Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135520 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Silvia A.
"Skripsi ini bertujuan untuk melihat perlawanan yang terekspresikan dalam bentuk lagu dan manajemen organisasi Efek Rumah Kaca terhadap tiga kekuatan arus utama (mainstream), yaitu lirik lagu, industri, dan negara. Selain itu, melihat habitus mempengaruhi proses kreatif munculnya lagu-lagu Efek Rumah Kaca yang kritis terhadap mainstream. Peneliti menggunakan teori strukturalisme konstruktivis yang merupakan pemikiran Bourdieu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi paradoks perlawanan Efek Rumah Kaca terhadap mainstream.

This final paper looks the resistance that is expressed in the songs and management Efek Rumah Kaca against the three mainstream, there are lyrics, industries, and state. Also looks habitus affected creativity process in emerging songs by Efek Rumah Kaca which is criticsim againts mainstream. The researcher used a structuralist constructivism from Bourdie. The results conclusion that resistance paradox happen against mainstream by Efek Rumah Kaca."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amira Karin Khairana
"Perspektif kapitalis budaya mengasumsikan bahwa kebebasan kreativitas musisi dibatasi oleh logika industri yang berorientasi mencari keuntungan, oleh karena itu penelitian sebelumnya mengidentifikasi musisi indie bawah tanah bernegosiasi dengan perusahaan rekaman arus utama untuk mempromosikan subkultur yang berbeda dari genre dominan. Tulisan akademis ini bertujuan untuk memahami taktik grup musik indie bawah tanah “Efek Rumah Kaca”, sebagai negosiasi terhadap musik arus utama dominan dan sebagai produksi budaya DIY yang kreatif/ inovatif, untuk bertahan dalam industri musik kapitalis. Dengan menggunakan metode analisis tematik konten, bentuk negosiasi yang terjadi diidentifikasi melalui representasi teks khususnya lirik lagu dari karya musik Efek Rumah Kaca. Hasil analisis memperlihatkan bahwa Efek Rumah Kaca menegosiasikan musik arus utama dengan mengadopsi praktik dan simbol dari industri musik populer, ke dalam tindakan alternatif mereka sendiri yang otonom serta kreatif/ inovatif. Bentuk negosiasi juga ditemukan dalam lagu-lagu bergenre indie pop mereka, yang dalam liriknya menyuarakan kepedulian terhadap isu sosial-politik, moral, agama, dan budaya, sebagai kritik terhadap institusi dominan di masyarakat serta industri musik populer arus utama yang kapitalis. Guna bertahan dalam industri musik kapitalis, grup musik indie bawah tanah ini menciptakan ruang khusus (niche space) dengan memaksimalkan capital dan arena (field) yang dikuasai untuk produksi budaya DIY yang mementingkan estetika, serta memanfaatkan sekaligus mengklaim legitimasi/ otoritas budaya setempat.

The cultural capitalist perspective assumes that musicians' freedom of creativity is limited by the industrial logic of profit laden, hence previous studies identified underground indie musicians negotiate with the mainstream recording company to promote a distinct subculture from the dominant genre. This academic paper aims to understand the tactics employed by underground indie music group “Efek Rumah Kaca”, as a form of negotiation between dominant mainstream music and indie musicians which represent creative/innovative DIY cultural production, to survive in the capitalist music industry. Employing thematic content analysis method, the findings suggest the form of negotiation that was occured could be identified through text representation, especially the song lyrics of the musical product of Efek Rumah Kaca. Moreover, Efek Rumah Kaca negotiates with mainstream music by adopting practices and symbols of the popular music industry, into their own autonomous and creative/innovative alternative acts. The form of negotiation is also found in their indie pop songs, which in the lyrics express concern for socio-political, moral, religious and cultural issues, as a critique of the dominant institutions in society and the capitalist mainstream popular music industry. In order to survive in the capitalist music industry, this underground indie music group creates a niche space by maximizing their capital and field for the production of DIY culture that emphasizes aesthetics, as well as utilizing and claiming the legitimacy/authority of local culture."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Amira Karin Khairana
"Perspektif kapitalis budaya mengasumsikan bahwa kebebasan kreativitas musisi dibatasi oleh logika industri yang berorientasi mencari keuntungan, oleh karena itu penelitian sebelumnya mengidentifikasi musisi indie bawah tanah bernegosiasi dengan perusahaan rekaman arus utama untuk mempromosikan subkultur yang berbeda dari genre dominan. Tulisan akademis ini bertujuan untuk memahami taktik grup musik indie bawah tanah “Efek Rumah Kaca”, sebagai negosiasi terhadap musik arus utama dominan dan sebagai produksi budaya DIY yang kreatif/ inovatif, untuk bertahan dalam industri musik kapitalis. Dengan menggunakan metode analisis tematik konten, bentuk negosiasi yang terjadi diidentifikasi melalui representasi teks khususnya lirik lagu dari karya musik Efek Rumah Kaca. Hasil analisis memperlihatkan bahwa Efek Rumah Kaca menegosiasikan musik arus utama dengan mengadopsi praktik dan simbol dari industri musik populer, ke dalam tindakan alternatif mereka sendiri yang otonom serta kreatif/ inovatif. Bentuk negosiasi juga ditemukan dalam lagu-lagu bergenre indie pop mereka, yang dalam liriknya menyuarakan kepedulian terhadap isu sosial-politik, moral, agama, dan budaya, sebagai kritik terhadap institusi dominan di masyarakat serta industri musik populer arus utama yang kapitalis. Guna bertahan dalam industri musik kapitalis, grup musik indie bawah tanah ini menciptakan ruang khusus (niche space) dengan memaksimalkan capital dan arena (field) yang dikuasai untuk produksi budaya DIY yang mementingkan estetika, serta memanfaatkan sekaligus mengklaim legitimasi/ otoritas budaya setempat.
The cultural capitalist perspective assumes that musicians' freedom of creativity is limited by the industrial logic of profit laden, hence previous studies identified underground indie musicians negotiate with the mainstream recording company to promote a distinct subculture from the dominant genre. This academic paper aims to understand the tactics employed by underground indie music group “Efek Rumah Kaca”, as a form of negotiation between dominant mainstream music and indie musicians which represent creative/innovative DIY cultural production, to survive in the capitalist music industry. Employing thematic content analysis method, the findings suggest the form of negotiation that was occured could be identified through text representation, especially the song lyrics of the musical product of Efek Rumah Kaca. Moreover, Efek Rumah Kaca negotiates with mainstream music by adopting practices and symbols of the popular music industry, into their own autonomous and creative/innovative alternative acts. The form of negotiation is also found in their indie pop songs, which in the lyrics express concern for socio-political, moral, religious and cultural issues, as a critique of the dominant institutions in society and the capitalist mainstream popular music industry. In order to survive in the capitalist music industry, this underground indie music group creates a niche space by maximizing their capital and field for the production of DIY culture that emphasizes aesthetics, as well as utilizing and claiming the legitimacy/authority of local culture.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
R.M.S. Gitosaprodjo
Surakarta: Hadiwijaya, 1996
781 GIT i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Winter, F.W.
"Buku ini berisi tentang tembang Jawa dengan menggunakan musik yang dilengkapi dengan notasi (balok). Pada awalnya buku ini disusun oleh F. W. Winter, kemudian diperiksa dan diperbaiki oleh F. L. Winter, terutama dari segi sastranya sesuai dengan yang berlaku pada saat itu dengan mengacu pada Y. A. Wilkes dan kantor Juru Basa di Surakarta."
Weltevreden: Landsdrukkerij, 1924
BKL.0400-SS 10
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Venty Rosalin Handayani
"Makalah ini menganalisis representasi warna merah red di dalam lagu Taylor Swift yang berjudul Red. Tujuan dari analisis ini adalah mencari tahu ragam emosi yang ditunjukkan oleh warna merah di dalam lagu melalui penggunaan metafor dan simbolisasi tertentu di dalam lirik lagu dalam mengekspresikan emosi penyanyi dan bagaimana hal ini mendukung makna dari lagu Red sendiri secara keseluruhan. Di dalam Red Swift secara konsisten menggunakan beberapa perbandingan untuk merepresentasikan dan mengekspresikan perasaannya sebagai tokoh wanita di dalam lagu.
Analisis ini berdasarkan pada teori semiotik guna menganalisis penggunaan simbol atau tanda tertentu yang ditemukan di dalam lagu dan semantik dalam menganalisis makna di balik lirik-lirik lagu dengan mengacu kepada hubungan antar kata untuk melihat representasi warna merah di dalam lagu secara utuh
Hasil dari analisis ini menunjukkan bahwa warna merah merepresentasikan emosi seperti penyesalan hasrat dan cinta yang dirasakan penyanyi terhadap tokoh pria di dalam lagu Warna merah sendiri merepresentasikan tidak hanya perasaan cinta seperti ditunjukkan dalam 'loving him was red' tetapi juga emosi yang membara atau penuh dengan hasrat serta cinta yang kuat seperti dalam liriknya 'burning red'. Warna merah sendiri juga digambarkan sevagai hasrat seksual seperti diimplikasikan dalam 'touching him'. Faktanya warna merah sendiri seringkali dipandang sebagai warna yang merepresentasikan seksualitas dan sensitivitas.

This essay analyses the representation of the colour red in Taylor Swift's song, Red. The aim of this essay is to find out what kinds of emotion red, as colour, represents in the song through the use of metaphor and certain symbolization in the song in expressing the emotion of the singer and in supporting what Red, the title of the song, means. In Red, Swift continuously uses some comparisons to represent and to express her feelings as the woman character in the song.
This analysis is based on the theory of semiotics in analysing the use of certain symbols or signs found in the song and semantics in analysing the meaning behind the lyrics by referring to the connection between words to see the representation of red in the song as a whole.
The result of this analysis shows that red represents such emotions like regret, desire, and love that the singer feels towards the man. Red represents not only love as described in 'loving him was red', but also the burning or passionate and intense love emotion as in 'burning red'. Red is also interpreted as a sexual desire as implied in 'touching him'. In fact, red is often viewed as a colour that represents sexuality and sensitivity.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Astrella Decembrica
"ABSTRAK
Dalam artikel ini, lirik lagu Humain l rsquo;Eau ciptaan Stromae akan dibahas dengan menggunakan pendekatan ekokritik, sebuah cabang dari sastra yang mempelajari produk budaya seperti teks, film, iklan, lagu, serta media lainnya yang memberikan potret tentang hubungan manusia dengan lingkungan. Hasil analisis menunjukan bahwa lirik lagu ini membahas isu lingkungan dalam berbagai dimensi yang berbeda, yakni ancaman pemanasan global, arus industrialisasi dan modernisasi yang menyebabkan kerusakan lingkungan, dan dominasi kelompok masyarakat dari negara-negara maju dalam bidang politik, ekonomi, dan budaya, serta reaksi yang diberikan kelompok masyarakat marjinal dalam menghadapi masalah lingkungan yang ada.

ABSTRACT
In this article, the lyrics of the song Humain l rsquo Eau which created by a French Belgian rapper named Stromae will be discussed using the ecocritical approach, a branch of literature that studies cultural products such as texts, films, commercials, songs, and any other media that provides a picture of the human relationship with the environment. Results of the analysis showed that the lyrics of the song contains several environmental issues in a variety of dimensions such as the treath of global warming, the current wave of industrialization and modernization which cause environmental damage, and the domination of the developed countries in the fields of politics, economics, and culture, as well as the reaction given by the marginalized group in dealing with environmental problems that exist nowadays. "
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Naldo
"ABSTRAK
Tesis ini membahas resistensi band Mocca dalam menyikapi industri musik
indonesia dalam konteks band indie sebagai agen perubahan strukturasi industri
musik Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain studi
kasus. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa industri musik Indonesia mengalami
penurunan kualitas oleh karena itu terbentuklah musik indie yang lahir dari
komunitas sebagai wadah perlawanan terhadap musik mainstream dan selera
masyarakat.

Abstract
This thesis discusses the resistance of Mocca band and the dealing with
Indonesian music industry in the context of the indie band as an agent of change
on Indonesian music industry structuration. The study was a qualitative research
design with case studies. The study concluded that Indonesian music industry
deteriorated since it was formed by the birth of indie music community as a place
of resistance against mainstream music and tastes of society."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T31133
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Ilham Nurul Karim
"Aquarius Musikindo menjadi perintis dari label musik arus utama di Indonesia yang memberikan ruang bagi musisi indie untuk memopulerkan karyanya secara lebih luas. Hal itu dimulai dari saat menerima Pas Band yang merupakan band indie pertama di Indonesia. Analisis dalam penelitian menggunakan teori strukturasi Anthony Giddens yang menjelaskan konsep agen dan struktur, ruang dan waktu, serta hubungan struktur dengan tindakan agen. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi bagaimana proses strukturisasi yang dilakukan oleh Aquarius Musikindo sebagai agen terhadap struktur industri musik arus utama pada tahun 1990an. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisis tekstual untuk melihat bagaimana proses strukturisasi yang dilakukan oleh Aquarius Musikindo dimulai dari proses pembentukan, perekrutan, penjualan, hingga berbagai hambatan yang harus dihadapi. Korpus penelitian ini adalah Aquarius Musikindo sebagai salah satu label arus utama Indonesia yang merekrut banyak musisi indie. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa proses strukturisasi yang dilakukan oleh Aquarius Musikindo dengan merekrut musisi indie membawa perubahan dalam industri musik Indonesia ditandai  dengan semakin beragamnya genre musik yang beredar di media arus utama. Selain itu, langkah Aquarius Musikindo tersebut juga diikuti oleh label arus utama lainnya yang semakin menandai keberhasilan tindakan agen.

Aquarius Musikindo is the pioneer of a mainstream music label in Indonesia which provides space for indie musicians to popularize music more broadly. It started when the label accepted Pas Band. This study uses Anthony Giddens' structuration which explains the concept of agent and structure, space and time, as well as the relationship between structure and agent action. This study aims to explore how the structuring process carried out by Aquarius Musikindo as an agent towards the structure of the mainstream music industry in the 1990s. This study uses qualitative methods with textual analysis techniques to see how the structuring process carried out by Aquarius Musikindo starts from the process of forming, selling, to various obstacles that must be faced. The corpus of this research is Aquarius Musikindo, mainstream music labels which recruits indie musicians. This study shows that the process of structuration carried out by Aquarius Musikindo by recruiting indie musicians effected in the Indonesian music industry marked by the increasingly diverse music genre in the mainstream media. Furthermore, other mainstream labels follow Aquarius Musikindo to recruit indie musicians which increasingly marked the success of the agent."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ima Apriliani
"ABSTRAK
Skripsi ini berisi pembahasan mengenai kedekatan alam dalam kisah cinta manusia yang terdapat dalam langgam Jawa. Penelitian ini menggunakan teori analisis wacana kohesi dan koherensi berdasarkan sintesis teori dari Kridalaksana, Halliday-Hasan, dan Alwi,dkk. Hasil penelitian ini menemukan adanya hubungan kedekatan alam dalam kisah cinta manusia. Objek alam yang telibat dalam langgam Jawa adalah lintang, wulan, wukir, samudra, bumi, dan langit. Kedekatan alam dan manusia tergambarkan dalam perannya yang direpresentasikan dalam langgam Jawa. Peran objek alam itu adalah sebagai saksi ketulusan cinta, sahabat setia yang menemani, dan gambaran tantangan yang harus dihadapi dalam sebuah kisah percintaan.

ABSTRACT
This thesis contains a discussion of the closeness of nature in human love story contained in Langgam Jawa. This study uses the theory of discourse Analysis about cohesion and coherence based on the theory of Kridalaksana synthesis, Halliday-Hasan, and Alwi, et al. The results of this study found a close relationship in the nature of human love story. Natural object involved in the Langgam Jawa is lintang, wulan, wukir, samudra, bumi, and langit. The closeness of nature and human in the role that is represented in Langgam Jawa. The role of natural objects it is as a witness to the sincerity of love, loyal companions who accompany, and a picture of the challenges that must be faced in a love story."
2014
S70184
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>