Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 875 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Goodwin, Donald W.
New York: Oxford Univesity Press, 1979
616.89 GOO p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Varcarolis, Elizabeth M.
Philadelphia: W.B. Saunders, 2000
616.890 2 VAR p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Paquette, Mary
Boston: Jones and bartlett , 1991
616.890 2 PAQ p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Arrohman Prayitno
"Fokus penelitian ini ialah eksplorasi hubungan potensial antara percobaan bunuh diri di Jakarta pada tahun 1982/1983, dan diagnosis psikiatri dan faktor sosiokultural. Sistem Kesehatan Nasional 1982 dalam menyongsong tahun 2000 memperkirakan bahwa jumlah gangguan kesehatan jiwa rakyat Indonesia secara relatif lebih besar berkembang di bidang yang diakibatkan oleh tekanan hidup dengan akibat meningkatnya angka perilaku menyimpang, termasuk percobaan bunuh diri. Berdasarkan ulasan kepustakaan mengenai tindakan bunuh diri, ditinjau dari sejarah, agama, psikologi, sosiologi, patodinamika percobaan bunuh diri serta pengalaman pribadi penulis, diajukan permasalahan utama sebagai berikut. Apakah percobaan bunuh diri yang terjadi pada akhir-akhir ini di Jakarta berhubungan dengan gangguan kesehatan (penyakit) jiwa dan faktor sosiokultural tertentu?
Metode penelitian ini adalah suatu studi kasus kelola dengan cara menyelidiki kelompok pasien yang melakukan percobaan bunuh diri, kelompok pasien psikiatri yang tidak melakukannya, dan kelompok orang yang melakukan bunuh diri. Pada penelitian ini diuji sejumlah 17 hipotesis yang terdiri dari variabel utama diagnosis psikiatri menurut Sistem dan Evaluasi Multiaksial dan faktor-sosiokultural tertentu. Analisis statistik menggunakan tabel 2 x 2 untuk uji X2, risiko relatif dan kuatnya hubungan asosiasi б (phi) dan Y (Yule). Sampel yang digunakan ialah sampel sengaja (purposive sample) dan sampel berlapis (stratified sample), yaitu wanita menikah yang berusia muda dengan tujuan agar diperoleh sampel yang spesifik untuk percobaan bunuh diri.
Hasil penelitian ini membuktikan terdapatnya asosiasi yang sangat bermakna (significant) (p <0,01) dan hubungan yang sangat kuat antara percobaan bunuh diri dan gangguan depresi, Gangguan dan Ciri Kepribadian Histrionik,
Stres Psikososial yang berat, Fungsi Adaptif Tertinggi yang lumayan pada setahun terakhir, metode yang lunak, penyalahgunaan obat dan alkohol, faktor pencetus/stres kehidupan berupa masalah pernikahan, predileksi jenis kelamin (wanita) dan usia (16-30 tahun), status menikah, dan golongan etnik Cina. Di samping itu, terdapat asosiasi yang bermakna (p <0,05) dan hubungan yang kuat antara PBD dan Gangguan dan Kondisi Fisik yang minimal, sikap keluarga yang tergolong menerima, dan bermukim kurang dari tiga tahun di Jakarta. Hipotesis yang ditolak ialah asosiasi antara percobaan bunuh diri dan status sosial ekonomi yang rendah, komposisi keluarga, kepatuhan beragama yang kurang, dan aktivitas kemasyarakatan yang kurang. Pada analisis regresi berganda teruji urutan prediksi variabel Stres Psikososial yang berat, gangguan depresi, dan Fungsi Adaptif Tertinggi Setahun Terakhir yang lumayan. Ternyata prediksi variabel Gangguan dan Ciri Kepribadian Histrionik dan golongan etnik Cina kurang menunjukkan peran yang nyata. Hasil yang lain ialah dapat dicatat sejumlah 1.337 pasien pada tahun 1982/1983 atau angka prevalensi 2,3/100.000 orang penduduk serta peta tindakan bunuh diri menurut kecamatannya. Secara ringkas, penemuan hasil penelitian ini ialah tentang patodinamika terjadinya, profit orang yang mempunyai risiko tinggi untuk melakukannya, dan informasi terbaru mengenai peristiwa percobaan bunuh diri di Jakarta.
Implikasi studi ini ialah bahwa karena asosiasi yang sangat bermakna antara diagnosis psikiatri dan percobaan bunuh diri, diperlukan evaluasi dan terapi di bidang psikiatri untuk semua pelaku percobaan bunuh diri. Pola penanggulangan percobaan bunuh diri dengan cara pendekatan Ilmu Kesehatan Jiwa Masyarakat berupa prevensi primer, sekunder, dan tersier (postvention) disarankan agar dikembangkan. Penelitian ini mengundang penelitian-penelitian lain di bidang epidemiologi, perilaku destruksi diri yang lain, dan masalah lain seperti depresi, stres kehidupan, dan faktor sosiokultural lainnya yang diduga ada kaitannya dengan percobaan bunuh diri.

The focus of this research is the exploration of the potential relationship between attempted suicides in Jakarta in the year 1982/1983 and psychiatric diagnosis and socio-cultural factors. The National Health System of 1982 in its approach towards the year 2000 estimates that there will be a relatively larger increase in disturbances of mental health among the Indonesian people in the category caused by life stresses resulting in deviant behavior, including attempted suicide. Based on a literature review on suicidal act concerning history, religion, psychology, sociology and the pathodynamics of attempted suicide, and the author's personal observations, the main problem is formulated as follows: Are the recent attempted suicides in Jakarta connected with mental health disturbance (mental illness) and particular socio-cultural factors?
The investigation method is the case-control study in which were examined one group of patients who attempted suicide, one group of psychiatric patients who did not, and a group of persons who committed suicide. In this study, 17 hypotheses were tested., involving such variables as certain psychiatric diagnosis according to the Multiaxial System and Evaluation and socio-cultural factors. For statistical analysis the 2 X 2 table for testing X2, relative risk, and associative strength between (phi) and Y (Yule) were used. Samples used were purposive samples and stratified samples, i.e. married young women in order to obtain a specific sample for attempted suicide.
The results of this study show a highly significant (p {0,O1) association and a very strong association between attempted suicide on the one hand - and on the other: depression and Histrionic Personality Disturbance and Traits, severe Psychosocial Stress, fair Highest Level of Adaptive Functioning Past Year, "soft" method, drug and alcohol abuse, life stress in the from of a marital discord as precipitating factor, predilection of the female sex aged 16--30, married status, and ethnic group (Chinese).
Further, the results show a significant (p < 0.05) association and strong association between attempted 'suicide on the one hand and on the other Minimal Physical Disturbance and Conditions, accepting attitude on the part of the family, and residence of less than 3 years in Jakarta.
Hypotheses that remain unsupported are concerning an association between attempted suicide on the one hand and on the other: low social and economic status, family structure, loose religious adherence, and insufficient social activity.
Multiple regression analysis indicates that prominent predictors to lead a person for attempting suicide are severe Psychosocial Stress, depressive disorders, and fair Highest Level of Adaptive Functioning Past Year. On the other hand, Histrionic Personality Disorder or Trait and Chinese ethnicity are relatively less prominent predictors.
Another result was that 1,337 patients were registered during 1982-1983, a prevalence of 2.3 per 100,000 city residents, and were entered on a map showing the distribution by district. In summary, the findings of this research throw light on the pathodynamics, provide a profile of persons at high risk of attempted suicide and the latest information on attempted suicide in Jakarta.
Because the study shows a highly significant association between psychiatric diagnosis and attempted suicide, it implies that psychiatric evaluation and therapy are required for all persons who attempt suicide. Programs based on the community mental health approach for dealing with attempted suicide, its primary, secondary and tertiary prevention (postvention) should be developed. This study invited further investigations in the field of epidemiology, self-destructive behavior, and other problems such as depression, life stresses and socio-cultural factors suspected to have a bearing on attempted suicide.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1984
D259
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arrohman Prajitno
"Fokus penelitian ini ialah eksplorasi hubungan potensial antara percobaan bunuh diri di Jakarta pada tahun 1982/ 1983, dan diagnosis psikiatri dan faktor sosiokultural, Sistem Kesehatan Nasional 1982 dalam menyongsong tahun 2000 memperkirakan bahwa jumlah gangguan kesehatan jiwa rakyat Indonesia secara relatif lebih besar berkembang di bidang yang diakibatkan oleh tekanan hidup dengan akibat meningkatnya angka perilaku menyimpang, termasuk percobaan bunuh diri. Berdasarkan ulasan kepustakaan mengenai tindakan bunuh diri, ditinjau dari sejarah, agama, psikologi, sosiologi, patodinamika percobaan bunuh diri serta pengalaman pribadi penulis, diajukan permasalahan utama sebagai berikut. Apakah percobaan bunuh diri yang terjadi pada akhirakhir ini di Jakarta berhubungan dengan gangguan kesehatan (penyakit) jiwa dan faktor sosiokultural tertentu?
Metode penelitian iniadalah suatu studi kasus kelola dengan Cara menyelidiki kelompok pasien yang melakukan percobaan bunuh diri, kelompok pasien psikiatri yang tidak melakukannya, dan kelompok orang yang melakukan bunuh diri. Pada penelitian ini diuji sejumlah 17 hipotesis yang terdiri dari variabel utama diagnosis psikiatri menurut Sistem dan Evaluasi Multiaksial dan faktor-sosiokultural tertentu. Analisis statistik menggunakan tabel 2 x 2 untuk uji x2 risiko relatif dan kuatnya hubungan asosiasi Л(phi) dan Y (Yule). Sampel yang digunakan ialah sampel sengaja (purposive sample) dan sampel berlapis (stratified sample), yaitu wanita menikah yang berusia muda dengan tujuan agar diperoleh sampel yang spesifik untuk percobaan bunuh diri.
Hasil penelitian ini membuktikan terdapatnya asosiasi yang sangat bermakna (significant) (p <0,01) dan hubungan yang sangat kuat antara percobaan bunuh diri dan gangguan depresi, Gangguan dan Ciri Kepribadian Histrionik, Stres Psikososial yang berat, Fungsi Adaptif Tertinggi yang lumayan pada setahun terakhir, metode yang lunak, penyalahgunaan obat dan alkohol, faktor pencetus/stres kehidupan berupa masalah pernikahan, predileksi jenis kelamin (wanita) dan usia (16--30 tahun), status menikah, dan golongan etnik Cina. Di samping itu, terdapat asosiasi yang bermakna (p < 0,05) dan hubungan yang kuat antara PBD dan Gangguan dan Kondisi Fisik yang minimal, sikap keluarga yang tergolong menerima, dan bermukim kurang dari tiga tahun di Jakarta. Hipotesis yang ditolak ialah asosiasi antara percobaan bunuh diri_dan status sosial ekonomi yang rendah, komposisi keluarga, kepatuhan beragama yang kurang, dan aktivitas kemasyarakatan yang kurang. Pada analisis regresi berganda teruji urutan prediksi variabel Stres Psikososial yang berat, gangguan depresi, dan PungsI Adaptif Tertinggi Setahun Terakhir yang lumayan. Ternyata prediksi variabel Gangguan dan Ciri Kepribadian Histrionik dan golongan etnik Cina kurang menunjukkan peran yang nyata. Hasil yang lain ialah dapat dicatat sejumlah 1.337 pasien pada tahun 1982/1983 atau angka prevalensi 2,3/100.000 orang penduduk serta peta tindakan bunuh diri menurut kecamatannya. Secara ringkas, penemuan hasil penelitian ini ialah tentang patodinamika terjadinya, profit orang yang mempunyai risiko tinggi untuk melakukannya, dan informasi terbaru mengenai peristiwa percobaan bunuh diri di Jakarta.
Implikasi studi ini ialah bahwa karena asosiasi yang sangat bermakna antara diagnosis psikiatri dan percobaan bunuh diri, diperlukan evaluasi dan terapi di bidang psikiatri untuk semua pelaku percobaan bunuh diri. Pola penanggulangan percobaan bunuh diri dengan cara pendekatan Tlmu Kesehatan Jiwa Masyarakat berupa prevensi primer, sekunder, dan tersier (pastvention) disarankan agar dikembangkan. Penelitian ini mengundang penelitian-penelitian lain di bidang epidemiologi, perilaku destruksi diri yang lain, dan masalah lain seperti depresi, stres kehidupan, dan faktor sosiokultural lainnya yang diduga ada kaitannya dengan percobaan bunuh diri.

The focus of this research is the exploration of the potential relationship between attempted suicides in Jakarta in the year 1982/1983 and psychiatric diagnosis and sosiocultural factors. The National Health System of 1982 in its approach towards the year 2000 estimates that there will be a relarively larger increase in disturbances of mental health among the Indonesian people in the category caused by life stresses resulting in deviant behavior, including attempted suicide. Based on a literature review on suicidal act concerning history, religion, psychology, sociology and the pathodynamics of attempted suicide, and the author's personal observations, the main problem is formulated as follows: Are the recent attempted suicides in Jakarta connected with mental health disturbance (mental illness) and particular sociocultural factors?
The investigation method is the case-control study in which were examined one group of patients who attempted suicide, one group of psychiatric patients who did not, and a group of persons who committed suicide. In this study, 17 hypotheses were tested, involving such variables as certain psychiatric diagnosis according to the Multiaxial System and Evaluation and sociocultural factors. For statistical analysis the 2 X 2 table for testing X2, relative risk, and associative strength between Л (phi) and Y (Yule) were used. Samples used were purposive samples and stratified samples, i.e. married young women in order to obtain a specific sample for attempted suicide.
The results of this study show a highly significant (p {0,01) association and a very strong association between attempted suicide on the one hand - and on the other: depression and Histrionic Personality Disturbance and Traits, severe Psychosocial Stress, fair Highest Level of Adaptive Functioning Past Year, "soft" method, drug and alcohol abuse, life stress in the from of a marital discord as precipitating factor, predilection of the female sex aged 16--30, married status, and ethnic group (Chinese). Further, the results show a significant (p < 0.05) association and strong association between attempted 'suicide on the one hand - and on the other: Minimal Psysical Disturbance and Conditions, accepting attitude on the part of the family, and residence of less than 3 years in Jakarta. Hypotheses that remain unsupported are concerning an association between attempted suicides on the one hand - and on the other: low social and economic status, family structure, loose religious adherence, and insufficient social activity. Muliple regression analysis indicates that prominent predictors to lead a person for attempting suicide are severe Psychosocial Stress, depressive disorders, and fair Highest Level of Adaptive Functioning Past Year. On the other hand, Histrionic Personality Disorder or Trait and Chinese ethnicity are relatively less prominent predictors. Another result was that 1,337 patients were registered during 1982-1983, a prevalence of 2.3 per 100,000 city residents, and were entered on a map showing the distribution by district. In summary, the findings of this research throw light on the pathodynamics, provide a profile of persons at high risk of attempted suicide and the latest information on attempted suicide in Jakarta.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1984
D260
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johanis Sebastian Edwin
"[Pendahuluan Penegakkan diagnosis gangguan bipolar sering mengalami kesulitan kerena adanya komorbiditas yang mengakibatkan gejala pada gangguan bipolar tidak menonjol. Tumpang tindih gejala pada gangguan bipolar dengan gangguan jiwa lainnya menyebabkan terjadinya ketidaktepatan diagnosis sehingga orang dengan gangguan bipolar didiagnosis sebagai gangguan jiwa lainnya pada pemeriksaan awal. Data dari National Depressive and Manic Depressive Association (NDMDA) menunjukan 60% gangguan bipolar didiagnosis depresi, 26% anxietas, 18% skizofrenia, 17% gangguan kepribadian borderline atau antisosial, 14% penyalahgunaan alkohol dan 11% skizoafektif. Sekitar 69%-73% pasien dengan gangguan bipolar mengalami ketidaktepatan diagnosis pada saat pemeriksaan awal. Peneliti ingin mengetahui besaran komorbiditas pada penderita gangguan bipolar dan hubungannya dengan ketidaktepatan diagnosis pada gangguan bipolar. Metode Studi ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan potong lintang. Responden adalah pasien dewasa di RSUPN dr Cipto Mangunkusumo Jakarta dan RS dr. Marzoeki Mahdi Bogor pada bulan Desember 2014 hingga didapatkan jumlah sampel, yaitu 80 responden. Pasien yang berobat dan terlihat adanya gejala mood dilakukan pemeriksaan dari rekam medis dan pemeriksaan dengan instrumen SCID I. Hasil Didapatkan 80 responden dengan gangguan bipolar, pada studi rekam medis diketahui ada 11 responden (13.8%) yang didiagnosis bukan sebagai gangguan bipolar setelah rutin mendapatkan perawatan medis. Diketahui juga ada 62.5% dari seluruh responden yang memiliki komorbid. Berdasarkan analisis menggunakan SPSS versi 20 didapatkan hasil adanya hubungan yang bermakna antara komorbid dengan terjadinya ketidaktepatan diagnosis gangguan bipolar dengan nilai p 0.046. Simpulan Pada penelitian ini instrumen SCID I digunakan sebagai standar baku emas untuk menegakkan diagnosis gangguan bipolar dan mengetahui adanya komorbid. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan 13.8% responden yang didiagnosis bukan sebagai gangguan bipolar walaupun telah rutin mendapatkan perawatan medis. Terdapat hubungan antara kejadian komorbid dengan ketidaktepatan diagnosis gangguan bipolar., Background
Diagnosing Bipolar Disorder often times has become difficult due to
comorbidities causing indistinct features emerging from the disorder.
Overlapping of bipolar disorder with other psychiatric disorders leads to
inaccuracy since the beginning of diagnosis. Thus people with bipolar disorder
has been diagnosed with other disorders previously.Data fromNational
Depressive and Manic Depressive Association (NDMDA) shows 60% of bipolar
disorder being diagnosed with depression, 26% with anxiety, 18% with
skizofrenia 17% with borderline or antisocial personality disorder, 14% with
alcohol abuse and 11%with schizoaffective. Approximately 69%-73% patients
with bipolar disorder experienced inaccuracy of diagnosis in the beginning.The
author would like to find comorbidities of people with bipolar disorder and its
relationship with misdiagnosis of bipolar diagnosis.
Method
This is an analytic descriptive study with cross sectional in design. Respondents
are adults patients at National Referal Hospital of dr Cipto Mangunkusumo in
Jakarta and dr. Marzoeki Mahdi Hospital in Bogor on Desember 2014, and a
total of 80 samples were acquired. Patients on medication and observed to be
with mood symptoms were performed evaluation from medical record and SCID 1
instrument.
Result
From medical record evaluation, 11 (13.8%) out 80 respondents with bipolar
disorder were found to be diagnosed with other than bipolar disorder after
routine medical treatment. This study found 62.5% from all respondents to have
comorbidities. Analysis using SPSS version 20 revealed significant relationship
between comorbidities with misdiagnosis of bipolar disorder (p 0.046).
Conclusion
This study used SCID I instrument as gold standard in diagnosing bipolar
disorder and to find comorbidities. 13.8% respondents were found to be
diagnosed with other than bipolar disorder even after routine medical treatment.
There is a relationship between comorbidity with misdiagnosis of bipolar
disorder.]"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvie Dominic Teh
"ABSTRACT
Bipolar didefinisikan oleh ICD-10 sebagai sebuah gangguan mental afektif atau emosial. Dalam praktik klinik, tahap pertama dalam segala tindakan yang hendak diambil adalah diagnosis. Diagnosis krusial dalam menentukan ketepatan tahap penanganan selanjutnya. Dalam menyimpulkan diagnosis, salah satu metode penggalian informasi adalah dengan praktik anamnesis. Pada pasien anak dan remaja, metode alloanamnesis umum dipakai untuk melengkapi autoanamnesis, mempertimbangkan kompetensi anak dan remaja dalam memberikan informasi yang terpercaya. Penelitian ini secara spesifik mengkaji hubungan subjek alloanamnesis sebagai sumber informasi anamnesis dengan ketepatan diagnosis. Pengambilan data akan dilakukan dari rekam medis pasien, dan ketepatan diagnosis akan dinilai dengan cara membandingkan catatan dokter dalam rekam medis dengan kriteria diagnosis bipolar ICD-10. Pengambilan data dilakukan dengan cara total sampling pada keseluruhan populasi pasien bipolar berusia 0-24 tahun di Poli Jiwa Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa mayoritas subjek alloanamnesis berupa keluarga inti. Selain itu, ditemukan pula bahwa masih terdapat diagnosis bipolar yang kurang tepat. Secara statistik, hasil uji menunjukkan bahwa hasil penelitian tidak signifikan, sehingga hubungan antara variabel subjek alloanamnesis dengan ketepatan diagnosis belum dapat disimpulkan, walaupun terlihat bahwa sebanyak 18 kasus dengan subjek alloanamnesis berupa keluarga inti di antara 26 subjek penelitian menunjukkan diagnosis yang tepat.

ABSTRACT
ICD-10 defined bipolar as an affective or emotional mental disorder. In clinical practice, the first step preceeding any action is diagnosis. Diagnosis is crucial in determining the next step needed. In concluding a diagnosis, acquiring information could be done by the practice of anamnesis. In children and adolescent, alloanamnesis method is usually used to complete information acquired from autoanamnesis, considering their competence in giving accountable information. This research studies the correlation between the alloanamnesis subject as the source of information with the accuracy of diagnosis. Data is taken from medical records, and the diagnosis accuracy is rated by comparing the doctors notes in the medical records with ICD-10s diagnosis criteria for bipolar. Data retrieval is conducted by total sampling the whole population of 0-24 years old bipolar patients in Cipto Mangunkusumo Hospitals Psychiatric Policlinic. The result shows that main family is the majority alloanamnesis subject. The result also shows the existance of inaccurate bipolar diagnosis. Statistically, the results are insignificant, and thus the correlation between alloanamnesis subject and diagnosis accuracy could not be concluded, although it is shown that 18 cases with main family as the alloanamnesis subject shows accurate diagnosis from the total study sample of 26."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kellyana Irawati
"Harga diri rendah kronik adalah suatu evaluasi diri negatif dimana mereka merasa tidak berarti, malu, dan tidak mampu melihat hal positif yang dimilikinya. Dibutuhkan intervensi keperawatan untuk membantu meningkatkan harga diri klien. Tujuan penulisan Karya Ilmiah Akhir ini menggambarkan hasil manajemen kasus spesialis pada klien harga diri rendah kronik dengan pendekatan teori transpersonal caring: Jean Watson. Klien yang diambil dalam penulisan ini sebanyak 31 klien harga diri rendah kronis, dengan 16 klien diberikan terapi kognitif dan 15 klien diberikan terapi perilaku kognitif.
Hasil: terjadi penurunan tanda dan gejala harga diri rendah kronis dan peningkatan kemampuan klien dengan harga diri rendah kronis.
Kesimpulan: pemberian terapi kognitif dan terapi perilaku kognitif dapat membantu meningkatkan harga diri klien. Saran: diperlukan penelitian lebih lanjut tentang faktor yang mempengaruhi peningkatan harga diri klien.

Chronic low self esteem is a negative self evaluation in which they feel meaningless, shame, and unable to evaluate the positive side of them self. Nursing interventions are required for enhancing client s self esteem. The purpose of this Final Scientific Paper is to describe the results of a specialist case management in client with chronic low self esteem using the approach of transpersonal caring theory of Jean Watson. Clients were taken for this paper were 31 clients with chronic low self esteem, with 16 clients were intervered by cognitive therapy and 15 clients were given cognitive behavioral therapy.
Results: The signs and symptoms of chronic low self esteem were decrease and the clients ability was increase with chronic low self esteem. Conclusion The intervention of cognitive therapy and cognitive behavioral therapy can help increasing the level of self esteem on clients. Suggestion It is needed to conduct more research on the affecting factor of clients self esteem enhancement.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wilson, Holly Skodol
California: Addison-Wesley, 1983
616.890 231 WIL p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wilson, Holly Skodol
California: Addison-Wesley, 1979
616.89 WIL p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>