Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159383 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sharina Ariane Judin
"ABSTRAK
Pengasuhan anak seringkah dianggap sebagai tugas ibu, meski banyak penelitian
menunjukkan bahwa ayah memiliki pengaruh yang signifikan dalam pengasuhan
anak. Menjalani proses pengasuhan, ayah mempunyai peran sebagai tokoh dimana
anak, baik perempuan maupun laki-laki, belajar mengenai peran dan keterampilan
sosial. Masalahnya memasuki masa remaja, perubahan fisik yang terjadi pada
anak perempuan seringkah melatarbelakangi perubahan perilaku ayah terhadap
remaja putri tersebut, seperti menarik diri dari remaja putri. Namun, perubahan
perilaku tersebut terjadi seiring dengan timbulnya kesadaran ayah bahwa
diperlukan kemandirian diri remaja. Kaitannya dengan perkembangan
kemandirian, mendorong remaja untuk membentuk kelekatan dengan teman
sebaya. Hal ini menjadi sumber kekhawatiran orangtua. Berbeda dengan pendapat
umum,
mendukung remaja mengatasi masalah yang dialaminya, berkaitan dengan
perubahan yang terjadi pada aspek biologis, kognitif, serta psikososial yang
dialaminya dalam masa transisi ini.
Perlakuan ayah dalam pengasuhan remaja putri diukur melalui 3 dimensi,
penciptaan kehangatan, penetapan peraturan, serta pembentukan kemandirian
psikologis anak, dengan alat ukur yang diisi secara self-rating. Pengukuran
melibatkan 86 partisipan yang berdomisili di Jakarta.
Selanjutnya untuk kelekatan remaja putri dengan teman sebayanya diukur dengan
alat ukur yang merupakan modifikasi dari Inventory of Parent Peer Attachment
subscle Peer Attachment (Armsden & Greenberg, 1987). Indikator kelekatan
adalah: kualitas komunikasi, tingkat kepercayaan, serta keterasingan dari
kelompok. Inventori diberikan kepada 86 remaja putri (dari ayah yang diberi
kuesioner di atas),.
Terhadap kedua alat penelitian ini dilaksanakan proses uji keterbacaan dengan
menggunakan expert judgment. Selanjutnya, juga telah dilakukan uji reliabilitas
dengan metode koefisien alpha Cronbach pada program SPSS 10.01.
Weiss (1982) menyatakan bahwa kelekatan merupakan faktor yang
Uji signifikansi dilakukan dengan metode korelasi product-moment Pearson
menggunakan program SPSS 10.01. Serta uji diferensiasi menggunakan metode
unrelated t * tes t . Hasil perhitungan menunjukkan perlakuan ayah dalam
pengasuhan remaja putri berhubungan positif dengan kelekatan remaja putri
dengan teman sebayanya. Dari tiga dimensi pengasuhan yang diukur, dua dimensi yaitu kehangatan dan penetapan peraturan, ditemukan memiliki hubungan yang
positif dengan kelekatan remaja putri dengan teman sebayanya. Pembentukan
kemandirian psikologis tidak memiliki hubungan. Dalam perbedaan persepsi
antara para ayah dan remaja putri mengenai perlakuan ayah dalam pengasuhan
remaja putrinya, dalam 3 dimensi pengasuhan yang diukur, ditemukan perbedaan
persepsi dalam 2 dimensi, yaitu : penciptaan kehangatan dan penetapan peraturan.
Para ayah mengaku mengasuh dengan gaya otoritatif. Disarankan agar ayah
menjajaki hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan remaja putrinya agar lebih
terlibat dan menunjukkan kepedulian."
2002
S2918
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dili Indriawati Hidayat
"ABSTRAK
Tingkah laku prososial merupakan salah satu bentuk tingkah laku sosial positif
yang diperlukan melihat kondisi krisis ekonomi dan moral yang melanda bangsa
Indonesia. Pengembangan tingkah laku prososial di masyarakat merupakan hal yang
penting sebagai salah satu sarana untuk mengurangi permasalahan sosial. Keluarga
sebagai unit terkecil masyarakat memegang peran penting dalam pengembangan tingkah
laku prososial ini. Pengalaman dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang penuh kasih
sayang, perhatian, dan responsif menurut Kohn (dalam Kasser et al, 1995) akan
mempengaruhi secara langsung nilai prososial pada anak. Orang tua sebagai pendidik
utama mempengaruhi perkembangan anak melalui pola asuh. Baumrind (dalam
Eisenberg & Mussen, 1989) menggolongkan tigajenis pola asuh orang tua yaitu otoriter,
otoritatif, dan permisif berdasarkan empat aspek tingkah laku orang tua berupa tingkat
kontrol, kejelasan komunikasi, kasih sayang dan tuntutan kedewasaan. Ayah sebagai
salah satu orang tuajnemiliki peran penting terhadap perkembangan anak. Peranan ayah
terhadap perkembangan anak baru akhir-akliir ini mendapat perhatian. Ketika anak
memasuki masa pertengahan (middle childhood) peranan ayah semakin besar dengan
besarnya kebutuhan anak akan pemberi semangat. Menurut Fromm (dalam Lugo &
Hershey, 1979) kasih sayang ayah mendorong untuk menghargai nilai dan tanggung
jawab. Anak usia 9-11 tahun berada pada masa anak pertengahan,. riiasa kritis di mana
anak sedang membentuk pola tingkah laku. Menurut Hoffman (dalam Slavin, 1997)
mereka mulai mengembangkan sensitivitas yang lebih besar terhadap kondisi sosial yang
dapat mendorong anak untu melakukan tindakan prososial.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkah laku prososial pada
anak usia 9-11 tahun dengan pola asuh ayah. Tingkah laku prososial menurut Zanden
(1984) terdiri atas beberapa bentuk yaitu simpati, kerja sama,menolong, bantuan,
berderma dan altruitik. Sedangkan pola asuh ayah didasarkan atas empat aspek tingkah
laku yaitu tingkat kontrol, kejelasan komunikasi atau demokrasi, kasih sayang dan
tunmtan kedewasaan (menurut Baumrind dalam Eisenberg & Mussen 1989). Penelitian
mi juga hendak mengungkap perbedaan tingkah laku prososial pada anak perempuan dan
laki-laki usia 9-11 tahun. Hal ini dilakukan mengingat adanya perbedaan harapan dan
perlakuan ayah terhadap anak perempuan dan laki-laki. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alal pengumpul data yang terdiri
atas tiga jenis skala yaitu skala tingkah laku prososial, skala pola asuh ayah berdasarkan
penilaian anak dan skala pola asuh untuk ayah. Dengan menggunakan metode Incidental
Sampling didapatkan 134 orang subyek penelitian anak usia 9-11 tahun dan ayahnya.
Hubungan antara tingkah laku prososial anak dan pola asuh ayah diuji dengan teknik
koreiasi Pearson dan perbedaan mean diuji dengan t-tes.
Hasil penelitian menunjukkan adanya koreiasi positif antara tingkah laku
prososial anak usia 9-11 tahun dan pola asuh ayah. Sedangkan pada perbedaan mean
tingkah laku prososial antara anak perempuan dan laki-laki menunjukkan tidak ada
perbedaan yang bermakna. Hasil penelitian lainnya yaitu adanya koreiasi positif antara
prestasi akademis dan usia anak dengan tingkah laku prososial anak. Selain itu pula
didapatkan banyaknya subyek ayah yang pola asuhnya di luar pola asuh Baumrind
Adanya hubungan yang bermakna antara tingkah laku prososial anak usia 9-11
tahun dengan pola asuh ayah menunjukkan adanya peran penting ayah dalam salah satu
aspek perkembangan anak yaitu tingkah laku prososial. Dalam hal ini pola asuh otoritatif
mendukung perkembangan tingkah laku prososial anak. Untuk mendapatkan gambaran
hubungan yang lebih jelas mengenai hubungan tingkah laku prososial anak dan jenis pola
asuh lainnya yaitu otoriter dan permisif diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah
subyek yang representatif.
Adanya koreiasi positif antara prestasi akademis dan usia anak dengan tingkah
laku prososial anak menunjukkan adanya peran kognitif terhadap tingkah laku prososial .
Oleh karena itu berbagai metode yang dapat meningkatkan kematangan kognitif anak
dapat dilakukan sabagai salah satu sarana meningkatkan tingkah laku prososial pada
anak."
2002
S2832
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jati Setyarini
"Remaja dengan kesiapan belajar yang baik akan terwujud pada munculnya kenyamanan belajar, motivasi yang tinggi, rasa senang belajar, serta munculnya dampak psikologi positif bagi remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan gambaran pengasuhan orang tua terhadap kesiapan belajar antara alumni yang sukses tembus perguruan tinggi negeri (PTN) dengan peserta kelas XII bimbingan Belajar Bintang Pelajar Kota Depok tahun 2020. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus dengan 5 informan alumni dan 5 informan siswa kelas XII. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh demokratis yang paling dominan muncul pada alumni dan siswa lalu sedikit diikuti melalaikan. Motivasi yang muncul pada keduanya adalah internal dan eksternal. Remaja dengan pola asuh melalaikan merasa tidak nyaman belajar dan memiliki motivasi yang berbeda. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan pola asuh sangatlah memberikan dampak besar pada segala aspek kehidupan remaja. Oleh karena itu, diperlukan kebijaksanaan dari orang tua dalam memilih dan menerapkan pola asuh kepada anak agar bisa memberikan dampak positif pada kesehatan jiwanya sehingga tercermin pada baiknya kesiapan belajar.

Teenagers with good learning readiness will be realized when learning is fun, highly motivated, learning with a sense of comfort, as well as the challenges of positive psychology for adolescents. This study aims to study parenting in adolescents' learning readiness between alumni who successfully enrolled state universities (PTN) and participants of class XII Depok City Student Learning in 2020. This study uses qualitative research with a case study method with 5 alumni informants and 5 informants grade XII students. The results showed that democratic parenting was the most dominant form in alumni and students, followed by neglectful parenting. Motivations that emerge are internal and external. Adolescents with neglectful parenting learning uncomfortable and have different motivations. This shows that the adoption of parenting has a big impact on all aspects of adolescent life. Therefore, parents need wisdom in choosing and applying parenting to children in order to have a positive impact on the health of their souls so that it is reflected in the good readiness of learning."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyiah
"Pemilihan jajan anak merupakan bagian dari pemenuhan gizi anak sekolah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan pola asuh, perilaku jajan keluarga dan pengaruh teman dengan pemilihan jajanan anak usia sekolah. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional pada 103 responden yang diperoleh dengan teknik simple random sampling dan diseleksi secara proportional.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pola asuh, pengetahuan, sikap dan praktik keluarga dengan pemilihan jajanan anak (p value < α). Upaya promosi kesehatan tentang gizi anak sekolah perlu lebih dioptimalkan melalui kerja sama dan pemberdayaan kepada semua pihak yang terkait dengan kesehatan anak sekolah.

Selection of child snack is part of the school-aged children nutrition fulfillment. This research aims to determine the relationship of parenting, family snack behavior and the influence of friends to school-age children snacks selection. This study applied a descriptive design with cross sectional correlation on 103 respondents obtained by simple random sampling technique.
The results showed relationship between parenting, family’s knowledge, attitude and practice to the selection of children snacks (p value <α). Health promotion efforts on school-aged children nutrition needs to be optimized through cooperation and empowerment to all parties concerned with the health of school-aged children.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35972
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Nurdiana
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan lingkungan pengasuhan suportif dan abusif dengan penyalahgunaan narkoba pada pria dewasa awal. Penelitian dilakukan dengan membandingkan persepsi individu terhadap lingkungan pengasuhan orang tua antara kelompok penyalah guna narkoba dengan yang bukan penyalahguna. Partisipan yang dilibatkan dalam penelitian ini berjumlah 69 orang dengan komposisi sejumlah 29 orang untuk kelompok penyalah guna narkoba dan 40 orang untuk kelompok bukan penyalah guna. Alat ukur EASE-PI (The Exposure to Abusive and Supportive Environments Parenting Inventory) digunakan untuk melihat lingkungan pengasuhan suportif dan abusif yang diberikan oleh orang tua partisipan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada lingkungan pengasuhan suportif-baik dari ayah-antara kelompok penyalah guna narkoba dan bukan penyalah guna, di mana kelompok penyalah guna memiliki rata-rata skor lingkungan suportif yang lebih rendah dibanding dengan mereka yang bukan penyalah guna. Namun, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan pada skor lingkungan pengasuhan suportif dari ibu antara kedua kelompok. Selain itu, persepsi terhadap lingkungan abusif dari ayah dan ibu pada kelompok penyalah guna narkoba cenderung lebih tinggi secara signifikan dibanding dengan kelompok bukan penyalah guna.

This study examined the relationship between the exposure to abusive and supportive parenting environments and substance abuse in a sample of emerging adults male. The study conducted by comparing individual's perceptions of parenting environments between substance abusers and non abusers. The participants involved in this study were 69 emerging adults which consisted of 29 substance abusers and 40 non abusers. The Exposure to Abusive and Supportive Environments Parenting Inventory (EASE-PI) was used to measure the level of exposure to supportive and abusive environments the participant's parent provided.
Results of the research show that there are significant differences in supportive parenting (paternal) between the two groups, where the mean score tend to be lower among substance abusers than among non abusers. Meanwhile there are no significant differences in maternal score for supportive parenting between the two groups. Moreover, both perceived paternal and maternal abusive parenting tend to be significantly higher among substance abusers than non abusers.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Sandra Pratiwi
"ABSTRAK
Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak menuju masa
dewasa, di mana pada masa remaja terjadi perubahan fisik, emosi maupun sosial.
Tugas utama remaja adalah untuk menemukan identitas dirinya. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan antara pola asuh orang
tua dengan pencapaian identitas diri remaja di Kabupaten Pekalongan. Desain
penelitian ini adalah deskriptif korelasional secara potong lintang. Responden
berjumlah 465 remaja. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster
sampling. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pola asuh orang
tua dengan pencapaian identitas diri remaja. Variabel usia yang paling
berhubungan dengan pencapaian identitas diri remaja di kabupaten Pekalongan.
Penelitian ini merekomendasikan kepada remaja usia 15 -18 tahun hendaknya
tetap melakukan eksplorasi dan komitmen supaya identitas diri meningkat dan
merekomendasikan kepada orang tua hendaknya memberikan pola asuh sesuai
dengan usia anak remaja, dengan tetap melakukan komunikasi secara dua arah.
Diharapkan penelitian selanjutnya meneliti tentang pola asuh dengan pencapaian
identitas diri remaja pada responden kelas X, XI, dan XII agar sebaran usia remaja
merata, sehingga bisa diketahui dengan jelas gambaran pencapaian identitas diri
remaja baik remaja awal, madya maupun akhir

ABSTRACT
Teenager is considered in a transition period from being a child to youth. During
this period, there are significant changes physically, emotionally and socially.
The critical task of teenager is towards a strong self identity. The purpose of this
research was to describe the relationship between the identity achievements
among teenagers in Pekalongan. This study used a descriptive correlational
design with a cross sectional approach. There were 465 teenagers as responder.
Selected using cluster sampling procedure. The result of this research showed
that there were correlations between the parenting patterns with teenagers self
identity achievement. The variable that most related to teenager?s self identity
achievement was their age. The study recommended to tenageers who were 15-18
years old to keep exploration and commitment that personal identity had been
reached remains elevated, and also recommended to the parents in order to give
parenting teenagers, with keep communication in two ways. Next study was
hoped can observe about parenting with teenagers on the achievement of self
identity of responder class X, XI, and XII so teenagers uneven age distribution, so
it can be clear overview of the achievement of self identity both teenagers teens
early, middle and late"
2016
T45818
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veronica Maulana
"ABSTRAK
Di Indonesia, prevalensi gangguan jiwa cukup signifikan yaitu 11,6%
(Riskesdas, 2007). Prevalensi gangguan jiwa makin meningkat bersamaan dengan
perkembangan jaman dan dapat mengenai semua usia. Oleh karena itu upaya
pencegahan gangguan jiwa sebaiknya dapat dilakukan sejak dini, yaitu sejak masa
anak-anak.
Penelitian ini bertujuan mempelajari hubungan antara praktek pengasuhan
orang tua dengan gangguan atau kecenderungan. Penelitian dilakukan dengan
rancangan case-control . Terpilih sebanyak 60 orang responden, dimana 15 orang
merupakan orangtua dari anak dengan conduct disorder dan 45 orang adalah orang
tua dari anak yang tidak memiliki gangguan conduct disorder. Responden dipilih
secara purposive sampling untuk kasus dan kontrol, sesuai dengan kriteria inklusi
dan eksklusi. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji
coba terlebih dahulu dan kuesioner Block’s Child Rearing Practice Report yang telah
diadaptasi dalam bahasa Indonesia. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei
2013
Dari hasil analisis didapatkan praktek pengasuhan authoritarian beresiko
4,975 kali lebih besar untuk membuat anak mengalami conduct disorder
dibandingkan dengan praktek pengasuhan authoritatif pada sikap ibu yang sama
(p=0,018). Faktor lain yang mempengaruhi kejadian conduct disorder adalah sikap
ibu dimana sikap ibu yang tergolong negatif beresiko 4,761 kali lebih besar
menimbulkan terjadinya conduct disorder dibandingkan ibu ibu yang memiliki sikap
positif (p=0,037).

ABSTRACT
Prevalence of mental health problems in Indonesia is quite significant 11,6%
(Basic Research, 2007). Mental health problems are increasing in line with
civilization. Prevention of mental health problems are should be done as early as
possible or during childhood.
This study examined relationship between child-rearing practices on children
with conduct disorder tendencies. Conducted with the case-control design, select 60
respondents, which 15 mother of children with conduct disorder and 45 mother of
children who are not conduct disorder. Respondents were selected by purposive
sampling for case and controls, according to the inclusion and exclusion sampling
criteria. Data was collected using a questionnaire that had been validation test
before, and questionares Block’s Child-Rearing Practice Report has been adapted in
Indonesian. Data collection was conducted in May 2013
This study found that authoritarianparentingpracticesare at risk4,975times
more likely tomakechildren
haveconductdisordercomparedwithauthoritativeparentingpracticesonthe
samematernalattitude(p =0.018). Another factoraffectingthe incidence
ofconductdisorderisthe attitude ofthe motherwherethe
motherwithnegativeattitude4,761times greaterthanmothers whohavea
positiveattitude(p
=0.037) in having child with conduct disorder."
2013
T38651
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Mentari
"Fenomena anak jalanan merupakan hal yang dijadikan fokus oleh banyak kalangan karena jumlahnya yang terus meningkat. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa anak jalanan memiliki harga diri yang rendah dan identik dengan pola asuh uninvolved. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif korelatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pola asuh orangtua dan harga diri anak jalanan usia remaja.
Penelitian ini dilakukan di daerah binaan rumah singgah di Jakarta Timur dengan 98 sampel yang diambil menggunakan metode consecutive sampling. Harga diri diukur dengan menggunakan Rosenberg?s Self Esteem Scale dan pola asuh diukur dengan Instrumen Pola Asuh Mashoedi yang dikembangkan dari teori pola asuh orangtua milik Diana Baumrind.
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh orangtua dengan tingkat harga diri anak jalanan usia remaja di Jakarta Timur (p=0,04). Untuk menangani masalah anak jalanan, diperlukan kerjasama dari pemerintah, perawat komunitas, pekerja sosial dan pihak rumah singgah untuk bersama-sama melakukan pemberdayaan anak jalanan berbasis keluarga yang berguna untuk merehabilitasi anak jalanan.

The phenomenon of street children is a matter that has become the focus by many people because the number of street children itself is always increasing. Previous research stated that the street children have low self-esteem and they are identical with uninvolved parenting style. It is descriptive correlative study which aims to identify the relationship between parenting style and self-esteem on street children at East Jakarta.
This research was conducted in the target area of shelter in East Jakarta towards 98 samples recruited using consecutive sampling. Self-esteem is measured using Rosenberg's Self Esteem Scale and parenting style measured using Mashoedi?s Parenting Style which was developed from the theory of Diana Baumrind?s parenting style.
The results showed, there is a relationship between parenting style and a level of self-esteem street children in East Jakarta (p = 0.04). To overcome the problem of street children, the cooperation between governments, community nurses, social workers and shelter is needed to do the family-based empowerment together to rehabilitate street children."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S59585
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bani Bacan Hacantya Yudanagara
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan perilaku kekerasan antara remaja laki-laki yang memiliki orang tua dengan gaya pengasuhan otoritatif, otoritarian, permisif, dan uninvolved. Penelitian ini menggunakan penggolongan gaya pengasuhan yang dikemukakan oleh Baumrind dan terdiri dari dua dimensi, yaitu control dan warmth. Sedangkan daftar perilaku kekerasan dibuat berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya tentang kekerasan remaja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, partisipan penelitian sebanyak 163 orang yang terdiri dari narapidana dan siswa SMP dan SMA dengan rentang usia 12 sampai 19 tahun. Dari hasil perhitungan didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata yang signifikan antara skor perilaku kekerasan dengan gaya gaya pengasuhan orang tua otoritatif, otoritarian, permisif, dan uninvolved.

The purpose of this research is to indicate that there is a difference of violence behavior between participants who have authoritative, authoritarian, permissive, and uninvolved parent. This research uses classification of parenting style from Baumrind, which consist of two dimension, control and warmth. The list of violence behavior is made from previously research about youth violence. This research uses quantitative method. The participants of this research consist of 163 participant from jail, junior high school, and senior high school, whose age 12-19 years old. This research indicate that there is difference of violence behavior between participants who have authoritative, authoritarian, permissive, and uninvolved parent."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46541
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astriamitha
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara parenting stress dan parenting self-efficacy pada ibu yang memiliki anak dengan tunagrahita taraf ringan dan sedang usia kanak-kanak madya. Pengukuran parenting stress menggunakan adaptasi alat ukur Parental Stress Scale (Berry & Jones, 1995) dan pengukuran parenting self-efficacy menggunakan alat ukur Self-Efficacy for Parenting Tasks Index (Coleman & Karraker, 2000). Partisipan pada penelitian ini berjumlah 47 ibu yang memiliki anak dengan tunagrahita.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara parenting stress dan parenting self-efficacy pada ibu yang memiliki anak dengan tunagrahita ringan dan sedang usia kanak-kanak madya (r = - 0.634, p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Artinya, semakin tinggi parenting stress yang dialami ibu, maka semakin rendah parenting self-efficacy yang dimiliki ibu. Selain itu, hasil tambahan penelitian menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada parenting stress dan parenting self-efficacy pada ibu yang memiliki anak dengan tunagrahita taraf ringan dan sedang.

This research was conducted to find the correlation between parenting stress and parenting self efficacy among mothers of middle childhood with mild and moderate intellectual disability. Parenting stress was measured using an adaptation instrument named Parental Stress Scale (Berry & Jones, 1995) and parenting self efficacy was measured using an adaptation instrument named Self-Efficacy for Parenting Tasks Index (Coleman & Karraker, 2000). The participants of this research are 47 mothers who have middle childhood with intellectual disability.
The main results of this research show that parenting stress negatively correlated significantly with parenting self efficacy (r = - 0.634, p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). That is, the higher mother‟s parenting stress, the lower parenting self efficacy. In addition, the additional results of this research have found that there is a significant difference in parenting stress and parenting self-efficacy among mothers of children with mild and moderate intellectual disability.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>