Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146849 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nicky Lestari
"Skripsi ini meneliti gaya bahasa, pelanggaran prinsip kerja sama, presuposisi, dan pemarkah kohesi yang terdapat dalam teks satire Die Kofferbombe karya Osman Engin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gaya bahasa, penyebab humor, dan kepaduan teks yang terdapat dalam teks Die Kofferbombe. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif.
Hasil dari penelitian ini adalah teks satire Die Kofferbombe menggunakan beberapa gaya bahasa terutama ironi dan hiperbola. Pelanggaran prinsip kerja sama yang terdapat dalam teks ini digunakan satiris untuk menciptakan humor dan menyampaikan kritiknya. Pemarkah kohesi dalam teks ini berfungsi untuk mengaitkan tema dengan isi cerita.

This study examines the trope, violations of cooperative principle, presuppositions, and cohesion within the satirical text Die Kofferbombe written by Osman Engin. The purpose of this study is to determine the tropes, the cause of humor, and the text cohesion. The research method is a qualitative method.
The result shows that the text of satire Die Kofferbombe uses several tropes, mainly irony and hyperbole. Violations of the cooperative principle contained in this text are used by satirist to create humor and to convey his critics. The function of cohesion marker in this text is to link the theme with the story."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1273
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Dumaria
"Tesis ini mengkaji kohesi dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Dengan berpedoman pada teori Halliday dan Hasan kajian ini menjawab (1) perwujudan pemarkah kohesi yang terdapat dalam wacana naratif, (2) pemarkah referensi yang dominan digunakan agar wacana menjadi koheren, (3) perwujudan referensi pronomina persona ketiga yang direalisasikan di dalam wacana.
Hasil analisis data memperlihatkan semua pemarkah kohesi gramatikal, yakni referensi, substitusi, elipsis, relasi konjungtif, dan kohesi leksikal yang berwujud repetisi, sinonimi, hiponimi/hiperonim, meronimi, antonimi, dan kolokasi terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Keseluruhan pemarkah tersebut terbukti dimanfaatkan agar wacana koheren. Dari analisis data, pemarkah referensi atau pengacuan merupakan pemarkah kohesi gramatikal yang dominan digunakan. Pemarkah kohesi leksikal yang dominan digunakan adalah pemarkah repetisi. Di antara pemarkah kohesi gramatikal yang berwujud referensi pronomina persona ketiga seperti, ia, dia, -nya, beliau , dan mereka yang sering digunakan adalah pronomina persona ketiganya.
Hasil analisis data memperlihatkan penggunaan referensi pronomina persona ketiga seperti ia dan dia selalu bersifat anaforis dan tidak pernah bersifat kataforis. Begitu pula penggunaan referensi pronomina persona ketiga ?nya yang anaforis tidak hanya bersifat intrakalimat, tetapi juga antarkalimat. Hal itu memperkuat hasil penelitian sebelumnya tentang analisis keutuhan wacana.

This thesis discusses the cohesion in narrative texts in Indonesian Language. With the reference to Halliday and Hasan theory, this analysis answers (1) the form of cohesion markers that are found in narrative texts, (2) reference markers which are dominantly used in order to make texts coherent, (3) The form of references of the third personal pronoun which are used in a discourse.
The result of data analysis shows all grammatical cohesion markers such as, references, substitutions, ellipses, relative conjunctions, and lexical cohesion in form of repetition, synonym, hyponym/heteronym, metonymy, antonym, and collocation are found in narrative texts of Indonesian language. All those markers are proved to used in order to make a text coherent. From data analysis, reference markers are grammatical cohesion markers which are dominantly used. Lexical cohesion markers which are dominantly used are repetition markers. Grammatical cohesion markers which are in from of personal pronoun references like he, she, her, his and them that are often used are his or her.
The result of data analysis shows that the use of third personal pronouns such as "she" and "he" are always as anaphors and never as cataphors. The use of reference of third personal pronouns ? his or her which are anaphors and is not only intrasentence, but also intersentence. Those aspects strengthen the result of the previous research about analysis of text complexity.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
T22713
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Marina Augustina Isakh
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Setiawan
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan bentuk anafor dan peranti kohesi dalam wacana tulis ilmiah bahasa Indonesia. Bentuk-bentuk anafor dan kohesi itu dideskripsikan dan dijelaskan berdasarkan konteksnva sehingga akan diperoleh gambaran yang lengkap mengenai kedua bentuk tersebut dalam membangun teks yang kohesif. Korpus data penelitian ini adalah dua disertasi, yaitu disertasi yang ditulis oleh Dendy Sugono yang berjudul Pelesapan. Subjek dalam Bahasa Indonesia (1991) dan disertasi yang ditulis oleh Sudaryono yang berjudul Negasi dalam Bahasa Indonesia suatu Tinjauan Sintaksis dan Sernantik (1992). Teknik pengumpuan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi dan teknik pencatatan. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode agih.
Hasil analisis data menunjukkan ada dua bentuk anafor, yaitu anafor pronomina sebanyak 17 buah dan anafor zero sebayak 5 buah. 17alam hal ini, anafor pronomina terdiri atas dua bentuk, yaitu anafor pronomina persona -nya dan anafor pronomina pen unjuk itu. Anafor pronomina digunakan untuk mengacu nornina atau ide yang telah disebutkan sebelumnya, sedangkan anafor zero mengacu pada nomina yang mendahuluinya. Hasil analisis data juga menunjukkan ada 101 pemarkah kohesi yang rneliputi (1) pengacuan frasa dan kata kunci yang terdiri atas substitusi, elipsis , pronomina, dan pengulangan, (2) pemarkah transisional yang terdiri atas pemarkah transisional yang menvatakan hubungan pertentangan, perlawanan, sebab aid bat, penambahan, pemilihan, ciri atau contoh.

This research is aimed at describing and explaining the anaphoric forms and cohesive devices in Indonesian Sceintific Written discourse. The Cohesive and anaphoric forms arc described and explained based on the context so that a comprehensive description of the two forms is obtained. Data are obtained from two disertations written by (1) Dendy Sugono on Subject Deletion in Indonesian (Pelesapan Subjek dalam Bahasa Indonesia) (1991) and (2) Sudaryono entitled Negation in Indonesian : Syntactical and Semantical Analysis (Negasi dalam Bahasa Indonesia : Suatu Tinjauan Sintaktik dan Semnan.tik) (1992). Data are collected using obeservation and writing techiques which are then analysed using that method proposed by Sudaryanto called the 'agih methode'.
This Study reveals that there are two forms of anaphora, namely: Pronominal anaphora which consists of 17 forms and zero anaphora comprising 5 forms. In this regard pronomina anaphora is devided into two forms, that is : personal anaphoric pronominal nya and demonstrative anaphoric pronominal itu. Pronomina anaphora is used to refer to a noun or idea mentioned earlier, while zero anaphora refers to the preceding noun. This research also shows that there are 101 cohesive markers: (1) reference of phrase and key word, namely: substitution, ellipsis, pronoun, and repetition, (2) transisional markers consisting of that one refering to contradiction, apposition, cause and effect, addition, option, and feature or example.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T39175
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mukhlish
"A discourse generally consists of a number of sentences. In this case one sentence and another sentence should be related to each other. The relations among them can be identified through the components connecting those sentences, which are called cohesive devices.
This research aims at describing cohesion in Javanese discourses, especially concerning the grammatical and lexical cohesive devices. Also, the cohesive ties among their components in various discourses are examined.
The theory for this analysis is based on Halliday and Hasan's Cohesion in English (1979) and Language, Context and Text (1985). The theory is chosen since it is relevant to the subject and is also by far the most comprehensive.
The data for this research is taken from various sources so that it is expected to represent the real uses of Javanese. The data is collected through the observation method, that is, by using the techniques of recording and noting on the data cards. Then, the data are analyzed by a distributional method.
In this research, a great variety of grammatical cohesive devices, lexical cohesive devices, and even cohesive ties are found. There are four types of grammatical cohesive devices, i.e. reference, substitution, ellipsis, and con-junction; and six types of lexical cohesion, viz, repetition, synonymy, antonymy, hyponymy, meronymy, and collocation. For the group of the grammatical cohesions, some types of reference, covering personal pronouns, demonstrative pronouns, and reference by definite markers are obtained; substitution comprises noun and clause substitution; ellipsis covers noun, verb, and clause ellipsis; while the con-junctions are indicated by some marks of conjunctive relations. Besides, the semantic conjunctive ties are analyzed, comprising additive, adversative, causal, temporal, conditional, alternative, conclusive, validity and intensity. For the group of lexical cohesion, the types of repetition are shown by complete repetition, modified repetition, partial repetition, and additional repetition; synonymy is marked by the linguistic unit with similar or the same meaning; antonymy is realized through the lingual unit with binary, polar, relational and multiple taxonomic antonymy; hyponymy is constructed by superordinate-hyponym, hyponymsuperordinate and co-hyponym relations; meronymy is organized by holonym-meronym, meronym-holonym, and co-meronym, while collocation can be identified through noun and verb collocations. From the analysis of the cohesive ties, the cohesive devices used in one type of discourse and another type vary respectively, whereas the distance between the constituents is dominated by the immediate ties.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Satuan bahasa yang lengkap bukanlah kata atau kalimat sebagaimana dianggap beberapa kalangan dewasa ini, melainkan wacana. Keutuhan wacana dibentuk oleh kalimat-yang merupakan komponen konstruksi wacana-yang saling berpautan dengan kalimat-kalimat yang mendahuluinya atau dengan kalimat-kalimat yang mengikutinya. Pertautan antar kalimat dalam membentuk keutuhan wacana direalisasikan oleh alat kohesi yang terdiri dari kohesi leksikal dan kohesi gramatikaI.
Penelitian ini menggunakan konsep kohesi yang dipaparkan oleh Halliday dan Hasan Serta Harimurli Kridalaksana. Alat-alat kohesi yang terdapat dalam konsep Halliday dan Hasan meliputi, pengacuan, penggantian, pelesapan, konjungsi, dan kohesi leksikal yang lerdiri dari repetisi, sinonim, antonim, dan superordinat. Harimurti Kridalaksana menggolongkan alat kohesi menjadi sebelas yang meiliputi, pengacuan, pelesapan, paralelisme, konjungsi, repetisi, kolokasi, kosok bali, antonim, hiponim, ekuivalensi Ieksikal, dan penutup/pembuka wacana. Dengan menerapkan kedua konsep tersebut diharapkan tujuan penulisan, yakni untuk mengetahui bagaimana alat-alat kohesi membentuk keutuhan wacana jurnalistik dan wacana fiksi serta alat kohesi apa yang paling dominan dalam memadukan kedua wacana tersebut, dapat tercapai
Hasil dari penerapan kedua konsep tersebut terhadap keempat data yang diteliti memperlihatkan bahwa alat kohesi yang paling dominan dalam membentuk keutuhan wacana adalah repetisi. Dominannya alat kohesi tersebut dimungkinkan karena di dalam data banyak terdapat bentuk-bentuk pengulangan kata atau frase yang dianggap penting, selain itu juga agar tidak terjadi ambiguitas. Selain menjadi wujud realitas pembentuk keutuhan wacana, alat-alat kohesi pun turut membentuk kekhasan ciri wacana jurnalistik dan wacana fiksi."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S11629
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumadi
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998
499.221 5 SUM k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bustanul Arifin
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2000
401.43 BUS p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dona Rivai
"Peranan Alat-alat Kohesi dan Presuposisi Dalam Mengikat Tema Lagu Cinta Berbahasa Jerman. (Dibawah bimbingan M. Sally Pattinasarany, M.A.) Fakultas Sastra Universitas Indonesia. 2000.
Penelitian ini merupakan analisis lagu cinta berbahasa Jerman untuk melihat alat-alat kohesi dan presuposisi apa saja yang berperan dalam mengikat teema lagu cinta tersebut. Skripsi ini terdiri dari empat bagian.
Dasar teori yang digunakan pada skripsi ini adalah teori dari Angelika Linke, Halliday dan R. Hasan. Data yang digunakan adalah lagu-lagu cinta yang dinyanyikan oleh Gaby Albrecht, seorang penyanyi lagu rakyat Jerman, dalam Album yang berjudul Meine schonsten Lieder von gestern and heuie.
Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa alat-alat kohesi yang paling berperan dalam mengikat tema lagu cinta tersebut adalah Rekurrenz dan substitusi, sedangkan jenis presuposisi yang ada adalah semantische Prasupposition. Selain itu, penelitian ini juga memperlihatkan bahwa kohesi dan koherensi saling mendukung satu sama lainnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S14627
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>