Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143411 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Yustriana Pardewi
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang Kedudukan dan Peranan Istri Nelayan Dalam Rumah Tangga Di Dusun Pelelangan, Ekonomi Jawa Desa Blanakan, Barat. Sehubungan kehidupan keluarga nelayan khususnya kehidupan istri sehari-hari sebagai pencari nafkah tambahan. Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, dengan hal tersebut dilihat bagaimana nelayan dalam rumah tangga maupun di luar rumah tangga Banyak faktor yang mempengaruhi penyebab istri nelayan harus turut bekerja, antara lain karena penghasilan suami tidak menentu. Kadang bisa banyak dan kadang kurang. karena adanya musim yang mempengaruhi jenis perahu dan-alat menangkap ikan yang yang Penyebab tersebut perolehan ikan, masih sederhana. Jika penghasilan suami hari itu hanya cukup untuk memenuhi beberapa kebutuhan keluarga maka penghasilan yang diperoleh istri bisa digunakan untuk memunuhi kebutuhan yang lain, seperti untuk membayar hutang yang tidak mungkin ditutup hanya dengan penghasilan suami."
1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumarsono
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1995
305.482 Sum p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Surya Mansjur
"Masalah Penelitian
Ada banyak studi antropologi meagenai kehidupan ekonomi masyarakat nelayanl) di berbagai tempat di dunia yang dengan pendekatan ekologi menghasilkan pandangan-pandangan yang memperkuat hipotesa-hipotesa yang dibangun dan dipertahankan oleh sebagian ahli antropologi ekologi tentang hubungan-hubungan yang selalu seimbang antara populasi-populasi dengan lingkungan dan sumber-sumber daya alam di sekelilingnya' (equilibria) dan 'sistem-sistem hubungan timbal balik di antara kedua komponen itu yang dapat mengatur dirinya sendiri' (self-regulating systems). Mereka yang dalam studinya memperkuat hipotesa-hipotesa seperti itu antara lain adalah Gersuny den Poggie, Epple, Smith, Suttles, dan Piddocks (dalam McCay, 1978). Di samping itu, penelitian mereka mengutamakan kelompok-kelompok atau komuniti dan sebaliknya mengabaikan individu-individu. Hipotesa-hipotesa tersebut dinilai ternyata lebih banyak tidak sesuai dengan realitas seperti yang diungkapkan oleh Vayda dan McGay (1975), bahwa manusia hidup secara bersama-sama dalam suatu ruang den menjadi subjek untuk berbagai macam situasi lingkungan dan kendala-kendala eksternal. Mereka (lihat bal. 294) menyebutkan gangguan-gangguan alam seperti banjir, pembekuan salju, angin topan, kekeringan (mengutip para ahli geografi), keadaan iklim, metereologi dan geologi yang ganas (mengutip Bruton dan Hewitt), dan yang mereka kategorikan sendiri seperti keganasan perang, perampasan atau penggerebekan, pemerasan dengan penyerahan upeti dan pajak, aksi-aksi penyiksaan yang berlatarbelakang agama, dan lain-lain. Adalah menjadi realitas juga bahwa manusia, baik sebagai individu-individu ataupun sebagai kelompok-kelompok adalah pembuat keputusan yang rasional dan penyusun strategi-strategi dalam rangka pemecahan masalah-masalah atau kendala-kendala yang dihadapinya.
Dalam kehidupan ekonomi nelayan, masalah-masalah yang ditimbulkan oleh kondisi-kondisi lingkungan merupakan fakta umum. Para ahli antropologi (antara lain yang terpenting adalah Acheson, 1981) menemukan bahwa meskipun laut menyediakan sumber ekonomi yang potensil bagi keberlangsungan hidup manusia, seperti ikan dan biotik laut lainnya yang mempunyai nilai ekonomi (dapat dikonsumsi atau dipertukarkan), namun pekerjaan untuk memperolehnya berlangsung dalam suatu lingkungan yang berbahaya dan penuh ketidakmenentuan. Bahaya dan ketidakmenentuan ini menurut mereka, bukan hanya disebabkan oleh kondisi-kondisi alam den biotik laut serta terjadinya perubahan-perubahan lingkungan fisik tersebut, tetapi juga oleh kondisi-kondiai lingkungan sosial-ekonomi di mana aktivitas penangkapan berlangsung. Masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, laut penuh risiko bahaya dan ketidakmenentuan. Acheson (cf. Smith, 1977: 2) menggambarkan laut sebagai suatu lingkungan yang sulit dimasuki orang untuk survival karena penuh dengan pukulan badai don ombak yang tak henti-hentinya. Untuk memasuki laut dan memperoleh sumber yang dikandungnya, orang hanya dapat menggunakan perlengkapan buatan seperti kapal2) dan perahu3) dan dengan alat-alat penangkapan ikan seperti net atau jaring, pancing dan lain-lain. Ternyata menurut Acheson, bahwa memasuki laut dengan perlengkapaa dan alat-alat seperti itu hanya dapat dilakukan ketika kondisi-kondisi cuaca di laut mengizinkan. Hilangnya jiwa manusia, perahu dan alat-alat perlengkapan merupakan risiko-risiko aktusl yang ditimbulkan oleh kondisi-kondisi lingkungan fisik laut tersebut. Di daerah-daerah perikanan laut dalam sekitar Massachusetts dan Gloucester (lihat Smith, hat. 8) telah tercatat beribu-ribu nelayan hilang di laut, sedang di Noordzee korban jiwa nelayan Urk (dari Belanda) saja tidak kurang dari 200 orang.4).
Kedua, adanya berbagai macam jenis den pola kebiasaan ikan dan biotik laut lainnya. Laut yang dengan berbagai macam keadaan air dan dasarnya mengandung banyak jenis biotik laut tetapi yang bukan hanya ada hanya secara musiman karena mempunyai pola kebiasaan migraai, tetapi juga ada populasi-populasi ikan yang meningkat atau merosot secara tiba-tiba yang sulit diramalkan oleh nelayan. Kondisi-kondisi sumber laut yang demikian menyebabkan para nelayan sulit mengontrol binatang buruanya di laut seperti halnya para pemburu di darat yang secara relatif bisa mengontrol binatang--binatang buruannya karena mereka tahu dengan pasti kebiasaan-kebiasaan dan atau ke mana bergerak binatang-binatang buruannya itu. Itulah sebabnya menurut Acheson sehingga perlengkapan dan alat-alat yang digunakan oleh para nelayan haruslah sesuai dengan kondisi-kondisi alam dan biotik laut, dan bukannya perlengkapan dan alat-alat yang begitu saja diambil dari darat seperti yang digunakan oleh para pemburu binatang darat.
Ketiga, lingkungan laut yang tampaknya homogen tetapi sebetulnya bersifat mendua. Salah satu aifat laut yang mempersulit operasi para nelayan adalah karena aeluruh bagian permukaannya tampakaya sama saja, tetapi yang sebetulnya menurut Smith (bal. 7) mempunyai si?."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1989
T3868
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wirnawathy Surakhmad
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masngudin HMS
"Kebudayaan kemiskinan pada rumah tangga nelayan memberikan derajat yang seimbang antara suami dan istri. Namun kebudayaan yang telah mantap pada masyarakat membedakan derajat atau posisi suami dan istri, walaupun istri telah berusaha dengan segala kemampuan untuk kehidupan rumah tangganya. Asumsi inilah yang menjadi dasar dalam studi tentang Kehidupan Istri Nelayan Miskin di Desa Samudera Jaya, Kecamatan Taruma Jaya, Kabupaten Bekasi. Kemiskinan yang terjadi secara turun temurun, masih dirasakan oleh tiap rumah tangga yang menjadi kasus dalam studi ini. Dalam sosialisasi orang tuannya kepada anak-anaknya juga masih dijalankan seraca turun temurun. Sosialisasi dalam hal pekerjaan, masih terlihat Bapaknya mengarahkan anak laki-lakinya untuk tetap menjadi nelayan, dan lbunya mengarahkan anak perempuannya mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan bekerja sebagai buruh tani. Kesemua ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Upaya ini dilakukan dengan cara mengerahkan sumber daya tenaga kerja yang ada dalam rumah tangga melalui kegiatan sosial ekonomi. Dad pengerahan tenaga kerja anggota rumah tangga dalam menanggulangi kebutuhan ini, terlihat adanya keseimbangan derajat atau posisi suami dan istri atau laki-laki dan wanita dalam rumah tangga nelayan miskin.
Dalam kebudayaan yang telah mengakar pada masyarakat, antara lain di dalam rumah tangga ada pembagian tugas yang jelas. Pekerjaan mencari nafkah adalah pekerjaan suami, sedangkan pekerjaan istri adalah pekerjaan rumah tangga. Akibat dari pengaruh kebudayaan tersebut, maka pola hubungan antara suami dan istri, berbeda tapi sama nilainya. Dalam pandangan ini ada pemisahan peranan istri dalam pekerjaan rumah tangga dan ada peluang untuk bekerja mencari nafkah diluar rumah tangga. Melalui solidaritas sosial dalam bentuk tolong menolong, saling memberi, atau saling menanggung beban secara bersama adalah merupakan upaya di antara rumah tangga nelayan dalam meningkatkan kesejahteraan mereka, yang dikenal dengan konsep sama rata sama rasa. Keadaan ini memeperlihatkan kehidupan sosial diantara sesama rumah tangga miskin di lokasi penelitian yang berorientasi pada kebutuhan ekonomi. Di lain pihak dalam kehidupan ekonomi istri bekerja mencari nafkah di berbagai lapangan kerja sesuai dengan kemampuan yang dimiliki akibat pengaruh kemiskinannya.
Walaupun istri nelayan miskin dengan segala kemampuannya telah berusaha tanpa mengenal lelah, namun pengaruh kebudayaan yang telah mantap dalam masyarakat tetap membedakan derajat atau posisi antara suami dan istri. Dengan perbedaan ini pada dasarnya istri kurang menerimanya, yang diinginkannya adalah bukan secara kaku memegang kebudayaan tersebut, tetapi seharusnya lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan rumah tangganya. Dengan orientasi ini, maka akan terdapat kerjasama yang baik antara suami dan istri dalam kehidupan rumah tangga dengan pola hubungan seimbang. Pola hubungan tersebut merupakan potensi yang sangat berarti dalam pengentasan kemiskinan yang di sandangnya."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Kuncoro
"Keselamatan pasien rumah sakit adalah sistem rumah sakit untuk membuat asuhan pasien lebih aman. Aman dari kemungkinan terjadinya risiko Insiden Keselamatan Pasien (IKP). Keselamatan pasien merupakan bagian dari manajemen risiko klinis rumah sakit. Salah satu tujuan terpenting implementasi sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah mencegah dan mengurangi risiko terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) terkait dengan proses pelayanan kesehatan. Sistem keselamatan pasien rumah sakit di Indonesia masih menghadapi permasalahan dalam implementasinya. Materi sistem keselamatan pasien rumah sakit dalam penerapannya di rumah sakit mengacu pada panduan nasional sistem keselamatan pasien, pedoman pelaporan IKP dan materi Joint Commission International (JCI) yang meliputi International Patient Safety Goals (IPSG) 1sampai dengan 6.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan cross sectional bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan, sikap, kualitas kehidupan kerja dan kinerja perawat dalam penerapan sistem keselamatan pasien di rumah sakit berkaitan materi tersebut serta apakah ada hubungan di antara variabel-variabel tersebut. Perawat menjadi subyek penelitian berkaitan dengan proses pelayanan kesehatan kepada pasien di rumah sakit.
Hasil penelitian dari 57 responden perawat tentang materi sistem keselamatan pasien menunjukkan nilai pengetahuan subyek klasifikasi baik lebih banyak dibanding klasifikasi kurang, demikian pula sikap perawat menunjukkan klasifikasi baik lebih banyak dibanding klasifikasi kurang, tetapi kualitas kehidupan kerja menunjukkan nilai hampir sama antara klasifikasi baik dengan klasifikasi kurang. Kinerja perawat menunjukkan klasifikasi baik jauh lebih banyak dibanding klasifikasi kurang. Hasil uji statistik dengan Chi-Square Test menunjukkan tidak ada korelasi secara signifikan antara pengetahuan, sikap dan kualitas kehidupan kerja dengan kinerja perawat dalam penerapan Sistem Keselamatan Pasien (SKP) di rumah sakit XY tahun 2011. Dengan uji Fisher Exact Test menunjukkan ada korelasi secara signifikan antara komponen partisipasi dengan kinerja perawat. Direkomendasikan untuk meningkatkan kualitas kehidupan kerja rumah sakit XY dengan memperbaiki cara-cara penyelesaian masalah dengan tidak menyalahkan dan menghukum.

Patient Safety is a system whereby the hospital made a patient?s safer. The safety is in the firm of occurrence patient safety incidents (IKP). Patient Safety can be defined as prevention and amelioration of adverse outcomes or injuries stemming of the health care process in hospital. Patient Safety is a part of clinical risk management hospital. One of the most important purpose the implementation of hospital patient safety system is to prevent and reduce of the risk of the occurence of unexpected events (KTD) associated eith the healthcare process.
Patient safety system of hospital in Indonesia still faces problem and implementation substantial system of hospital patient safety in its application in the hospital refering to national patient safety guidance system, reporting guidelines IKP and substantial Joint Commission International (JCI) which includes the International patients Safety Goals (IPSG) 1 to 6.
This research using quantitiative approach with cross sectional design aims to know how crosssectional picture of the knowledge, attitude, quality of work life and work performance of the nurse in the application system patient safety related substantial materials. The nurses is a subject the research related to an identify whether any relationship among variables health service to the patient in the hospital.
The results of 57 respondents about nurse patient safety system substantial
showed the value of knowledge and attitude of a better classification is more than a less classification, however the quality of work life showed that a better classification remains somewhat similiar to a less classification. Work performance of nurses demonstrating well classification is much more on appeal the less classification. The statistical test results with Chi-square test shows there are no significant correlation among knowledge, attitude and quality of work life with the work performance in the implementation of the system of nursing patient safety (SKP) in XY private hospital in 2011. Using Fisher exact test indicate that there is a significant correlation among variables of participations with work performance of a nurse. Recommended for develop of quality of work life of the XY hospital with improve problem solving and no blaming culture."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T30707
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fildza Hasna Nur Shabrina
"ABSTRAK
Masyarakat nelayan merupakan salahsatu kelompok masyarakat yang paling rentan akan kemiskinan. Beragam program pembangunan yang telah dilakukan pemerintah pada kelompok masyarakat ini ternyata masih banyak menemui kegagalan. Literatur dan penelitian sebelumnya melihat kegagalan ini karena adanya kesalahan eksternal yang menghambat mobilitas eksternal sebagai salahsatu faktor penghambat pembangunan, serta adanya faktor lain yang kini harus mulai diperhitungkan dalam melihat kesejahteraan masyarakat nelayan. Perspektif itu adalah modal sosial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik modal sosial nelayan memang terbilang tinggi, namun tingkat kesejahteraannya masih rendah. Ini membuat hubungan antara modal sosial dan kesejahteraan ternyata masih sangat rendah.

ABSTRACT
Fishermen community has become one of the most vulnerable communities towards poverty. Various policies and programs have been implemented, yet none seem to have work. Previous literature and research shows that this might have something to do with the external factors that stunted the community rsquo s vertical mobility, and some also shows that the absence of social capital as a key factor in the planning process of the policies, played quite a significant part. The result of this research, however, shows that fishermen communities indeed have a high level of social capital, yet their welfare level is low. Thus the correlation between the two is not significant, and in some cases, almost non existent."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Hanan Pamungkas
"Sembonyo adalah upacara bersih laut yang dilakukan nelayan di dusun Karanggongso, desa Tasik Madu, Kecamatan Prigi, kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Dalam upacara tersebut dilakukan berbagai kegiatan yang disertai dengan beberapa sesaji. Sekalipun dalam skala kecil (di tingkat dusun) upacara ini cukup menarik untuk dikaji. Selain bentuk sesajinya unik, upacara ini cenderung untuk dipertahankan. Mengacu pada Geertz dan Turner, fenomena simbolik dalam upacara semacam itu merupakan gambaran nilai-nilai sosial yang ideal dan menjadi pusat pendorong Bari berbagai kegiatan sosial ekomoni masyarakatnya. Sementara itu warga masyarakat menginterpretasikan "teks-teks simbolik" dalam upacara itu sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Dengan demikian permasalahan penelitian ini adalah apa sebenarnya makna simbol sembonyo, bagaimanakah warga masyarakat menginterpretasikan makna simbol upacara tersebut, serta apa fungsi upacara bagai masyarakat Karanggongso.
Melalui analisa simbol seperti yang dilakukan Turner, yakni dengan menganalisis simbol dominan dan instrumental dalam upacara Sembonyo, maka diketahui adanya perpaduan unsur pemujaan kesuburan dan pemujaan nenek moyang sebagai konsep utama dari upacara. Tema besar dari upacara Sembonyo adalah slametan yang oleh Geertz dilukiskan sebagai terciptanya keseimbangan psikososial manusia Jawa dalam hubungan antar manusia dan alam. Tatanan ideal ini diperlukan masyarakat, mengingat keterbatasan pengetahuan dan teknologi nelayan dalam mengatasi krisis alam (laib) serta adanya krisis sosial sebagai akibat konflik diantara warga masyarakat nelayan di luar upacara. Karena itulah Sembonyo berfungsi sebagai "pembersih" warga masyarakat dari ganguan alam maupun ganguan moral. Selain memiliki fungsi integratif semacam itu, sembonyo juga berfungsi memperkokoh peranan elit dusun, melalui rangkian upacara yang diciptakan. Setiap tahunnya upacara sembonyo, yang oleh Turner disebut "drama sosial", diperingati agar nilai-nilai yang ideal itu teraktualisasikan. Tidak semua warga memberi makna sakral kepada simbol upacara sembonyo tidak lebih dari kegiatan rekreatif."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>