Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86082 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Ismail
"Sejak dekade terakhir, aksi gerakan sosial kian marak terjadi. Namun, yang unik adalah gerakan tersebut dilakukan dengan mengadopsi teknologi internet. Seperti apa yang terjadi di Mesir keruntuhan rezim Husni Mubarak, Gerakan antiwallstreet yang terjadi di Eropa dan Amerika, serta gerakan koin untuk Prita dan gerakan 1 juta facebookers mendukung pembebasan ketua KPK Bibit-Chandra. Hal itu menunjukkan bahwa gejala tersebut bukan hanya tentang inovasi teknologi internet semata, tetapi ini tentang masyarakat sipil dalam melakukan aktivisme. Inilah yang kemudian Hajal (2001) sebut bahwa lahirnya teknologi internet merupakan penemuan kembali masyarakat sipil. Namun bagi Nugroho (2011) gerakan yang dilakukan mengadopsi internet telah melahirkan apa yang disebut sebagai click aktivisme. Juga bagi Faisal (2008) gerakan yang dilakukan di internet hanya sekedar perlawanan simbolik semata. Tetapi apakah gerakan sosial yang dilakukan di internet hanya sebatas click aktivisme atau hanya sekedar perlawanan simbolik semata, atau bahkan bisa melampaui hal tersebut? Kasus dalam penelitian ini adalah Gerakan Akademi Berbagi yang berbasis di internet khususnya sosial media. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode connective ethnography, dan dilakukan selama 5 bulan.
Hasil penelitian menunjukkan Gerakan Akademi Berbagi merupakan salahsatu bentuk manifestasi lahirnya masyarakat sipil. Gerakan yang mengombinasikan online dan offline telah memberikan konteks, validasi dan keterikatan partisipasi lebih oleh para relawan dalam melakukan gerakan sosial, sehingga melahirkan apa yang disebut "online social movements". Hal ini juga melengkapi konsep yang Nugroho (2011) sebut sebagai "click activism", dengan kasus gerakan yang diangkat dalam penelitian ini, gerakan sosial yang dilakukan di internet melebihi apa yang disebut dengan click activism, dan volunterism yang dilakukan lebih dari sekadar terlibat pada gerakan online, tetapi volunterism ini juga dilakukan dalam konteks offline, sehingga gerakan ini tidak hanya sekadar "click" tetapi juga melibatkan ruang real dalam melakukan gerakan.

Social movement happened intensively since the last decade which its uniqueness is done by internet technology - for example, in the case of Husni Mubarak's regime collapse at Egypt, anti-Wall Street movement at Europe and America, "Koin untuk Prita" and other movement such as one million support of facebook user for Bibit-Chandra of KPK at Indonesia. What happened actually is not just about the innovation of internet technology "itself" - further more, it's about the civil activity that according to Hajal (2001) is the re-discovery of the civil society through internet technology. But to Nugroho (2011), internet adopting movement based gave birth to click aktivisme - also to Faisal (2008); internet movement is just a fighting symbol. Can it move further and over these opinions? Gerakan Akademi Berbagi which based their movement in internet -social media specifically- is the case for this thesis with the use of connective ethnography method for 5 months of research.
The result described that Gerakan Akademi Berbagi is one of wide manifestation that raised the civil society by combining online and offline which contributes context, validation, and bond in participation for its volunteers that gave birth to what it called as "online social movements". This completes Nugroho's concept of "click activism" (2011) because it moved more than just in and an online movement - this offline context based volunterism activity is not just about "click", but it involved and moved the real space as well.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T30007
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Panji Arief Sumirat
"Gerakan sosial memanfaatkan media digital untuk bersuara dan menggalang dukungan publik. Salah satu gerakan sosial di Indonesia yang aktif menggunakan media sosialnya adalah Wadas Melawan. Wadas Melawan adalah gerakan akar rumput yang lahir karena adanya konflik lahan antara masyarakat Desa Wadas dengan pemerintah. Mengacu pada konsep digital repertoire of contention, penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana bentuk-bentuk repertoar digital yang dilancarkan masyarakat dan aktivis Wadas Melawan. Repertoar diartikan sebagai serangkaian taktik gerakan sosial yang digunakan untuk bertindak secara kolektif guna mencapai tujuannya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode netnografi untuk mengeksplorasi fenomena budaya dalam konteks daring. Penelitian ini mengungkap repertoar digital Wadas Melawan tidak terlepas dari aksi tradisional serta komunikasi tatap muka peserta aksi. Media sosial memfasilitasi aksi-aksi untuk memobilisasi pesan dan massa. Eskalasi atensi publik terhadap Wadas Melawan terjadi sebanyak tiga kali, salah satunya ketika kerusuhan masyarakat dengan aparat kepolisian terjadi di Desa Wadas. Selama lima tahun berjalan, aktivisme digital Wadas Melawan tidak sepenuhnya mulus karena adanya hambatan-hambatan yang memengaruhi aktivitas di dunia maya.

Social movements use digital media to raise their voice and gather public support. One of the social movements in Indonesia that actively uses social media is Wadas Melawan. Wadas Melawan is a grassroots movement that was born due to a land conflict between the people of Wadas Village and the government. Referring to the concept of digital repertoire of contention, this research aims to see the forms of digital repertoire launched by the community and activists of Wadas Melawan. Repertoire is defined as a set of tactics a social movement uses to act collectively to achieve its goals. This research is a qualitative research using netnography methods to explore cultural phenomena in an online context. This research reveals that Wadas Melawan digital repertoire is inseparable from traditional actions and face-to-face communication between participants. Social media facilitates actions to mobilize messages and mass. Escalation of public attention towards Wadas Melawan occurred three times, one of which was when community riots with the police occurred in Wadas Village. During the five years that have been running, Wadas Melawan digital activism has not been completely smooth due to obstacles that have affected activities in cyberspace."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Aria Mitha
"Arena pendidikan dimanfaatkan menjadi sarana transformasi pengetahuan dan menaikkan status sosial seseorang. Selain itu pendidikan juga telah menjadi alat untuk mereproduksi kelas sosial. Dari studi sebelumnya ditemukan, kelas atas mendominasi pendidikan dan status sosial kelas yang lebih rendah yang tidak memiliki modal dukungan sangat mudah untuk tereleminasi. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi, yaitu habitus yang dibentuk di dalam arena pendidikan dan habitus yang berasal dari latarbelakang keluarga. Studi sebelumnya cenderung membahas reproduksi kelas sosial di dalam Universitas dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan belum membahas di pendidikan militer. Sehingga, peneliti ingin mengkaji lebih lanjut di dalam pendidikan militer. Dari data yang peneliti temukan, peneliti berargumen telah terjadi reproduksi kelas sosial di Akademi militer dengan pengaruh habitus dari dalam arena pendidikan itu sendiri. Taruna dengan status sosial kelas yang lebih rrendah tidak memiliki cukup modal yang sama dengan taruna dari status sosial kelas atas, dengan begitu mereka hanya mengandalkan dukungan-dukungan dari senior dan pengasuh. Sehingga, taruna dengan status sosial yang lebih rendah dapat bertahan dan memperebutkan peringkat yang kemudian menjadi penentu kedudukan setelah lulus dari Akademi Militer (status sosial yang lebih tinggi dari sebelumnya). Pendekatan penelitian dalam studi ini adalah kualitatif deskriptif yang akan menjelaskan reproduksi kelas sosial yang terjadi di Akademi Militer Indonesia, Magelang, Jawa Tengah. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam kepada 9 informan dengan kriteria 5 abituren lulusan tahun 2015-2019 dan berasal dari latarbelakang keluarga status sosial lebih rendah, serta 4 komponen pendidikan Akademi Militer."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S8716
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ery Lukito Dewi
"Internet saat ini menjadi sebuah media bagi setiap manusia untuk memperoleh atau mengakses informasi, serta berkomunikasi dengan mudah. Dari internet juga muncul berbagai media sosial dan teknologi digital. Istilah dan kata dalam media sosial dan teknologi digital yang sebagian besar berasal dari bahasa Inggris banyak diserap oleh bahasa lain, seperti bahasa Belanda. Permasalahan mengenai proses morfologis pembentukan kata serapan dari bahasa Inggris dalam bahasa Belanda dan penyesuaian kata tersebut dalam konteks gramatikal bahasa Belanda menarik untuk diteliti. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Hal yang menjadi fokus utama pada penelitian ini adalah proses morfologis pembentukan kata serapan tersebut. Selain itu, penggunaan kata tersebut dalam konteks kaidah gramatikal bahasa Belanda juga menjadi hal lain yang menarik dalam skripsi ini. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa kata serapan yang berasal dari bahasa Inggris tersebut dapat menjadi kata bahasa Belanda yang disesuaikan dengan aturan morfologis Belanda, sehingga dari hal tersebut dapat ditarik simpulan bahwa kata-kata serapan yang mengalami perubahan bentuk dalam bahasa Belanda tersebut sebagian besar merupakan loanwords atau vreemde woorden yang dapat menjadi bastaardwoorden setelah mengalami penyesuaian kaidah morfologis bahasa Belanda.

Internet has now become a media for people to access information and to communicate with ease. Through internet many social medias and digital increase. Terms and words in social medias and digital technologies that are mostly from English are borrowed by other foreign languages, like Dutch. The problems of the morphological word formation of the English loanwords in Dutch and the adaptation of the words in Dutch grammatical context are interesting to be researched. The method used in this research is qualitative. The main focus in this research is the morphological processes of word formation of those loanwords. Furthermore, the use of the words in the the Dutch grammatical context is another interesting case. The result of this research indicates that the English loanwords would be adopted in Dutch after the morfphological adjustment. The conclusion of this research is that the borrowed words in Dutch are mostly loanwords or vreemde woorden lsquo foreign words rsquo that would become bastaardwoorden lsquo hybrid words."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziyyah Hanaa
"Komunitas Jewish Voice for Peace (JVP) adalah komunitas Yahudi-Amerika yang mempunyai tujuan untuk menyuarakan kemerdekaan dan keadilan Palestina. Artikel ini membahas gerakan digital yang disuarakan oleh komunitas JVP untuk Palestina di tahun 2021. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tahapan pengumpulan data, analisis data, pemaknaan data dan ditutup dengan kesimpulan. Teori yang digunakan adalah teori gerakan sosial baru dari Rajendra Singh. Artikel ini fokus membahas usaha-usaha gerakan digital komunitas JVP dalam menyuarakan keadilan dan kemerdekaan Palestina di 2021 dan dampak gerakan digital JVP pada orang-orang Yahudi-Amerika. Temuan dari penelitian ini adalah usaha-usaha gerakan digital komunitas JVP di tahun 2021 untuk Palestina adalah gerakan digital JVP dalam menyuarakan The Ongoing Nakba : Sheikh Jarrah dan Silwan, gerakan digital JVP dalam menyuarakan Boycott, Divestment, and Sanction dalam bidang ekonomi, gerakan digital JVP untuk menentang Zionisme dan pendanaan Amerika Serikat ke Israel, serta gerakan digital JVP untuk mendukung pembebasan tahanan politik Israel. Adapun dampak dari gerakan digital JVP ke orang-orang Yahudi-Amerika adalah naiknya dukungan Yahudi-Amerika untuk Palestina dan gerakan digital komunitas JVP berpotensi untuk menurunkan tendensi anti-Semitisme dan menaikkan gerakan anti-Zionisme sehingga akar dari rasisme dan sistem apartheid yang terjadi di Palestina oleh pemerintahan Israel bisa segera berhenti.

Jewish Voice for Peace community (JVP) is a Jewish-American community and has purposes in voicing justice and liberty for Palestine. This article discusses the digital movement of JVP community for Palestine in 2021. This study uses qualitative methods with data collection, data analysis, data meaning, and closing with conclusions. The theory used is the new social movement theory from Rajendra Singh. This article focuses on discussing the efforts of JVP community in voicing justice and liberty for Palestine in 2021 through JVP digital movement and the impact of its digital movement on Jewish-American. The findings of this study are the efforts of JVP community in voicing justice and liberty for Palestine in 2021, those are JVP digital movement in voicing The Ongoing Nakba : Sheikh Jarrah and Silwan, JVP digital movement in voicing Boycott, Divestment, and Sanction in the economy, JVP digital movement against Zionism and US funding to Israel, and JVP digital movement in support of the release of prisoners Israeli politics.The impact of JVP digital movement on Jewish-Americans is the increase in Jewish-American support for Palestine and JVP digital movement has the potential to reduce anti-Semitism tendencies and increase anti-Zionism movements so that the roots of racism and the apartheid system occur in Palestine by the Israeli government could stop immediately."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Isnaeni Ujiarto
"Tesis ini tentang pengasuhan Taruna Akademi Kepolisian. Permasalahan dalam tesis ini adalah pada pelaksanaan kegiatan pengasuhan Taruna Akademi Kepolisian. Sedangkan yang dijadikan fokus tesis ini adalah fugsi pengasuhan Taruna Akademi Kepolisian sebagai penanaman nilai-nilai kebudayaan organisasi Polri kepada para Taruna Akademi Kepolisian, agar mereka dapat menjadi petugas kepolisian yang melaksanakan tugasnya sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan polisi.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode etnografi. Dengan cara mengamati gejala-gejala yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari Taruna Akademi Kepolisian dan pengasuh di lingkungan kesatrian Taruna. Untuk memperoleh suatu pemahaman yang mendalam terhadap obyek penelitian yang diamati, maka peneliti melaksanakan pengumpulan data dengan cara (1) pengamatan, (2) pengamatan terlibat, (3) kajian dokumen, dan (4) wawancara.
Hasil studi menunjukan bahwa kegiatan pengasuhan Taruna Akademi Kepolisian, merupakan transformasi nilai-nilai kebudayaan kepolisian kepada Taruna Akademi Kepolisian dalam rangka melaksanakan tugas pendidikan sebagai calon Perwira Polri. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata lingkungan pendidikan Perwira Polri di Akademi Kepolisian selain mengemban fungsi pengajaran dan latihan atau pendidikan yang memberikan transformasi ilmu pengetahuan atau transfer of knowledge, dan ketrampilan atau trartfer of skill; mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap transformasi nilai-nilai atau norma-nomia atau tranfer of value, kepada para siswanya yaitu Taruna Akademi Kepolisian. Sehingga hal-hal positif dan negatif dapat tertanam dalam diri para Taruna yang selama tiga tahun menjalankan pendidikannya. Tindakan atau perilaku yang diwujudkan oleh petugas kepolisian khususnya Perwira Polri lulusan Akademi Kepolisian tersebut, bisa merupakan pengaruh dari kewenangan yang dimilikinya, doktrin-doktrin dan nilai-nilai yang telah tertanam di dalam setiap individu anggota Polri semenjak dalam masa pendidikan."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T10855
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Malaysia: Akademi Pengajian Melayu, 2014
079 BAPM
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Aqila Deviatika
"Skripsi ini bertujuan untuk melihat bagaimana aksi repertoar digital berperan dalam membentuk sebuah aksi gerakan sosial beserta strateginya dalam kasus Candlelight Movements tahun 2008 di Korea Selatan. Menurut Charles Tilly sebuah gerakan sosial membutuhkan aksi repertoar yang menekankan kepada inovasi-inovasi strategi. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, aksi repertoar turut mengembangkan strateginya kepada pemanfaatan media-media internet. Strategi yang tergolong inovatif tersebut tepat dilakukan di Korea Selatan sebagaimana negara tersebut menduduki peringkat tertinggi dunia dalam angka penggunaan internet diawal tahun 2000-an. Kasus Candlelight Movements tahun 2008 ini dianalisa melalui teori aksi repertoar digital (digitalized action repertoires). Teori aksi repertoar digital yang digagas oleh Jeroen Van Laer dan Peter Van Aelst memercayai bahwa kehadiran media internet memudahkan pelaksanaan aksi dalam segi pembagian informasi dan mobilisasi.
Untuk melakukan penelitian ini, digunakan metode kualitatif dengan jenis pendekatan studi kasus. Berdasarkan konsep aksi repertoar digital, Candlelight Movements tahun 2008 digolongkan sebagai gerakan sosial yang didukung penuh oleh media internet (internet-supported). Rangkaian strategi dalam tahap sebelum melaksanakan aksi tersebut menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi. Aksi repertoar digital berimplikasi kepada partisipan dari Candlelight Movements tahun 2008 yang beragam dan terbesar sepanjang sejarah Korea Selatan. Serta, menggambarkan komitmen masyarakat sipil yang cukup tinggi atas keikutsertaan mereka dalam proses politik di Korea Selatan. 

This paper aims to assess how digitalized action repertoires has helped in shaping social movement and its strategies in the case of South Koreas Candlelight Movements in 2008. Charles Tilly suggests a notion of repertoires of action, which means social movement needs of innovative sets of strategies. In this digital age, the repertoires of action expanded it strategies into the role of internet media. Such innovative strategies was perfectly in line with South Koreas internet traffic ranking as the highest in the world in the early 2000s. The 2008s Candlelight Movements would be analysed through digitalized action repertoires theory proposed by Jeroen Van Laer dan Peter Van Aelst. Both theorists believe that the present of internet media would help the society to build relations, mobilizations, and collecting informations. In the end, the relations that were built on the internet would easily shape the movement.
This research was conducted by using a qualitative method and a case study approach. According to the theory, the 2008s Candlelight Movement can be classified as social movement which was entirely internet supported. The digitalized action repertoires which happened before the movement showed the high threshold of peoples participation in political process in South Korea. It also impacted the Candlelight Movements to became the biggest and longest movement in the history of South Koreas democracy. 
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danasmoro Brahmantyo
"Media sosial sebagai bentuk perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membuka peluang terjadinya beragam inovasi. Seakan tidak terbatasi ruang dan waktu, masyarakat sipil saling terhubung dalam jejaring sosial; berinteraksi secara intensif baik di ranah virtual maupun nyata, dan mendorong perubahan di berbagai bidang. Inisiatif masyarakat yang hadir di media sosial memiliki karakter yang mirip dengan medium pembentuknya, media sosial, yaitu: terbuka, partisipatif, mengakomodasi perbincangan dua arah, serta fokus pada keterhubungan antar komunitas. Media sosial mendorong pembentukan identitas dan citra brand nonprofit sebagai perwakilan gerakan/organisasi sosial yang hadir di era informasi secara efektif dan efisien. Nilai-nilai yang terbentuk sebagai hasil interaksi penggiat gerakan sosial di media sosial menjadi dasar penciptaan pesanpesan pemerekan yang genuine dan mendorong sense of belonging dari para penggiatnya. Sebagai upaya untuk menjaga komitmen dan konsistensi (kontinunitas), brand nonprofit menggunakan strategi integrasi online dan offline yang mendorong kolaborasi penciptaan dan penyebarluasan pesan pemerekan dengan brand lain, baik profit maupun nonprofit; dimana kolaborasi tersebut dibangun berdasarkan kesamaan visi, misi dan semangat dari masing-masing brand tersebut.

Social media as a development within the communication and information technology opens opportunities for innovations. As if unlimited by space and time, civil society can interact in the social network; intensively both in virtual and real world, and pushes changes in various aspects. Community's initiatives exist in social media contain similar characteristics with its medium, social media, which are: open, participatory, accommodating two-ways conversation, and focus on inter-connectivity between communities. Social media enable non-profit brand image and identity molding as a representative of social movement/organisation effectively and efficiently in this information era. Values, which are formed as the result of interactions to fuel social movement in social media, become the basis of creating genuine widespread messages and creating a sense of belonging from its supporters. As an attempt to maintain commitment and consistency, non-profit brand uses online and offline integration strategy that encourage collaboration in the creation and expanding the messages along with other brands, profit or nonprofit. The collaboration is established based on similarities in vision, mission, and spirit of each brand."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T41815
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>