memimpin. Perempuan yang kurang memiliki ambisi dan kepercayaan diri juga akan terhambat di arena kepemimpinan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa femaleness dan perilaku yang dinilai sebagai perilaku pemimpin akan menentukan bagaimana posisi perempuan di bidang kepemimpinan. Akhirnya, ada implikasi untuk kampanye pengarusutamaan gender untuk komunitas kebijakan yang lebih besar.

The view of women who say that leadership is not part of their life experiences has shifted, even though they have to cross various boundaries and obstacles. This change was accompanied by discourses on leadership and women in popular YouTube. The purpose of this qualitative study is to explore and interrogate the construction of women's leadership in YouTube.  This study use qualitative analysis as a method. By borrowing Bourdieu's social construction, it will explain the positive enabler and constraints, which is attributed to women leaders. As the result, YouTube has become a tool for women to provide discourse about themselves as leaders in public. Findings shows that factors that contribute to this phenomenon are divided into internal factors originating from women themselves and external factors originating from the company and community environment. Family factors, organizational culture, and education affect a woman's career advancement. In the process, this certainly requires economic capital and access to networking. The data also highlight barriers that women face when it comes to competing for leadership position. Patriarchal gender roles shaped work-home pressures, culturally constituted organizational perceptions of women and their leadership potential. Women are subjected to gendered prejudices about their ability to lead. Furthermore, women lack ambition and self-confidence so that they inhibit themselves, thereby limiting their leadership chances. This research conclude that woman's femaleness and the behaviors that are judged as leader behavior will determine how women are in the field of leadership. "
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Primadini
"Penelitian ini membahas mengenai pengaruh gaya kepemimpinan perempuan (demokratis, suportif, transformasional, dan partisipatif) dan tingkat kepuasan komunikasi terhadap tingkat kinerja karyawan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survei melalui kuesioner. Populasi penelitian ini adalah staf administrasi FIK UI. Sampelnya diambil secara total dari populasi yaitu sebanyak 57 orang.
Dari hasil analisis data diketahui bahwa gaya kepemimpinan perempuan demokratis, suportif, transformasional, dan partisipatif berpengaruh secara langsung terhadap tingkat kepuasan komunikasi. Namun, hanya gaya kepemimpinan perempuan demokratis dan transformasional saja yang berpengaruh langsung terhadap tingkat kinerja karyawan.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat kepuasan komunikasi berpengaruh secara langsung terhadap tingkat kepuasan kinerja karyawan. Analisis data juga menunjukkan bahwa karyawan laki-laki memiliki tingkat kinerja yang lebih baik daripada karyawan perempuan; semakin bertambahnya usia, tingkat kinerja karyawan semakin tinggi; karyawan dengan tingkat pendidikan paling tinggi memiliki tingkat kinerja paling tinggi; dan semakin lama masa kerja, tingkat kinerja karyawan semakin tinggi.

The focus of this research is to understand the influence of women leadership styles (democratic, supportive, transformational, and participative) and the level of communication satisfaction to the level of employee?s performance on the Faculty of Nursing Universitas Indonesia?s administrative staff. The sampling method used in this research was a total sampling of 57 respondents.
From the data analysis, it illustrated that all styles of women leadership gave significant influences to the level of communication satisfaction. However, only the democratic and transformational styles gave the significant influence to the level of employee?s performance. The result also showed that the level of communication satisfaction gave the significant influence to the level of employee?s performance.
Other results from this research showed that male respondents worked better than the female ones; the older the staff member was, the higher their level of performance was; the staff with higher education had higher level of performance; and the longer they worked at the faculty, the higher their performance level was.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T30361
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>