Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166875 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Efy Afifah
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Sahidin
"[ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang upaya perlindungan terhadap wanita penjaja seks (WPS) melalui pendekatan kelompok dukungan sebaya, peran yang dilakukan oleh pendamping (PL/PE) dan hambatan yang timbul serta upaya mengatasi hambatan dalam perlindungan WPS melalui pendekatan kelompok dukungan sebaya di Yayasan Bandungwangi Jatinegara Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Hasil penelitian menggambarkan upaya perlindungan WPS melalui pendekatan kelompok dukungan sebaya, meliputi (1) bentuk-bentuk perlindungan dan tahap-tahap perlindungan WPS melalui pendekatan kelompok dukungan sebaya, (2) peran yang dilakukan oleh pendamping, meliputi sebagai komunikasi personal, sebagai edukator, sebagai integrator/koordinator, sebagai penggerak (mobilizer), sebagai fasilitator, memberikan konseling (advice giving and counselling), sebagai pembela (advocate), sebagai pemungkin (enabler), sebagai supporting, sebagai analyst/evaluator, dan (3) hambatan yang timbul serta upaya mengatasi hambatan.

ABSTRACT
This thesis discusses the protection effort for sex workers utilizing peer support group approach, role of (field worker /peer edukator) and constraints faced and effort solve contraints Bandungwangi Foundation Jatinegara East Jakarta, the results illustrate (1) steps to provide protection, (2) the role of field workers/peer educator as coordinator, mobilizer, fasilitator, advocator, enabler, evaluator. and solve contraints in the protection women seks worker, This thesis discusses the protection effort for sex workers utilizing peer support group approach, role of (field worker /peer edukator) and constraints faced and effort solve contraints Bandungwangi Foundation Jatinegara East Jakarta, the results illustrate (1) steps to provide protection, (2) the role of field workers/peer educator as coordinator, mobilizer, fasilitator, advocator, enabler, evaluator. and solve contraints in the protection women seks worker]"
2015
T44194
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luciana Barliantari
"Hingga saat ini laju penularan HIV cenderung terus meningkat, demikian pula peningkatan jumlah kasus AIDS. Data epidemiologis menunjukkan bahwa penularan HIV di Indonesia sejak tahun 1995 semakin memprihatinkan. Di beberapa daerah, prevalensi HIV positif di kalangan pekerja seks meningkat sampai mendekati 5%. Tingkat epidemi ini telah mengarah pada level epidemi terkonsentrasi di kalangan populasi berisiko. Angka kumulatif kasus AIDS tertinggi per September 2007 dilaporkan dari Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Papua, dan Jawa Timur (www.aids-ina.org). AIDS memberikan dampak yang signifikan terhadap perubahan struktur masyarakat. Penyakit ini mempertinggi angka kematian ibu dan anak di Indonesia dan mengancam keberlangsungan hidup angkatan kerja di Indonesia karena kasus AIDS banyak ditemukan pada kalangan usia produktif. Penyakit ini juga semakin menyulitkan usaha-usaha untuk menanggulangi kemiskinan di Indonesia (UNDP, 2001). Tahun 2010 diperkirakan akan ada sekitar 110.000 orang yang menderita atau meninggal karena AIDS, serta 1 ? 5 juta orang yang mengidap virus HIV. Seriusnya ancaman HIV&AIDS membuat pencegahan penularan HIV& AIDS menjadi tujuan ke enam dari delapan tujuan penting dalam Millenium Development Goals (MDGs). AIDS adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Penyakit ini ditularkan melalui beberapa cara, salah satunya adalah melalui hubungan seks tanpa kondom, yang merupakan cara penularan dominan. Penyakit ini merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyebabkan kematian dan hingga saat ini belum ditemukan vaksin untuk pencegahan serta obat yang mampu menyembuhkan penyakit ini. Beberapa hasil penelitian dan survei menunjukkan bahwa tingkat pemakaian kondom di kalangan pelanggan wanita penjaja seks masih rendah. Padahal, penggunaan kondom dalam seks komersil merupakan kunci penting pencegahan penularan HIV karena hubungan seks merupakan salah satu jalur utama penularan HIV (Depkes, 2005). Mengacu pada permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja mempengaruhi perilaku penggunaan kondom di kalangan pasangan tetap wanita penjaja seks (Gendak) pada saat melakukan hubungan seks dengan pasangan tetapnya dan/atau kelompok berisiko lainnya sebagai upaya untuk mencegah penularan IMS, HIV&AIDS. Penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai 211 Gendak sebagai unit analisisnya, yang merupakan kelompok dampingan Yayasan Perkumpulan Bandungwangi (PBW) dan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) DKI Jakarta, di wilayah Kotamadya Jakarta Timur. Penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis data primer yang diperoleh melalui survei untuk menjawab pertanyaan dasar tersebut. Data dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel 2002 dan SPSS for Windows Release 11.00. dengan aplikasi analisis regresi metode enter dan dilanjutkan dengan analisis jalur untuk melihat besarnya koefisien pengaruh langsung dan tidak langsung atas sejumlah varaibel yang diuji. Dilakukan uji asumsi, seperti uji normalitas sebaran, uji linieritas, uji heteroskedastisitas dan uji multikolinieritas, terhadap data-data penelitian. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku penggunaan kondom, sedangkan variabel independen terdiri dari delapan yaitu (1) faktor pengalaman pernah terkena IMS, HIV&AIDS, (2) faktor pengetahuan IMS, HIV&AIDS, (3) faktor sikap, (4) faktor pendidikan, (5) faktor pekerjaan, (6) faktor umur, (7) faktor status perkawinan, dan (8) faktor akses terhadap kondom. Terdapat tiga hipotesis utama yang diuji dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil pengujian statistik dengan metode regresi dan analisis jalur, penelitian menyimpulkan (1) pengalaman dan pendidikan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan, (2) pengalaman, pendidikan, umur, pekerjaan, status perkawinan dan pengetahuan secara bersama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sikap, dan (3) pendidikan, umur, pekerjaan, status perkawinan, akses dan sikap secara bersama berpengaruh signifikan terhadap perilaku penggunaan kondom di kalangan Gendak. Rekomendasi untuk meningkatkan perilaku penggunaan kondom di kalangan Gendak adalah antara lain (1) peningkatan dan perbaikan akses kondom dengan cara: a) perluasan pembentukan outlet kondom yang dekat dengan lokasi transaksi seks; b) kondom tidak diberikan secara gratis namun dijual dengan harga yang terjangkau, c) meningkatkan kualitas fisik kondom (lebih halus, tipis dan sesuai ukurannya); (2) kampanye penggunaan kondom; (3) diseminasi informasi HIV&AIDS dilakukan melalui media massa berupa TV, radio dan surat kabar; (4) membuat kebijakan Peraturan Daerah (Perda) penggunaan kondom 100% terutama di tempat lokalisasi; dan (5) pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan Peer Educators di kalangan Gendak maupun wanita penjaja seks.

To date, the spread of HIV in Indonesia is increased dramatically, as well as the cases of AIDS found. The epidemiology data shows that since 1995 the HIV cases have been worsening. In several areas, the prevalence of HIV among commercial sex workers is increasing and reaching approximately 5%. As a consequence, this level of epidemic has moved Indonesia towards a concentrating epidemical category amongst high risk group. The www.aids-ina.org reported that as of September 2007, four provinces as the highest cumulative AIDS cases in Indonesia include DKI Jakarta, Jawa Barat, Papua, and Jawa Timur. AIDS causes significant impact on the changes of society structure. This disease increases the mortality rate of mothers and children in Indonesia, and also endangers the workers life expectancy in Indonesia as this case tends to be found among the productive age of workers. The disease also creates an obstacle in the efforts to reduce poverty in Indonesia (UNDP, 2001). In 2010, it is predicted that about 110.000 people will suffer or die due to AIDS and there will be one to five million people infected by HIV. The serious threat of HIV&AIDS had made the prevention towards the spread of HIV&AIDS was taken as one goal of amongst eight important goals in the Millennium Development Goals (MDGs). AIDS is an infected disease caused by the Human Immunodeficiency Virus (HIV). This disease infects people through several ways and most dominant way is through unsafe sexual activity (without using condom). The disease is a very dangerous disease as it could cause death and until now, there have been no vaccines or drugs that could prevent or cure the disease. Several studies and surveys indicate that the level for the use of condom is still low among the clients of female commercial sex workers. Theoretically, the use of condom in commercial sex activities is the most important way to prevent the spread of HIV infection. Based on the above mentioned problems, this study is intended to know what factors which influence the behavior for the use of condom among the spouses of women commercial sex workers (Gendak) when they have sexual activities with their partners and/or other risky groups as one of the prevention methods to reduce the spread of HIV&AIDS. There are 211 Gendaks interviewed, consisting of 111 Gendaks, who are the assisted group of Yayasan Perkumpulan Bandungwangi (PBW) and the other 100 Gendaks, who are the assisted group of Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) DKI Jakarta, in East Jakarta Municipality. Researcher applies the quantitative approach by analyzing the primary data which were collected through survey method by answering the main questions of this study. The data were collected and processed by using the computer program, namely Microsoft Excel 2002 and SPSS for Windows Release 11.00, then used the regression analysis of enter method and continued with path analysis to see the coefficient of Direct Influence and Indirect Influence of several variables which were tested. In this study, the dependent variable is the condom use behavior. While the independent variables are eight factors, namely (1) experience of having such diseases like sexual transmission infection (STI), HIV&AIDS; (2) knowledge about STI, HIV&AIDS; (3) attitude; (4) educational background; (5) jobs; (6) ages; (7) marital status; and (8) condoms accessibility. There are 3 main hypothesis are tested. Based on the statistical regression and path method analysis results conclude that (1) experience of having such diseases like STI, HIV/AIDS and educational background significantly influences on Gendak?s knowledge, (2) experience of having such diseases like sexual transmission infection (STI), HIV&AIDS, educational background, job, age, and marital status, and knowledge about STI, HIV&AIDS significantly influence on Gendak?s attitude; and (3) educational background, job, age, marital status, condom accessibility and attitude significantly influence on Gendak?s condom use behavior. Recommendations to increase the condom use behavior amongst Gendak include (1) increasing and improving condom accessibility through ways of: a) widening the condom outlets located near by the locations of the sexual transaction, b) no distribution of free condoms, but they should be sold at an affordable price, c) increasing the physical quality of condoms (tenderer, thinner and fit in size); (2) campaigns for the use of condom; (3) information disseminations of HIV&AIDS through mass media such as TV, radio, and newspapers, (4) develop a local policy for 100% use of condom in the commercial sex locations; and (5) community empowerment through the establishment of peer educators (PE) amongst Gendaks as well as amongst the female commercial sex workers."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007
T22747
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tribuana Tungga Dewi
"HIV/AIDS adalah salah satu masalah kesehatan yang banyak, dibicarakan masyarakat awam serta para ahli Salah satu alasan begitu banyak kalangan yang menganggap HIV/AIDS sebagai masalah kesehatan yang pelik adalah karena sampai saat ini belum ditemukan obat untuk mengobati virus HIV. Alasan lain yang menyebabkan HIV/AIDS menjadi isu yang banyak dibicarakan adalah karens begitu cepatnya pertambahan jumlah Orang Dengan RIV/AIDS (ODHA) di dunia. Sampai 31 Oktober 1999 telah tercatat 1005 kasus HIV/AIDS di Indonesia dan jumlah ini hanyalah sebagian kecil saja dari sekian banyak ODHA yang tidak mengetahui bahwa dalam dirinya telah terdapat virus HIV. nformasi yang diperoleh masyarakat mengenai cara penyebaran maupun bahaya virus HIV seringkali simpang siur dan kurang tepat, akibatnya munculah berbagai isu yang kurang tepat mengenai HIV/AIDS. Salah satu contohnya adalah bahwa penyakit ini merupakan penyakit kalangan homoseksual Kelompok lain dalam masyarakat yang kerap dianggap sebagai kelompok yang rentan terhadap virus HIV adalah kelompok pekerja seks komersial (PSK) PSK yang dalam profesinya terpaksa sering bergai pasangan bukan saja rentan terhadap penularan virus HIV karena pola hubungan seksualnya, tetapi juga karena banyak hal lain. Diantaranya karena sebagian PSK berasal dari keluarga berstatus sosial ekonomi rendah, sehingga akses untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan pun menjadi sangat sulit dicapai Apalagi ditambah dengan pandangan negatif masyarakat terhadap profesi ini yang menyebabkan kelompok PSK semakin terkucil. Untuk itu, dibutuhkan adanya suatu strategi yang tepat untuk menyebarkan informasi mengenai HIV/AIDS bagi kelompok PSK Strategi yang dianggap tepat untuk kelompok terkucil seperti PSK, adalah metode pendidikan sebaya Penulisan skripsi ini berusaha untuk menyajikan hasil penelitian dari strategi Yayasan Kusuma Buana dalam menyebarkan informasi mengenai HIV/AIDS di Lokalisasi Kramattunggak.

HIV/AIDS is a health problem that is widely discussed by ordinary people and experts. One of the reasons so many people consider HIV/AIDS to be a complicated health problem is because until now no medicine has been found to treat the HIV virus. Another reason why HIV/AIDS has become a widely discussed issue is because of the rapid increase in the number of people living with RIV/AIDS (PLWHA) in the world. As of October 31 1999, 1005 cases of HIV/AIDS had been recorded in Indonesia and this number is only a small portion of the many PLWHA who do not know that they already have the HIV virus. The information that the public obtains regarding how the HIV virus spreads and the dangers of the HIV virus is often confusing and inaccurate, resulting in various inaccurate issues regarding HIV/AIDS emerging. One example is that this disease is a disease among homosexuals. Another group in society that is often considered a group that is vulnerable to the HIV virus is the group of commercial sex workers (CSWs). PSK who in their profession are forced to frequently have multiple partners are not only vulnerable to transmission of the HIV virus because of their sexual relationship patterns, but also because of many other reasons. This is because some prostitutes come from families with low socio-economic status, so access to information and health services becomes very difficult to achieve. Moreover, the negative view of society towards this profession has caused the prostitute group to become increasingly isolated. For this reason, there is a need for an appropriate strategy to disseminate information about HIV/AIDS for the CSW group. The strategy that is considered appropriate for isolated groups such as CSWs is the peer education method. This thesis attempts to present research results from the Kusuma Buana Foundation's strategy in disseminating information about HIV/AIDS in the Kramattunggak Localization."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
S10562
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ekawarna
Jakarta: Bumi Aksara, 2018
155.904 2 EKA m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tarigan, Eddy Warista
"Konflik merupakan sesuatu yang alami dalam semua kelompok karena potensi terjadinya konflik selalu ada ketika dua orang atau lebih berkumpul bersama. Dalam konteks organisasi, konflik dapat memberikan dampak yang menguntungkan dan juga merugikan. Adanya dampak yang menguntungkan dari konflik di organisasi menunjukkan bahwa konflik bukanlah sesuatu yang hams dihilangkan tetapi sesuatu yang perlu dikelola secara produktif. Untuk itu, diperlukan keterampilan manajemen konflik.
Konflik yang terjadi dalam Biro Kepegawaian dan Organisasi (BKO) di Organisasi X cendenmg menunjukkan dampak yang merugikan. Hal ini tampaknya terkait dengan strategi manajemen konflik yang umumnya digunakan oleh karyawan BKO, yaitu avoidance dan competition. Mereka menggunakan gaya manajemen konflik tersebut dalam berbagai situasi yang cenderung tidak sesuai. Selain itu, ada kencenderungan bahwa pendekatan negosiasi yang digunakan oleh karyawan BKO adalah pendekatan yang distributive sehingga penyelesaian konflik seringkali tidak menguntungkan bagi semua pihak. Hal ini mengindikasikan kurangnya keterampilan karyawan BKO untuk mengelola konflik secara konstruktif.
Salah satu Cara untuk meningkatkan keterampilan karyawan BKO dalam mengelola konflik secara konstruktif adalah melalui pelatihan strategi manajemen konflik, yaitu program pelatihan yang menekankan pada pengetahuan dan keterampilan mengenai gaya manajemen konflik dan negosiasi. Agar program pelatihan tersebut dapat berfungsi secara efektif, ada lima langkah yang perlu dilakukan, yaitu melakukan asesmen kebutuhan, menetapkan tujuan, membuat desain, melaksanakan, dan mengevaluasi pelatihan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17864
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Anisa Dewi Pusparini
"Penelitian ini membahas tentang modal sosial apa saja yang dimiliki LSM Bandungwangi sekaligus melihat bagaimana peran modal sosial tersebut dalam upaya pencegahaan penularan HIV AIDS yang dilakukan di kalangan PSP. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Bandungwangi sebagai sebuah LSM memiliki modal sosial berupa jaringan sosial yang menciptakan ikatan sosial antara Bandungwangi dengan PSP lembaga donor pemerintah. LSM lain dan antar Staf dalam Bandungwangi sendiri Ikatan sosial ini nyatanya membangun nilai dan norma bersama mengenai kebiasaan sehari hari nilai bekerja sebagai PSP dan kelebihan Bandungwangi dalam menjangkau komunitas PSP. Nilai dan norma bersama ini yang kemudian membangun kepercayaan antar aktor. Bentuk modal sosial seperti ini menandakan bahwa bonding dan bridging Bandungwangi kepada aktor aktor tersebut berhasil dibangun.
Penelitian ini juga menemukan bahwa kelemahan modal sosial Bandungwangi terletak pada jaringannya dengan LSM lain yang kurang dimaksimalkan. Masing masing bentuk modal sosial yang dimiliki LSM Bandungwangi juga terbukti berperan dalam membangun komunikasi kordinasi meningkatkan reputasi hingga menciptakan tindakan kolektif upaya pencegahan penularan HIV AIDS pada tataran partisipasi kegiatan. Penelitian ini mengisi kekosongan pembahasan mengenai modal sosial LSM dalam upaya pencegahan penularan HIV AIDS di kalangan PSP yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan strategi studi kasus pada LSM Bandungwangi. Terdapat 12 informan dalam penelitian ini yang dipilih secara purposive.

This study discusses about what kind of social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers. This study also looking for how social capital influence of preventing the contagious of HIV AIDS. The finding shows that Bandungwangi as an NGO has social capital there are social network who created social tie among Bandungwangi sex workers funding organizations government another NGOs and Stafs in Bandungwangi who was sex workers. This social tie builds the collective values and norms about daily habits work rsquo s point of view as sex workers. Collective values and norms build the trust between the actors This kind of social capital mark that Bandungwangi's bonding and bridging to another actors perfectly build.
The finding also shows that the weakness of Bandungwangi's social capital is social network with other NGO. Each of these forms Bandungwangi's social capital also proved instrumental in building communication coordination improved reputation and creating collective action to participation activities of preventing the contagious of HIV AIDS. This study fills a void a discusiion about social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers that has never been done before. This study using qualitative approach with study case strategy in Bandungwangi NGO in East Jakarta. Consist of twelfth participants they were selected by purposive sampling.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S61383
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>