Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157967 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Octiani Eka Hapsari
"Kawin lari merupakan suatu fenomena yang ada di kebudayaan Palembang. Istilah kawin lari dalam masyarakat Palembang sangat beragam ada yang menyebutnya sebagai larian, begujalan, atau kawin ketip. Umumnya kawin lan dilakukan oleh seseorang dikarenakan orangtua tidak menyetujui pasangan pilihannya. Ketidak setujuan orangtua ini disebabkan adanya perbedaan agama atau perbedaan etnis. Dalam diri orangtua akan terjadi permasalahan jika anaknya tetap memaksa ingin menikah. Ketidaksetujuan orangtua untuk menikahkan anaknya dengan seseorang yang berbeda etnis dan agama dikarenakan adanya faktor prasangka. Orangtua cenderung menilai pasangan pilihan anaknya mempunyai sikap-sikap yang negatif.
Disini peneliti hendak melihat bagaimana dinamika disonansi kognitif yang dialami orangtua yang anaknya melakukan larian dengan menggunakan teori disonansi kognitif dari Leon Festinger (1957). Inti dari teori disonansi kognitif ini adalah terjadinya hubungan yang tidak pas (non-fitting relations) antara elemenelemen kognisi yang menimbulkan disonansi (ketidaknyamanan kognisi). Disonansi menimbulkan desakan untuk memgurangi disonansi dan menghindari peningkatannya. Hasil dari desakan ini terwujud dalam perubahan-perubahan dalam kognisi seseorang berupa perubahan tingkah laku dan keterbukaan akan informasi-informasi dan pendapat-pendapat baru yang sudah diseleksi terlebih Metode penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian kualitatif studi kasus.
Studi kasus digunakan untuk mendapatkan gambaran yang mendalam dan mendetil tentang pengalaman dinamika kognitif yang dialami orangtua yang anaknya melakukan larian. Adapun alat yang digunakan adalah pedoman wawancara, alat perekam untuk merekam hasil wawancara, dan observasi yang dilakukan oleh peneliti. Dari hasil penelitian diketahui bahwa semua subyek mengalami disonansi. Hal ini terlihat dari ekspresi ketidaknyamanan mereka berupa rasa ketakutan, kekhawatiran, kebimbangan, dan kekecewaan. Disonansi yang dialami subyek bersumber pada inkonsistensi logis, generalisasi opini, nilai-nilai budaya, dan pengalaman masa lalu. Adapun cara yang dipilih subyek untuk mengurangi disonansi yang dialaminya adalah dengan merubah elemen perilaku, merubah elemen kognisi lingkungan, menambah elemen kognisi baru, dan melakukan penghindaran disonansi. Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwa ketidaksetujuan orangtua untuk menikahkan anaknya dengan pasangan pilihannya dikarenakan adanya faktor prasangka. Prasangka ini bisa diketahui oleh orangtua berdasarkan pengalamannya sendiri, maupun dari orang lain."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3031
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Andersen
"Masih banyak orang yang beranggapan bahwa masalah polusi udara adalah masalah yang masih terlalu dini untuk dipikirkan. Hal ini disebabkan karena masih banyak orang yang mengandalkan indera penglihatan dan penciumannya saja sebagai alat mendeteksi terjadinya polusi udara. Bila efek yang ditimbulkan telah terlihat secara kasat mata maka barulah orang menganggap telah terjadi polusi udara yang mengganggu. Padahal banyak racun-racun dalam udara yang tidak nampak dan tidak berbau.
Mahasiswa yang dianggap memiliki pengetahuan yang luas, memiliki sumber bacaan yang memadai sehingga membantu proses berpikir yang lebih kompleks diharapkan lebih maju pemikirannya dalarn hal polusi udara. Akan tetapi ternyata tingkah laku yang ditampilkan oleh mahasiswa, yakni dengan menggunakan kendaraan bermotor ke kampus, membuat polusi udara menjadi bertambah. Hal tersebut tentunya menimbulkan suatu keadaan disonan pada proses kognitif mahasiswa karena mereka mengetahui bahwa tingkah laku menggunakan kendaraan bermotor pasti menambah polusi udara. Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran disonansi kognitif yang dialami mahasiswa dan cara-cara yang dilakukan mahasiswa untuk mengatasi keadaan disonan tersebut sehingga tingkah laku menggunakan kendaraan bermotor oleh mahasiswa tetap tampil.
Penelitian survey ini bersifat kuantitatif; menggunakan kuesioner dan dilakukan terhadap 40 orang mahasiswa Universitas Indonesia. Sampel diambil dengan menggunakan teknik incidental sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa UI memiliki pengetahuan yang sangat baik terhadap masalah polusi udara. Mereka juga peduli terhadap kelestarian lingkungan. Akan tetapi ternyata masalah lingkungan bukan merupakan masalah yang penting untuk dinomor satukan penyelesaiannya. Masih banyak hal-hal lain yang menjadi prioritas dibandingkan masalah polusi. Hal tersebut menyebabkan disonansi yang terjadi pada proses kognitif hanyalah berlangsung dalam waktu yang singkat karena keadaan disonan tersebut akan berubah menjadi konsonan dengan cara menambah elemen-elemen kognisi baru dalam proses berpikir mahasiswa.
Untuk penelitian lebih lanjut, peneliti menyarankan pengukuran aspek-aspek psikologis lain agar mendapatkan gambaran yang lebih mendetil dan menyeluruh dari gejala disonansi kognitif terhadap masalah ini. Aspek-aspek psikologis yang perlu diteliti itu mencakup belief, nilai (value), sikap, dan motivasi. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2964
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarlito Wirawan Sarwono
"Pada tahun 1979 pernah diterbitkan sebuah buku oleh BKMC/BAKIN (Badan Koordinasi Masalah Cina/Badan Koordinsi Intelijen Negara) yang berjudul RRC. Buku itu membicarakan mengenai politik dalam negeri dan luar negeri RRC, Angkatan Bersenjata RRC, keadaan perekonomian RRC, hubungan RRC dengan. Uni. Sovyet dan,Indocina, doktrin-doktrin politik RRC dan-strategi pemerintah RRC terhadap Cina Perantauan. Semuanya itu dihubungkan dengan strategi dan politik Hankam bangsa Indonesia, khususnya untuk menghadapi ancaman yang datang dari "Utara". Pendapat yang sangat.populer pada waktu itu adalah yang dikenal dengan-nama teori "Domino", yaitu dengan jatuhnya Vietnam Selatan ke tangan Vietnam Utara, maka berturut-turut akan berjatuhan pula negara-negara lainnya seperti Kamboja, Muangthai, Malaysia, Singapura dan akhimya Indonesia (BKMC, 1979).

Akan tetapi sejarah telah membuktikan bahwa hampir semua teori dan ramalan yang diuraikan dalam buku tsb. di atas tidak berlaku lagi sekarang. Alih-alih Indonesia jatuh ke tangan komunisme, malahan Indonesia telah berhasil memprakarsai perdamaian di Kamboja. Unit Sovyet, Jerman Timur melebur dengan Jarman Barat, Albania beralih ke pemerintahan non-komunis, perang dingin antar negara-negara adi-kuasa berakhir. Di satu pihak perkembangan politik dunia ini menggembirakan, tetapi di pihak lain juga membingungkan karena berbagai masalah seperti kemiskinan, pelanggaran hak 'asasi manusia, "perang-perang teritorial, dan terorisme masih berlangsung terus sementara kerangka pikir yang selama ini dipakai sebagai acuan sudah tidak berlaku lagi. Akibatnya, seperti yang dikatakan oleh Jendr. TIN (Pum.) Sumitro (1991), era pasta Perang Dingin irti dipandang sebagai masa yang penuh dengan perubahan cepat dan tidak dapat diramalkan.

Pekerjaan ramal-meramal ini terjadi juga dalam bidang perekonomian. Tahun 1970-1980 adalah masa yang penuh optimisme sehubungan dengan "oil boom" yang memberi pengaruh sangat positif terhadap perekonomian Indonesia. Bahkan optimisme itu masih nampak hingga tahun 1990, seperti yang tercermin dalam ungkapan Dr Dorodjatun Kuntjarajakti dalam salah satu .seminar pada: tahun 1990 tentang perekonomian Indonesia. Dikatakannya bahwa optimisme tentang perekonomian Indonesia tsb adalah karena: lewat berbagai kebijaksanaan ekonomi yang mendasar, ekonomi Indonesia mulai secara tegas melepaskan diri dari ketergantungan kepada sektor migas, mulai beranjak dari sektor pertanian ke industri manufaktur dan berpaling dari pajak yang terkait migas ke pajak langsung dan tak langsung (Kuntjarajakti, 1990: 2).

Akan tetapi hanya lebih dari setahun sesudah itu, pandangan para pakar tentang perekonomian Indonesia berubah 180 derajat. Perang Teluk dan resesi dunia jelas bukannya tidak berpengaruh pada perekonomian Indonesia. sehingga Drs. Kwik Kian Gie, Drs Frans Seda dan Dr Marie Pangestu, dalam scbuah seminar tentang Prospek Perekonomian Indonesia 1992/1993, sama-sama menyatakan keprihatinan mereka tentang masa depan perekonomian Indonesia. Mereka mengamati berbagai gejala yang terjadi di tahun 1991 seperti Tight Money Policy, tingginya suku bunga, dll."
Jakarta: UI-Press, 1992
PGB 0507
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Trisha Dantiani
"With the new emerging media that caters to the audience's personal bias and reamplifying their beliefs. It aided with social media algorithms that personalize and limit the content consumption, it raises the question of whether we construct our own bubbles or are we simply victims of the algorithm. Tribal journalism being one of the methods that is used by emerging media to perpetuate these echo chambers among their audience. This study uses digital ethnography and in-depth interviews with followers and contributors of Magdalene.co to determine the engagement in cognitive dissonance and selective exposure to construct their own filter bubbles and echo chambers. The findings of the research revealed that echo chambers exist within emerging media in the form of ‘safe space’ to share opinion and how followers curate the content they consume on social media. Echo chambers are not entirely homogeneous due to the different standpoints that followers hold. Tribal journalism aids in the development of echo chambers as followers not only interact with the content, they are also able to produce their own work and include it into the online discussion.

Munculnya media baru memberikan audiens wadah bersuara dan mengamplifikasi keyakinan. Dibantu dengan algoritma media sosial yang mempersonalisasi dan membatasi konsumsi konten, hal ini menimbulkan pertanyaan terkait apakah pengguna membuat ‘gelembung’ nya sendiri atau hanya korban dari algoritma. Jurnalisme tribal menjadi salah satu metode yang digunakan oleh media baru untuk mengabadikan ‘ruang gema’ ini di antara audiens mereka. Penelitian ini menggunakan etnografi digital dan wawancara mendalam dengan follower dan contributor Magdalene.co untuk menentukan apakah pengikut mereka secara aktif terlibat dalam disonansi kognitif dan paparan selektif untuk membangun gelembung filter mereka sendiri dan ruang gema. Temuan penelitian ini mengungkapkan bahwa ruang gema ada dalam media yang muncul dalam bentuk 'tempat aman' untuk berbagi opini dan bagaimana follower mengkurasi konten yang mereka konsumsi di media sosial. Ruang gema ini tidak sepenuhnya homogen karena sudut pandang yang berbeda yang dipegang follower. Jurnalisme tribal berkontribusi pada kemunculan ruang gema karena follower tidak hanya berinteraksi dengan konten, mereka juga mampu menghasilkan karya mereka sendiri dan memasukkannya ke dalam diskusi online."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mangaraja Agung
"Fokus penelitian ini adalah gambaran disonansi kognitif yang terjadi pada mantan narapidana anak yang bergabung kedalam LSM Sahabat Andik. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe studi kasus, peneliti melakukan wawancara mendalam dan observasi pada tiga orang mantan narapidana anak yang bergabung kedalam LSM Sahabat Andik. Melalui analisis intrakasus dan interkasus pada data, didapatkan hasil bahwa para subyek mengalami kondisi disonan yang menyebabkan mereka menjadi tidak optimal dalam berkontribusi dan bahkan mengurangi keaktifannya dalam program dan kegiatan-kegiatan yang diadakan LSM. Penyebab kondisi disonan yang pertama adalah adanya opini umum, yaitu stigma negatif terhadap mantan napi, yang tidak selaras dengan pendapat mereka. Kedua, adanya ketidaksesuaian masa lalu antara kepercayaan bahwa LSM dapat memberikan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, dengan kenyataan bahwa ternyata penghasilan yang didapat tidak cukup. Ketiga adanya ketidaksesuaian masa lalu antara kepercayaan bahwa semua relawan LSM memiliki pandangan sama mengenai mantan napi, dengan kenyataan terdapat relawan yang tetap memiliki stigma. Subyek menguranginya dengan berbagai cara. Pertama adalah mengubah tingkah lakunya dengan mengurangi tingkah laku yang buruk dan membagi waktu keaktifan untuk memenuhi kebutuhan. Kedua mengubah elemen lingkungan dengan memutuskan untuk bergabung kedalam LSM. Ketiga menambah kognisi baru yang memperkuat pendapat mereka tentang mantan napi. Keempat adalah mengabaikan pernyataan orang yang memberikan stigma kepada dirinya.

The focus of this study is the description of cognitive disonance of former child prisoners who joined Sahabat Andik NGO. Using qualitative approach, specifically case study, we use depth interview and observation method to three former child prisoners who joined Sahabat Andik NGO. Through intracases and intercases data analysis, the research`s result shows that subjects experience cognitive disonance that make them don`t give the finest contribution and even decline their activity on the NGO`s programs and projects. The first reason of cognitive disonance is the existence of public opinion, which is negative stigma of former prisoners, that discordant with their opinion. Second, is the existence of earlier incongurency between their belief that NGO can give them proper salary to fulfill their needs, with the reality that it give them least amount of salary. Third, is the earlier incongruency between their belief that all NGO`s volunteers have the same opinion with them, with the reality that there are some volunteers who still have the stigma. Subjects decrease their cognitive disonance through some method. The first one is change their behavior by reduce their unpleasant behavior and share their activity to fulfill their needs. Second, is change the environment`s elements by deciding to join NGO. Third, enhance new cognition that can strengthened their opinion about former prisoners. And the fourth is by disdain peoples opinion about the former prisoners.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
153.8 MAN d
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Riris Yulistia Hani
"Individu yang pernah mengalami childhood adversity cenderung kehilangan kesempatan dalam mempelajari kemampuan regulasi emosi kognitif yang adaptif dari orang tua di lingkungan keluarga. Situasi yang tidak menguntungkan ini menciptakan kerentanan individu terhadap gejala psikopatologi dan banyak dampak negatif menuju masa dewasa. Dengan demikian, sangat mendesak bagi individu yang berada di tahap emerging adulthood untuk menemukan cara alternatif yang dapat membantu mereka meningkatkan kemampuan regulasi emosi kognitif yang adaptif, termasuk dengan terlibat dalam fandom. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki apakah fungsi fandom (purpose in life, escaping life stress, social connection) dapat memprediksi kemampuan regulasi emosi kognitif yang adaptif pada emerging adult dengan riwayat childhood adversity. Penelitian ini memperoleh sebanyak 417 partisipan dengan karakteristik: (1) berada pada tahap emerging adulthood (18-25 tahun); (2) tergabung dalam fandom media (musik, film, buku, animasi, game dan youtube), dan; (3) memiliki riwayat childhood adversity setidaknya pada satu dimensi (physical neglect, emotional abuse, emotional neglect, physical abuse, sexual abuse). Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner online dan dianalisis dengan teknik analisis regresi berganda menggunakan perangkat IBM SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi fandom purpose in life dan social connection secara signifikan memprediksi regulasi emosi kognitif adaptif, sedangkan fungsi fandom escaping life stress tidak secara signifikan memprediksi regulasi emosi kognitif adaptif. Dapat disimpulkan bahwa manfaat purpose in life dan social connection yang fandom berikan dapat memfasilitasi individu dengan riwayat childhood adversity untuk mengenal dan belajar mengenai strategi regulasi emosi kognitif yang adaptif, tetapi tidak ketika individu mendapat manfaat escaping life stress.

Individuals who experienced childhood adversity mostly lost their chances to learn about adaptive cognitive emotion regulation strategies from their parents in a family environment. This unfortunate situation created the individual vulnerabilities to psychopathology symptoms and many negative impacts toward adulthood. So, it was urgent for emerging adult to find an alternative factor which enabled them to boost their adaptive cognitive emotion regulation strategy, such as through their involvement in fandom. This research examined whether fandom functions (purpose in life, escaping life stress, social connection) could significantly predict adaptive cognitive emotion regulation on an emerging adult who experienced childhood adversity. There were 417 participants involved in this research with characteristic; (1) emerging adult (18 – 25 years old); (2) involved in media fandom (music, film, book, animation, game, and youtube), and; (3) have a history of childhood adversity in at least one dimension (physical neglect, emotional abuse, emotional neglect, physical abuse, sexual abuse) with moderate-severe level. Data was collected through an online questionnaire and analyzed with the Multiple Regression Analysis technique using IBM SPSS software. The results showed that the function of the fandom purpose in life and social connection significantly predicted adaptive cognitive emotion regulation. However, the function of the fandom escaping life stress failed to predict adaptive cognitive emotion regulation significantly. It can be concluded that the benefits of purpose in life and social connection that fandom provide could facilitate individuals with a history of childhood adversity to recognize and learn about adaptive cognitive emotional regulation strategies, but not when individuals benefit from escaping life stress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Florentina Elana Puspita
"Dalam kehidupan, mahasiswa tidak luput dari kesalahan-kesalahan kecil yang dilakukan sehari-hari, seperti melewatkan jadwal kerja kelompok ataupun tenggat waktu pengumpulan tugas. Berbagai kesalahan kecil tersebut dikenal dengan istilah kegagalan kognitif yang jika dilakukan secara terus-menerus dapat berakibat negatif bagi individu. Bagi mahasiswa yang berada pada kondisi kognitif terbaik, meningkatnya kegagalan kognitif disebabkan dari tipe kepribadian yang mereka miliki. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besaran peran kepribadian neuroticism dan conscientiousness terhadap kegagalan kognitif pada mahasiswa sarjana di Indonesia. Partisipan penelitian adalah sebanyak 249 mahasiswa (83 laki-laki dan 166 perempuan) berusia 18–25 tahun (M=21, SD=1.4). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan alat ukur Cognitive Failure Questionnaire dan IPIP-BFM 25. Berdasarkan analisis regresi berganda, ditemukan bahwa kepribadian neuroticism dan conscientiousness secara bersamaan berperan terhadap kegagalan kognitif individu (F(2,246)=45.495, p<0.001, R2=0.27). Neuroticism memiliki pengaruh yang lebih besar (=0.47, SE=0.257, p<0.001) dibandingkan conscientiousness (=-0.236, SE=0.326, p<0.001) terhadap kegagalan kognitif mahasiswa. Melalui penelitian ini, diharapkan individu dapat mengetahui ciri unik yang dimiliki pada kepribadian tertentu, khususnya pada trait kepribadian conscientiousness dan neuroticism. Sehingga, bagi individu yang memiliki conscientiousness yang tinggi dapat mempertahankan ketelitian dan disiplin yang tinggi, sedangkan bagi individu yang memiliki neuroticism yang tinggi dapat meminta bantuan kepada orang lain untuk mengingatkan untuk dapat mengontrol emosi negatif yang dirasakan sehingga tidak mempengaruhi atensi terhadap hal yang harus dikerjakan.

In everyday life, students make a lot of small mistakes, such as forgetting the group work schedule and also forgetting the task deadline, which is called cognitive failure. All the small mistakes have negative consequences if they happen continuously. For students who are in the best cognitive condition, cognitive failure increase because of the personality types that they have. The purpose of this study is to see the contribution of personality trait neuroticism and conscientiousness to cognitive failure in college students in Indonesia. The participants of this study are 249 students (83 males and 166 females) aged 18–25 years old (M=21, SD=1.4). This study is a quantitative study that used Cognitive Failure Questionnaire (CFQ) and IPIP-BFM 25. The result showed that neuroticism and conscientiousness simultaneously have a significant contribution to cognitive failure (F(2,246)=45.495, p<0.001, R2=0.27). However, neuroticism has a greater contribution (=0.47, SE=0.257, p<0.001) than conscientiousness (=-0.236, SE=0.326, p<0.001) to cognitive failure in college students. Based on this study, for students that have a high score of conscientiousness suggested to maintain the positive characteristics, such as attention to detail and self-discipline. However, students that have high score of neuroticism can ask for help from others to remind them of controlling the negative emotion that they feel so it doesn’t affect their attention to the task that has to be done."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekarini Andika Permatasari
"Penelitian sebelumnya menunjukkan inkonsistensi hasil mengenai pengaruh stres akut terhadap kontrol inhibisi meningkatkan atau menurunkan kontrol inhibisi. Dengan demikian, perlu diketahui faktor lain yang dapat menjelaskan mekanisme pengaruh stres akut terhadap kontrol inhibisi. Penilaian kognitif merupakan faktor yang mungkin dapat menjelaskan mekanisme tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh stres akut terhadap kontrol inhibisi dan peran penilaian kognitif sebagai moderator. Partisipan mengerjakan stop-signal task setelah menerima manipulasi stres, yaitu Computerized version of the Paced Auditory Serial Addition Test dengan evaluasi sosial n=43 atau kontrol n=41. Skor penilaian kognitif membagi partisipan ke dalam kelompok threat atau challenge appraisal. Hasil analisis 2 stres vs kontrol x 2 threat vs challenge between-subject ANOVA dengan status menstruasi sebagai kovariat menunjukkan tidak terdapat efek interaksi antara stres akut dan penilaian kognitif terhadap kontrol inhibisi. Analisis lanjutan dilakukan pada kedua kelompok stres dan kontrol secara terpisah dengan menambahkan jenis kelamin sebagai faktor. Hasil menunjukkan bahwa peran penilaian kognitif dalam memengaruhi kontrol inhibisi bergantung pada jenis kelamin, hanya pada kelompok stres, F 1,39 = 4,187, p = 0,048, partial ?2=0,099. Penilaian stressor sebagai ancaman memprediksi kontrol inhibisi yang lebih baik pada perempuan dibandingkan laki-laki.

Recent studies indicate that acute stress can affect inhibitory control, however, the results have been inconsistent with respect to the direction of effect i.e., impairing or facilitating. Thus, other variables may play a role in explaining the effect of acute stress on inhibitory control. Cognitive appraisal threat or challenge appraisal may be one underlying factor that needs to be taken into account, given the differences of the stress responses by these appraisals. The current study aimed to examine the effect of acute stress on inhibitory control and whether this effect was moderated by cognitive appraisal. Participants performed stop signal task after receiving stress Computerized version of the Paced Auditory Serial Addition Test PASAT C with social evaluation n 43 or control n 41 manipulation. A 2 stress vs control x 2 threat vs challenge between subject ANOVA with menstruation status as covariance showed that there was no interaction effect of acute stress and cognitive appraisal on inhibitory control. Further analysis was conducted in both groups stress vs control saperately, by adding gender as another fixed factor and showed that the role of cognitive appraisal in influencing inhibitory control depended on gender only in stressed participants, F 1,39-4.187, p .048, partial 2 .099. That is, threat appraisal toward the stressor resulted in better inhibitory control for females, than for males.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virlita Dwi Anggraeni
"Hubungan seksual yang diiakukan oleh wanita dewasa muda didorong oleh anggapan sebagai suatu cara untuk mengekspresikan rasa cinta pada pasangannya , sekaligus sebagai langkah menuju gerbang perkawinan. Namun hubungan seksual yang dilakukan biasanya tidak diikuti oieh usaha-usaha untuk menghindari konsekuensi yang sangat mungkin timbul, salah satunya adalah kehamilan. Terjadinya kehamilan yang sebenarnya tidak diinginkan ini adalah situasi yang sangat sulit bagi seorang wanita. Keputusan yang paling sering diambil adalah aborsi. Sementara masyarakat Indonesia kebanyakan masih bersikap negatif, yang umumnya didasarkan pada keyakinan bahwa janin adalah calon individu dan kelangsungan hidupnya harus dipertahankan semaksimal mungkin. Di Indonesia dibentuk Undang-Undang tentang aborsi yang kenyataannya sangat membatasi perilaku aborsi. Peraturan dalam agama pun melarang dilakukannya aborsi karena merupakan tindakan pembunuhan. Adanya hambatan dari Iingkungan yang kebanyakan melarang aborsi dan konsekuensi negatif lain dari aborsi ( infeksi,pendarahan, dsb), menyebabkan hubungan yang tak sesuai antara elemen-elemen kognitif (disonansi kognitif) pada diri seorang wanita dewasa muda. Hubungan yang tak sesuai ini menurut Festinger (1957), akan mendorong seseorang untuk menguranginya dengan cara merubah kognisi, tingkah laku atau menambah elemen kognitif baru.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran disonansi kognitif pada wanita dewasa muda pelaku aborsi akibat hubungan seksual sebelum menikah, meningkatkah pemahaman mengenai faktor-faktor yang mendorong mereka melakukan aborsi dan upaya untuk mengurangi masalah ini. Penelitian dilakukan dengan cara studi kasus, berupa wawancara mendalam terhadap 4 wanita dewasa muda yang telah melakukan aborsi akibat hubungan seksual sebelum menikah, berusia 21-25 tahun dan berdomisili di Jakarta dan sekitarnya.
Dari penelitian didapatkan bahwa pada umumnya penyebab disonansi kognitif sebagai akibat dan perilaku aborsi sebelum menikah adalah subyek menyadari adanya norma-norma masyarakat dan agama yang melarang seorang wanita melakukan aborsi, khususnya akibat hubungan seksual sebelum menikah (pada inkonsistensi Iogis, nilai-nilai budaya, pendapat umum) dan kesulitan- kesulitan fisik dan mental yang dihadapi subyek ketika dihadapkan pada aborsi (pada pengalaman masa Iaku). Hal ini juga terlihat pada perbedaan tingkat kepentingan elemen-elemen kognitif pada tiap subyek, yang mempengaruhi kadar disonansi kognitif (tinggi atau rendah). Usaha yang dilakukan subyek untuk mengurangi keadaan disonansi ini adalah dengan mengubah elemen kognitif (misalnya mangubah pendapat teman yang tak menyetujui aborsi), tingkah Iaku (misalnya dari yang mulanya berniat meneruskan kehamilan akhirnya melakukan aborsi dan menambah elemen kognitif baru (misalnya mencari dukungan teman-teman ketika akan melakukan aborsi), untuk kembali lagi pada keadaaan yang konsonan.
Sedangkan faktor-faktor penyebab dilakukannya aborsi adalah adanya keinginan untuk melanjutkan pendidikan tanpa adanya hambatan anak maupun perkawinan, ketidaksiapan secara mental dan materi untuk memasuki kehidupan perkawinan, ketakutan terhadap reaksi masyarakat terhadap kehamilannya, rasa takut pada pihak otoritas yaitu orang tua dan adanya paksaan dari orang tua. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2407
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Ridwan
"Pengguna rokok elektronik tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat umum, namun juga terjadi di kalangan mahasiswa, yang seharusnya menjadi contoh dalam berperilaku hidup sehat, keadaan ini mendorong mahasiswa dalam kondisi disonansi. Disonansi kognitif adalah diskrepansi atau kesenjangan yang terjadi antara dua elemen kognitif yang tidak konsisten, menciptakan ketidaknyamanan psikologis. Tujuan penelitian ini ialah untuk menggambarkan disonansi kognitif pada mahassiswa yang menggunakan rokok elektronik di Universitas Cendekia Abditama. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan dengan metode pnemenologi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dilaksanakan pada bulan Juni 2023 pada 20 informan meliputi 16 mahasiswa perokok elektronik, 2 orang staff dosen dan 2 orang teman sebaya. Hasil penelitian menunjukan disonansi kognitif pada mahasiswa keperawatan lebih tinggi dari mahasiswa teknik ditinjau dari sumber elemen penyebab disonansi meliputi, inkonsistensi logika, nilai budaya, pendapat umum, dan pengalaman masa lalu, sedangkan gambaran cara mengatasi disonansi didapatkan dengan mengubah elemen tingkah laku, mengubah elemen kognitif lingkungan dan menambah elemen kognitif baru.

The use of electronic cigarettes does not only occur among the general public, but also among university students, who should be an example of healthy living behavior, this situation encourages students to be in a state of dissonance. Cognitive dissonance is a discrepancy or gap that occurs between two inconsistent cognitive elements, creating psychological discomfort. The aim of this research is to describe cognitive dissonance in students who use electronic cigarettes at Cendekia Abditama University. This study uses a qualitative approach, with the pnemenology method. Data collection was carried out by in-depth interviews carried out in June 2023 with 20 informants including 16 students who use electronic cigarettes, 2 lecturer staff and 2 peers. The results showed that cognitive dissonance in nursing students was higher than engineering students in terms of the source of the elements causing the dissonance including, logical inconsistency, cultural values, public opinion, and past experiences, while an overview of how to overcome dissonance was obtained by changing behavioral elements, changing cognitive elements. environment and add new cognitive elements."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>