Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94673 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohamad Faesal Bakhri
"Biomassa alga hijau telah diketahui mempunyai kemampua uk menyerap ionion logam berat seperti Cd2+. Namun kemampuan alga dalam menyerap ion logam berat dibatasi oleh beberapa kelemahan seperti mudah rusak karena degradasi oleh mikroorganisme dan oleh asam, ukurannya yang sangat kecil, dan berat jenisnya yang rendah. Untuk mengatasinya maka dilakukan immobil pada suatu material atau zat agar alga hijau tersebut mempunyai ketahanan fisik yang baik serta meningkatkan kemampuannya dalam mengadsorpsi logam berat Cd2+. Untuk tujuan tersebut penulis melakukan immobilisasi alga hijau pada polisulfon agar diperoleh struktur yang lebih stabil, selain itu polisulfon juga telah diketahui mempunyai kemampuan adsorpsi yang serupa. Kombinasi antara alga hijau dan polisulfon diharapkan dapat meningkatkan kemampuan adsorpsinya. Untuk itu dilakukan variasi-variasi percobaan untuk optimasi adsorpsinya. Biomassa alga hijau, biomassa alga hijau terimmobilisasi, serta polisulfon yang dihasilkan dikarakterisasi menggunakan FTIR. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pH optimumnya adalah antara pH 7 hingga pH10 dengan waktu kontak antara 120 hingga 180 menit dan konsentrasi logam hingga 20 ppm. Temu balik ion logam Cd2+ dilakukan dengan menggunakan variasi konsentrasi HNO3 serta lamanya waktu kontak.

Biomass of green algae sp has been known to have the ability to adsorb heavy metal ions such asCd2+. However, the ability of algae to adsorb heavy metal ions is limited by some disadvantages such aseasily damaged due to degradation by microorganisms and by the acid, very small size, and the density is low. To handle the disadvantages, green algae immobilized on a material or substance to have good physical endurance and improve its ability to adsorb heavy metals Cd2+. For this purpose the authors immobilized green algae on the polysulfonein order to obtain a more stable structure, other than polysulfone has also been known to have similar adsorption capacity. The combination of green algaeand polysulfone are expected to increase the adsorption capacity. For that variation of experiments is carried out for optimization of adsorption. Biomass of green algae, immobilized green algae biomass, and polysulfone produced were characterized using FTIR. From the results showed that the optimum pH is between pH 7 to pH10 with the contact time between 120 to 180 minutes and the concentration of metalsup to 20ppm. The recovery of themetalions Cd2+is done by using a variation of HNO3 concentration and duration of contact time."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1215
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wanti Wulandari
"ABSTRAK
Karakteristik biosorpsi logam kadmium, krom dan seng oleh biomassa alga hijau dalam sistem batch telah diteliti. Penggunaan biomassa alga hijau untuk menyerap logam berat merupakan alternatif pemecahan masalah penanganan pencemaran logam berat di lingkungan perairan. Pada penelitian ini dipelajari karakter biomassa alga hijau dalam menyerap logam ion kadmium, krom dan seng yang meliputi pengaruh pH larutan, waktu kontak dan konsentrasi larutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas biosorpsi sangat dipengaruhi oleh pH larutan, waktu kontak dan konsentrasi larutan ion logam. Biosorpsi maksimum ion logam kadmium, krom dan seng masing-masing sekitar pH 8, 7 dan 5. Penyerapan maksimum untuk ion logam kadmium berada pada waktu kontak 60 menit, sedangkan untuk ion logam seng dan krom terjadi pada waktu kontak 30 menit. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa serapan terbesar untuk ion logam kadmium, krom dan seng terjadi pada konsentrasi awal 50 mg/L. Alga hijau dapat digunakan sebagai biomassa yang dapat menyerap logam berat."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S30675
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Susanti
"Alga nijau telah diketahui dapat menyerap ion logam berat seperti ion logam Cr (VI) dalam Iarutan. Namun kemampuan alga dalam menyerap ion logam berat dibatasi oleh beberapa kelemahan seperti mudah rusak karena degradasi olen mikroorganisme Iain, ukurannya yang sangat kecil, dan berat jenisnya yang rendah. Selain itu alga mudah sekali Iarut dalam asam. Oleh karena itu biomassa alga tersebut diimmobilisasi dengan kalsium alginat agar diperoleh struktur yang Iebih stabil dalam asam. Selain itu, kalsium alginat diketahui juga dapat menyerap ion logam Cr (VI) dalam larutan. Biomassa alga, biomassa alga terimmobilisasi, dan kalsium alginat sebelum dan setelah mengikat ion logam Cr (VI) dikarakterisasi menggunakan SEIVI-EDX dan FTIR. Dari hasil penelitian menunjukkan banwa pH maksimum untuk ion logam Cr (VI) oleh biomassa alga, biomassa alga terimmobilisasi, dan kalsium alginat berada pada pH 2 dengan waktu kontak 120 menit. Recovery ion logam Cr (VI) dilakukan dengan menggunakan variasi konsentrasi HNO3 dan NaOH."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30494
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Susilawati
"Penggunaan biomassa alga hijau merupakan suatu alternatif pemecahan masalah pencemaran lingkungan akibat logam berat, karena memiliki situs aktif dan pori-pori pada permukaannya seningga mendukung proses adsorpsi, dapat diregenerasi, ramah lingkungan dan keberadaannya pun cukup melimpah. Namun, kemampuan biomassa alga untuk mengadsorpsi logam berat memiliki keterbatasan dalam beberapa hal seperti: ukurannya kecil, berat jenisnya yang rendah dan mudah rusak karena degradasi oleh mikroorganisme lain. Untuk mengatasi kelemahan tersebut maka dilakukan berbagai upaya, diantaranya dengan metode imobilisasi hasil fari penelitian ini, penyerapan maksimum ion logam Cd (ll) olen biomassa alga hijau non imobilisasi dan alga hijau yang diimobilisasi pada silika gel terjadi pada pH 8 sebesar 99,848 % dan 62,304 %. Waktu kontak maksimum pacla 120 menit. Alga hijau yang diimobilisasi pada silika gel memiliki ketahanan kimiawi (ternadap asam) yang lebih baik dibandingkan dengan alga hijau non imobilisasi Dalam waktu 180 menit alga hijau yang diimobilisasi pada silika gel clan alga nijau non imobilisasi mampu menyerap ion logam Cd (ll) masing-masing sebesar 89,55 % dan 85,59 %."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30496
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Studi avval pemanfaatan alga hijau sebagai biosorben ion Iogam Pb
Cu” dan Co” telah dilakukan ciengan memakai metode batch, identifikasi
dengan FT-IR dan Kuantifikasi dengan SSA (Spektrofotometer Serapan Atom).
Perbedaan konsentrasi ion Iogam mula-mula (C) ciengan konsentrasi sebelum
dan sesudah perlakuan merupakan jumlah ion Iogam yang terserap (Cb).
Optimasi kondisi biosorpsi biomassa alga hijau dilakukan dengan memvariasikan
pH, vvaktu kontak, jumlah biomassa dan konsentrasi. Kemudian uji selektifitas
Iogam dilakukan dengan mengkombinasikan ion Iogam Pb, Cu dan Co dalam
erlenmeyer dan dikontakkan dengan 100 mg biomassa alga hijau, sedangkan
untuk recovery dilakukan dengan cara biomassa alga hijau yang telah menyerap
Iogam dikontakkan dengan 25 mL asam nitrat. pH optimum biosorpsi alga hijau
terhadap masing-masing ion Iogam Pb2+, Cu” dan Co” berturut-turut adalah 7,
6 dan 6. \/\/aktu kontak optimum diperoleh pacia vvaktu 60 menit. Jumlah
biomassa optimum adalah pada100 mg sedangkan konsentrasi awal ion Iogam
adalah 50 mg/L untuk masing-masing Iogam Pb, Cu dan Co. Hasil uji recovery
ion Iogam Pb2+, Cu” dan Co” berturut-turut sebesar 75,83 %, 69,30 % dan
78,49 %. Perhitungan dengan persamaan Iangmuir diperoleh kapasitas serapan
maksimum biomassa alga hijau untuk masing-masing ion Iogam Pb, Cu dan Co
berturut-turut 1 0.4596 mmoL, 0.0533 mmoL, dan 0.0266 mmoL per gram
biomassa alga hijau."
Universitas Indonesia, 2007
S30679
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puriyati
"Ion logam Cr (III) dan Cr (VI) merupakan logam berat yang dapat membahayakan bagi lingkungan. Oleh karena itu diperlukan cara untuk dapat menangani limbah tersebut, salah satu caranya yaitu menggunakan biomassa alga hijau sebagai biosorben yang dapat menyerap logam berat. Selain itu juga dilakukan protonasi biomassa dengan menggunakan larutan HCl 0,1 M yang diharapkan menghasilkan serapan (daya adsorpsi) terhadap ion logam Cr (III) dan Cr (VI). Penelitian ini menggunakan beberapa variasi yiatu, pH awal larutan logam, waktu kontak, dan konsentrasi awal larutan logam. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa biosorpsi optimum untuk ion logam Cr (III) berada pada pH 7 sebesar 94,68 % sedangkan biosorpsi optimum untuk ion logam Cr (VI) berada pada pH 2 sebesar 64,79 %. Penyerapan maksimum untuk ion logam Cr (III) dan Cr (VI) berada pada waktu kontak 60 menit. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa serapan terbesar untuk ion logam Cr (III) terjadi pada konsentrasi 10 mg/L dan untuk ion logam Cr (VI) terjadi pada konsentrasi 80 mg/l. Biomassa alga hijau terprotonasi dapat digunakan sebagai biosorben ion logam Cr (III) dan Cr (VI)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30685
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Wulandari
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30529
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Omi Nurrohmi
"Serbuk kayu Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) sebagai hasil limbah dari tanaman kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai adsorben ion logam Cd2+ karena merupakan senyawa lignoselulosa yang memiliki gugus fungsi hidroksil (OH) yang dapat berikatan dengan logam. Kemampuan adsorpsi ini dapat ditingkatkan dengan melakukan treatment delignifikasi dan sulfonasi terhadap serbuk kayu TKKS. Pada perlakuan delignifikasi, optimasi kadar NaOH yang didapatkan adalah 5%, waktu optimal untuk adsorpsi adalah 3.5 jam, serta pH optimal pada pH 8. Untuk serbuk kayu yang disulfonasi, perbedaan pH dan waktu menyebabkan perbedaan daya adsorbsinya terhadap ion logam, dimana pada kondisi pH 6 adsorpsi serbuk kayu semakin baik dibandingkan pada pH di 4 dan 5. Dari model adsorpsi yang didapat, adsorben serbuk kayu TKKS lebih sesuai dengan isoterm Langmuir sehingga dapat disimpulkan bahwa serbuk kayu TKKS memiliki permukaan penyerapan yang homogen.

Sawdust Palm Oil (TKKS) as a result of waste from oil palm plantations can be used as adsorbents of metal ions Cd2+ because it is a lignocellulosic compounds having hydroxyl functional groups (OH) that can bind to metals. Adsorption ability can be improved by treatment delignification and sulfonation of sawdust TKKS. In delignification treatment, levels of optimization obtained NaOH is 5%, the optimum time for adsorption is 3.5 hours, and the pH optimum at pH 8. For the disulfonasi Sawdust, pH and time differences lead to differences adsorbsi power to metal ions, where the condition of pH 6 sawdust adsorption better than at pH 4 and 5. From the model obtained adsorption, adsorbent sawdust TKKS more in line with the Langmuir isotherm so it can be concluded that wood dust absorption TKKS have a homogeneous surface."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1740
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Kumala Dewi
"Penggunaan biomassa alga hijau untuk menyerap logam berat merupakan alternatif pemecahan masalah penanganan pencemaran logam berat di lingkungan perairan. Pada penelitian ini dipelajari karakterisasi penggunaan biomassa alga hijau hasil budidaya Scenedesmus sp. yang diperoleh dari Situ Agatis Universitas Indonesia setelah dimodifikasi dengan EDTA sebagai biosorben ion logam kadmium(II) untuk memperbanyak sisi aktif pada alga sehingga akan diperoleh persen teradsorpsi yang meningkat. Hasil penelitian menunjukkan pH optimum biosorpsi adalah pH 5 dan waktu kontaknya 60 menit dengan konsentrasi optimum sebesar 20 mg/L. Kapasitas maksimum biosorpsi alga hijau Scenedesmus sp. untuk alga termodifikasi EDTA sebesar 0,254 mmol/g dan untuk alga tanpa modifikasi sebesar 0,575 mmol/g. Persen recovery maksimum, yakni 57,89% didapat pada konsentrasi asam HNO3 3M dengan waktu kontak 120 menit. Hasil persamaan isoterm Freundlich diperoleh nilai ketetapan (n) sebesar 1,383 untuk alga termodifikasi EDTA Scenedesmus sp. dan 1,033 untuk alga Scenedesmus sp. tanpa modifikasi EDTA dan nilai ketetapan (k) 0,962 untuk alga termodifikasi EDTA Scenedesmus sp. dan 0,018 untuk alga Scenedesmus sp. tanpa modifikasi EDTA"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30531
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mawardi
"Biomassa alga hijau Spirogyra subsalsa telah digunakan untuk biosorpsi ion-ion Pb2+, Cu2+, Cd2+, Zn2+, Cr3+ dan Cr6+ dalam larutan. Kapasitas serapan biomassa sangat dipengaruhi oleh pH larutan dan penyerapan maksimum untuk masing-masing ion diatas terjadi ada pH 4.0, kecuali umtuk ion Cr6+ pada pH 2,0. Persamaan isoterm Langmuir digunakan untuk memplot data yang diperoleh. Kapaasitas serapan maksimum biomassa untuk Pb2+(9,04 mg), Cu2+ (6,03 mg), Cd2+ (3,56 mg). Zn2+ (2,9l mg), Cr3+ (1,86mg) ma Cr6+ (1,51 mg) per gram biomass kering. Proses biosorpsi masing-masing kation Pb2+, Cu2+, Cd2+, Zn2+ berlangsung relatif cepat dimana sekitar 87,5%; 99%; 94,7% dan 97,2% dari jumlah total logam terserap terjadi dalam selang waktu sekitar 5 menit. Sedangkan Cr3+ dan Cr6+ terserap sekitar 37,4% dan 21,9% selama selang waktu I0 menit.
Data penelitian dari sistem kation biner memperlihatkan bahwa keberadaan kation kedua mengakibatkan turunnya kapasitas serapan biomassa terhadap kation pertama. Pada sistem campuran biner Pb2+-Cu2+ and Pb2+-Ca2+ keberadaan kation Cu2+ sebagai ion kedua lebih efektif menurunkan kapasitas serapan Pb2+ (18,7%) dari keberadaan kation Ca2+ terhadap Pb2+ (8,1%). Pengaaruh yang juga terlihat pada sistem campuran biner Cu2+-Pb2+ dm Cu2+-Cd3+ (masing-masing 14,4% dan 7,7%). Data ini berimplikasi bahwa penyerapan kation Pb2+ dan Cu2+ (keduanya asam intermediate) oleh biomassa Spirogyra subsalsa lebih mudah terjadi dari penyerapan ion Cd2+ dan Ca2+. Fakta ini juga memperlihatan adanya pusat aktif yang sama yang berperan dalam proses biosorpsi kation logam berat. Biosorpsi melibatkan mekanisme pertukaran ion antara ion Iawan yang termuat dalam biomassa dan ion logam berat atau proton yang berasal dari eluen.
Analisa biomassa alga dengan FTIR memperlihatkan terdapat nya gugus fungsi karboksil, amino, amida, karbonil dan hidroksil, yang merupakan pusat aktif yang herperan penting dalam mengikat ion Iogam. Perlakuan biomassa alga hijau S. sub dengan reagen pemodifikasi gugus karboksil, karbonil dan amina, secara umum, menyebabkan turunnya kapasitas serapan biomassa, sedangkan immobilisasi sel biomassa dengan natrium silikat meningkatkan kapasitas serapan biomassa. Proses biosorpsi ion logam oleh biomassa terimobilisasi berlangsung cepat, dimana labi dari 50% dari penyerapan total terjadi pada laju alir eluen 2,5 mL/menit. Biomassa alga hijau S. subsalsa yang telah memuat ion logam dapat diregenasi dengan asam nitrat 0,5 M, dengan perolehan kembali Iebih dari 89%.
The green algae Spirogyra subsalsa biomassa was used for the biosorption of Pb2+, Cu2+, Cd2+, Zn2+, Cr3+ dan Cr6+ ions. The biosorption capacity of biomass depended strongly on pH and the maximum adsorption cations was observed at pH 4.0, except for Cr6+ at pH 2.0. The Langmuir adsorption isotherms were used to lit the experimental data. The maximum biosorption capacities of green algae s. subsalsa biomass for Pb2+(9,04 mg), Cu2+ (6,03 mg), Cd2+ (3,56 mg). Zn2+ (2,9l mg), Cr3+ (1,86mg) ma Cr6+ (1,51 mg) per gram dry biomass in 30 minute contact time. The biosorption process of Pb2+, Cu2+, Cd2+, Zn2+ cations was a rapid process, wherein 87,5%; 99%; 94,7% dan 97,2% of the final uptake value occur within the first 5 min of the contact time, receptively, while Cr3+ and Cr6+ cations, 37,4% and 21,9% uptake occurred within the first ten minutes of exposure. It has been found that metals biosorption by green algae S. subsalsa biomass is selective and, in some cases, competitive. The experimental data of each binary cations system demonstrated that the presence of the secondary metal ion in the system resulted in a decrease in the sorption capacity of the primery metal.
For Pb2+-Cu2+ and Pb2+-Ca2+ binary mixture, the presence of Cu2+ as secondary ions more effectively decrease; the sorption capacity of Pb2+ (18,7%) then the effect of Ca2+ to Pb2+ (8,1%); Similar effect was also obsered for the binary mixture Cu2+-Pb2+ dm Cu2+-Cd3+ (14,4% and 7,7% respectively). This potentially implied that the sorption of Pb2+ and Cu2+ (both intermediate acid) by Spyrogyra subsalsa biomassa was more favorable than the sorption of the Cd2+ dan Ca2+ ions. Also, this implied that there existed the same pooled binding site for the sorption of all of these heavy metal cations.
The mechanism involved in biosorption resulted ion exhange between cation metals, as counters ions was loaded in the biomass and heavy metals ions or proton taken up from eluen. FTIR analysis of algal biomass showed the presence of carboxyl, amino, amide, carbonyl and hydroxyl groups, which were responsible for biosorption of metal ions. Treating of Spirogyra subsalsa biomass by chemical modification of carboxyl, carbonyl and amine groups, that is, generally, cause reduced the total biosorption capacity of biomass. Generally, immobilization biomass by sodium silicate increased the total biosorption capacity of biomass. The biosorption process of metal ions by immobilized biomass was a rapid process, wherein more than 50% of the final uptake value occur at rate flow 2,5 mL/minute. The algae S. subsalsa biomass could be regenerated using 0,5 M HNO3, up to 89% recovery.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2008
D1247
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>