Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194640 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Niken Ardiyanti
"Kelurahan Warakas dan Kelurahan Sungai Bambu sebagai dua kelurahan dari tujuh kelurahan yang terdapat di Kec. Tanjung Priok, terletak di pinggir Teluk Jakarta, merupakan kelurahan dengan penduduk padat. Letaknya yang berdekatan dengan Pelabuhan Tanjung Priok menyebabkan jumlah penduduk di wilayah ini semakin bertambah. Meningkatnya jumiah penduduk yang tidak diikuti dengan peningkatan kualitas hidup masyarakatnya membuat kehidupan individu, khususnya di wilayah ini semakin sulit.
Kepadatan penduduk yang tinggi, yang diperburuk oleh kondisi Iingkungan yang rawan banjir dan daerah kumuh (BPS, 1997), menyebabkan wilayah ini memiliki kondisi Iingkungan fisik dengan ciri- ciri, sebagai berikut: minimnya berbagai fasilitas umum dan fasilitas sosial, kekurangan air bersih untuk keperluan rumah tangga, sanitasi dan higiene yang buruk, serta minimnya tempat pembuangan sampah. Menyempitnya 'ruang pribadi', seperti halnya yang terdapat di Iingkungan padat Kelurahan Warakas dan Kelurahan Sungai Bambu, dapat menyebabkan munculnya perasaan tegang, tertekan, dan frustrasi individu yang bermukim di wiiayah ini. Kanadjaja dan Sofyan menyatakan bahwa individu yang bermukim di tempat yang relatif padat Iebih memiliki kecenderungan peningkatan agresititas. Sehubungan dengan hal tersebut, diketahui dari Iaporan hasil Survei Kelurahan (1997) bahwa telah terjadi frekuensi tindak kriminalitas di wilayah ini (BPS, 1997).
Berdasarkan uraian di atas, beberapa fakta penting yang perlu diperhatikan adalah terjadinya kepadatan di lingkungan berpenduduk padat memungkinkan terjadinya berbagai macam bentuk provokasi sehingga dapat menimbulkan berbagai kecenderungan respon perilaku agresif pada penduduknya sebagai bentuk reaksi dari kesesakan yang dipersepsikan sebagai bentuk pengalaman yang tidak menyenangkan (Berkowitz, 1993). Adanya peningkatan agresifitas diantara orang- orang yang merasakan sesak di lingkungan padat (Altman, 1987). Bahwa fenomena kesesakan di Iingkungan padat mengakibatkan menurunnya kualitas hidup pada masyarakatnya, misalnya kriminalitas (Altman, 1987).
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan perbedaan lingkungan tempat tinggal akan menyebabkan perbedaan dalam perilaku pada penduduknya, yaitu dengan meneliti kecenderungan respon perilaku agresif penduduk di Kelurahan Warakas dan Kelurahan Sungai Bambu terhadap provokasl Maka permasalahan yang diteliti adalah:
Apakah perbedaan provokasi menyebabkan perbedaan proporsi kecenderungan respon perilaku agresif antara penduduk di lingkungan padat tinggi dan llngkungan padat rendah ?
Responden penelitian ini adalah penduduk di Kelurahan Warakas dan Kelurahan Sungai Bambu, berusia antara 18-30 tahun sejumlah 157 orang. Untuk pengumpulan data digunakan kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Alat pengumpul data tersebut dibuat berdasarkan 8 indikator perilaku agresif yang dikemukakan oleh Buss (1961, dalam Morgan 1986). Teknik pengolahan data dilakukan melalui 2 tahap, yaitu; pertama, menggunakan analisis faktor, bertujuan untuk memperoleh gambaran perilaku agresif yang potensial terdapat diantara penduduk. Kedua, menghitung proporsi responden, bertujuan untuk mendapatkan gambaran perbedaan proporsi respon berdasarkan kecenderungan respon perilaku agresif yang terdapat di antara kelompok responden.
Berdasarkan hasii pengolahan data melalui analisis faktor, diperoleh tiga kecenderungan respon perilaku agresif yang potensial terdapat di kedua wilayah penelitian ini, antara Iain: respon perilaku fisik aktif Iangsung, respon verbal aktif tidak Iangsung, dan respon verbal pasif tidak langsung. Sedangkan untuk gambaran perbedaan proporsi diantara dua kelompok responden, hasil yang diperoleh adalah:
1. Peningkatan provokasi menimbulkan kecenderungan respon perilaku agresif fisik aktif Iangsung dan verbal aktif tidak Iangsung, sedangkan respon perilaku agresif verbal pasif tidak Iangsung semakin berkurang
2. Tidak terdapat perbedaan kecenderungan respon perilaku agresif fisik aktif Iangsung, verbal aktif tidak Iangsung, dan verbal pasif tidak Iangsung sebagai respon terhadap provokasi diantara kedua kelompok responden.
Selain itu, dari penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa semakin provokasi meningkat maka kecenderungan respon perilaku agresif yang ditampilkan lebih merupakan perilaku fisik aktif Iangsung dan verbal aktif tidak langsung. Bahwa perilaku agresif Iebih ditentukan oleh tingkat provokasi yang dipersepsikan individu sebagai suatu bentuk kesengajaan dan memiliki intensitas yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Worchel (1974, dalam Morgan, 1986) bahwa semakin individu mempersepsi provokasi dari orang Iain sebagai suatu hal yang disengaja dan berintensitas tinggi maka kecenderungan respon perilaku agresif untuk tampil akan semakin kuat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2773
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munthe, Yosefini Rasyanti
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1990
S2233
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brian Marswendy
"Dalam pertandingan sepakbola, perilaku agresif merupakan hal yang biasa dilakukan oleh pemain sepakbola. Perilaku agresif yang biasa ditampilkan adalah perilaku yang diperbolehkan dalam aturan permainan sepakbola, seperti mengganjal, atau membentur pemain lawan. Gejala yang terjadi saat ini tidak hanya perilaku agresif yang diperbolehkan saja yang dilakukan, tetapi perilaku agresif yang dilarang oleh aturan permainan sudah mulai sering dilakukan. Salah satunya terhadap wasit. Menurut Duggan & Rainey (1998), hal tersebut terjadi karena wasit bertindak tidak adil dan pemain meyakini wasit tersebut pantas untuk dihukum.
Dengan latar belakang tersebut disusun penelitian untuk melihat faktor0faktor yang mempengaruhi intensi perilaku agresif pemain sepakbola terhadap wasit sepakbola. Penelitian ini mengambil sampel pemain sepakbola amatir yang berjumlah 37 orang dengan rentang usia 13-25 tahun. Alat ukur yang digunakan adalah sebuah kuesioner berisi 44 item yang mengukur 7 variabel, yaitu penilaian hasil, kekuatan belief, motivation to comply, belief normatif, belief kontrol yang menghalangi, belief kontrol yang mempermudah, dan intensi.
Metode analisa masalah berupa korelasi Pearson Product Moment, multiple corre/ations dan persamaan multiple regression. Dari hasil perhitungan multiple correlations didapat hubungan yang signifikan antara sikap pemain sepakbola terhadap perilaku agresif kepada wasit, norma subyektif pemain sepakbola terhadap perilaku agresif kepada wasit, dan perceived behavior control terhadap perilaku agresif kepada wasit dengan intensi pemain sepakbola untuk melakukan perilaku agresif kepada wasit (R=0,0,856, p<0,01).
Ini berarti bahwa intensi pemain sepak bola untuk melakukan perilaku agresif kepada wasit dipengaruhi oleh sikap terhadap perilaku agresif kepada wasit yang positif, orang-orang atau kelompok yang dianggap penting oleh pemain sepakbola yang mendukung, dan tersedianya kesempatan dan sumber daya untuk melakukan perilaku agresif kepada wasit.
Sementara hubungan yang signifikan juga didapat antara sikap pemain sepakbola terhadap perilaku dengan intensi pemain sepakbola untuk melakukan perilaku agresif kepada wasit (r=0,476; p<0,01), norma subyektif pemain sepakbola terhadap perilaku agresif kepada wasit dengan intensi pemain sepakbola untuk melakukan perilaku agresif kepada wasit (r=0,95; p<0,01), dan perceived behavior control terhadap perilaku agresif kepada wasit dengan intensi pemain sepakbola untuk melakukan perilaku agresif kepada wasit (r=0,383; p<0,05).
Sementara persamaan multiple regression yang didapat untuk meramalkan skor intensi pemain sepakbola untuk melakukan perilaku agresif kepada wasit sepakbola adalah : Intensi = 0,301+0,243(STP)+0,022(NS)+0,447(PBC). Untuk menambah gambaran tentang perilaku agresif kepada wasit sepakbola ada baiknya subyek penelitian berasal dari pemain sepakbola profesional yang berada di Liga Indonesia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3062
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diennaryati Tjokrosuprihatono
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1978
S2444
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Charletty Choesyana Soffat
"Penelitian ini berangkat dari pertanyaan bagaimana pembentukan sistem motif agresi sebagai hasil praktik pengasuhan anak oleh orang tua pada remaja kriminal dan remaja non kriminal. Penelitian ini menelaah keterkaitan antara praktik pengasuhan anak (oleh ibu dan ayah) dengan perkembangan kedua komponen sistem motif agresi yaitu komponen pendekat agresi (motif agresi) dan komponen penghindar agresi (hambatan agresi) yang ada di dalam diri remaja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah praktik pengasuhan anak yang berkaitan dengan perkembangan agresivitas yang diterapkan pada remaja kriminal, berbeda dengan yang diterapkan pada remaja non kriminal. Selain itu, juga untuk mengetahui apakah sistem motif agresi remaja kriminal tidak sama dengan sistem motif agresi remaja non kriminal.
Berdasarkan kajian teori diajukan empat belas hipotesis untuk diuji kebenarannya. Penelitian dilakukan pada remaja akhir dengan rentang usia antara 18 hingga 24 tahun, yaitu remaja non kriminal (Siswa kelas III SMU 71 & Mahasiswa Fakultas Agama Islam Univeritas Asy-Syafiyah semester II) dan remaja kriminal (narapidana kasus penganiayaan berat dan pembunuhan di RUTAN Salemba) di Jakarta.
Hasil temuan penelitian memperlihatkan bahwa:
1. Praktik pengasuhan anak (oleh ibu & ayah) yang diterapkan pada remaja kriminal adalah tidak sama dengan yang diterapkan pada remaja non kriminal.
2. Secara umum, motif agresi remaja kriminal lebih besar daripada motif agresi remaja non kriminal. Dan kekuatan motif agresi remaja kriminal lebih besar daripada kekuatan hambatan agresi yang ada di dalam dirinya.
3. Di antara kelima aspek praktik pengasuhan anak yang diteliti dalam penelitian ini (aspek kontrol, dukungan, penolakan, kasih sayang dan orientasi nilai), yang amat berperan bagi peningkatan motif agresi adalah aspek kontrol dan kasih sayang.
4. Agresivitas yang rendah pada remaja dikarenakan adanya motif agresi yang rendah, atau dikarenakan interaksi antara kekuatan motif agresi yang besar dan kekuatan hambatan agresi yang lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa remaja yang memiliki kekuatan motif agresi yang besar. Belum tentu mudah untuk memunculkan tingkah laku agresif dan atau kriminal.
Selanjutnya, berdasarkan hasil temuan penelitian penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut: Melakukan penelitian lanjutan dengan (1) memperluas jangkauan sampel yaitu dengan anak Indonesia sebagai populasi, (2) menggunakan alat ukur yang lebih standar, dan (3) metode pengumpulan data secara terpadu.
Selain itu, juga disarankan agar memanfaatkan hasil penelitian ini, sebagai salah satu bahan masukan dalam upaya pembinaan dan pengembangan kepribadian remaja lebih lanjut."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Otty Prawira Hananto
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1977
S2050
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyastuti
"ABSTRAK
Adalah hal yang memprihatinkan jika akhir-akhir ini kuantitas penayangan film kekerasan di televisi meningkat, sementara peningkatan itu dibarengi dengan maraknya aksi kekerasan yang dilakukan oleh pelajar-pelajar di Jakarta.
Banyaknya program siaran yang ditawarkan kiranya telah membuka peluang bagi pemirsa untuk memilih acara-aeara yang mereka senangi, termasuk film-film kekerasan. Tudingan kepada pihak pengelola televisi sebagai penyebab maraknya aksi kekerasan bukanlah tudingan yang tanpa alasan, namun tudingan itu tidaklah bijaksana tanpa melalui suatu penelitian. Tulisan ini berusaha menjembatani kepentingan pihak pengelola televisi . dengan kepentingan masyarakat.
Ada berbagai pendapat tentang pengaruh menonton film kekerasan. Pendapat pertama mengatakan menonton film kekerasan merupakan katarsis sedangkan pendapat lain mengatakan hal ini meningkatkan agresivitas penonton karena menampilkan model untuk dicontoh. menemukan bahwa dampak film kekerasan terhadap agresivitas janganlah hanya dilihat sebagai hasil menonton televisi, tetapi juga dari proses-nya. "Proses" ini dikenal dengan "konsep variabel ketiga", yang dibagi menjadi variabel Antecedent, Intervening dan Contingent. Di samping itu lamanya menonton dan jenis film yang ditonton diduga berhubungan dengan perilaku penontonnya, khususnya perilaku agresif.
Penelitian ini dilakukan terhadap 150 orang pelajar SLTA di Jakarta untuk mengetahui faktor-faktor apa saja dari menonton film kekerasan yang berhubungan dengan agresivitas penontonnya. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa variabel Antecedent dan Intervening penonton film kekerasan berhubungan secara signifikan dengan agresivitas penontonnya. Kondisi Contingent (kesempatan penonton untuk mengaplikasikan adegan di televisi dalam perilaku nyata) tidak berhubungan secara signifikan dengan agresivitas penontonnya. Bila dilihat dari lamanya menonton dan jenis film yang ditonton, ternyata hanya jenis film yang ditonton saja yang memperlihatkan efek yang signifikan terhadap agresivitas penonton.
Berkaitan dengan temuan ini beberapa saran yang dikemukakan, adalah : (1) hendaknya orang tua tidak menciptakan kondisi yang memungkinkan anak mencontoh perilaku buruk orangtuanya karena orangtua merupakan "model" yang cukup menarik bagi anak-anak untuk ditiru; (2) pihak pengeloia program televisi hendaknya lebih bijaksana dalam menyeleksi film-film yang akan diputar dengan memperhatikan jam tayang khususnya untuk film anak-anak dan remaja; (3) perlunya penelitian lanjutan untuk menemukan variabel-variabel lain yang diduga berpengaruh terhadap hubungan menonton film kekerasan di televisi dengan agresivitas penontonnya. "
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfa Giyardin Febrilina Nugrahaini
"ABSTRAK
Penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara social ostracism dengan perilaku agresi pada remaja di DKI Jakarta. Hubungan tersebut tidak hanya dilihat berdasarkan hasil keseluruhan variabel tetapi juga hubungan antara bentuk social ostracism dan perilaku agresi. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimen yang dilakukan dengan pengisian self-report oleh 289 partisipan berusia 14 hingga 19 tahun yang tersebar pada lima daerah di DKI Jakarta. Partisipan merupakan siswa sekolah menengah atas atau sederajat dari lima sekolah di DKI Jakarta dimana dalam pemilihan sekolahnya dilakukan secara random dengan metode cluster sampling pada masing-masing daerah. Dalam proses pengambilan data, alat ukur yang digunakan yaitu The Ostracism Experience Scale for Adolescence OES-A untuk mengukur social ostracism dan Buss-Perry Aggression Questionaire BPAQ untuk mengukur perilaku agresi. Teknik statistik yang digunakan dalam pengolahan data yaitu Pearson Correlation. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara social ostracism dengan perilaku agresi pada remaja di DKI Jakarta. Akan tetapi, terdapat hubungan antara social ostracism dengan bentuk perilaku agresi berupa permusuhan. Perilaku agresi juga menunjukkan adanya hubungan dengan bentuk social ostracism berupa socially neglected dan berhubungan negatif dengan socially rejected. Bentuk socially neglected juga menunjukkan hubungan dengan semua bentuk perilaku agresi, tetapi socially rejected berhubungan negatif hanya dengan agresi fisik dan agresi verbal.

ABSTRACT
Purpose of this quantitative study is to determine the relationship between social ostracism and aggression of adolescents in DKI Jakarta. This research is also to determine the relationship between the type of each variables. This research is a non experimental research conducted by self report of 289 participants aged 14 to 19 years in five regions in Jakarta. Participants are high school students or equivalent from five schools in DKI Jakarta which randomly selected of schools conducted by cluster sampling method in each region. Measurement tool used is Ostracism Experience Scale for Adolescence OES A to assess social ostracism and Buss Perry Aggression Questionnaire BPAQ to assess aggression behavior. The statistical technique used in data processing is Pearson Correlation. The results of this study indicate that there is no relationship between social ostracism and aggression of adolescents in Jakarta. However, there is a relationship between social ostracism and the type of aggression in the form of hostility. Aggression also shows a relationship with the type of social ostracism in the form of socially neglected and negatively related to socially rejected. The socially neglected form also shows a relationship with all type of aggression, but socially rejected is negatively related to physical aggression and verbal aggression."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1983
S2204
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia , 1993
303.6 KEK
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>