Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146587 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S5853
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Makmun Rasyid
Jakarta: Pustaka Compass, 2016
297.272 MAK h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Karman
"Indonesia adalah negara yang demokratis. Oleh karena itu, Indonesia menyelenggarakan proses pemilihan umum sejak 1955 dan kemudian dilaksanakan secara periodik dengan keragaman kultur melahirkan sikap yang beragam pula terhadap demokrasi, salah satuny adalah ekspresi penolakan terhadap demokrasi. Kelompok yang gencar melakukan penolakan demokrasi adalah Hizbut Tahrir Indonesia. Penolakan terhadap demokrasi diartikulasikan melalui media online. Tulisan ini berusaha menemukan frame-frame yang muncul di situs HTI terkait dengan diskursus demokrasi. Metode penelitian ini adalah analisis isi kualitatif pada konsep agenda setting theory. Dalam mencari berita, penelitian ini menggunakan kata-kata kunci: 'pemilihan umum", "demokrasi". Hasil penelitian menemukan 4 (empat) frame utama situs HTI, yaitu(1) frame demokrasi sebagai alat penjajagan kapitalisme dan kolonialisme; (2) frame pemerintah Indonesia sebagai anak penjajah (3) frame demokrasi sebagai tameng orang nonmuslim; (4) frame demokrasi sebagai sistem yang menyengsarakan rakyat. Dalam penelitian ini tidak dikaji topik-topik yang sebenernya menarik, namun karena keterbatasan metode yang digunakan, ini tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu, untuk kajian selanjutnya perlu dilakukan pendalaman mengenai masalah ini. Cakupan juga tidak hanya dibatasi pada HTI tapi organisasi lain."
Jakarta: Badan penelitian dan pengembangan sumber daya manusia kementrian komunikasi dan informatika, 2015
384 JPPKI 6:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ilhamdi
"Gerakan politik Islam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) berawal pada 2000. Beranjak dari sebuah Konferensi Internasional Khilafah Islamiyah di Jakarta, perkumpulan ini mempertegas tujuan politiknya. HTI bertujuan menegakkan syariat Islam demi terciptanya tatanan kehidupan masyarakat Islami yang sebenarnya dalam institusi khilafah islamiyah. Sementara itu, pemerintahan Indonesia pasca Orde Baru ikut andil memberikan pengakuan resmi organisasi HTI pada 2006. Ketertarikan penulis terhadap dinamika perkembangan gerakan HTI membuat penelitian ini dilakukan.
Penulis menggunakan metode sejarah dalam meneliti dan menganalisa perkembangan Hizbut Tahrir Indonesia dengan memperhatikan kronologi berdasarkan otentisitas dan kredibilitas dokumen yang ditemukan. Berdasarkan ruang lingkup perkembangan Hizbut Tahrir Indonesia yang kemudian resmi tahun 2006 meninggalkan sumber-sumber yang dapat dijadikan pendekatan penelitian baik sumber primer maupun sekunder. Selain melakukan pendekatan sumber, penulis juga menggunakan metode analisis deskriptif untuk dapat menginterpretasi sumber sehingga dapat terekontruksi sebuah penulisan sejarah dari dinamika organisasi HTI dalam aksi mendapatkan pengakuan resmi pemerintah.

Islamic politic movement of Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) seemed to grow up from 2000's. Begining from Konferensi Internasional Khilafah Islamiyah in Jakarta, HTI emphasize their politic ideology as rule in which must be their politic's way and purpose to apply it as the way of live of Indonesian Islam to be true muslim. The interesting aspect is dynamics of foot print of HTI movement make writer did this research.
Writer used historical metodology in researching and analyzing the development of HTI movement with took and looked chronology based on authentic and credible documents. Based on at the moment when HTI's development and declare as formal movement at 2006 by Govermant. The even left anything which can be the way to do the research with primary documents and secondary too. Descriptive analyzing is the method and then writer interpret source until get the result is a history essay has been reconstructed.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S59449
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia Mayang Sari
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), kaitannya dengan kepemimpinan yang dijalankan dan implikasi dari ideologi yang diyakini terhadap ketahanan nasional. Hizbut Tahrir Indonesia merupakan sebuah organisasi yang berideologi Islam dan memperjuangkan tegaknya kembbali khilafah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode kepustakaan dan wawancara dengan pihak-pihak terkait. Tesis ini menghasilkan kesimpulan Tipe kepemimpinan yang dijalankan oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) identik dengan tipe kepemimpinan karismatik. Hal ini dilihat dari beberapa indikator kepemimpinan karismatik yang dijalankan HTI dalam organisasinya, yaitu 1) muncul pada situasi krisis dan menggunakan cara yang berbeda dengan organisasi pada umumnya yaitu dimana Hizbut Tahrir lahir pada situasi dimana umat Islam mengalami krisis karena keruntuhan kekhalifahan Turki Utsmani dan mengedepankan metode penyadaran umat Islam untuk kembali pada nilai-nilai Islam. 2) memiliki visi yang besar dan menantang yaitu menegakkan kembali sistem khilafah, 3) memiliki kepercayaan diri yang tinggi dengan menetapkan dirinya sebagai gerakan yang berkonsentrasi pada upaya pembangkitan Islam di seluruh dunia. 4) menekankan pada internalisasi nilai-nilai berupa kesetiaan pada ideologi, bukan pribadi. Meskipun Hizbut Tahrir menegaskan untuk bergerak diluar sistem (ekstra parlementer) karena tidak menyepakati sistem demokrasi sebagai sistem yang benar dalam negara dan pemerintahan, HTI tidak secara frontal menentang kebijakan pemerintah dalam penerapan instrumen demokrasi. Hal ini tidak berimplikasi negatif terhadap ketahanan nasional Indonesia.

ABSTRACT
This thesis discusses about Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), the relation to leadership run and the implications of the ideology that is believed to national resilience. Hizbut Tahrir Indonesia is an organization that has the ideology of Islam that is fighting for the establishment of the khilafah. This is a qualitiative research, using the methods of literature and interviews. This thesis concluded that the type of leadership that is run by Hizbbut Tahrir Indonesia identical to the type of charismatic leadership. It is seen from several indicators of charismatic leadership: 1) Appearing in crisis situation and uses different ways with the general oragnization. 2) Has great vision and challenging. This vision is establishment of the khilafah. 3) Has high confidence by establishing itself as the movement concentrate its efforts on the generation of Islam around the world. 4) Emphasis on the internalization of values such as loyalty to the ideology, not to personal. Although Hizbut Tahrir Indonesia asserts moves outside the system (ekstra parlementer) because it doesn’t agree with democracy system as a true system in the state and government. Hizbut Tahrir Indonesia not frontally oppose government policy in teh implementation of a democratic system that is election. It does not have negative implications on national resilience of Indonesia."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hanifah
"Institut Pertanian Bogor (IPB) adalah cikal bakal perkembangan pergerakan Hizbut Tahrir di Indonesia. Pemikiran Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia sejak tahun 1982 dan telah berkembang ke kampus-kampus di luar Bogor melalui jaringan Lembaga Dakwah Kampus yang sekarang dikenal dengan Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK). Aktivis kampus itulah yang menjadi tulang punggung pergerakan Hizbut Tahrir (kader). Mereka mensosialisasikan ide-ide Hizbut Tahrir kepada masyarakat luas di kemudian hari, hingga pada 28 Mei 2000 dibentuklah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang bercita-cita menegakkan Khil_fah Isl_miyah. Penelitian ini berusaha mengungkapkan aktivitas pergerakan HTI di IPB dalam upayanya menegakkan Khil_fah Isl_miyah. Dengan metode heuristik, data diperoleh dari sumber primer yang berupa wawancara dengan Juru Bicara HTI, Pengurus Badan Kerohanian Islam Mahasiswa (BKIM) IPB, serta buku dan majalah terbitan HTI dan data sekunder yang diperoleh dari literatur umum yang membahas atau berkaitan dengan pergerakan HTI serta wawancara dengan dosen Agama Islam IPB dan pengurus Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM)/Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) IPB. Setelah pencarian sumber data dilakukan, sumber-sumber tersebut dikritik secara eksternal, yaitu apakah sumber tersebut dapat dipercaya dan secara internal, yaitu apakah sumber tersebut menghasilkan fakta (objektif). Ketika telah dipastikan bahwa sumber tersebut dapat dipercaya dan mengandung fakta-fakta, maka langkah selanjutnya adalah interpretasi, yaitu menganalisis sumber data dengan menggunakan teori. Setelah proses analisa tersebut, penulisan dilakukan dengan merekonstruksi data dan fakta yang disajikan dalam bentuk deskriptif analitis. Pergerakan HTI di IPB menggunakan sarana lembaga kemahasiswaan BKIM IPB dalam mensosialisasikan ide-ide mereka, yaitu dengan melakukan berbagai kegiatan keislaman di dalam maupun di luar kampus IPB. Selain itu, aktivis HTI di IPB juga menggunakan sarana sosial politik mahasiswa dengan mengikuti pencalonan Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa IPB yang akan memimpin Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IPB melalui Pemilihan Raya. IPB yang merupakan basis awal gerakan HTI hingga saat ini belum berhasil dalam counter hegemoninya di kampus tersebut karena pergerakan HTI di IPB baru sebatas pensosialisasian pemikiran, sehingga dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat mewujudkan cita-cita menegakkan Khil_fah Isl_miyah."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S13329
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Darul Arqam (DA) , Negara Islam Indonesia (NII) and hizbut Tahrir Indonesia (HTI) are the Islamic movement (Harakah Islamiyah) which posses its own view on democration and deliberation, clearly distinctive from the view of common Indonesian and world people....
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Kurniawan
"Tema pemikiran Islam sebagai ideologi politik, dalam konteks wilayah dan kurun waktu yang tak terbatas, merupakan bagian dari pergulatan wacana gerakan kebangkitan Islam. Ketika gerakan Islam itu sendiri telah berwujud kedalam sebuah kekuatan praksis politik, maka nilai-nilai politis dalam dimensi keagamaan dengan sendirinya pula menjadi bagian yang tak terpisahkan. Secara sederhana, pergulatan "wacana hegemonik" dan "nilai-nilai fundamental" dalam faham keislaman terus beradu dalam praksis gerakan Islam di dua wilayah: "Negara" dan "Agama" Di satu sisi, negara seringkali memperkuat struktur yang deskriminatif dan melegitimasi ketidakadilan terhadap realitas pergerakan. Di sisi lain, interpretasi dan pemahaman terhadap teks-teks normatif keagamaan menjadi sebuah keharusan untuk diterjemahkan dalam tataran praksis aplikatif.
Penelitian ini berbentuk studi fenomenologis yang bersifat kualitatif dengan tipe penelitian "deskriptif-analitik". Dalam perspektif historis, peneliti mencoba untuk memahami secara komprehensif mengenai fundamentalisme Islam yang dipahami sebagai ideologi politik dalam realitasnya. Penelitian ini berawal dari fenomena merebaknya aksi Hizbut Tahrir sebagai gerakan kontra-hegemoni dan kontrabudaya dalam upaya untuk menterjemahkan konsep Islam secara aplikatif di Indonesia. Peneliti berusaha mereduksi realitas ideologi dan tradisi Islam pada praksis gerakan Hizbut Tahrir, yang menampilkan corak dinamikanya tersendiri. Untuk itu, praksis gerakan Islam-politik Hizbut Tahir merupakan realitas gerakan yang menjadi objek penelitian di sini.
Pemaknaan negatif masyarakat luas, serta dominasi yang berwujud intervensi negara terhadap praksis gerakan Islam-politik, merupakan faktor penghambat yang turut diteliti dalam aktualisasi gerakan Islam Hizbut Tahrir semenjak kelahirannya di Timur Tengah. Jika dicermati lebih mendalam, tampaknya pola eksperimentasi pergerakan Hizbut Tahrir Indonesia dalam konteks politik di Tanah Air, menyisakan persoalan bagi konsep "Negara Kebangsaan" dalam bingkai "Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)". Pergulatan hegemoni tidak dapat dihindari ketika dalam pandangan politik Hizbut Tahrir terdapat upaya untuk mengganti sistem yang sedang berlaku tersebut.
Pola pergerakan Islam-politik ini pada gilirannya memunculkan respon tersendiri bagi kalangan aktifis pergerakan di Indonesia, dalam menyikapi pergeseran wacana Islamisme dari teologis-religius menuju praksis ideologis-politis. Pergulatan pemikiran dalam penelitian ini merangsang interpretasi lebih jauh terhadap perjuangan penerapan syariat Islam di Indonesia, yang bagi Hizbut Tahrir harus dimulai dari penegakan kembali sistem khilafat Islam, sebagai sebuah doktrin perjuangan yang telah mereka gariskan.

The Reality of Hizbut Tahrir Movement in Indonesia: Hegemonic Discourse and Ideological Praxis (A Study of Middle Eastern Islamic Thinking within the Political Islamic Fundamentalist Movement in Indonesia)
The theme of Islamic thinking as political ideology, in an unlimited territorial context and period of time, represent a part of the discourse of the Islamic Revivalism Movement. When the Islamic Movement became a political force, political and religious values became inseparable. In other words, the "hegemonic discourse" and "fundamental values" of Islam, continue to crop up in the Islamic movement in two areas: "State" and "Religion". On one hand, the state strengthens a discriminative structure and legitimizes injustice against the movement. On the other hand, understanding of an interpretation of normative texts has become a necessity to be translated into applicative practical level.
This research is a qualitative phenomenological study, using the descriptive-analytical technique of the political Islam ideology of the Hizbut Tahrir Islamic movement. In a historical perspective, the researcher will try to comprehend Islamic fundamentalism as a political ideology with the existence of the Hizbut Tahrir movement as a part of its political-ideological reality. This Research begins with the phenomenon of spread of the Hizbut Tahrir movement actions as a "counter-hegemony" and "counter-culture" movement, which trying to apply its concept of Islam to Indonesia. The researcher will attempt to detail the ideological reality and Islamic traditions in the Hizbut Tahrir movement, which has shown itself, to be unique within their dynamics pattern. So, the Hizbut Tahrir political Islam movement is a reality, which is the subject of the research.
Widely held negative views from the community as well as state intervention towards the political Islam movement as obstacles will to the actualization of the Hizbut Tahrir Islamic movement since its birth in the Middle East, will be researched. If further examined, it seems that the experimental model of the Indonesian Hizbut Tahrir movement raises questions about the concept of "the Nation State" and "the Unitary State of the Republic of Indonesia (NKRI)". However, hegemonic struggle can not be avoided because Hizbut Tahrir's political view includes an attempt to alter the current system.
In turn, the model of the political Islam movement has drawn a response from the movement's activist in Indonesia, regarding the shift of Islamic discourse from religious-theological issues to political-ideological ones. The ideological polemic in the research has stimulated various interpretations of the struggle for the implementation of Sharia Law in Indonesia, which for Hizbut Tahrir, must begin with the reestablishment of an Islamic Caliphate systems, as the basic doctrine of their struggle.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11034
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawan Abdullah
"Sebuah kelompok yang mengidentifikasi dirinya sebagai partai politik berideologi Islam namun bergerak di luar sistem politik yang berlaku merupakan fenomena menarik untuk dieksplorasi. Orientasi politiknya yang lebih menekankan kesadaran masyarakat alih-alih pemenangan parlemen, pemikiran politiknya yang antidemokrasi, serta cita-citanya untuk menegakkan negara khilafah dan memberlakukan hukum Islam secara menyeluruh dan serentak sudah pasti menimbulkan keunikan tersendiri berkaitan dengan struktur dan kepemimpinan, fungsi politik, basis pendukung, ideologi, dan cara-cara dalam melakukan perubahan. Kelompok itu bernama Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan HTI sebagai gerakan politik Islam ekstraparlementer dan cara-cara yang ia tempuh untuk mewujudkan cita-citanya. Teori dan konsep-konsep yang relevan dengan penelitian ini dirangkai ke dalam dua kerangka konsep. Teori utama yang digunakan untuk mengetahui profil HTI sebagai gerakan politik Islam ekstraparlementer adalah konsep Tony Fitzpatrick (1995) tentang oposisi ekstraparlementer dan konsep Philo C. Wasbum (1992) tentang aktivitas politik nonrutin. Teori penjelasnya adalah teori tentang partai politik dari Arnold K. Sherman & Aliza Kolker (1987), konsep gerakan sosial dari Charles L. Harper (1989), dan kerangka konsep Dwight B. Billings (1990) tentang oposisi berbasis agama. Adapun teori utama yang digunakan untuk mengetahui cara-cara yang ditempuh HTI adalah teori Charles Tilly (1978) tentang model mobilisasi dan kerangka konsep Mutafa Rejai (1977) tentang tipologi dan strategi revolusi. Sebagai teori pembanding, peneliti menggunakan teori tentang orientasi kebudayaan dalam transformasi sosial dan revolusi yang dipaparkan oleh S.N. Eisenstadt (1986).
Temuan-temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa HTI lebih merupakan organisasi gerakan alih-alih partai politik. Ciri ekstraparlementer dari gerakannya dapat dilihat dari curahan konsentrasinya pada pembinaan masyarakat dan penolakannya untuk terlibat dalam pemilu, dari mobilisasinya di seputar isu tunggal berupa kewajiban kaum muslim untuk mendirikan negara khilafah, dan dari pemaknaannya terhadap politik sebagai kultur tandingan, yakni sebagai aktivitas yang mulia dan wajib, sebagai lawan dari anggapan muslim kontemporer bahwa politik itu kotor dan, karenanya, patut dijauhi.
Aktivitas politik nonrutin dari organisasi ini sesungguhnya sangat rentan dengan tuduhan makar, subversi, atau kudeta. Namun, kepiawaiannya dalam mereduksi pandangan ideologis dan keagamaan dalam komunikasi politik membuat masyarakat dan negara tidak memberikan reaksi tajam terhadap ide penegakan negara khilafah yang diusungnya.
Kemampuan inilah yang tampaknya membedakan HTI dengan HT di negara-negara lain yang hampir seluruhnya rnendapat perlakukan represif dari negara.
Dari segi organisasi, HTI bisa dikatakan merupakan organisasi yang berkembang semakin solid. Sebagai kelompok revolusioner, ia merupakan organisasi politik, bukan paramiliter. Pembagian kerjanya tergolong rapi dan sentralitas kebijakan maupun kegiatannya tergolong sangat tinggi. Ia dikendalikan secara tertutup dan memiliki ruang perbedaan pendapat yang sempit. Dari segi mobilisasi, penguasaannya terhadap sumberdaya tergolong masih sangat lemah. Ia hanya memiliki sumberdaya normatif (berupa keanggotaan atau partisipasi aktif kader) dan utilitarian (iuran anggota, satu kantor sekretariat resmi, dan terbitan dengan oplah hanya belasan ribu hingga ratusan ribu). Ia sama sekali tidak memiliki sumberdaya koersif (persenjataan, angkatan perang, atau teknologi canggih). Dari segi cara mobilisasi yang diterapkan, HTI lebih banyak melakukan mobilisasi penyiapan (preparatory), di mana ia hanya berkonsentrasi pada pengerahan sumberdaya untuk mengantisipasi peluang dan ancaman di masa depan. Bentuk utama mobilisasi penyiapan yang dilakukan HTI adalah aktivitas penerbitan, kegiatan diskusi dan seminar, tablig akbar, silaturrahmi dan dialog dengan kelompok muslim lain, serta audiensi dengan pemerintah dan tokoh-tokoh politik.
Sebagai kelompok penentang, HTI tergolong sebagai kelompok fanatik (zealot) dalam hat ideologi, karena ia memberikan nilai sangat tinggi pada beberapa kebajikan kolektif yang oleh kelompok lain dianggap kurang bernilai (penegakan syariat, khilafah, dan kepentingan muslim). Ia juga sangat ketat dalam menetapkan cara untuk mencapai tujuan (sangat selektif dalam hal pendanaan, menolak terlibat dalam pemilu, dan menolak penerapan syariat secara bertahap). Namun, ia tergolong pelit (miser) dalam berkonflik dan, kadang-kadang, oportunis dalam berhadapan dengan penguasa bila kita bandingkan dengan kelompok Islam radikal lainnya seperti FPI, Majelis Mujahidin, dan Laskar Jihad.
HTI menginternasionalisasikan gerakannya lewat pengadaan forum-forum internasional, respons terhadap berbagai peristiwa internasionaI yang merugikan kaum muslim, dan koordinasi gerakan internasional dengan HT di negara lain. la terus mengembangkan gerakan massa secara perlahan-lahan dengan harapan suatu saat akan meledak menjadi pergolakan besar yang mengarah pada perubahan politik dan sosial yang berjangkauan luas.
Dalam konteks gerakan kebangkitan Islam, komitmen HTI pada aktivitas politik sebagai alasan keberadaan (raison d'etre)-nya sebenarnya merupakan fenomena menarik. Namun, konsentrasinya pada aktivitas politik semata tampaknya akan menimbun banyak kelemahan. Pengabaiannya terhadap bidang-bidang lain terutama pendidikan akan membuat ideologinya semakin runcing bagi ideologi lain, semakin rentan dalam benturan antarwacana dengan ideologi-ideologi lain yang terus mengalami reformulasi dan revitalisasi, dan semakin diragukan kemampuannya untuk menjadi ideologi negara karena tidak pernah bersinggungan secara aplikatif dengan dunia empiris.
Dari segi tujuan yang diusungnya, HTI sesungguhnya sangat rentan dengan tindakantindakan yang dinilai subversif. Namun, sekalipun ia membawa ancaman bagi kelangsungan sistem yang ada, pemerintah tidak perlu memberikan perlakuan represif kepada kelompok ini. Karena, selama kelompok ini konsisten pada garis gerakannya-nonkekerasan, memfokuskan diri pada pemikiran, serta melakukan kritik dan kontrol terhadap penguasa muslim-ia sesungguhnya merupakan bagian dari proses penguatan masyarakat sipil. Hal yang perlu dilakukan pemerintah untuk memanfaatkan keberadan kelompok ini adalah mencegah penyimpangan aktivitas politik nonrutinnya dari aturan main dan mengarahkannya pada kebersamaan dengan kelompok-kelompok lain guna mengikis eksklusivitas dan subjektivitasnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14395
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Asad
"Ummat Islam sepanjang sejarahnya hanya menerapkan sistem Islam, sejak Rasulullah SAW berada di Madinah sampai tahun 3 Maret 1924, yaitu tatkala jatuhnya Daulah Islamiyah yang terakhir ketangan penjajah. Saat itu penerapan Islam mancakup seluruh aspek kehidupan, bahkan negara berhasil menerapkannya secara gemilang. Islam berhasiI mengubah bangsa Arab secara keseluruhan dari taraf pemikiran yang sangat rendah, dan dari kegelapan yang selalu diliputi oleh fanatisme kesukuan dan alam kebodohan yang sangat, menjadi era kebangkitan berpikir yang cemerlang, gemerlap dengan cahaya Islam, yang bahkan tidak hanya bangsa Arab saja tetapi untuk seluruh dunia.
Ummat Islam telah metnainkan peranan penting dalam membawa Islam keseluruh pelosok dunia, sehingga mampu menguasai Persia, Iraq, Syam, Mesir, dan Afrika Utara dengan Khilafah Islamiyah. Dengan tidak diterapkannya Islam saat sekarang ini maka bermunculan gerakan Islam termasuk Hizbut Tahrir yang bertujuan untuk mengembalikan kehidupan Islam dibawah naungan Dauiah Khilafah Islamiyah.
Khilafah Islam yang merupakan Sistem Pemerintahan Islam, jelas sekali memiliki struktur negara Islam yang terdiri dari beberapa bagian yaitu Khalifah sebagai kepala negara, Mu 'awin Tafividl sebagai pembantu Khalifah yang berkuasa, lkfu'awin Tanfrdl, sebagai pembantu Khalifah dalam urusan administrasi, amirul jihad sebagai yang memiliki wewenang mengurus angkatan bersenjata, sebagai pasukan Islam, Wali (gubernur), Qadla (pengadilan), aparat administrasi negara dan majlis ummat.
Dengan demikian hanya Islam (Khalifah Islamiyah) sebagai sistem satusatunya yang telah diterapkan terhadap ummat secara total -baik bangsa Arab maupun non Arab- sejak Nabi saw menetap di Madinah sampai masa penjajahan yang menduduki negeri-negeri Islam. Kemudian sistem Islam diganti dengan sistem Kapitalis.

The Muslims implemented only Islam through all the ages from the arrival of Rascal Allah to Madinah until 24 March 1924 CE when the Islamic State collapsed at the hands of colonialism. The Muslims implementation of Islam was comprehensive and its success in their comprehensive implementation was overwhelming. Islamic ideology transferred all of the Arabs from a low level of intellect in which they were acting haphazardly in the darkness of bloody family feuds and ignorance to an age of intellectual revival glittering in the light of Islam whose sunrisewas not restricted to the Arabs but prevailed all over the world.
Muslims rushed inconveying Islam to the world, putting their hands in the process over Persia, Iraq, the lands of ash-Sham, Egypt and North Africa-with with Khilafah Islamiyah. Islamic law is not implemented of the society in the Muslim lands. Consequently, at the time the muslims build the partys include Hizbut Tahrir of the the aim is to resume the Islamic way of life and to carry the Islamic Da?wah Resuming the Islamic way of life means to bring Muslims back to living Islamically in the land of Islam and in an Islamic society under the shadow of an Islamic Slate which is the Khilafa.
Khilafah Islam is the -role of islam regards to the ruling system, the structure of the state in Islam is established upon eight pillars: the Khaleefah, i.e., the head of Stale, the Khaleefah's delegated assistants (Mo'aawen Tafiveed), the Khaleefah's executing assistants (Mo'aawen Tanfeedh), the Ameer of Jihad, the Governors (Wulah), the Judges (QuDah)), slate departments, and the state assembly (Majlis al-Ummah).
Islam continued to be applied on the entire Islamic Ummah, Arab and non-Arabs, from the time Prophet settled down in Madinah till the colonial powers occupied the Islamic lands and replaced Islam with the Capitalist system.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T18361
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>