Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159201 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Fitri Sudiarty
"Penelitian ini berusaha melihat hubungan antara parent attachment dan kematangan karir pada siswa SMA. Partisipan penelitian ini adalah siswa SMA yang berada di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi), sebanyak 884 orang. Parent attachment diukur dengan menggunakan alat ukur IPPA (Inventory Parent and Peer Attachment) yang disusun oleh Greenberg & Armsden (1987), yang dimodikasi oleh peneliti disesuaikan dengan partisipan di Indonesia. Peneliti memisahkan attachment pada ayah dan Ibu, karena berdasarkan pada Greenberg & Armsden (1987) mereka memiliki dampak yang berbeda. Kematangan karir diukur dengan CDI (Career Development Inventory) yang disusun oleh Super and Thompson (1979) Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara parent attachment dengan kematangan karir. Ditemukan pula bahwa hanya attachment pada ayah yang memiliki hubungan yang signifikan. Selain itu, ternyata ditemukan bahwa hanya dimensi trust dalam attachment pada ayah yang berhubungan dengan kematangan karir.
This research aims to get the correlation between parent attachment and career maturity on senior high school students. The participants of this research are the students on senior high school in Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), amounts 884 students. Parent attachment was measured by measurement tools that modified by researcher based on school well-being measurement tools made by Greenberg & Armsden (1987). On the other hand, career maturity measured by measurement tools that modified by researcher based on CDI (Career Development Inventory) instrument, developed by Super and Thompson (1979). The results indicates that there are positive and significant relations between parent attachment with career maturity. It also found only father attachment related to career maturity. Besides, it also found that only trust dimension of father attachment related to career maturity."
2010
S3672
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wikan Putri Larasati
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3579
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Suharsa
"Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Perkembangan lain yang perlu mendapat perhatian pada remaja diantaranya perkembangan kognisi, sosial dan seksual.
Berbagai pengaruh yang berkaitan dengan perilaku seksual remaja diantaranya tradisi dan budaya setempat, komunikasi dengan kelompok sebaya, pengaruh keluarga dan lingkungan, keterpajanan media informasi baik media cetak maupun elektronik, pengaruh pendidikan seks di sekolah dan komunikasi dengan guru. Hal tersebut apabila tidak diantisipasi sejak dini akan berdampak pada perilaku seksual yang berisiko.
Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya perilaku seksual remaja pada Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Pandeglang serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Manfaat yang diharapkan dapat memberikan masukan bagi Pemerintah daerah (Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Kependudukan Keluarga Berencana dan Catatan Sipil dan Kantor Departemen Agama Kabupaten Pandeglang) perihal perilaku seks anak didik, sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan solusi dan intervensi yang tepat, cepat dan berkesinambungan untuk membimbing anak didik mengatasi masalah perilaku seks yang dihadapinya.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Lokasi penelitian di Kabupaten Pandeglang dengan populasi penelitian siswa pada 30 Sekolah Menengah Atas. Penentuan sampel menggunakan rancangan Multi Stage Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 131 siswa. Pengolahan data dilakukan dengan analisis univariat, analisis bivariat (uji chi square) dan analisis multivariat (uji regresi logistik).
Hasil analisis univariat menunjukkan 12 (9,2%) siswa pernah melakukan hubungan seksual dengan alasan tertinggi ingin coba-coba 50% yang dilakukan dengan pacar sebanyak 91,6%. Seluruh siswa pernah mempunyai pacar, namun dari 14 item pertanyaan mengenai perilaku seksual alasan tidak melakukan salah satu perilaku seks karena takut dosa 31,3% dan dilarang agama 29,0%. Hasil Analisis Bivariat yang rnempunyai hubungan bermakna adalah faktor pengetahuan, faktor keterpajanan media informasi dan faktor kepatuhan agama. Sedangkan hasil analisis multivariat menunjukkan variabel yang paling dominan berhubungan dengan perilaku seksual remaja adalah keterpajanan media informasi.
Disarankan untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang seksual dan kesehatan reproduksi, instruksi pendidikan segera mewujudkan instruksi Menteri Pendidikan NasionaI Nomor 91[]11997 tentang HIV/AIDS, kesehatan reproduksi dan Infeksi Menular Seksual. Perlunya dibentuk layanan informasi dan konseling tentang kesehatan reproduksi dan perlunya meningkatkan pengetahuan guru melalui berbagai pelatihan kesehatan reproduksi. Selain itu, peran orang tua diharapkan dapat lebih meningkatkan komunikasi dengan remaja perihal perilaku seksual dan kesehatan reproduksi.

Adolescence is known as transition period from childhood to adulthood that can be identified with the changes of physical, emotion, and psychology of the individual. Other developments that occur on the period of adolescence are includes the cognition, social, and sexual development.
Regards to sexual development, there are many influences to the adolescent that will determine her/his sexual behavior, such as local tradition and culture, communication with peers, family and environs influence, exposures on media of both written and electronic, openness to sex education at school, and communication with the teachers. It is believed that those factors mention above will lead to a risky sexual behavior if they have not anticipated in early stage.
The purpose of the study is to find out the adolescent sexual behavior and its related factors among Senior High School students at the district of Pandeglang. It is hope that the result of the study will 'give a contribution to the district authority offices related (Education Authority, Health Authority, Population Authority Family Planning and Civilian Record and District Ministry of Religion of District of Pandeglang) in regards to the students sexual behavior, as a consideration on making suitable solution and carrying out a prompt and persist intervention, in order to give guidance to the students to deal with her/his sexual behavior problems they faced.
The study is a quantitative study that using cross sectional research design. The study is carried out at the district of Pandeglang with the students of 30 Senior High Schools as the population. Sample is determined by using a multistage sampling method, and yielded the sample at 131 students. Data is analyzed in three stages procedures, i.e. the univariate analysis, bivariate analysis (with chi's square test), and multivariate analysis (using logistic regression test).
All the students are stated that they have ever had a boy/girlfriend. The univariate analysis showed that among 131 students, there are 12 (9.2%) students that have committed on having sexual intercourse. The most reason for having sexual intercourse is `just want to try' (50.0%) and most of the sexual partner is their boy/girlfriend (91.6%). Among those who stated that never do any sexual behavior, of 14 items on the reason why they never did, are: afraid to be sin (31.3%) and because it's forbidden in the religion (29.0%). Result from bivariate analysis, variables that having significantly related to adolescent sexual behavior are: knowledge on reproductive health, media information exposures, and religious obedience. The multivariate analysis found that the most dominant variable related to the adolescent sexual behavior is the media information exposures.
It is suggested that there is a need on increasing the students' knowledge on sexual and reproductive health; the educational institution should implement the decree of the Ministry of National Education Number 9IU/1997 about HIV/AIDS, Reproductive Health, and Sexually Transmitted Diseases; the need on establishing the information and counseling services on reproductive health; the need on increasing the teachers' knowledge on reproductive health by training; and the role of parents is also need to enhance in order to elevate the relationship with teenagers, and they can discuss freely the issues on sexual behavior and reproductive health.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19114
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wira Dharma
"Masa remaja merupakan fase penting dalam kehidupan seseorang, dimana pada ihse tersebut terjadi perubahan baik secara biologis maupun psikologis. Perubahan ini akan menyebabkan perubahan perilaku seksual yang harus disikapi dengan hati-hati agar tidak menimbulkan masalah.
Perilaku seksual adalah seluruh tingkah laku yang didorong oleh adanya hasrat seksual baik dengan lawan jenis ataupun sesama jenisnya. Manifestasi yang bennacam-macam dari perilaku seksual ini sering menyebabkan masalah selama masa remaja seperti hubungan seksual pranikah, aborsi, penyakit menular seksual dan juga HIV/AIDS.
Tujuan penelitian adalah untuk rnengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual siswa SMA di Kecamatan Bangkinang tahun 2008. Manfaat penelitian adalah untuk memberikan masukan kepada pembuat keputusan dan pelaksana program kesehatan dalam melakukan pembinaan kepada remaja sebagai pribadi yang berkembang.
Desain penelitian menggunakan cross sectional dan melihat hubungan antara faktor predisposisi dan penguat dengan perilaku seksual siswa SMA di Kecamatan Bangkinang Faktor predisposisi meliputi umm, jenis kelamin, pengetahuan dan sikap. Faktor penguat meliputi nilzzi moral dalam masyarakat keharmonisan keluarga, pengaruh Ieman sebaya, lingkungan pendidikan dan keterpaparan oleh media informasi.
Penelitian dilakukan pada bulan Februari dan Maret 2008. Lokasi penelitian adalah Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar Propinsi Riau dengan populasi seluruh siswa SMA di Kecamatan Bangkinang. Sampel dipilih secara acak sederhana berjumlah 432 orang. Pengambilan data dilakukan dengan meminta responden untuk mengisi kuisioner.
Hasil penelitian mendapatkan adanya 27 orang responden (6,3%) yang telah melakukan hubungan seksual pranikah, dimana 3 orang responden atau pasangannya hamil dan semuanya menggugurkan kandungan sendiri atau dengan bantuan dukun. Responden yang memiliki perilaku seksual beresiko sebesar 152 responden atau 35,2%. Faktor yang memiliki hubungan bemrakna dengan perilaku seksual adalah nilai moral dalam masyarakat, pengaruh teman sebaya dan ke/terpaparan oleh media informasi. Responden dengan nilai moral masyarakat yang longgar berpeluang memiliki perilaku seksual beresiko 1,8 kali dibandingkan siswa dengan nilai moral dalam masyarakat yang ketat setelah dikontrol oleh faktor pengaruh teman sebaya dan faktor keterpaparan oleh media informasi. Siswa yang terpengaruh oleh teman sebayanya berpeluang memiliki perilaku seksual beresiko 2,6 k li dibandingkan siswa yang tidak terpengaruh teman sebayanya setelah dikontrol oleh faktor nilai moral dalam masyarakat dan keterpaparan oleh media infonnasi. Siswa yang terpapar oleh media informasi berpeluang memiliki perilaku seksual beresiko 3,3 kali dibandingkan dengan siswa yang kurang terpapar oleh media informasi, setelah dikontrol oleh faktor nilai moral dalam masyarakat dan pengaruh teman sebaya. Diperoleh hasil bahwa keterpaparan oleh media informasi merupakan faktor yang paling dominant berhubungan dengan perilaku seksual beresiko setelah dikontrol oleh nilai moral dalam masyarakat dan pengaruh teman sebaya.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar para pembuat kebijakan mengeluarkan peraturan tentang pemasangan software antipomografi pada setiap penyedia jasa intemet, mengadakan pelatihan konselor bagi teman sebaya, pembatasan I-IP berkamera di lingkungan sekolah, dan memperbanyak materi kesehatan reproduksi yang bertanggungiawab untuk seluruh siswa SMA
This the important life phase in someone life, at this phase the changed happened meaning by biological and psychological. This change will cause the behavioral change of sexual attitude which must carefully faced in order not to generate problem.
Sexual behavior is the entire adolescent behaviour pushed by existence of good sexual ambition with its oposite gender and or its sesame type. Too many kinds of this sexual behavior manifestation will often cause the problem of during teen-age, like a prcmarital sexual intercourse, abonion, sexual contagion as well as HIV I AIDS.
The research aim to to know the factors that related to sexual behavior of Senior High School students at Bangkinang District in year of 2008. This Research benefit is to give the input to decision maker and reproduction health programmer in conducting construction to adolescent as an cxpandent person.
The research use cross sectional designed to see the relation between the predisposing and reinforcing factors with sexual behavior of SMA student in Bangkinang District. Predisposing factors cover the age, gender, knowledge and attitude. Reinforcing factor cover asses the moral in society, the family harmonious, friend influence coeval, mileu of school and exposurcd by media of information.
Research conducted in Februari and March 2008. Research location is in District of Bangkinang of Kampar regents Riau Province, with the entire population student SMA in District Bangkinang. Sampel selected at random modestly amount to 432 people. Data intake conducted by asking for responder to fill questioner.
Result of the research get 27 responder ( 6,3%) which have done the premarital sexual intercourse, whcrc 3 responder or their couple was pregnant and altogether abon the pregnance by themself or constructively soothsayer. The responder who owning high risk sexual behaviour is about 152 responder or 35,2%. Factors that have significant relation with sexual behaviour is moral value in society, friend influence coeval and media of information exposure. Responder with the diffuse society moral value have opportunity to have the high risk sexual behavior l,8 times compared to student with the moral value in tight society after controlled by factor of friend influence coeval and media of information exposure. Student affected by friend coeval have opportunity to have the high risk sexual behavior 2,6 _times compared to a student which is not affected by a friend coeval alter controlled by factor assess the moral in society and the media of infomation exposure. Student which media of infomation exposure have opportunity to have the high risk sexual behavior 3,3 times compared to a less student of media exposure, after controlled by factor assess the moral in society and friend influence coeval.
Obtained by the result that media of information exposure represent the most of dominant factor that relate to the high risk sexual behavior alter controlled by moral value in society and iiiend influence coeval. Pursuant to research result suggested that all policy maker release the regulation of software antipornography installation in each internet service provider, performing a counselor training to friend coeval, demarcation of camera handphonc in school environment, and multiply the items of responsibly health reproduction entire SMA student.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dneska Woro Andini
"ABSTRAK
Latar belakang: Thalassemia merupakan kelainan darah yang diturunkan secara autosomal resesif. Sampai saat ini thalassemia belum dapat disembuhkan. Biaya pengobatan yang tinggi serta komplikasi yang banyak pada penyakit ini menyebabkan pentingnya dilakukan tindakan pencegahan untuk menurunkan insidens thalassemia. Tingkat pengetahuan serta sikap remaja yang baik terhadap thalassemia dapat membantu menurunkan insidens penyakit tersebut. Tujuan: 1 Mengetahui proporsi tingkat pengetahuan dan sikap siswa SMA terhadap thalassemia. 2 Menganalisis faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan pengetahuan dan sikap siswa SMA terhadap thalassemia pendidikan, pendapatan keluarga, pengalaman pribadi, media massa, akses informasi di pelayanan kesehatan, peran keluarga, peran agama . Metode: Penelitian potong lintang deskriptif analitik dilakukan terhadap siswa kelas 10,11,12 dari 2 SMA negeri dan 2 SMA swasta di Jakarta Pusat sejak Februari 2017 sampai Juni 2017. Pengambilan data dilakukan melalui pengisian kuesioner oleh masing-masing siswa. Hasil: Total subyek yang diteliti adalah 300 siswa SMA. Proporsi tingkat pengetahuan yang baik pada siswa SMA adalah 28,3 dan proporsi sikap positif siswa SMA terhadap thalassemia adalah 60 . Faktor yang memiliki hubungan terhadap pengetahuan yang baik adalah jurusan akademik p=0,019; IK95 1,138-4,166 , paparan media massa p.

ABSTRACT
Title Factors Related to High Scool Students Knowledge and Attitude of Thalassemia Background Thalassemia is a recessively inherited disorder of haemoglobin synthesis.This disease is not curable. The complications of the disease and the high cost of life long treatment make prevention strategies crucial in the reduction of thalassemia incidences. Good knowledge and positive attitude towards thalassemia can help in reduction the incidence. Objectives 1 to investigate proportion of high school students knowledge and attitudes towards thalassemia. 2 to identify factors related to high school students knowledge and attitudes towards thalassemia education, family income,mass media, information access in healthcare facilities, family and religion role Methods A cross sectional descriptive analitic study conducted on 10th,11th, 12th grade students of 2 public and 2 private high schools in Central Jakarta, since February to June 2017, using a self administered questionnaire. Results Total of study subjects are 300 students. Proportion of good thalassemia knowledge in high scool students is 28.3 and proportion of thalassemia positive attitude is 60 . Factors related to good level of knowledge are academic major p 0.019 CI95 1,138 4,166 , mass media influence p"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Shera Cynthia Islami
"Latar Belakang: Berdasarkan laporan Riskesdas (2018), terdapat sekitar 77 juta perokok
berusia diatas 15 tahun di Indonesia. Banyaknya masyarakat yang mulai merokok pada
saat remaja dan peningkatan jumlah perokok remaja di Indonesia menjadikan remaja
sebagai target untuk pencegahan dan intervensi kebiasaan merokok. Pengetahuan dan
kesadaran mengenai bahaya merokok serta motivasi berhenti merokok diketahui mejadi
faktor dalam mencegah kebiasaan merokok dan memprediksi peluang seseorang berhenti
merokok. Tujuan: Untuk mengetahui kesadaran dan tingkat pengetahuan tentang bahaya
merokok pada rongga mulut serta motivasi berhenti merokok pada siswa SMA di Jakarta
beserta variabel yang berkontribusi terhadapnya. Metode penelitian: Studi analisis
cross-sectional pada 552 siswa SMA di Jakarta. Kesadaran dan tingkat pengetahuan
diukur menggunakan kuesioner penelitian AlAbdullah, dkk (2019). Kuesioner penelitian
Joly, dkk (2017) digunakan untuk mengukur tingkat motivasi berhenti merokok. Kedua
kuesioner selanjutnya melalui proses adaptasi lintas budaya, uji validitas, dan uji
reliabilitas terlebih dahulu sebelum digunakan. Pengambilan data dilakukan melalui dua
tahap yaitu total sampling di SMAN 77 Jakarta Pusat pada tahap pertama dan
convenience sampling pada tahap kedua. Hasil: Mayoritas siswa (n = 493, 89,3%) telah
sadar akan bahaya merokok pada rongga mulut. Terdapat 324 (65,72%) siswa dari siswa
yang sadar masih memiliki tingkat masih memiliki tingkat pengetahuan yang rendah,
yaitu hanya dapat mengetahui paling banyak empat dari sepuluh efek spesifik merokok
terhadap rongga mulut. Efek spesifik merokok terhadap rongga mulut yang paling banyak
diketahui oleh siswa adalah bau mulut dan yang paling sedikit siswa ketahui adalah nyeri saat mengunyah. Terdapat hubungan bermakna antara beberapa karakteristik sosiodemografi
terhadap kesadaran dan pengetahuan siswa. Siswa perempuan, memiliki niat
berhenti merokok dan belum lama merokok memiliki kesadaran lebih baik. Siswa yang
tidak pernah merokok memiliki kesadaran dan tingkat pengetahuan lebih baik. Selain itu,
motivasi berhenti merokok masih rendah pada 22 (43,1%) dari 51 siswa yang pernah
merokok. Terdapat korelasi linear antara skor motivasi berhenti merokok terhadap ratarata
nilai rapor, status berhenti merokok, lama merokok, dan niat berhenti merokok. Semakin tinggi nilai rapor, semakin lama siswa telah berhenti merokok, dan pada siswa yang memiliki niat berhenti merokok, semakin tinggi pula tingkat motivasi siswa untuk berhenti merokok, hal sebaliknya terjadi pada siswa yang semakin lama merokok. Lebih lanjut, tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat motivasi berhenti merokok terhadap kesadaran (p = 0,136) dan tingkat pengetahuan (p = 0,504) mengenai bahaya merokok pada rongga mulut. Kesimpulan: Mayoritas siswa SMA di Jakarta telah sadar bahwa merokok membahayakan rongga mulut, namun tingkat pengetahuan mengenai efek spesifik rokok terhadap rongga mulut dan tingkat motivasi berhenti merokok masih rendah. Dibutuhkan intervensi lebih lanjut untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mengenai bahaya merokok pada remaja sebagai upaya mencegah perilaku
merokok pada remaja dan membantu remaja berhenti merokok.

Background: According to Riskesdas (2018), there are over 77 million 15-years-old and
above smokers in Indonesia. The fact that most of smokers in Indonesia start smoking
during adolescent makes it as the right target for prevention and intervention of smoking.
Awareness and knowledges about the jeopardy effect of smoking on health have known
to be protective factors for smoking. Meanwhile, motivation to stop smoking plays role
in predicting smoking cessation. Objective: To asess the awareness and knowledge about
the jeopardy effects of smoking on oral health and smoking cessation motivation among
high school students in Jakarta along with their contributing variables. Method: An
analytic questionnaire-based cross-sectional study was conducted among 552 high school
students in Jakarta. Questionnaire from AlAbdullah, et al (2019) was used to asses
awareness and knowledge. Smoking cessation motivation was assed using questionnaire
from Joly, et al (2017). Both questionnaires have undergone cross-cultural adaptation,
validity, and reliability test. There were two steps of data collection, the first step was
using total sampling on students from Public Senior Highschool number 77 in Central
Jakarta and the second step was using convenience sampling to senior high school
students in Jakarta. Results: The majority of students were aware (n = 493, 89.3%) about
the jeopardy effects of smoking on oral health. However, there were 324 (65,72%)
students that still had low knowledge level among students who aware, students
mentioned were only able to mention maximum four specific effects of smoking on oral
health. The most known effect was bad odor and the least was painful chewing. There
were significant associations between awareness with gender, intention to quit smoking,
smoking status, and duration of smoking. Female students, students who have intention to quit smoking, never smoke, and have shorter smoking duration were more likely to
aware than the contra group. With respect to knowledge, students who have never smoked
were more likely to have higher knowledge level. Aside of that, the level of smoking
cessation motivation was still low on 22 (43,1%) over 51 students who have smoked.
There are linier correlations between motivation score with academic score, abstinence
duration, smoking period, and the intention to quit smoking. The higher academic score,
the longer abstinence from smoking, the shorter smoking duration, and having intention
to quit smoking, the higher the motivation to quit smoking will be. However, there was
no any statistically significant difference between smoking cessation motivation with
awareness (p = 0.136) and knowledge (p = 0.504). Conclusion: Most of the students were
aware that smoking affects oral health. However, the level of knowledge about further
effects and smoking cessation motivation was still low. Thus, more interventions are
required to address these issues in order to prevent adolescencts from smoking and
promote smoking cessation on adolescents who smoke.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shera Cynthia Islami
"Latar Belakang: Berdasarkan laporan Riskesdas (2018), terdapat sekitar 77 juta perokok berusia diatas 15 tahun di Indonesia. Banyaknya masyarakat yang mulai merokok pada saat remaja dan peningkatan jumlah perokok remaja di Indonesia menjadikan remaja sebagai target untuk pencegahan dan intervensi kebiasaan merokok. Pengetahuan dan kesadaran mengenai bahaya merokok serta motivasi berhenti merokok diketahui mejadi faktor dalam mencegah kebiasaan merokok dan memprediksi peluang seseorang berhenti merokok. Tujuan: Untuk mengetahui kesadaran dan tingkat pengetahuan tentang bahaya merokok pada rongga mulut serta motivasi berhenti merokok pada siswa SMA di Jakarta beserta variabel yang berkontribusi terhadapnya. Metode penelitian: Studi analisis cross-sectional pada 552 siswa SMA di Jakarta. Kesadaran dan tingkat pengetahuan diukur menggunakan kuesioner penelitian AlAbdullah, dkk (2019). Kuesioner penelitian Joly, dkk (2017) digunakan untuk mengukur tingkat motivasi berhenti merokok. Kedua kuesioner selanjutnya melalui proses adaptasi lintas budaya, uji validitas, dan uji reliabilitas terlebih dahulu sebelum digunakan. Pengambilan data dilakukan melalui dua tahap yaitu total sampling di SMAN 77 Jakarta Pusat pada tahap pertama dan convenience sampling pada tahap kedua. Hasil: Mayoritas siswa (n = 493, 89,3%) telah sadar akan bahaya merokok pada rongga mulut. Terdapat 324 (65,72%) siswa dari siswa yang sadar masih memiliki tingkat masih memiliki tingkat pengetahuan yang rendah, yaitu hanya dapat mengetahui paling banyak empat dari sepuluh efek spesifik merokok terhadap rongga mulut. Efek spesifik merokok terhadap rongga mulut yang paling banyak diketahui oleh siswa adalah bau mulut dan yang paling sedikit siswa ketahui adalah nyeri saat mengunyah. Terdapat hubungan bermakna antara beberapa karakteristik sosiodemografi terhadap kesadaran dan pengetahuan siswa. Siswa perempuan, memiliki niat berhenti merokok dan belum lama merokok memiliki kesadaran lebih baik. Siswa yang tidak pernah merokok memiliki kesadaran dan tingkat pengetahuan lebih baik. Selain itu, motivasi berhenti merokok masih rendah pada 22 (43,1%) dari 51 siswa yang pernah merokok. Terdapat korelasi linear antara skor motivasi berhenti merokok terhadap ratarata nilai rapor, status berhenti merokok, lama merokok, dan niat berhenti merokok. Semakin tinggi nilai rapor, semakin lama siswa telah berhenti merokok, dan pada siswa yang memiliki niat berhenti merokok, semakin tinggi pula tingkat motivasi siswa untuk berhenti merokok, hal sebaliknya terjadi pada siswa yang semakin lama merokok. Lebih lanjut, tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat motivasi berhenti merokok terhadap kesadaran (p = 0,136) dan tingkat pengetahuan (p = 0,504) mengenai bahaya merokok pada rongga mulut. Kesimpulan: Mayoritas siswa SMA di Jakarta telah sadar bahwa merokok membahayakan rongga mulut, namun tingkat pengetahuan mengenai efek spesifik rokok terhadap rongga mulut dan tingkat motivasi berhenti merokok masih rendah. Dibutuhkan intervensi lebih lanjut untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mengenai bahaya merokok pada remaja sebagai upaya mencegah perilaku merokok pada remaja dan membantu remaja berhenti merokok

Background: According to Riskesdas (2018), there are over 77 million 15-years-old and above smokers in Indonesia. The fact that most of smokers in Indonesia start smoking during adolescent makes it as the right target for prevention and intervention of smoking. Awareness and knowledges about the jeopardy effect of smoking on health have known to be protective factors for smoking. Meanwhile, motivation to stop smoking plays role in predicting smoking cessation. Objective: To asess the awareness and knowledge about the jeopardy effects of smoking on oral health and smoking cessation motivation among high school students in Jakarta along with their contributing variables. Method: An analytic questionnaire-based cross-sectional study was conducted among 552 high school students in Jakarta. Questionnaire from AlAbdullah, et al (2019) was used to asses awareness and knowledge. Smoking cessation motivation was assed using questionnaire from Joly, et al (2017). Both questionnaires have undergone cross-cultural adaptation, validity, and reliability test. There were two steps of data collection, the first step was using total sampling on students from Public Senior Highschool number 77 in Central Jakarta and the second step was using convenience sampling to senior high school students in Jakarta. Results: The majority of students were aware (n = 493, 89.3%) about the jeopardy effects of smoking on oral health. However, there were 324 (65,72%) students that still had low knowledge level among students who aware, students mentioned were only able to mention maximum four specific effects of smoking on oral health. The most known effect was bad odor and the least was painful chewing. There were significant associations between awareness with gender, intention to quit smoking, smoking status, and duration of smoking. Female students, students who have intention to quit smoking, never smoke, and have shorter smoking duration were more likely to aware than the contra group. With respect to knowledge, students who have never smoked were more likely to have higher knowledge level. Aside of that, the level of smoking cessation motivation was still low on 22 (43,1%) over 51 students who have smoked. There are linier correlations between motivation score with academic score, abstinence duration, smoking period, and the intention to quit smoking. The higher academic score, the longer abstinence from smoking, the shorter smoking duration, and having intention to quit smoking, the higher the motivation to quit smoking will be. However, there was no any statistically significant difference between smoking cessation motivation with awareness (p = 0.136) and knowledge (p = 0.504). Conclusion: Most of the students were aware that smoking affects oral health. However, the level of knowledge about further effects and smoking cessation motivation was still low. Thus, more interventions are required to address these issues in order to prevent adolescencts from smoking and promote smoking cessation on adolescents who smoke."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>