Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127156 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widya Puspita Sari
"Sintesis zeolit FAU tipe Y dilakukan dengan teknik seeding, dalam proses hidrotermal dengan direfluks selama 192 jam pada suhu 100°C. Sumber silika berasal dari tetraetilortosilikat (TEOS), aluminium isopropoksida Al[((CH3)2 CHO)]3 sebagai sumber alumunium. Hasil Sintesis dikarakterisasi menggunakan XRD, SEM-EDS, dan FTIR yang menunjukan terbentuknya struktur zeolit tipe Y. Selanjutnya Zeolit ditumbuhkan pada Elektroda Glassy Carbon dengan teknik layer by layer, yaitu dengan pelapisan larutan poli elektrolit, Poly diallyl dimethyl ammonium chloride (PDDA) yang bermuatan positif dan Poly-4-sodium styrene sulfonate (PSS) yang bermuatan negatif selanjutnya dilakukan satu kali pelapisan akhir dengan seed. Elektroda yang termodifikasi dengan zeolit (ZME) dikarakterisasi dengan menggunakan XRD, SEMEDS dan FTIR, terlihat bahwa ukuran zeolit yang terbentuk hampir seragam yaitu kubus dan metilen biru terabsorpsi dalam ZME. ZME digunakan sebagai indikator asam askorbat dengan memasukkan metilen biru ke dalam pori-pori zeolit, sehingga terjadi reaksi reduksi-oksidasi. Dari hasil pengukuran voltametri siklik pada elektroda glassy carbon yang termodifikasi dengan zeolit sintetik belum memberikan respon yang baik terhadap keberadaan senyawa asam askorbat.

Zeolite FAU type Y synthesis was done with seeding technique, in hydrothermal process with reflucted for 192 hours at 100°C temperature. Silica source got from Tetra Ethyl Orto Silica (TEOS), Al[((CH3)2CHO)]3 as Alumunium source. The result of synthesis is characterized with XRD, SEM-EDS and FTIR which show zeolite structure type Y is formed. Next zeolite is grown to glassy carbon electrode with layer by layer technique, there for with the layer of poly electrolite solution, Poly diallyl dimethyl ammonium chloride (PDDA) which has positive charge and Poly-4-sodium styrene sulfonate (PSS) with negative charge futhermore will done one last process of layer with seed. Modified electrode with zeolite ZME is characterized using XRD, SEM-EDS and FTIR, show that an the size of zeolite formed almost same, they are cubic and methylen blue is absorbed in ZME. ZME used as indicator of ascorbic acid with fill in methylen blue inside the zeolite pores, so redox reaction occurs. From the cyclic voltametry measurement through glassy carbon modified electrode with synthetic zeolite, respond to ascorbic acid is negative."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1338
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Romadhanayanti
"L-asam askorbat adalah antioksidan alami dan penangkap radikal yang melindungi komponen seluler terhadap kerusakan oksidatif oleh radikal bebas dan oksigen aktif. Namun, L-asam askorbat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya dan oksigen di udara menyebabkan hilangnya aktivitas dan juga tidak larut dalam minyak, sehingga memiliki penggunaan terbatas.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan senyawa etil askorbil eter dari L-asam askorbat yang berasal dari buah belimbing wuluh hasil reaksi eterifikasi yang kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif dengan kromatografi cair kinerja tinggi. Penelitian ini terlebih dahulu dilakukan penetapan kadar L-asam askorbat baik dalam filtrat dan serbuk hasil pengeringan dari filtrat buah belimbing wuluh.
Dari hasil analisis didapat kadar L-asam askorbat dalam filtrat dan hasil pengeringannya masingmasing sebesar (33,29 ± 0,513) % b/v dan (27,31 ± 0,124) % b/b. Kondisi analisis ini dilakukan dengan menggunakan fase gerak asetonitril-air (4:6 v/v), kecepatan alir 1,0 ml/menit, panjang gelombang 248 nm dengan kolom C-18.
Dari hasil analisis kualitatif didapat waktu retensi dari senyawa etil askorbil eter yang didapat dari hasil reaksi eterifikasi dari standar L-asam askorbat adalah 2,706 menit dan dari L-asam askorbat yang terkandung dalam serbuk hasil pengeringan dari filtrat buah belimbing wuluh adalah 2,505 menit dan 2,719 menit. Lalu secara kuantitatif didapat bahwa kadar dari senyawa etil askorbil eter dari standar asam askorbat adalah (21,36 ± 0,555) % b/b dan dari serbuk hasil pengeringan dari filtrat buah belimbing wuluh adalah (10,29 ± 0,082) % b/b.

L-Ascorbic acid is a natural antioxidant and radical scavenger that protects cellular components of oxidative damage by free radicals and active oxygen. However, L-ascorbic acid is easily oxidized by heat, light and oxygen in the air led to the loss of activity and also does not dissolve in the oil, so it has a limited use.
The aim of study was to obtain ethyl ascorbyl ether of L-ascorbic acid compound from carambola wuluh fruit that was result of etherification and then analyzed qualitative and quantitative with chromatography liquid high performance. The research was initiated with determination of the levels of Lascorbic acid in filtrate and the result of dried from carambola wuluh fruit filtrate.
From the analysis of L-ascorbic acid levels in the filtrate and dried result were obtained, respectively (33.29 ± 0.513)% w/v and (27.31 ± 0.124)% w/w. The condition analysis was performed using mobile phase acetonitrile-water (4:6 v /v), flow rate 1.0 ml/min, wavelength 248 nm with the C-18 column.
The results of qualitative analysis were obtained the retention time of ethyl ascorbyl ether compounds of etherification from the L-ascorbic acid standard was 2.706 minutes and from L-ascorbic acid in the powder from dried result of carambola wuluh fruit filtrate was 2.505 minutes and 2.719 minutes. Then quantitatively obtained that the levels of ethyl ascorbyl ether from standard L-ascorbic acid was (21.36 ± 0.555)% w/w and the powder from dried result of carambola wuluh fruit filtrate was (10.29 ± 0.082)% w/w.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1814
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Santy Juliana S.
"Telah diimobilisasi metilen biru ke dalam lapisan tipis nanozeolit Faujasite (FAU) tipe Y dari kaolin yang ditumbuhkan pada glassy carbon termodifikasi polielektrolit. Lapisan tipis nanozeolit Y disintesis dengan teknik seeding dengan perbandingan komposisi molar 14 Na2O : Al2O3 : 10 SiO2 : 798 H2O : 3 Na2SO4. Keberhasilan sintesis ini diperlihatkan dengan pola XRD zeolit bubuk hasil sintesis yang memiliki kemiripan dengan pola XRD FAU standar. Pencitraan dengan SEM semakin menguatkan bahwa zeolit yang terbentuk merupakan zeolit Y dengan bentuk semi kubus berukuran sekitar 0,8 μM dan memiliki rasio Si/Al sebesar 1,681, rasio ini berada dalam rentang rasio literatur. Namun baik karakterisasi XRD maupun SEM pada glassy carbon termodifikasi lapisan tipis zeolit belum dapat membuktikan bahwa zeolit yang terbentuk merupakan zeolit Y karena memiliki rasio Si/Al sebesar 18,64. Lapisan tipis ini diimobilisasi dengan metilen biru dan digunakan sebagai indikator asam askorbat. Melalui karakterisasi dengan voltametri siklik dapat dilihat respon dari kehadiran metilen biru yang terperangkap dalam NaY. Dari hasil yang didapatkan terlihat bahwa penambahan konsentrasi asam askorbat mengakibatkan arus yang terukur pada puncak oksidasi asam askorbat pada potensial 0,348 V vs Ag/AgCl menjadi semakin besar.

Methylene blue has been immobilized into a thin layer nanozeolite Faujasite (FAU) type Y from kaolin grown on glassy carbon modified polyelectrolytes. A thin layer nanozeolite Y synthesized with seeding techniques with the molar composition ratio of 14 Na2O: Al2O3: 10 SiO2: 798 H2O: 3 Na2SO4. The success of this synthesis is shown by the XRD pattern of zeolite powders synthesis results which have similarities with the XRD pattern of standard FAU. Imaging with the SEM confirmed that the zeolite is zeolite Y formed by a semi cube measuring approximately 0.8 μM and the ratio Si / Al of 1.681, this ratio is in the range of the ratio of the literature. However, both XRD and SEM characterization of the thin layer of glassy carbon modified zeolite has not been able to prove that the zeolites formed a zeolite Y having a ratio Si / Al of 18.64. This thin layer of immobilized with methylene blue and ascorbic acid used as an indicator. Through characterization by cyclic voltammetry can be seen the response from the presence of methylene blue is caught up in NaY. From the results obtained shows that the addition of ascorbic acid concentration resulted in a measurable current at the peak of ascorbic acid oxidation at a potential of 0.348 V vs Ag/AgCl becomes larger."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1449
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Zuainah Saswati
"Serat asbes yang terinhalasi masuk ke dalam alveolus menyebabkan terjadinya peningkatan produksi reactive oxigen spesies (ROS) yang dapat memicu terjadinya reaksi inflamasi. Interleukin 6 merupakan penanda reaksi inflamasi akibat pajanan serat asbes. Vitamin C dan E merupakan antioksidan yang bekerja sebagai scavenger ROS. Vitamin C juga dapat menghambat aktivitas faktor transkripsi NFқB. Vitamin E selain dapat menghambat aktivitas faktor transkripsi JAK/STAT3 dan NFқB, juga dapat menghambat aktivitas COX2 dan LOX5.
Penelitian potong lintang di sekretariat serikat buruh pabrik asbes X Kabupaten Karawang bulan Oktober 2014 dilakukan untuk menilai korelasi asupan vitamin C, E dengan kadar interleukin 6 pada pekerja pabrik asbes. Lima puluh dua pekerja pabrik asbes berhasil menyelesaikan protokol penelitian. Hasilnya menunjukkan tidak terdapat korelasi bermakna (p >0,05) antara asupan vitamin C dengan kadar IL-6 dan antara asupan vitamin E dengan kadar IL-6. Terdapat korelasi positif antara kadar vitamin C dengan kadar IL-6 (r = 0,31) dengan p <0,05, namun tidak terdapat korelasi antara kadar vitamin E dengan kadar IL-6.

Asbestos fibers that are inhaled into the alveoli cause increased production of reactive oxygen species (ROS) which may trigger inflammation reaction. Interleukin 6 (IL-6) is a marker of inflammation reaction caused by asbestos fibers exposure. Vitamin C and vitamin E are antioxidants acting as ROS scavengers. Vitamin C can also inhibit the activity of transcription factor NFқB. Vitamin E can inhibit the activities of transcription factors JAK/STAT3 and NFқB as well as the activities of COX2 and LOX5.
A cross-sectional sudy at a labor union secretariat in Karawang Regency in October 2014 was conducted to evaluate the correlations between intakes and levels of vitamin C and vitamin E and level of IL-6 in asbestos factory workers. Fifty two asbestos factory workers finished the study. The result showed no significant correlation between vitamin C intake and IL-6 level or between vitamin E intake and IL-6 level. There was a moderate positive correlation between vitamin C level and IL-6 level (r = 0.31, p <0.05), but there was no correlation between vitamin E level and IL-6 level.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emilia Slamat
"Mengelahui efek pemberian suplementasi vitamin C dan E terhadap kadar
malondialdehida plasma pada perokok kretek filter selama empat minggu di Jakarta.
Penelitian ini merupakan uji klinis paralel, acalg tersamar tunggal antara kelompok
yang inendapat suplementasi vitamin C dan E (P) dengan kelompok yang mendapat
plasebo (K). Sebanyak 40 orang perokok kretek filterr di rumah makan, Jakarta Utara
memenuhi ln-iteria dan diikutkan dalam penelitian Dilakukan randomisasi blolc untuk
menentukan kclompok perlakuan dan kontrol. Kelompok perlakuan mendapatkan
suplementasi vitamin C 500 mg dan E 400 IU/hari selama empat minggu, dan
kclompok kontrol mendapat plasebo. Data yang dikumpulkan meliputi data demograti
(usia, konsumsi rokok, indeks Brinkman, tekanan dan lg kadar glukosa darah puasa,
kadar kolesterol tétal), IMT, analisis asupan zat gizi, kadar malondialdehida plasma.
Analisis data menggunakan uji t tidak berpasangan atau uji Mann Whimsy dengan
batas kemaknaan p <0,05.
Karakteristik demografi subyek pada awal penelitian meliputi usia, konsumsi rokok,
indeks Brinkman, tel-canan damh, Radar glukosa darah puasa, kadar kolesterol total,
IMT , analisis asupan zat gizi, kadar malondialdchida plasma antara kelompok
perlakuan dan kontrol homogen. Rerata kadar MDA plasma awal pada kelompok
perlakuan dan pada kelompok kontrol 1,39i0,19 vs 1,34=b=0,09 nmol/mL. Pada akhir
perlakuan, rerata kadar MDA plasma sabesar 1,18=l=0,22 pada kelompok perlakuan dan
1,3 1=k0,13 nmol/mL kelompok kontrol, berbeda bermakna (p <0,03‘7).
Setelah suplementasi vitamin C 500 mg dan E 400 IU/hari selama empat minggu
tcrdapat perbedaan bermakna renta kadar MDA plasma antara kedua kelompok.

Abstract
To investigate the effects of vitamin C and E supplementation on plasma
malondialdehycle in clove cigarettes smokers during four weeks in Jakarta
This is a parallel randomized single-blind clinical study between interventional
group with vitamin C and E supplementation (P) and control group with has
placebo (K). Forty clove cigarettes smokers in Rmtaurant, Jakarta had fulfilled
the criteria and recruited in the research. Subjects were allocated by block
randomization into intervention and control group. Intervention group treated
with vitamin C 500 mg and vitamin E 400 IU daily for 4 weeks, while control
group treated with placebo. Data collection includes demographic characteristic
(age, smoking habits, Brinkman index, blood pressure, blood glucose, total
cholesterol), body mass index (BMI), daily nutrient analysis, plasma MDA.
Statistical analysis using unpairod t-test or Mann Whitney test with significant
level at p < 0,05.
Demographic characteristic (age, smoking habits, Brinlcman index, blood
pressure, blood glucose, total cholesterol), body mass index (BMI), daily
nutrient analysis, plasma MDA between both groups were homogen. Initial
plasma MDA in the intervention group. and control were l,39=|=0,l9 vs
l,34=l=0,09 nmol/tnL. After intervention plasma MDA were l,l8=k0,22 in the
intervention group and 1,3l£),13 nmol/mL in control group (p <0,03'7).
After supplementation of vitamin C 500 mg/day and vitamin E 400 IU/day
during 4 weeks, showed significantly differences average of plasma MDA
between two groups."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T31625
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Della Syariyana
"ABSTRAK
Belimbing Wuluh Averrhoa blimbi L. diketahui memiliki fungsi antioksidan dengan kandungan terbesarnya yaitu vitamin C. Fungsi dari vitamin C yang terdapat pada buah belimbing wuluh dapat dimanfaatkan sebagai sediaan, diantaranya adalah sediaan serum. Serum merupakan sediaan cair dengan partikel kecil sehingga dapat meresap ke dalam kulit. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah membuat formula dan melakukan pengujian terhadap stabilitas fisik sediaan serum wajah yang mengandung ekstrak etanol buah belimbing wuluh Averrhoa bilimbi L. serta menguji aktivitasnya sebagai antioksidan. Pada penelitian ini dibuat formula sediaan serum wajah yang mengandung ekstrak buah belimbing wuluh Averrhoa bilimbi L. dengan konsentrasi 1, 2, dan 3 serta blanko negatif sebagai pembanding yang tidak mengandung ekstrak buah belimbing wuluh. Dilakukan uji antioksidan dengan menggunakan metode DPPH untuk mengetahui nilai IC50 pada setiap formula sediaan serum wajah. Setelah itu, dilakukan uji stabilitas fisik pada keempat sediaan serum wajah dan cycling test. Hasil menujukkan nilai IC50 dari ekstrak etanol buah belimbing wuluh adalah sebesar 42,78 ppm. Sediaan serum wajah 1, 2, dan 3 masing-masing memiliki nilai IC50 rata-rata sebesar 362,12; 251,09; dan 102,27 ppm. Pada minggu kedelapan aktivitas antioksidan menunjukkan tidak terjadi perubahan yang signifikan. Sediaan serum terbukti stabil secara fisik dan dapat disimpulkan bahwa sediaan serum wajah yang mengandung ekstrak buah belimbing wuluh dapat dijadikan sebagai sediaan antioksidan.

ABSTRACT
Belimbing Wuluh Averrhoa blimbi L. is known as an antioxidant for its dominant contents which is Vitamin C. The vitamin C in it as antioxidant can be formed into serum. Serum is a liquid with small particles, that enable it to be absorbed into the skin. The aims of this study were to create a formula, conduct the physical stability study and antioxidant activity study as a facial serum containing ethanol extract of belimbing wuluh Averrhoa blimbi L. . In this study, facial serum formulation was made containing 1, 2, and 3 of belimbing wuluh Averrhoa blimbi L. extract, and also negative blank formula that was not containing belimbing wuluh extract that used as a reference. The antioxidant activity study was performed with DPPH method to obtain IC50 value from each formula. After that, physical stability study and cycling test were performed to all four facial serum formulae. IC50 value obtained from ethanol extract of belimbing wuluh Averrhoa blimbi L. was 42.78 ppm. On the other hand, others facial serum formulae that containing 1, 2, and 3 ethanol extract of belimbing wuluh Averrhoa blimbi L. gave 362.12 251.09 and 102.27 ppm, respectively it. After eight weeks, antioxidant activity from each formula was measured again and gave no significant different results. The result obtained showed that facial serum formula were physically stable and it can be concluded that facial serum containing belimbing wuluh Averrhoa blimbi L. extract can be used as antioxidant dosage form."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diyah Eka Andayani
"Tujuan : Mengetahui korelasi antara kadar vitamin C plasma dengan kadar MDA dan monosit pada penderita DM tips 2
Tempat : Poliklinik Metabolik dan Endokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUPN Dr. Cipta Mangunkusumo/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Metodologi : Penelitian potong lintang pada 52 orang pasien DM tipe 2. Data yang diambil meliputi data umum dan demografi, lama menderita DM, status gizi, komplikasi, asupan vitamin C dan pemeriksaan laboratorium meliputi kadar vitamin C, MDA plasma, jmlah monosit dan kadar HbAic. Uji korelasi dilakukan dengan mcnggunakan uji Pearson dan Spearman-Rank
Hasil : Subyek terdiri dari 37 prang perempuan dan 15 orang pria, dengan rerata usia 49,88 ± 5,87 tahun. Sebanyak 46,2% subyek berpendidikan rendah, 75% berada di bawah Upah Minimum Propinsi (UMP), median lama menderita DM 48 (1- 228) bulan dan 78,8% telah mengalami komplikasi. Rerata IMT 26,11 + 4,85 kg/m2 dan 69,3% tcrmasnk kategori BB lebih. Sebanyak 40,4% tergolong dalam kelompok dengan asupan vitamin C kurang. Median kadar-vitamin C plasma 21,14 (1,89 - 0,86) pmo11L dan 52% tergolong ke dalam kelompok dengan kadar vitamin C rendah dan defisiensi. Median kadar MDA plasma 0,37 (0,03 - 0,86) [anon dart 90,4% subyek tergolong dalam kelompok dengan MDA normaL Rerata jutnlah monosit 7,13 ± 1,78% dan 75% mempunyai kadar monosit normal. Terdapat korelasi bermakna (p=0,02) antara asupan vitamin C dengan kadar vitamin C plasma, dan antara kadar HbA,c dcngan kadar MDA plasma (p=0,02). Variabel lain yang diteliti tidak mempcrlihatkan korelasi yang bermakna
Kesimpulan: Antara kadar vitamin C dengan kadar MDA plasma dan jumlah monosit tidak didapatkan korelasi yang bermakna. Didapatkan korelasi bermakna antara asupan vitamin C dengan kadar vitamin C plasma dan antara kadar HbA1c dengan kadar MDA plasma."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lady Dhita Alfara
"ABSTRAK
Tujuan
Mengetahui pengaruh suplementasi vitamin C 1000 mg i.v dan E 400 mg oral selama empat hari berturut-turut terhadap kadar malondialdehid (MDA) plasma. sebagai penanda stres oksidatif pada penderita luka bakar sedang berat.
Penelitian ini merupakan one group pre post tes yang memberikan suplementasi vitamin C t 000 mg i.v dan vitamin E 400 mg oral yang pada 13 subyek penelitian yaitu penderita luka bakar kategorl sedang berat dengan luas luka bakar kurang dari 60%, yang dirawat di Unit Luka Bakar RSUPN Cipto Mangunkusumo. Data diperoleh melalui wawancara, rekam medik, pengukuran antropometri analisis asupan menggunakan metode food record, dan pemeriksaan laboratorium, berupa pemeriksaan kadar vitamin C, E serum dan MDA plasma pada sebelum dan setelah suplementasi. Analisis data untuk data berpasangan menggunakan uji t berpasangan dan uji Wilcoxon, sedangkan untuk dua kelompok tidak berpasangan menggunakan uji Mann Whitney. Batas kemaknaan pada penelitian ini ada1ah 5o/a.
Sebanyak 13 orang subyek penelitian, terdiri dari perempuan 53.85o/o, dengan median usia 32 (18 55) subyek memiliki status gizi normal (61.54%), Median luas Juka bakar adalah 22 (5-57)%, dengan kasus terbanyak adalah luka bakar berat (61.50%), dan penyebab terbanyak adalah api (76.9%). Kadar vitamin C pasca suplementasi menga!ami sedikit peningkatan yang tidak bermakna. Kadar vitamin E subyek penelitian meningkat bermakna (p=0,016) pasca suplementasi, walaupun masih dalam kategori rendah. Kadar MDA pasca supiementasi mengalami penurunan bermakna(p=O,Ol9).
"
2009
T31989
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Kelompok usia risiko tinggi infeksi malaria di Kulonprogo adalah 2-14 thn. Anemia merupakan kondisi umum yang terjadi akibat infeksi kronis malaria. Anemia akan makin berat bila penderita menderita kekurangan gizi dan protein. Pnelitian ini bertujuan untuk mengungkap hubungan antara asupan makanan anak terutama protein, vitamin C, zat besi terhadap kejadian anemia pada usia 7-15 tahun di daerah endemik malaria. Penelitian menggunakan rancangan cross sectional - retrospectif pada sampel terpilih. Subyek penelitian sebanyak 61 anak (kelas 4-6 sekolah dasar) berasal dari 6 dusun. Anak sehat tidak memiliki riwayat penyakit menahun selain malaria atau penyakit kongenital. Anak mengisi daftar asupan makanan selam 7 hari, setelah itu diukur berat dan tinggi badan, darah diperiksa kada Hbnya dengan metoda Sahli. Asupan makanan dianalisis dengan Food processor I, umtuk mengetahui persen asupan makanan perhari. Analisis hubungan asupan protein, vitain C, zat besi terhadap kedar hemoglobin digunakan uji korelasi perason. Hasil penelitian menujukkan rerata asupan protein, zat besi dan vitamin C berturut-turut adalah sebesar 25,064 - 10,055 gram (38,9% RDA(recommended daily alowance), 6,253 - 2,635 mg (56,33% RDA), dan 68,5% RDA. Rerata kadar hemoglobin sebesar 10,3 - 1,2 gram/dl. Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat hubungsn linear antara asupan vitamin C dengan aupan zat besi (r-0,765) rendah berhubungan dengan kejadian anemia."
610 MUM 10:2(2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>