Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109267 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anak Agung Gede Rai
"ABSTRAK
Keselamatan di apron Bandar udara menjadi semakin penting, disebabkan oleh semakin meningkatnya volume aktifitas penerbangan. Manajemen keselamatan di apron Bandar udara menjadi lebih kompleks karena melibatkan berbagai perusahaan, banyak kendaraan, manusia dan aktifitas lainnya. Sistem Manajemen Keselamatan (SMK) yang diperkenalkan oleh ICAO sejak 2006, sampai saat ini
penerapannya belum terwujud dan tidak terintegrasi di apron. Penelitian ini bertujuan untuk membangun SMK yang terintegrasi di apron Bandar udara sehingga keselamatan penerbangan dapat ditingkatkan.
Tahapan metode penelitian ini adalah studi literatur, identifikasi awal, investigasi mendalam, analisis, dan kesimpulan dan saran.
Hasil dari penelitian ini adalah rekomendasi teknis terhadap penerapan SMK pada perusahaan-perusahaan yang beroperasi di apron Bandar udara, rekomendasi organisasi keselamatan, dan pemodelan SMK yang terintegrasi di apron Bandar udara.

ABSTRACT
Safety on apron of an airport has been increasingly important, because of the increase of aviation activity. Safety management on apron of an airport is more complex because of its involving many companies, people, vehicles and other activities. Safety Management System (SMS) was introduced by ICAO in 2006, but until today the implementation is not completed and not integrated on apron. This research objective is to build an integrated SMS on apron of an airport to increase aviation safety.
There are five stages in this research method, that are literature study, initial identification, in-depth investigation, analysis, and conclusions.
The result of this research are technical recommendation for SMS implementation in each company that operating in apron, recommendation for safety organization, and a model of integrated SMS in apron."
2011
T30033
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dodik Fery Kurniawan
"Pergerakan penumpang angkutan udara dari tahun ke tahun semakin meningkat sehingga diperlukan pengaturan pergerakan dan pelayanan penumpang yang tepat pada sistem operasional sisi darat bandar udara. Konsekuensi dengan adanya pelayanan yang harus dilalui oleh penumpang dalam suatu sistem operasional terminal bandar udara adalah terjadinya antrian (panjang antrian, lamanya waktu tunggu dan lain-lain). Antrian yang terjadi pada sistem operasional pemrosesan penumpang di terminal keberangkatan bandar udara terjadi karena pergerakan arus penumpang dan barang yang terganggu akibat dari kegiatan pelayanan yang harus dilalui. Tingkat kedatangan yang tidak sebanding dengan tingkat pelayanan menimbulkan masalah antrian seperti waktu tunggu. Sistem operasional yang efisien diharapkan dapat mengakomodasi peningkatan jumlah penumpang yang diproses dan dapat meminimalkan waktu pelayanan. Beberapa alternatif pengembangan optimasi sistem operasional keberangkatan terminal 1-A Bandar Udara Soekarno-Hatta seperti pengurangan waktu pelayanan, perubahan sistem antrian dan penyederhanaan proses pelayanan didapatkan hasil yang lebih baik dari kondisi eksisting, baik dari segi besarnya jumlah penumpang yang dapat diakomodasi maupun waktu yang dibutuhkan penumpang dalam sistem antrian yang terjadi.

A growing number of air transport passenger movements required a proper of setting movements and passenger services in the airport land side operational systems. The consequences of the existence of the services that must be passed the passengers in the airport terminal operational systems is the occurrence of queues (queue length, waiting time and eternity, etc.). Queues in the operational system of passenger processing at the airport departure terminal occurs because the movement of passengers and goods flows are disrupted due to the service activities that must be passed. Arrival rate that is not comparable with the level of service would cause problems like the queue waiting time. Efficient operational systems is expected to accomodate a growing number of passengers that can be processed adn minimize the service time. Several alternatives of optimization was developed in this study at terminal 1-A Soekarno-Hatta airport, as the reduction of service time, queuing system changes and the simplified of service processes obtained better result than the existing condition, both in terms of the number of passengers that can be accomodated as well as the time it takes by passengers to the queue system.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35764
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ekrem Tarik Supardi
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26446
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sutarmaji
"BaTuntutan akan kualitas bandara yang lebih baik mendorong pengelolaan bandar udara yang ramah lingkungan eco airport . Masalah polusi udara dan kebisingan di bandar udara timbul akibat peningkatan jumlah penerbangan dan kendaraan bermotor. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1 tingkat kualitas udara ambien dan kebisingan, 2 luas dan kemampuan RTH menyimpan karbon dan menyerap polutan, 3 . pengetahuan dan persepsi para pihak tentang fungsi RTH, dan 4 Strategi peningkatan fungsi RTH di Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta.
Metode yang digunakan adalah mix methods. Terdapat 10 titik sampel yang diukur kualitas udara dan kebisingannya. Luas RTH diperoleh dari digitasi citra satelit. Biomassa bagian atas dihitung dengan rumus alometrik. CO2 dan CO ekuivalen dihitung dari perbandingan berat atom dan molekul relatif penyusunnya. Serapan CO2 per tahun dihitung dari stok karbon dibagi umur pohon. Pengetahuan dan persepsi para pihak diketahui dengan menyebar dan mengolah hasil kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat polusi CO, Pb dan debu masih dibawah baku mutu, kecuali debu di Jalan C1. Semua titik sampel memiliki tingkat kebisingan diatas baku mutu 70 dB A. Luas RTH adalah 1.109,35 ha 63,82 luas bandar udara memiliki 90 jenis dan 19.602 pohon dengan kandungan karbon 31.437 ton CO2 ekuivalen. Kemampuan menyerap polusi CO dan CO2 masing-masing sebesar 20.007 ton dan 1.492 ton/tahun. Sebanyak 81,8 pengunjung tahu tentang RTH, sedangkan persepsinya 30 baik, 69 sedang, dan 1 rendah. Pengelola RTH telah memiliki perencanaan, pengorganisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan terkait RTH.
Kesimpulan penelitian ini adalah strategi peningkatan fungsi RTH dalam rangka mendukung bandar udara ramah lingkungan, yaitu: 1 . Penetapan RTH sebagai lokasi hutan kota. 2 Pengkayaan jenis peredam kebisingan. 3 . Penggantian RTH yang hilang akibat pembangunan. 4 . Membuat dan merawat sumur resapan, lubang biopori, informasi jenis pohon di lokasi RTH.

The demand for better airport quality encourages eco airport management. Air and noise pollution problems at airports arise from increased number of flights and motor vehicles. The purpose of this study was to know 1 ambient air quality and noise levels, 2 the total area and the ability of green open space to absorb carbon and pollutants, 3 knowledge and perceptions of several parties concerning Green Open Space, and 4 strategy in improving the function of green open space at Soekarno Hatta International Airport.
The method used is mix methods. There were 10 points measured for the level of air quality and noise pollution. The total area of green open space was being obtained from digitization of satellite image. The value of upper biomass was calculated using the allometric formula. CO2 and CO equivalents were being measured by comparing atomic mass and the relative molecules of the constituents. Annual CO2 absorption was measured from carbon stock divided by the age of the tree. The knowledge and perceptions of the related parties were obtained by spreading and processing the results of the questionnaire.
The results indicated that the pollutant measurements of CO, Pb and dust were below the standard quality, with exception dust on road C1. All points possessed noise levels above 70 dB standard quality. Green Open Space was 1,109.35 ha 63.82 of overall Airport area, consisted of as many as 19,602 trees from 90 species with 31,437 tons of CO2 equivalent. The ability to absorb CO and CO2 pollution is around 20,007 ton and 1,492 ton per year respectively. As many as 81.8 of visitors knew about the green space, while the perception concerning to the green space were 30 good, 69 moderate, and 1 poor. Managers had been conducting planning, organizing, implementing, monitoring and evaluating related activities in the Green Open Space.
The conclusion of this study is strategy in improving the function of Green Open Space in order to achieve the eco airport, includes 1 . Determination Green Open Space as urban forest. 2 Enriching noise reducing tree species 3 .Replacing Green Open Spaces that vanished due to development. 4 . Building and fostering absorption wells, biopore holes, information regarding tree species at Green Open Space locations.
"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haris Fernanda
"Di Indonesia peti kemas mulai berkembang penggunaannya karena dalam fungsinya untuk mengemas dapat dipakai berulang kali dan kemudahan dalam operasionalnya. Didalam menggunakan peti kemas maka diperlukan fasilitas penunjang yaitu terminal peti kemas yang berfungsi untuk pendistribusian dan juga untuk penampungan. Di dalam operasional terminal peti kemas risiko keselamatan adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Untuk itu diperlukan suatu manajemen risiko untuk mengendalikan risiko-risiko tersebut agar dapat dihindari atau dampaknya bias diminimalisir. Manajemen risiko ini dimulai dengan mengidentifikasi secara umum risiko yang ada serta menganalisis dampak umum dan penyebab umum dari risiko tersebut. Standar khusus yang digunakan untuk manajemen keselamatan dalam kerja adalah Standar IMO yaitu Formal Safety Assesment. Di dalam peniliaian risiko ini digunakan sebuah metode yaitu menggunakan matriks risiko yang berisi nilai- nilai dari sebuah risiko itu sendiri. Risiko yang mendapatkan nilai tertinggi (berbahaya) dianalisis sebab terjadinya dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis sehingga bisa diminimalisir atau dihilangkan dampak negatifnya.

Nowadays, in Indonesia used of container as a transport equipment has growth because it is simple and easy to use. In usage of container, the most important thing besides container itself and ship is a container terminal. Every container operation need container terminals to stacking the container and distribute them. Every operational activity in container terminal contain much safety risk. A risk management is needed to prevent, decrease the damage of risk, even to make a risk disappear. First thing to do is identification risks and analyze what main cause and the effect. After risks identified we make a simple risks scoring with risk matrix. The highest risks then identified with Fault Tree Analysis method so we know what the root of this risk and make a simple rules to control the risks."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cetra Palupi Rengganis
"Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran profil persepsi risiko pada pekerja di PT. Terang Parts Indonesia dengan menggunakan paradigma psikometri. Penelitian dilakukan terhadap 216 responden pada bulan Mei - Juni 2016 menggunakan desain cross-sectional, data primer berupa kuesioner dengan menggunakan 8 parameter paradigma psikometri. Parameter yang digunakan pada penelitian adalah skala likert dengan nilai 1 (sangat tidak setuju) - 4 (sangat setuju). Nilai rata-rata masing-masing dari 8 dimensi paradigma psikometri akan memberikan gambaran profil tentang persepsi risiko pada pekerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi tingkat kebaruan risiko dipersepsikan pekerja sebagai parameter yang paling mempengaruhi persepsi pekerja, pekerja melihat perubahan proses yang terjadi akan mengakibatkan munculnya risiko baru yang belum diketahui. Dimensi penerimaan secara sukarela dipersepsikan oleh pekerja cenderung ke arah tidak sukarela, pekerja menyadari dan mengetahui risiko apa saja yang ada dapat mengancam kesehatan dan keselamatan akan tetapi pekerja melihat bahwa risiko tersebut merupakan bagian dari pekerjaan dilakukan. Pekerja dengan lokasi kerja yang berbeda memiliki persepsi yang berbeda tentang pengendalian risiko dan kesegeraan dari suatu efek.
Pekerja dengan fungsi kerja yang berbeda memiliki persepsi yang berbeda tentang tingkat kebaruan risiko dan pengendalian risiko serta pengetahuan terhadap risiko (ilmu pengetahuan). Pekerja dengan perbedaan masa kerja memiliki persepsi yang berbeda tentang ketakutan terhadap risiko. Persepsi risiko adalah salah satu poin penting dalam membuat kebijakan perusahaan terkait keselamatan dan kesehatan kerja agar tercipta perilaku berbudaya K3, maka diperlukan komitmen manajemen terkait K3, pelatihan tentang pengenalan risiko serta pengawasan berkala terkait efektivitas sistem manajemen K3 umumnya dan pengendalian risiko secara khusus.

The purpose of this research is to provide an overview of risk perception profile in PT Terang Parts Indonesia. Research conducted on 216 respondents in May to June 2016 using cross-sectional design. The primary data is obtained from 8 parameter of the psychometric paradigm questioner with the scale from 1 (strongly disagree) to 4 (strongly agree). The average value from each dimension will give the profile overview of the employee's risk perception. The newness of risk dimension was perceived by the employee as the most influential parameter of their working perception. The workers think that the change of process production will create a new unknown risk.
The study result shows that the workers tend to not perceive the voluntariness of risk dimension as a non-voluntary process. The employee is aware of the risk of their work including all the things that endanger their health and safety and that are part of their job function. The workers, who have different working location, have the different perception about control of risk and immediacy of effect.
The workers with different job function have different perception about newness of risk, control of risk, and knowledge of risk (science). The workers with different employment period have different perception of common dread. The risk perception of the worker is one of important influence to create the company policy about safety working environment, so that it can lead to safety culture inside the company. It needs commitments from the management in regard to OHS, training of the safety introduction, and also monitoring of the effectiveness of the OHS system in general, especially for controlling the risk.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46406
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Ananda
"Kondisi Pandemik yang disebabkan oleh COVID-19 meningkat cukup pesat di awal tahun 2020 dan menimbulkan banyak kerugian terhadap banyak perusahaan, sehingga beberapa perusahaan yang tidak siap akan penanganan keadaan darurat terpaksa harus gulung tikar. Business Continuity merupakan sebuah Langkah bagi setiap pengusaha untuk menangani kondisi yang tidak terduga yang bersifat pandemik. Salah satu aturan mengenai Business Continuity terdapat di dalam The National Fire Protection Association (NFPA) 1600, mengenai standar dari Manajemen Keadaan Darurat dan Business Continuity, yang mana memiliki beberapa point inti yaitu Recovery Point Objective (RPO), Maximum Tolerable Downtime (MTD), Recovery Time Objective (RTO). PT XYZ merupakan sebuah perusahaan yang bergerak pada jasa hulu minyak gas dan panas bumi, yang mana berada pada pekerjaan sektor Objek Vital Nasional. Perusahaan ini telah memilii Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang mengacu kepada ISO 4500:20018. Penelitian ini akan menganalisa bagaimana point penting Business Continuity yaitu RPO, MTD, dan RTO terdapat dalam sistem manajemen keselamatan kerja (SMK3) di PT XYZ saat ini dan menjadikan rekomendasi untuk perusahaan.

The Pandemic condition caused by COVID-19 increased quite rapidly in early 2020 and caused many losses to many companies, so that several companies that were not ready to handle emergencies were forced to go out of business. Business Continuity is a step for every entrepreneur to deal with unexpected conditions that are pandemic. One of the rules regarding Business Continuity is contained in The National Fire Protection Association (NFPA) 1600, regarding the standards of Emergency Management and Business Continuity, which has several core points, namely Recovery Point Objective (RPO), Maximum Tolerable Downtime (MTD), Recovery Time Objectives (RTO). PT XYZ is a company engaged in upstream oil gas and geothermal services, which are in the work of the National Vital Object sector. This company has an Occupational Health and Safety Management System (SMK3) which refers to ISO 4500:20018. This study will analyze how the important points of Business Continuity, namely RPO, MTD, and RTO are contained in the work safety management system (SMK3) at PT XYZ at this time and make recommendations for the company."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Zalaya
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat pemenuhan
terhadap implementasi prosedur tentang bekerja di ketinggian PT. Balfour
Beatty Sakti Indonesia (WTC2 Project) tahun 2012. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan desain penelitian
potong lintang atau cross sectional yang dilakukan untuk mengetahui
tingkat implementasi prosedur bekerja di ketinggian dan mengidentifikasi
prosedur yang tidak terimplementasi bagi pekerja di ketinggian. Penelitian
menggunakan total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 106 orang.
Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner, wawancara
terstruktur dengan informan, lembar observasi dan menggunakan telaah
dokumen yang ada. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan SPSS
untuk kuantitatif dengan menormalisasikan dengan rumus De Boer dan
mstriks, table untuk data kualitatif serta dipresentasikan dengan traffic light
system.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi prosedur
bekerja di ketinggian dalam variable tanggung jawab 60% dan variable
prosedur kerja 47% sehingga tingkat implementasi prosedur bekerja di
ketinggian sebesar 53,5% dalam kategori Merah dan data kecelakaan tahun
2012 dalam kategori Kuning. Tingkat implementasi prosedur bekerja di
ketinggian di tabel tingkat implementasi dan tingkat kecelakaan termasuk
dalam level 5 ( berbahaya ).
Dapat disimpulkan bahwa prosedur bekerja di ketinggian tidak
terimplementasi dengan baik yaitu level 5 (berbahaya) di PT.BBS
Indonesia. PT. BBS Indonesia perlu mengevaluasi dan meningkatkan
pengawasan terhadap program yang prosedur bekerja di ketinggian. Melalui
kegiatan evaluasi terhadap kepala departemen, melakukan perencanaan,
pendataan dan pelaporan pelatihan untuk manajemen, pengawas dan
pekerja, perencanaan dan pelaporan inspeksi peralatan dan area kerja.

ABSTRACT
This study aims to evaluate the level of compliance with the
implementation of working at heights procedures for PT. Balfour Beatty
Sakti Indonesia (WTC2 Project) in 2012. This study uses quantitative and
qualitative approaches to the design of a cross-sectional studies conducted to
determine the level of implementation of working at heights procedures and
identify procedures that are not implemented for workers at height. The
research uses total sampling with a sample of as many as 106 people. The
data was collected by questionnaires, structured interviews with informants,
observation sheets and use the existing document review. Processing the
data in this study using SPSS for quantitative formula with normalizing with
De Boer and matriks, table for qualitative data and was presented with a
traffic light system.
From the study results showed that the implementation of work at
height procedures 60% in a variable responsibility and 47% in variable
working procedures. So that the level implementation of working at height
procedures is 53.5% in the red category and Accident data in 2012 is in the
Yellow category. Level of implementation of working at procedures in the
level implementation working at height procedures table and the accident
rate is in level 5 (dangerous).
Can be concluded that the works at a height procedure in PT.BBS
Indonesia is not properly implemented because in level 5 (dangerous). PT.
BBS Indonesia needs to evaluate and improve the monitoring program and
standard of working at height according procedures. Through the evaluation
of department heads, planning, data collection and reporting of training to
management, supervisors and workers, planning and reporting of inspection
equipment and work area."
2012
T30751
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsurizal
"Tujuan inti keselamatan dan kesehatan kenja (K3) adalah mencegah terjadinya kecelakaan termasuk penyakit akibat kerja, Sejak diberlakukannya Undang undang No. I tahun 1970 tentang keselamatan kerja, masih banyak kalangan industri yang belum menjiwai penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. Contoh kasus pada perusahaan perkebunan kelapa sawit milik PT. X yang berlokasi di Sumatera Barat dimana kasus terjadinya kecelakaan kerja cukup tinggi seperti tercatat pada tahun 2007 terjadinya 241 kasus kecelakaan kexja. Dengan latar belakang ini penulis ingin melihat bagaimana gambaran persepsi risiko di PT. X adakah peran lama bekerja dan pelatihan terhadap persepsi risiko di perusahaan tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa persepsi terhadap pekerjaan dan prosedur kerja cukup baik di kalangan pekerja, sedang persepsi terhadap APD cenderung buruk. Hal ini cukup beralasan karena angka terjadinya kecelakaan kerja yang tinggi dan mereka merasa telah bekerja sesuai dengan prosedur kerja. Mereka menggangap bahwa APD kurang mampu melindungi mereka dari terjadinya kecelakaan kerja bahwa APD dapat mengganggu proses kexja yang mereka jalankan karena adanya rasa tidak nyaman. Dari hasil uji statistic ternyata. hanya lama kerja yang berhubungan signifikan terhadap persepsi pekerjaan (p-value= 0.001) dan persepsi terhadap prosedur kerja (p-va1ue= 0.036), sedangkan terhadap persepsi pemakaian APD tidak signifikan berhubungan )p-value= 0.746). untuk pelatihan tidak ada yang berhubungan signifikan terhadap persepsi risiko kecelakaan responden.

Main target of work health and safety (K3) is preventing accident including the disease of work effect. Since the existence of law No. I, 1970 conceming job health, many industries did not get implementation of work health and safety yet. For example, case of palm oil plantation at PT. X which located in West Sumatera where case of work accident was higher; there were 241 cases of work accident in 2007. Because of this background, the writer wants to find the description of risk perception at PT. X ls there role of work and training period affected to risk perception in the company. Research result indicated that perception of work risk and work procedures were good enough among the workers, but perception of APD was bad. This thing is enough for the reason of highest level of accident and they feel worked based on procedure. They assumed that APD can’t avoid them from the accident of working even APD can disturb their work process because of feeling not comfort. From statistical test result indicated only work period which had relation of risk perception signiicantly (p-value 0.00l) and perception of work procedure (p-value* 0.036), while perception of APD usage did not have effect significantly (p-value=0.746). Training didn't have effect of risk perception.
"
Depot: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T33867
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rasyid Putra Adi Suwarno
"Safety leadership adalah salah satu komponen yang berperan penting dalam menurunkan angka kecelakaan dan peningkatan performa keselamatan kerja di perusahaan. Penelitian ini mengkaji profil safety leadership pada manajemen lini Manajer dan Supervisor di workshop PT. XYZ yang bergerak dalam bidang manufaktur wireline sebagai penunjang sektor migas yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan konsep dan teori dari Krause 2005 . Elemen yang diteliti berdasarkan safety leadership best practices yang terdiri dari vision, credibility, action oriented, collaboration, communication, feedback and recognition dan accountability. Hasil penelitian menunjukkan bahwa safety leadership pada manajemen lini di PT. XYZ masih kurang baik.

Safety Leadership is the one of the important components in reducing accident rates and improving safety performance in the company. This study examines the profile of safety leadership on line management Manager and Supervisor in workshop of PT. XYZ engaged in wireline manufacturing as a supporter of oil and gas sector located in Cikarang, West Java. The method used is qualitative by using concept and theory from Krause 2005. The elements studied are based on the best practices of safety leadership consisting of vision, credibility, action oriented, collaboration, communication, feedback and recognition and accountability. The result showed that safety leadership on Line Management in PT. XYZ is still not good."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>