Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 63249 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Posma Hotmer P.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S5851
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Hisar
"Masyarakat Batak (Toba) menganut sistem kekerabatan patrilinial, artinya garis keturunan dalam keluarga ditentukan menurut garis bapak (laki-laki). Sistem garis keturunan tersebut menempatkan laki-laki lebih utama dibandingkan perempuan. Pengutamaan laki-laki dibanding perempuan membawa banyak konsekuensi bagi laki-laki maupun perempuan, misalnya, bila laki-laki adalah ahli waris, maka perempuan bukan ahli waris walaupun perempuan memperoleh bagian dari harta warisan orangtuanya. Kekristenan Barat yang dibawa penginjil Jermar~ (RMG) ke tanah Batak juga kekristenan yang patriarki. Perjalanan panjang Gereja HKBP sebagai gereja telah menempatkan perempuan pada posisi dan peran pinggiran raja. Oleh karena itu, bagaimanakah kedudukan perempuan dalam masyarakat Batak dan Gereja Huria Kristen Batak Pinatas tan (HKBP)?
Pandangan gereja (tradisional) telah menempatkan perempuan sebagai pendamping bagi laki-laki. Tetapi ketika diterapkan dalam realitas sosial sehari-hari terjadi perbedaan dalam menafsirkan anti "pendamping yang sepadan". Perbedaan tafsiran tersebut berdarnpak luas dan memasuki setiap segmen kehidupan relasi antara perempuan dan laki-laki. Akibat yang terlihat adalah tersubordinasinya perempuan bila dibandingkan dengan laki-laki. Kenyataan seperti itu telah mendarong para pemikir dan teolog Kristen untuk mencari jawaban terhadap tersubordinasinya perempuan dalam gereja. Ternyata gerakan tersebut telah melahirkan teologi feminis. Teologi feminis berangkat dari asumsi bahwa pengalaman perempuan juga sah dalam menafsirkan kepercayaan dan iman yang diyakininya. Oleh karena itu, teologi feminis menawarkan suatu cara baru dalam berteologi.
Pengakuan terhadap adanya perbedaan antara pengalaman perempuan dan laki-laki meng haruskan adanya mediate penelitian yang berbeda dengan apa yang biasanya dipakai. Oleh karena itu, dalam hal ini telah dipakai metode penelitian kualitatif dengan perspektif wanita. Dengan metode penelitian ini diharapkan pemahaman terhadap perempuan yang menjadi subyek penelitian dapat didengar dan pengalaman, pandangan serta harapanharapan mereka akan terungkap lebih jelas.
Penelusuran kedudukan dan peran perempuan Batak (Toba) Kristen anggota Gereja HKBP memberikan gambaran bahwa kedudukan dan perannya dipengaruhi aleh sistem nilai (ideologi) dan stereotip jender yang berlaku di masyarakat Batak (Toba). Ideologi (sistem nilai) dan stereotip jender yang berlaku terbentuk sebagai hasil tarik-menarik dari kekuatan sosial budaya pada masyarakat Batak (Toba). Bahwa tata aturan rumah tangga Batak (Toba) yang patriarkat mempunyai implikasi sosial, politik, hukum, dan religius. Perlu upaya yang serius dan berkesinambungan untuk melakukan perubahanperubahan yang mendasar dalam menciptakan kemitrasejajaran antara perempuan dan laki-laki dalam Gereja HKBP."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Reinhard
"Skripsi ini membahas mengenai indigenisasi yang terjadi di dalam lembaga HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) sebagai salah satu gereja etnis di Indonesia. Penyebaran agama Kristen ke Tanah Batak sejak tahun 1824 baru mengalami keberhasilan ketika missionaris dari zending RMG (Rheinische Missionsgesellschaft) datang. Missionaris RMG tersebut bergerak dengan nama Batakmission, dengan Ludwig Ingwer Nommensen sebagai tokoh sentral. Seiring perkembangan waktu, jemaat mulai menuntut posisi sebagai pemimpin gereja. Penolakan misionaris RMG menyebabkan lahirnya HKB (Hatopan Kristen Batak) yang mempelopori lahirnya HChB (Huria Christen Batak), yang merupakan gereja pertama yang berdiri di luar naungan zending. Ditangkapnya orang Jerman yang ada di Hindia Belanda akibat pendudukan Jerman atas Belanda di perang Dunia ke dua membuat HKBP memilih Kasianus Sirait sebagai ephorus Batak pertama. Selanjutnya, HKBP masih harus menghadapi BNZ (Batak Nias Zending) yang menguasai aset RMG dan baru selesai ketika kedatangan Jepang ke Hindia Belanda.

This undergraduate thesis discusses about the indigenization that occured in the HKBP (Huria Kristen Batak Protestan), i.e. a prominent ethnic church in Indonesia. The Christianity in Batak land began in 1824 and succeeded with the works of RMG (Rheinische Missionsgesellschaft). They institutionalized it as Batakmission, in which Ludwig Ingwer Nommensen played a central figure. Over the years, the church demanded a higher position as a top leader of the church, that was refused by the RMG.It led to the birth of HKB (Hatopan Kristen Batak) as the organization of Christian Bataks. Fulfilling their wishes, they formed the HChB (Huria Christen Batak), which would be considered as the first church that arised without the involvement of the zending, that transformed the Batakmission as HKBP in 1929. In the 1930s a unexpected but conducive event, the initial WW II came up that caused the arrest of the Germans in Indonesia, included the Germans leaders of HKBP. The situation encouraged the congregation to elect Kasianus Sirait, the Batak born priest, as the first HKBP or the Ephorus. Later, HKBP still had to deal with BNZ (Batak Nias Zending) to take over the control of RMG assets, and the process completed when Japan arrived to Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57893
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutapea, May Sandy Parningotan
"Studi ini berupaya menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi dan mengkonstruksi proses konflik (1992-1998) maupun sekularisasi internal, serta relasi diantara keduanya di gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Kerangka konseptual Penelitian ini merujuk pemikiran M. Chaves tentang internal secularization untuk menganalisis dan mencermati dinamika relasi antara para rohaniawan/ti (religious authority) dengan jemaat awam (agency structure) dalam konflik dan sekularisasi internal internal HKBP. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan strategi case study. Informasi hasil wawancara mendalam yang dilakukan terhadap informan terpilih merupakan data primer sedangkan dokumen-dokumen serta litertur lainnya sebagai sumber data sekunder. Hasil penelitian ini menemukan bahwa penafsiran rohaniawan/ti (religious authority) maupun jemaat awam (agency structure) atas otoritas gereja (Sahala ni Huria) memiliki resonansi dengan konsep tradisional Batak Toba (Domain Riil). Gaya kepemimpinan otokratik, rekonsiliasi semu dari konflik-konflik sebelumnya, campur tangan eksternal dan ambisi personal/kelompok atas resources (kehormatan, Pengakuan, Jabatan, fasilitas, kekayaan serta symbolic capital lainnya) menyebabkan terjadinya peristiwa konflik kekuasaan (Domain Aktual). Aturan/Peraturan yang dibuat, mendukung persaingan bebas (Darwinisme Sosial: gereja menjadi lebih sekuler) dan mendorong friksi antar kelompok (Domain Empiris). Pada domain ini juga terdapat peran dan pengaruh jemaat awam dalam pembuatan peraturan yang meng-katalisasi potensi friksi antar kelompok. Penelitian ini menemukan bahwa sekularisasi internal HKBP menyebabkan konflik dan pada gilirannya konflik menyebabkan HKBP semakin tersekularisasi.

This study aims to shed light analyses on the underlying factors and to construct the process of conflicts and internal secularization of the Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) church in the period of 1992-1998. The study employs the concept of internal secularization from M. Chaves as its conceptual framework. The study also uses Roy Bhaskars critical realism as its analytical tool to look at the dynamic relationship between religious authority structure and agency structure that shaped the conflicts and internal secularization. The approach used in this study is a qualitative case study research. The research discovers that in Domain of the Real, there are interpretation of the concept of Religious Authority (Batak: Sahala ni Huria) both of clergy (religious authority structure ) and lay church (agency structure) that resonates closely with the Batak magical concept. In Domain of the Actual, there are conflicts of power caused by a multiple of factors, namely autocratic leadership style, false reconciliation of previous conflicts, external intervention and personal ambitions on resources (glory, honor, recognition, position, gold and other symbolic capital). In Domain of the empirical, there are drafting legislation that supports free competition (Social Darwinism: The church become more secular) and creating friction among groups. In this domain are also found the role of lay church that affect drafting legislation and even catalyze friction among groups. The study finds out that internal secularization causes conflict, and conflicts in turn lead to a more internal secularization. The research suggests the need for corrections on the interpretation of religious authority to avoid its resonance with the Batak magical concept. the lack of compliance with the rules and regulations of its bureaucratic organization demand for reform (recruitment, regeneration of leader, succession mechanism, and sanction for violations."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pascal Lahai Roy
"Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis dan merancang sistem informasi akuntansi yang digunakan dalam kegiatan yang ada pada siklus penerimaan dan pengeluaran Huria Kristen Batak Protestan Depok I. Metode yang digunakan dalam merancang sistem informasi akuntansi adalah metode Framework for the Application of Sistems Thinking (F.A.S.T.). Hasil penelitian berupa prosedur yang diharapkan dapat berguna untuk meningkatkan kinerja pengelola HKBP Depok I maupun untuk penelitian selanjutnya.

This study aim to analyze and develop the accounting information system used in the activity within revenue and expenditure cycle of Huria Kristen Batak Protestan Depok I. The method used in developing the accounting information is the Framework for the Application of Sistems Thinking (F.A.S.T.) method. The result is a procedure which may increase performance of HKBP Depok I management as well as foundation for further studies."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S45785
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eunike Princella
"ABSTRACT
Setiap suku di Indonesia memiliki nilai dasar yang dijadikan pedoman dalam hidup. Pada masyarakat Batak, Dalihan Na Tolu merupakan budaya dalam bentuk sistem kekerabatan yang dijunjung tinggi pada masyarakat Batak untuk mendapatkan tiga berkat hidup, yakni hamoraon kekayaan, hagabeon keturunan, dan hasangapon kehormatan. Studi-studi sebelumnya menjelaskan perubahan Dalihan Na Tolu pada masyarakat Batak perkotaan namun tidak membahas bagaimana upaya mempertahankan nilai Dalihan Na Tolu tersebut dalam lingkup keluarga. Penelitian ini ingin membahas bagaimana sosialisasi yang dilakukan pada keluarga etnis Batak Toba dalam menghadapi perubahan sosial di perkotaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dalihan Na Tolu dan 3 tiga berkat hidup orang Batak masih dipertahankan di masyarakat Batak perkotaan. Pola sosialisasi yang efektif digunakan keluarga khususnya orang tua dalam menurunkan nilai Dalihan Na Tolu dan 3 tiga berkat hidup adalah dengan pola sosialisasi demokratis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam pada keluarga Batak Toba yang masing-masing keluarga terdiri dari satu ayah, satu ibu, dan dua anak yang berjemaat di HKBP di DKI Jakarta.

ABSTRACT
Each ethnics in Indonesia has a basic value that is used as a guide in life. In Batak community, Dalihan Na Tolu is a culture in the form of a kinship system that is upheld in the Batak community to get three blessings of life, namely hamoraon wealth, hagabeon generation, and hasangapon honor. Previous studies have explained Dalihan Na Tolu 39 s change to the Batak community in urban context but did not discuss how to maintain the value of Dalihan Na Tolu itself in the family sphere. This research would like to discuss how socialization conducted on Toba families in facing social changes in urban areas. The results show that Dalihan Na Tolu and three blessings of life are still maintained in Batak community in urban context. The effective socialization patterns used by families, especially parents in teaching Dalihan Na Tolu and three blessings of life is the democratic socialization. This research used qualitative method with in depth interview to Toba family which each family consist of one father, one mother, and two children who are members of HKBP in DKI Jakarta. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Robert Adinata
"Skripsi ini mengaji tentang penguatan identitas etnis pada pemuda Kristen Batak dalam Naposobulung HKBP Kebayoran Selatan. Dalam konteks kota Jakarta yang plural, HKBP tidak hanya memiliki peran kerohanian, tapi juga menjadi wadah dalam penguatan identitas etnis Batak. Melalui Naposobulung, HKBP berusaha menanamkan pengetahuan adat Batak pada generasi muda yang dibesarkan di Jakarta dan menguatkan solidaritas antar pemuda Batak di Jakarta yang plural agar identitas Batak para pemuda tidak hilang. Para pemuda memiliki berbagai alasan sendiri mengapa penguatan identitas etnis Batak menjadi penting dalam pluralitas kehidupan kota Jakarta.

This thesis examines the strengthening of ethnic identity on the Batak Christian youth in Naposobulung of South Kebayoran HKBP. In the context of a pluralistic city like Jakarta, HKBP not only has the role of spirituality, but also a strengthening forum in Batak ethnic identity. Through Naposobulung, HKBP trying to instill Batak knowledge on the younger generation who grew up in Jakarta and strengthen the solidarity between young Batak people in pluralistic Jakarta so that youth Batak identity is not lost. The youth have their own reasons why strengthening the Batak ethnic identity became important in their life in Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S52631
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Primus Wawo
"Ketika pemimpin rezim Orde Baru, Soeharto, dijatuhkan oleh gerakan reformasi rakyat Indonesia pada bulan Mei 1998 harapan berlangsungnya sebuah pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur yang demokratis menjadi keinginan semua pihak. Semua pihak tentunya tidak ingin lagi melihat adanya berbagai bentuk intervensi dan pemerintah pusat yang berlebihan di luar aturan hukum yang ada, seperti yang tampak pada praktek pemilihan di era Orde Baru. Namun kenyataan justru tidak menunjukkan sebuah perubahan yang signifikan. Bahkan konflik muncul akibat bentuk intervensi seperti di era Orde Baru terlepas dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Studi ini berfokus pada konflik Internal PDI-P antara Megawati (DPP) dan Tarmidi Suhardjo (DPD) dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta Periode Tahun 2002-2007.
Metode penelitian yang digunakan studi ini meliputi empat aspek. Pertama, pendekatan kualitatif. Kedua, tipe penelitian deskriptif analitis. Ketiga, teknik pengumpulan data primer melalui wawancara mendalam (interview indepth), data sekunder dengan studi kepustakaan. Keempat, teknik analisis dengan kualitatif.
Adapun temuan-temuan yang dihasilkan dari studi ini dengan menggunakan metodologi di atas meliputi;
Legitimasi hukum yang telah diperoleh oleh Sutiyoso berupa ketetapan DPRD DKI Jakarta tentang mengakuan oleh DPRD DKI Jakarta sebagai Gubernur DKI Jakarta Periode Tahun 2002-2007, dan penetapan atau pelantikan oleh Presiden RI setelah sebelumnya dipilih secara sah oleh sebagian anggota DPRD DKI Jakarta menunjukkan bahwa secara hukum Sutiyoso adalah Gubernur DKI Jakarta Periode Tahun 2002-2007.
Meskipun Sutiyoso terpilih sesuai mekanisme perundang-undangan yang berlaku, namun munculnya berbagai kelompok kepentingan (interest group) dan kelompok penekan (pressure group) yang menolaknya sebagai Gubernur DKI Jakarta merupakan indikasi tidak maksimalnya legitimasi politik yang diperolehnya, Bahkan dukungan yang diberikan oleh Megawati (DPP) terhadap Sutiyoso tidak memperkuat legitimasi politik tersebut, karena Megawati (DPP) melakukannya di luar prinsip-prinsip demokrasi yang berlaku secara umum.
Begitu pula tampilnya elemen kekuatan politik masyarakat baik kelompok kepentingan (interest group) maupun kelompok penekan (pressure group) dalam pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur yang memperjuangkan aspirasi dan calonnya masing-masing harus dipandang sebagai sebuah bentuk partisipasi politik masyarakat Jakarta yang memberi kontribusi terhadap proses demokrasi terutama pada mekanisme pencalonan dan pemilihan. Karena itu adanya penilaian bahwa sejumlah aksi atau demonstrasi tidak murni atau ditunggangi tentu tidak relevan lagi dibicarakan dalam kaitannya dengan proses-proses politik yang terkait dengan kekuasaan dan kepentingan.
Selanjutnya, adanya pengakuan anggota DPRD DKI Jakarta terutama anggota DPRD dari Fraksi PDI-P bahwa diantara mereka tidak diperintah memilih Sutiyoso dapat dianggap sebagai salah satu bentuk kebohongan publik. Sebab munculnya rekomendasi Megawati (DPP) Nomor: 94911NIDPPIVII12002 tanggal 15 Juli 2002 yang memerintahkan agar Fraksi PDI-P DPRD DKI Jakarta memilih Sutiyoso setidaknya membuktikan adanya penyimpangan dalam proses politik. Dan penyimpangan itulah yang menjadi hakekat dari sumber konflik internal PDI-P antara Megawati (DPP) dan Tarmidi (DPD).
Konflik muncul karena Megawati (DPP) tidak menjunjung tinggi prinsip-prinsip demokratisasi, yang berarti pula telah melanggar pokok-pokok pikirannya sendiri yang pernah dilontarkan ke publik sebelum menjadi Ketua Umum PDI-P. Dan sebagai dampak dari penyimpangan ini tidak hanya membuat Tarmidi Suhardjo dipecat sesuai Surat Nomor: 205/DPP/KPTSI/X/2002 tanggal 8 Oktober 2002 dan keluar dari PDI-P, tetapi akan mempengaruhi perolehan suara PDI-P pada pemilu 2004.
Dukungan Megawati sebagai Ketua Umum DPP PDI-P dan sebagai Presiden terhadap Sutiyoso merupakan bukti bahwa penguasa cenderung mempertahankan kekuasaannya. Karena itu dukungan Megawati terhadap Sutiyoso dalam pemilihan Gubennir/Wakil Gubernur DKI Jakarta Periode Tahun 2002-2007 tidak lepas dari kepentingan jangka pendek dan jangka panjang Megawati (DPP). Kepentingan jangka pendek Megawati berupa kepentingan ekonorni dan jaminan stabilitas sisa masa jabatannya. Sedangkan untuk jangka panjang kepentingan Megawati (DPP) berupa naiknya kembali elit PDI-P dipanggung politik nasional setelah memenangi permilu 2004.
Karena itu terpilihnya Sutiyoso yang sangat ditentukan oleh adanya kekuatan politik DPP PDI-P harus dilihat sebagai bagian dari proses tawar menawar politik (bargaining) antara kepentingan Sutiyoso yang ingin terpilih kembali sebagai Gubernur DKI Jakarta Periode Tahun 2002-2007 dan kepentingan Megawati yang ingin agar masa kekuasaannya yang tanggal beberapa bulan lagi dapat bertahan, serta kepentingan PDI-P untuk pemenangan pemilu 2004.
Namun bagaimanapun juga intervensi Megawati (DPP) dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta dengan mendukung Sutiyoso yang bukan kader PDI-P patut disesalkan oleh kader dan massa PDI-P, karena Megawati selaku Ketua Umum Partai dalam mengeluarkan rekomendasi dalam mendukung Sutiyoso tidak didahului dengan menjelaskan ke seluruh massa pendukungnya bahwa dukungannya terhadap Sutiyoso adalah demi kepentingan kekuasaannya dan kepentingan PDI-P."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13855
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Harris Baris Agustinus
"Konstitusi RI menjamin kemerdekaan setiap penduduk dalam memeluk dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya. Namun, puluhan tahun sejak kemerdekaan Republik Indonesia, konflik akibat pendirian rumah ibadat masih jamak terjadi. Beberapa kasus menunjukkan bahwa kaum minoritas di daerah mayoritas penduduk memeluk agama berbeda mengalami hambatan dalam mendirikan rumah ibadat. Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui bagaimana negara memainkan peran dalam konflik yang berlangsung di tengah masyarakat dalam kasus penolakan pembangunan Gereja HKBP Filadelfia di Kabupaten Bekasi dan Gereja Katolik Santa Clara di Kota Bekasi. Disebutkan oleh Theda Skocpol, negara bersifat otonom dan negara memiliki instrumen-instrumen untuk mencapai tujuannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan standpoint dalam penanganan konflik di dua kasus tersebut memengaruhi proses penyelesaian konflik sekaligus menguji otonomi negara. Dalam kasus Gereja HKBP Filadelfia, peran "civil society" melalui kelompok kepentingan (interest groups) yang menolak pembangunan gereja memberi kontribusi negatif pada penyelesaian konflik karena berhasil menaklukkan otoritas politik demokratis, yaitu negara yang direpresentasikan oleh Pemda Kabupaten Bekasi.

The Indonesian Constitution guarantees the independence of every citizen in embracing and worshiping according to their religion and beliefs. However, decades since the independence of the Republic of Indonesia, conflicts due to the construction of houses of worship are still common. Some cases show that minorities in majority areas of different religions experience obstacles in establishing a hous of worship. The purpose of this research is to find out how the state plays a role in the ongoing conflict in society with two case studies, namely the rejection of the establishment of the Filadelfia HKBP Church in Bekasi Regency and the Santa Clara Catholic Church in Bekasi City. As stated by Theda Skocpol, the state is autonomous and the state has instruments to achieve its own goals. The method used in this research is qualitative method. The data collection techniques used in this research are interviews, and documentary studies. The results showed that the standpoint differences in conflict resolution in the two cases affected the conflict resolution process and at the same time tested state autonomy. In the case of the HKBP Filadelfia Church, the role of "civil society" through interest groups who refused the church's construction contributed negatively to conflict resolution because it succeeded in conquering democratic political authority, namely the State represented by the Bekasi Regency local government."
Depok: Universitas Indonesia, 2020
T55338
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tulisan ini hendak menunjukkan perjumpaan dua tradisi dan budaya perkawinan yang saling menyuburkan internalisasi status perempuan. Keduanya ialah tradisi liturgi perkawinan dalam gereja dan tradisi perkawinan adat Batak Toba. Tradisi gereja dan tradisi adat datang dari dua dunia yang berbeda. Mereka mempunyai perbedaan latar belakang konteks, tetapi sama-sama menstereotipe dan mensubordinasi perempuan. Teks yang sering dipergunakan dalam tradisi liturgi perkawinan menggambarkan perempuan distereotipe dalam ketundukan kepada suami sebagai bentuk ketundukan kepada Tuhan. Teks tradisi liturgi perkawinan yang patriarki itu hadir di tengah-tengah masyarakat Batak yang juga patriarki. Masyarakat ini sangat kental dengan adat. Salah satunya ialah perkawinan adat Batak Toba dengan sinamot yang diartikan sebagai pembayaran perkawinan. Banyak yang menyebut sinamot sebagai tuhor ni boru, arti harafiah ?uang beli perempuan.?"
305 JP 20:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>