Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172347 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Wirda Amalia
"Tesis ini membahas tentang Pelaksanaan Program Children Educational Support dalam mengurangi prevalensi anak jalanan oleh Yayasan ISCO. Dilatarbelakangi oleh masih banyak anak miskin rentan ke jalan akibat sulitnya akses ke layanan pendidikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara dengan 9 informan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan program sudah berjalan dengan cukup baik ditandai dengan berkurangnya anak dampingan yang turun ke jalan disebabkan adanya pemberian bantuan dalam pendidikan formal dan non formal. Hal ini menjadikan terpenuhinya kebutuhan anak miskin untuk mendapatkan pendidikan sejak usia dini sehingga intensitas untuk bekerja di jalan terminimalisir.

The thesis discusses about the implementation of children educational support in reducing prevelance of street children by ISCO Foundation. Motivated by many poor children vulnerable to be street cause the difficulty of access to educational services. This research used a qualitative approach. Collecting data using observation and interview with 9 informant.
The study results show that implementation of program has already ran fairly well characterized by reduced child beneficieris who took the streets due to provision of assistance in formal and non-formal education. This made the fulfillment of poor children needs to get an education from early age so the intensity of street work has minimized.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki pola perilaku spasial
aktivitas bermain anak-anak beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Penelitian ini dilakukan pada anak-anak yang tinggal di Kampung Lio, dimana
merupakan salah satu permukiman penduduk berpenghasilan rendah yang ada di
Kota Depok. Pengumpulan data dilaksanakan menggunakan beberapa metode
yaitu focus group discussion, geographic diary, observasi dan wawancara.
Analisis perilaku spasial mempertimbangkan jumlah, jenis dan distribusi spasial
dari ruang-ruang bermain anak. Penelitian ini menemukan bahwa aktivitas
bermain anak-anak Kampung Lio sebagian besar mengambil tempat di
lingkungan permukimannya. Selain itu, ditemukan juga perbedaan pola perilaku
bermain antara anak-anak laki-laki dengan anak-anak perempuan. Pola spasial
dari aktivitas bermain anak-anak dalam penelitian ini dipengaruhi oleh preferensi
aktivitas bermain anak, kondisi fisik ruang bermain, kontrol orang tua dan
interaksi sosial dengan anak lain, The aim of this research was to investigate the spatial behavior patterns of children rsquo s play as well as the factors that influence it This research was conducted on children who live in Kampung Lio which is one of low income neighborhoods in Depok Data collection occurred through multiple methods including focus group discussion geographic diary observation and interview The analysis of spatial behavior considered the number variety and spatial distribution of children rsquo s play spaces This research found that children rsquo s play activity mostly take place in their neighborhood Furthermore this research also found the differences between boys rsquo and girls rsquo play patterns Spatial pattern of children rsquo s play in this research is influenced by children rsquo s play preferences physical environment of play spaces parental controls and social interaction with other children ]"
Universitas Indonesia, 2015
S57732
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"
"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S7227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S7226
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kaelany H.D.
"Anak-anak marjinal, anak-anak yang dianggap pinggir atau dipinggirkan" adalah mereka yang pada umumnya kalangan anak-anak yang tidak mempunyai tempat tinggal, atau anak-anak yang terlantar karena orang tuanya tidak mampu. Mereka turun ke jalan untuk melakukan apa saja asal mendapatkan uang untuk mempertahankan hidup. Mereka berkeliaran di tempat-tempat keramaian, seperti emperan perkotaan, stasiun kereta api, terminal bus, atau tinggal di kolong jembatan, taman-taman kota dsb.
Latar belakang mereka turun ke jalanan memiliki alasan yang beraneka. Sebagian mereka mulanya memang ada yang bekerja karena diminta atau dipaksa orang tua mereka untuk menambah penghasilan keluarga. Tapi seringkali sepulang kerja mereka tidak mendapatkan kasih sayang melainkan makian dan pukulan. Beberapa kasus dijumpai bahwa anak-anak jalanan itu memang berasal dari keluarga yang tidak harmonis. Kehidupan dalam keluarga yang keras dan ricuh, sering mendorong mereka untuk memutuskan hubungan dengan keluarga dan memilih hidup di jalanan. Malah ada yang sampai menyebut orang tuanya sebagai setan karena perilaku orang tuanya yang tak terpuji, penjudi, serta memaki, memukul dan menindas, serta tak pernah menunjukkan kasih sayang.
Anak-anak yang serupa ini jarang yang masih memiliki hubungan atau memelihara hubungan dengan tempat asal keluarga. Bahkan ada yang tidak menentu dimana kelurga dan tidak jelas siapa orang tuanya, karena sejak kecil sudah diperjual-belikan. disewakan untuk pelengkap minta sedekah. Pada umur tertentu oleh orang tua yang kesekian mereka dilepas begitu saja sehingga kehidupan sehari-hari mereka tumbuh dan berkembang sepenuhnya di jalanan.
Ciri-ciri anak jalanan itu antara lain:
- Berada di tempat umum (jalan, pasar, pertokoan. tempat-tempat hiburan selama tiga sampai dua puluh empat jam).
- Berpendidikan rendah (kebanyakan putus sekolah atau tidak sekolah dan sedikit sekali yang tamat SD).
- Berasal dari kalangan keluarga tidak mampu. atau keluarga yang tidak harmonis. kebanyakan urban, beberapa diantaranya tidak jelas keluarganya.
- Melakukan aktivitas ekonomi (di sektor informal).
Keberadaan mereka sebagai kaum urban miskin, oleh penguasa serta kaum mapan kota dianggap sebagai sumber kriminalitas, pengotor kota dan pengacau pembangunan. Malah ada yang menempatkan mereka sebagai golongan yang tidak sejajar dengan masyarakat pada umumnya, mereka dianggaap sebagai masyarakat kelas dua masyarakat pinggir atau masyarakat marjinaI.Penilaian ini membuat mereka harus terus berjuang dan berpindah-pindah agar mereka tetap bisa bertahan hidup. Pekerjaan apapun dilakukan, barangkali tidak lagi berpikir apakah pekerjaan tersebut sejalan dengan tuntutan rencana pembangunan kota atau tidak. Bagi mereka yang terpenting adalah bagaimana hari ini bisa bertahan hidup, meskipun tanpa masa depan. lnilah lukisan sekilas dari kalangan anak-anak marjinal di kawasan Tanah Abang yang diupayakan pembinaan dan pemberdayaannya sebagai dikemukakan dalam laporan penelitian ini."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Silvia Salsabila
"ABSTRAK
Fenomena anak jalanan merupakan sebagian kecil dari fenomena ?nyata? yang
menggambarkan ketidakadilan yang dialami oleh anak-anak. Fenomena ini terdapat
hampir di seluruh dunia, baik pada negara-negara maju maupun negara-negara
berkembang dengan jumlah atau proporsi yang beragam. Permasalahan tersebut hingga
saat ini masih merupakan permasalahan sosial yang belum kunjung terselesaikan.
Beberapa program telah dirancang dan diimplementasikan untuk pengentasan
masalah ini, namun masih belum dinilai dapat memuaskan dan menuntaskan
permasalahan ini disebabkan oleh satu dan lain hal. Sebagian besar program-program
yang ada, menitikberatkan pada upaya penyediaan ?rumah? bagi anak-anak ini. Hal ini
mengindikasikan adanya pandangan yang menganggap keberadaan ?rumah? bagi anak-
anak jalanan adalah panting. Pertanyaan-pertanyaan ini kemudian berkembang Iebih jauh,
karena berdasarkan observasi yang dilakukan, ternyata tidak hanya rumah ?buatan" hasil
dari program, melainkan juga rumah orang tua atau rumah sendiri, pun tidak berhasil
membuat anak-anak jalanan merasa ?at home?. Bagaimana sebenarnya arti ?rumah? yang
bagi anak-anak jalanan ini?
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori psikologi perkembangan bagi
anak dalam usia sekolah yang di antaranya dikemukakan oleh Piaget dan Erikson, teori mengenai anak jalanan dari Lucchini, YKAI dan lain sebagainya, teori-teori mengenai
persepsi, rumah, dan teori hirarki kebutuhan dari Maslow.
Penelitian yang dilakukan disini bersifat kualitatif dengan metode pengumpulan data
wawancara dan observasi. Keempat responden ternyata memiliki penghayatan arti
?rumah? yang bersifat sangat subjektif; yang dipengaruhi oleh pengalaman., kebutuhan
dan harapan yang dimiliki oleh masing-masing responden terhadap rumah. Setelah
dilakukan analisis individual bagi setiap kasus, penulis juga melakukan analisis banding
antar kasus, yang berusaha menemukan persamaan dan perbedaan untuk setiap kategori
pengalaman, kebutuhan dan harapan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa keempat responden memiliki persepsi
mengenai rumah yang kurang lebih sama, pada setiap kategori pengalaman, kebutuhan
dan harapan. Hanya ada satu responden yang memiliki perbedaan yang berarti dalam
kategori kebutuhan (Maslow) dengan mengungkapkan adanya kebutuhan untuk
menjadikan rumah sebagai tempat untuk mengaktualisasikan diri.
Selain itu juga dilakukan pembahasan mengenai faktor-faktor yang menimbulkan
perasaan ?lekat? (place of attachement) terhadap rumah. Analisis-analisis yang dilakukan
ini juga melibatkan analisis banding dengan proporsi-proporsi teoritis yang berkaitan
dengan hal yang dianalisis."
2000
S3009
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sista Zukniarani
Depok: Universitas Indonesia, 2005
S33990
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhevy Setya Wibawa
"Studi sosiologi tentang Leisure sejauh penulis amati, terfokus pada kelas menengah dan atas. Padahal secara logika, aktivitas waktu luang merupakan bagian dari sisi kehidupan seseorang selain bekerja. Fenomena waktu luang bahkan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan hidup setiap orang. Aktivitas waktu luang menjadi sesuatu yang dinamis untuk dikupas karena keberadaannya sangat dipengaruhi oleh dominasi faktor ekonomi; pandangan yang melihat kemampuan memiliki aktivitas waktu luang yang erat kaitannya dengan kemampuan ekonomi seseorang. Namun aktivitas waktu luang selama ini lebih dianggap sebagai kegiatan yang dimiliki kelas menengah dan atas.
Dengan menggunakan beberapa teori tentang leisure, studi ini mencoba mengaplikasikannya pada permasalahan aktivitas waktu luang masyarakat lapisan bawah, khususnya anak jalanan. Pembentukan pola aktivitas waktu luang anak jalanan diasumsikan dipengaruhi oleh aspek-aspek, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Aspek internal yang dimaksudyaitu stereotip anak jalanan dan status pendidikan mereka. Sedangkan aspek eksternal terdiri dari beberapa hal yang terkait dengan budaya, yaitu budaya komunitas jalanan, budaya patriarkal, budaya kaum muda (youth culture) serta budaya konsumen (consumer culture). Secara khusus studi ini bertujuan untuk pengembangan pengaplikasian teori leisure pada masyarakat kelas bawah dan memperoleh pengetahuan tentang alokasi waktu dan pola aktivitas waktu luang pada anak jalanan.
Jenis panelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan menggambarkan realitas social yang kompleks. Populasi pada penal itian ini adalah anak jalanan yang berdomisili di Jakarta Penelitian ini menggunakan kombinasi data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yang dipakai adalah data sekunder, yaitu data hasil pemetaan dan survai sosial yang dilakukan oleh PKPM Unika Atma Jaya pada tahun 1999.
Pada studi ini data kuantitatif digunakan untuk memberikan gambaran tentang profit anak jalanan di Jakarta, sementara data kualitatif digunakan untuk memberikan gambaran tentang aktivitas waktu uang anak jalanan secara lebih mendalam dan detail. Pengumpulan data primer menggunakan metode diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion) dan wawancara mendalam (Indepth Interview).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak jalanan membuat pembedaan atas aktivitas kerja dan aktivitas non-kerja, atas dasar perolehan penghasilan (uang). Sementara aktivitas non-kerja terdiri atas aktivitas hiburan, aktivitas masa depan dan aktivitas yang dapat di kategorikan sebagai melakukan sesuatu yang bersifat wajib tetapi tidak mendapat uang. Keunikan anak jalanan yang bekerja. pada sektor informal membuat mereka tidak membuat pembedaan secara tegas antara aktivitas kerja dan aktivitas non-kerja.
Temuan lain memperlihatkan bahwa pola aktivitas waktu luang anak jalanan tidak semata-mata dipengaruhi oleh faktor ekonomi saja. Walapun secara ekonomis mayoritas anak jananan merupakan bagian dari masyarakat kelas bawah, tetapi secara kultural mereka dipengaruhi oleh budaya patriarkal yang masih kuat, budaya jalanan dan budaya kaum muda (youth culture).
Selain itu perkembangan kapitalisme modern yang masuk pada berbagai sendi dan lapisan masyarakat dunia, sangat kuat berperan dalam menumbuhkan budaya konsumen (consumer culture) pada berbagai lapisan sosial masyarakat. Pengaruh budaya konsumen dengan berbagai produk komoditas yang bersifat massal dalam wujud barang, fesyen, gaya hidup, dll. juga berpengaruh atas aktivitas waktu luang anak jalanan. `Penjajahan' dalam wujud pengaruh budaya konsumen inilah yang dikhawatirkan lebih bersifat destruktif terhadap perkembangan seorang anak yang tumbuh dan berkembang secara bebas di jalan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Syarif
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran resiliensi pada anak jalanan, serta ingin menggali faktor-faktor apa saja yang membentuk resiliensi pada anak jalanan. Pengertian resiliensi yang digunakan merujuk pada lima karakteristik resiliensi dari Wagnild (2010) yaitu meaningfulness, perseverance, equanimity, self reliance dan existential aloness. Skala sikap RS-14 (Wagnild & Young, 2009) digunakan untuk memperoleh gambaran resiliensi dan wawancara mendalam dilakukan guna mendapatkan informasi mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat membentuk resiliensi pada. Penelitian ini dilakukan di jalanan ibukota Jakarta. Partisipan penelitian terdiri dari 31 orang dengan rentang usia 12-17 tahun dan untuk wawancara mendalam jumlah partisipan adalah tiga orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata partisipan mendapatkan skor resiliensi tinggi. Faktor yang mempengaruhi adalah faktor internal yaitu terutama keinginan mereka untuk memperoleh masa depan yang lebih baik, dan faktor eksternal yang juga mempunyai pengaruh besar bagi anak jalanan untuk bertahan adalah teman-teman. Sejumlah saran untuk penelitian selanjutnya juga turut disertakan.

This study was conducted in order to get an overview of resilience in street children, and wanted to explore what are the factors that build up the resilience of street children. Definition of resiliense used refer to the five characteristics of resilience Wagnild (2010), namely meaningfulness, persevarance, equanimity, self reliance, and existential aloness. Resilience scale RS-14 (Wagnild & Young, 2009) is used to obtain a picture of resilience and in depth interviews conducted to obtain information about factors that may build resilience. The research was conducted on the sreets of the capital city of Jakarta. Study participants consisted of 31 persons, and the age range is 12-17 years and for in depth interviews participants consisted three people. The result showed that on average participants get high scores of resiliency. Factors that affect the internal factor is their own desire to get a better future, and external factors which have a major influence for street children to survive are peers. A suggestions for future research were also included.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S53215
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>