Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118437 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Galuh Ayu Silvia N.
"Sari Akar Manis merupakan komposisi utama obat batuk hitam dimana penggunaan obat ini sudah cukup lama dikenal masyarakat Indonesia, tetapi informasi mengenai peringatan pada kemasan obat kurang menyertai penggunaan untuk wanita hamil.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian suspensi sari akar manis (Glycyrhhiza glabra) terhadap perkembangan janin pada mencit betina bunting. Mencit betina bunting galur DDY sebanyak 24 ekor dibagi acak menjadi 4 kelompok. Kelompok I diberikan larutan CMC 0.5 % dan kelompok II, III, dan IV berturut-turut diberikan dosis sari akar manis 1300; 2600; dan 5200 mg/kg bb/hari selama masa organogenesis mulai hari ke-6 sampai hari ke-15 kebuntingan.
Pada hari ke-18 kebuntingan, dilakukan laparaktomi terhadap mencit betina bunting dan janin dikeluarkan dari uterus. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah janin, adanya jumlah kematian dan resorpsi, jenis kelamin janin, penimbangan berat badan janin dan panjang janin. Kemudian dilakukan juga pengamatan secara visual terhadap adanya kelainan pada janin. Perkembangan tulang rangka diamati setelah pembuatan preparat tulang rangka dengan Alizarin Red S.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sari akar manis tidak memberikan pengaruh yang berbeda secara bermakna secara statistik tetapi menunjukkan adanya perdarahan di bawah kulit sebesar 10 % dan kelainan tulang rangka pada tulang rusuk janin sebesar 3 % dari seluruh mencit betina bunting yang diberi sari akar manis.

Succus liquiritie is a major compotition for cough medicine where the usage in Indonesia is very common but information of warning on the package are not include pregnant women.
This study was performed to examine the influence of succus liquritiae suspension on the development of mice s fetuses. Twenty four pregnant mices strain DDY were divided into 4 groups. First group were administered by CMC 0.5 % and the second, the third and the four of group were administered by succus liquritiae with the dosage are : 1300; 2600; and 5200 mg/kg body weight/day which administered during organogenesis period from gestation day 6 to 15.
Laparactomy were performed on day 18 of gestation. The observation were made starting from number of fetuses, number of death and resorption, sex of fetuses, weight body and crown-rump of fetuses. The Observation continued with disorder and complitness of fetuses visualy. Skeletal development were observed after skeleton preparation using Alizarin Red S.
The Result of this study showed that succus liquritiae did not influence the development of fetuses statiscally but did showed hemorrhage 10 % and skeletal development disorder at the fetuses s rib 3% to the pregnant mice that administered by succus liquritiae."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S964
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Smith, Harry
London: McGraw-Hill , 1975
581.191 SMI p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York: John Wiley & Sons, 1966
571.833 TRE
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Saifudin
"Penelitian dilakukan untuk mengetahui variasi bunga Hibiscus rosa-sinensis L. bentuk crested di alam, serta hubungannya dengan ekspresi gen MADS-box. Sebanyak 200 sampel bunga crested diamati secara morfologi melalui pengukuran panjang staminal column, perhitungan perhiasan bunga, dan pengamatan visual permukaan luar ovarium. Sebanyak 137 sampel bunga crested diamati secara anatomi melalui pengamatan visual struktur internal ovarium. Hasil pengamatan morfologi dan anatomi menunjukkan tingginya variasi bunga H. rosa-sinensis bentuk crested. Salah satu karakter yang menentukan tingginya variasi bunga crested di alam adalah keberadaan petal tambahan yang diduga tumbuh di lokasi keberadaan stamen dan petal akibat gejala homeosis. Homeosis pada bunga crested diduga karena tidak terekspresikannya gen C yang merupakan salah satu kelas dari gen MADS-box. Untuk membuktikan dugaan tersebut, dilakukan pengamatan molekular melalui analisis gen MADS-box yang berperan dalam proses pembungaan. Dari kelima kelas gen MADS-box yang diamati, hanya gen C yang berhasil diamplifikasi. Hasil menunjukkan bahwa gen C terekspresi di semua bagian bunga crested. Berdasarkan hasil tersebut, homeosis pada bunga crested bukan disebabkan karena tidak terekpresikannya gen C. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat ekspresi tiap kelas gen MADS-box terhadap variasi bunga crested di alam.

The aim of this study is to know the variation of Hibiscus rosa-sinensis L. crested flower in nature, and to know its correlation against MADS-box gene expression. The study was conducted through morphological, anatomical, and molecular observation. Morphological sections were carried out on 200 samples of flowers by measuring the length of staminal column, counting the number of perianthium, and observing the external structure of ovaries. Anatomical sections were carried out on 137 samples of flowers by observing the internal structure of ovaries. The results showed that H. rosa-sinensis crested flower has a high variety in the shape of flower. Two main parts of crested flower that effecting its variety in nature are staminodium petaloid and stamen-petal intermediate that lied in the position of stamen and petal. This phenomenon is assumed as homeotic due to the absence of C gene expression that belong to MADS-box gene family. Based on molecular observation, AGAMOUS gene (MADS-box class C) expressed in all of crested flower parts, including staminodium petaloid and stamen-petal intermediate. This results is on contradiction with the assumption that homeosis in H. rosa-sinensis caused by the absence of gene C. Further research is needed to know the expression of others MADS-box class genes expression, including their level of expression in each parts of crested flower."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52399
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditha Puspo Wijayanti
"Jintan hitam (Nigella sativa L.) mengandung senyawa timokinon yang diketahui dapat menyebabkan relaksasi otot polos pada uterus sehingga dapat mengakibatkan peningkatan pendarahan haid dan dapat menyebabkan abortus spontan pada kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa biji jintan hitam terhadap perkembangan janin pada mencit bunting. Hewan uji yang digunakan yaitu mencit betina bunting galur DDY berjumlah 24 ekor yang dibagi dalam empat kelompok secara acak. Kelompok I (kelompok kontrol normal) hanya diberikan larutan karboksimetilselulosa (CMC) 0,5%. Kelompok II, II, dan IV merupakan kelompok uji yang diberikan infusa biji jintan hitam dengan dosis berturut-turut 2,34 g/kg bb, 4,68 g/kg bb, dan 9,36 g/kg bb mencit. Perlakuan diberikan secara per oral setiap hari mulai dari hari ke-6 sampai dengan hari ke-15 masa kebuntingan. Mencit bunting dilakukan pembedahan pada hari ke-18 masa kebuntingan untuk dikeluarkan janinnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa infusa biji jintan hitam yang diberikan pada induk mencit yang sedang bunting tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin mencit dilihat dari kondisi fisik janin, seperti mata, telinga, ekor, jari, pendarahan pada kulit, serta struktur tulang belakang.

Black cumin (Nigella sativa L.) contain thymoquinone that are known to cause relaxation of smooth muscle of the uterus that can lead to increased menstrual bleeding and can cause spontaneous abortion on pregnancy. The aims of this study was to determine the effect of black cumin seeds infusa on fetal development of pregnant mice. This study was used 24 pregnant female mices strain DDY were divided into four groups randomly. Group I (normal control group) was only given a solution of carboxymethylcellulose (CMC) 0.5%. Group II, II, and IV are the test group that were given black cumin seeds infusa with consecutive doses of 2,34 g/kg body weight, 4,68 g/kg body weight, and 9,36 g/kg body weight. Treatment was given orally every day, from day-6 until day-15th of gestation period. Pregnant mice should have been surgeried on the 18th day of gestation period to take out the fetus. The results showed that there were not any significant effect on growth and development of fetal mice saw from the physical condition of the fetus, such as eyes, ears, tails, fingers, skin bleeding, and spinal structures from giving of black cumin seeds infusa to the pregnant mice."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S355
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Torrey, Theodore W.
New York: John Wiley & Sons, 1979
596 TOR m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Amandanu Bramantya
"Latar Belakang: Nutrisi ibu diketahui memiliki peran dalam meningkatkan kualitas oosit yang dapat meningkatkan keberhasilan program IVF/ICSI. Kedelai (Glycine maxx (L.)Merr.) merupakan salah satu sumber nutrisi dan gizi potensial karena mengandung asam linoleat dan genistein yang dapat berperan dalam meningkatkan kualitas oosit dan perkembangan embrio.
Tujuan: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental untuk melihat efek pemberian pakan kedelai terhadap kualitas perkembangan embrio pasca fertilisasi menggunakan IVF/ICSI.
Metode: Penelitian ini menggunakan hewan uji coba berupa mencit betina galur DDY usia 6-8 minggu yang dibagi menjadi dua kelompok, kelompok diberi kedelai di samping pakan standar (K) dan kelompok kontrol yang hanya diberi pakan standar (NK), serta mencit jantan galur DDY usia 12-15 minggu. Oosit dikoleksi dan kemudian difertilisasi menggunakan metode IVF/ICSI. Embrio yang dihasilkan diamati dengan mikroskop terbalik pada hari 1-3 pasca fertilisasi.
Hasil Penelitian: Pada kelompok dengan perlakuan pakan kedelai terdapat peningkatan jumlah dan kualitas oosit sehingga terjadi peningkatan jumlah perkembangan embrio dengan kualitas baik. Pada hari pertama pasca fertilisasi didapat NK= 63,75% baik, 36,25% buruk; K= 61,08% baik, 39,92% buruk . Pada hari ketiga pasca IVF/ICSI ditemukan NK = 26,25% baik, 73,75% buruk; K= 22,17% baik, 77,83% buruk. Namun, Uji Chi Square NK vs K hari pertama (p = 0,678; OR =1,120), dan ketiga (p = 0,465; OR 1,250).
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa kedelai dapat meningkatkan jumlah embrio dengan kualitas perkembangan yang baik, namun tidak meningkatkan atau menurunkan proporsi jumlah embrio baik maupun buruk pada prosedur IVF/ICSI.

Background: Nutrition is thought to play a role to increase oocyte quality and increases the success of IVF/ICSI. One particular food, Soybean (Glycine maxx (L.)Merr) is a known source of high nutrition and potential benefit because it contains linoleic acid and genistein that it is thought to increase the quality of oocyte and therefore improves embryo development quality.
Aim: This research is an experimental study to observe the effect of soybean feed on the development quality of mice embryo post fertilization using IVF/ICSI.
Method: This research uses female DDY strain mice age 6-8 weeks which are divided into two groups, soybean fed alongside standard pellet (K) and control with only standard pellet fed (NK), and male DDY strain mice age 12-15 weeks, as animal models. The female mice are also given hormonal stimulus to induce superovulation. The oocytes are then fertilized using IVF/ICSI method and the embryo are then observed on day 1-3 post fertilization. 
Result: Result of this study shows an increase in the number and quality of oocyte in the soybean fed (K) group.  On day-1 embryo observation, NK= 63,75% good, 36,25% bad; K= 61,08% good, 39,92% bad . On day-3, NK = 26,25% good, 73,75% bad; K= 22,17% good, 77,83% bad. However, the study also shows that there is no significant difference in the percentage or proportion of good versus bad embryos in both groups on day-1 (p = 0,678; OR =1,120),  and day-3 (p = 0,465; OR 1,250).
Conclusion: This study concludes that soybean can increase the number of embryos with good development quality but does not increase nor decrease the proportion of good versus bad embryo in an IVF/ICSI procedure.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilbert, Scott F.
Sunderland: Massachusetts Sinauer Associates, Inc., 2016
571.8 GIL d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"This book combines state-of-the-art expertise from diverse pathogen model systems to update our current understanding of the regulation of fungal morphogenesis as a key determinant of pathogenicity in fungi."
Heidelberg : Springer, 2012
e20401604
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Ray Wijaya
"Latar Belakang: Sejauh ini, penelitian terhadap pengaruh efektivitas pemberian herbal yang berpatokan pada umur masih minim, walaupun beberapa kajian telah menyatakan bahwa umur merupakan faktor determinan dalam intervensi penyakit. Riset ini ditujukan untuk mengetahui ?periode emas? pemberian herbal Centella asiatica (CA) terhadap fungsi dan aktivitas glutation peroksidase (GPx) di striatum untuk memperoleh potensi tertinggi pemberian CA pada berbagai tahap perkembangan seperti pre-pubertas, post-pubertas, masa remaja dan dewasa muda. Metode: Mencit umur 5, 8, 12, dan 15 minggu dimasukan pada kelompok kontrol. Ekstrak Centella asiatica diberikan pada kelompok Centella asiatica dengan umur 5-12, 5-15, dan 8-15 minggu dengan dosis 100mg/kgBB/day. Pada akhir pemberian intervensi, otak mencit didekapitasi dan bagian striatum yang diisolasi dihomogenasikan sebelum disentrifugasi pada kecepatan 3500 rpm. Aktivitas GPx diukur menggunakan kit Randox dan alat spektrofotometri dengan panjang gelombang 340nm. Waktu inisiasi perilaku diukur dengan metode PACT dan stopwatch selama mencit mencoba menyelesaikan labirin dengan makanan sebagai pemicu. Hasil: Konsentrasi GPx ditemukan meningkat pada semua kelompok yang diberikan C. asiatica dengan ditemukan peningkatan signifikan pada kelompok CA 5-12 (p = 0.032). Mencit yang mengkonsumsi CA juga memerlukan waktu yang lebih sedikit untuk menyelesaikan labirin, terutama pada kelompok CA 5-12 (p = 0.029). Kesimpulan: Mencit yang diberikan C. asiatica pada usia pertumbuhan yang lebih muda mendapat manfaat lebih tinggi dibandingkan mencit yang menerima intervensi pada usia pertumbuhan akhir, terlihat dari konsentrasi GPx di striatum yang lebih meningkat dan rekor waktu yang lebih cepat dalam menyelesaikan labirin.
Background: There are lack of studies directed towards age dependent herbal administration efficacy, although several research declared it as a major determining factor in disease intervention. This study is directed to figure the ?golden period? of herbal Centella asiatica (CA) administration towards striatum?s function and glutathione peroxidase (GPx) concentration to achieve its maximum efficacy during various developmental stages of prepubertal, postpubertal, adolescent and young mature period. Methods: Mices of age 5, 8 ,12, and 15 weeks old were put into control group. Centella asiatica aqueous extract with dose of 100mg/kgBW/day was administered to CA groups of age 5-12, 5-15 and 8-15 weeks old mices. At the end of intervention, brain decapitation was conducted and striatums collected were homogenized before centrifuged at 3500 rpm. Glutathione peroxidase activity was observed using Randox kit with spectrophotometry at wavelength 340nm. Behaviour initiation time was recorded using PACT and stopwatch while mice tried to solve a maze with food as reward stimuli. Result: GPx concentrations were increased in all C. asiatica consuming groups with CA 5-12 having significant elevation (p = 0.032). Mice given CA supplementation also spent lesser time in solving the maze with statistical significance found in group CA 5-12 (p = 0.029). Conclusion: Mice given C. asiatica supplementation at earlier developmental stage (prepubertal) have greater benefits compared to those who obtain the intervention in later developing period (postpubertal), reflected by greater GPx concentration in striatum and faster record in solving the maze."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70402
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>