Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 217263 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adrina Taslim
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Djazuli
"Kota-kota di negara-negara sedang berkembang atau lebih dikenal dengan Dunia Ketiga berkembang dengan sangat pesat. Setiap tahun berjuta-juta orang pindah dari desa ke kota, sekalipun banyak kota besar dalam kenyataannya sudah tidak mampu menyediakan pelayanan pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, transportasi, perumahan, dan sebagainya lebih dari minimal kepada penduduknya yang sangat padat itu.
Sekalipun kota-kota besar yang ada sekarang ini sudah tergolong sangat besar, namun diperkirakan akan berkembang meniadi kota-kota yang lebih besar lagi dalam tahun-tahun mendatang. Pada tahun 1950 diperkirakan 38 persen penduduk kota tinggal di negara-negara sedang berkembang. Namum dalam tahun 1975 sekitar 51 persen atau 750 juta penduduk negara-negara sedang berkembang berada di kota, jumlah yang sama dengan jumlah penduduk kota di negara-negara lain. Pada tahun 2000 nanti, diperkirakan jumlah penduduk kota di negara-negara sedang berkembang akan meningkat lebih dari dua setengah kali, sedang penduduk kota di negara-negara industri hanya akan bertambah kurang dari 50 persen.
Proses urbanisasi yang terjadi di negara-negara sedang berkembang tersebut menimbulkan dampak yang sangat luas. Salah satu masalah yang timbul sebagai akibat dari perkembangan urbanisasi yang cepat itu adalah berupa kenyataan bahwa kota-kota di negara-negara sedang berkembang pada tingkat sekarang ini belum mampu untuk menyediakan lapangan kerja, menyediakan prasarana dan sarana umum kota yang dibutuhkan, menyediakan sistem transportasi, perumahan, sampah, dan sebagainya. Dalam keadaan demikian kota-kota akhirnya akan tampil sebagai kumpulan sistem yang keberatan beban, termasuk di dalamnya juga sistem-sistem nilai yang akhirnya berkembang dalam tata kehidupan kota.
Salah satu akibat lebih lanjut dari kenyataan ini adalah masalah-masalah yang ditimbulkan akibat merosotnya kualitas lingkungan hidup dalam anti luas, institusi-institusi sosial menjadi goyah, keseimbangan ekosistem terganggu dan siklus materi tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Seperti diketahui pada tingkat pertama alam dikenal mempunyai daya penyerap secara alami pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh kegiatan manusia. Kemampuan tersebut akan terganggu karena adanya berbagai sistem keberatan beban seperti diuraikan di atas. Akibatnya kualitas lingkungan hidup dari hari ke hari semakin memburuk. Kenyataan ini dapat dilihat sehari haridalam kehidupan kota-kota besar seperti Jakarta ini betapa sampah yang bertebaran, sanitasi yang buruk dan saluran air yang mampat, air sungai dalam kota yang hitam dan penuh sampah, septic udara yang kotor oleh emisi kendaraan bermotor maupun industri, kebisingan, sistem lalu lintas yang macet, penyerobotan tanah secara liar, kandisi perumahan penduduk yang padat dan buruk, dan lain sebagainya. Secara sosial akibat dari adanya sistem keberatan beban ini dapat dilihat berupa melebarnya perbedaan antara golongan penduduk yang kaya. dan yang miskin, tingkat penganggaran yang tinggi, munculnya gelandangan, tingkat pendidikan yang rendah, kenakalan anak dan remaja yang makin meningkat, angka kejahatan yang tinggi, dan sebagainya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
S7125
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyono Joyomartono
"Pengaruh Sosial Budaya kepada Keadaan Gizi Anak Keadaan gizi anak balita desa Bligo kelihatannya lebih rendah daripada keadaan gizi anak balita dari seluruh wilayah kabupaten Pekalongan pada akhir tahun 1981. Keadaan gizi anak-anak balita desa ini yang baik adalah 49%, yang kurang adalah 45%, dan yang buruk adalah 6%. Sedang. kan keadaan gizi anak balita dari seluruh wilayah kabupaten pada akhir tahun 1981 yang baik adalah 66%, yang kurang.adalah 30%, dan yang buruk adalah 3%. Walaupun demikian angka kematian anak balita di desa ini lebih kecil daripada angka kematian anak balita tingkat kabupaten, ialah 10,34 berbanding 33,0. Angka kematian anak balita memberi gambaran tentang tingkat ekonomi dan kemajuan sosial dari suatu daerah (Baker 1977:5). Jadi tingkat tingkat ekonomi desa ini lebih baik daripada rata-rata daerah di tingkat kabupaten Pekalongan. Jika demikian maka faktor yang menyebabkan keadaan gizi anak-anak di desa ini rendah adalah bukan semata-mata keadaan ekonomi orang tuanya. Bahkan 46% dari anak-anak yang bergizi kurang atau buruk berasal dari keluarga dengan tingkat pendapatan di atas garis kemiskinan. Kelihatannya faktor perilaku orang tua terhadap usaha perawatan dan pencegahan penyakit lebih berpengaruh daripada faktor ekonomi. Dalam penelitian ini ditemukan"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1983
T39135
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Infeksi cacing merupakan salah satu infeksi kronik yang banyak menyerang anak balita dan anak usia sekolah dasar. Pada penelitian ini ingin diketahui pengaruh infeksi cacing terhadap pertumbuhan anak balita yang kurang kalori protein. Sebanyak 90 balita yang kurang kalori protein tingkat I (KKPI) dari beberapa posyandu di kelurahan Kramat, Jakarta Pusat diperiksa tinjanya dengan cara Kato-Katz. Anak yang terinfeksi cacing diobati dengan pirantel pamoat 10 mg per kg berat badan. Setelah pengobatan, berat badan anak dipantau selama 3 bulan, untuk melihat perubahan status gizi. Agaknya pengobatan infeksi cacing saja belum dapat mengubah status gizi seluruh penderita askariasis. Mungkin jumlah kalori yang dikonsumsi anak asetiap harinya kurang mencukupi untuk kebutuhan tumbuh kembang anak."
MPARIN 9 (1-2) 1996
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Kemal Dermawan
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan ada/ tidaknya hubungan antara pengetahuan masyarakat tentang peran Polisi dalam hal pencegahan kejahatan di permukiman, dan/atau pendapat masyarakat terhadap kemampuan Polisi dalam usaha pencegahan kejahatan, dan/atau kondisi kontrol social informal yang ada dengan sikap kemandirian masyarakat dalam usaha pencegahan kejatan secara swakarsa.
Penelitian ini berawal dari adanya kesimpulan suatu penelitian terdahulu (PAU-IS-UI, 1991) yang menggambarkan pendapat masyarakat bahwa masyarakatlah yang paling bertanggung jawab dalam hal melindungi dirinya dari kejahatan di permukiman, tanpa menempatkan peran Polisi secara cukup baik. Dari kesimpulan ini kemudian berkembang dugaan di hati penulis bahwa terdapat kemungkinan warga masyarakat tidak mengetahui peran dan kedudukan Polisi dalam usaha pencegahan kejahatan, khususnya di permukiman; terdapat kemungkinan warga masyarakat ragu atau tidak percaya terhadap kemampuan Polisi, atau terdapat kondisi kontrol sosial informal yang memadai sehingga warga masyarakat dalam melindungi dirinya dari kejahatan di permukiman tidak lagi menggantungkan diri pada peran Polisi.
Penelitian ini dilakukan dengan cara survei dengan menetapkan lokasi penelitian di lima jenis permukiman pada Kelurahan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara "multistages sampling". Ada pun pendekatan penelitian ini adalah baik kuantitatif maupun kualitatif. Cara analisis data kuantitatif dilakukan dengan SPSS dan menggunakan sistem "scoring" untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan kepercayaan warga masyarakat terhadap peran dan kemampuan Polisi serta kontrol sosial informal yang ada di dalam masyarakat yang bersangkutan.
Secara singkat kesimpulan dari penelitian ini menggambarkan bahwa dugaan atau hipotesis penelitian secara umum dapat dikatakan berlaku, walaupun terdapat beberapa variasi yang ditentukan oleh jenis permukiman yang diteliti."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winarni Nimas Aysah
"The law regulating land matters in Indonesia up to present is the Agrarian Primary Law (Law No. 5 Year 1960), along with other implementing regulation indicate clearly that the government, in order to ensure the law certainty in Indonesia, has already provided a mechanism for land registration for the Indonesian public, on which in return for the registered land, the government will grant the land certificate as a strong proof of ownership. However, outside the juridical context mentioned, there are still several other documents dispersed within the Indonesian public, which are still considered as a valid proof of ownership, namely the so-called Girik/Kekitir and Indonesian Verponding certificate. This misperception caused by the taxing system before the current system applied, in which the tax is imposed only based on the land status and merely intended to the owner of the land possession right, which leads to a confusion with the basic idea that the Petuk Pajak or Girik (the tax payment bill) is the proof of the land ownership, while actually it is not. Supposedly, this misperception has already been vanished after the implementation of the new law, recalling that the new law eliminates the previous land status and tax, to be converted to other form. Eversince 1961, the land taxing mechanism was regulated within the so called IPEDA, which later will be replaced under the name of PBB (Pajak Bumi dan Bangunan / Land and Structure Tax). In order to reveal the reality of the Girik existence, as wellas the variants of the misperception and the causing factors, the writer conducts a field research in Kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan Kebon Jeruk, West Jakarta, with consideration that this area situated near the centre of governance, so that assumedly the implementation of land certificate as the proof of land ownership has already vested in the people's conscience. Ironically, the reality shows that most of them are still unaware of this mechanism, let along to realize the importance of certificate as the valid proof of land ownership. The research method applied within this research is the normative empirical one, that is, a study utilizing library data (secondary) and field research (primary) as the resource of data collecting. The conclusion to be drawn is that there do remains some part of the society who still consider Girik as the proof of land ownership, the primary causing factor of which is the expensive cost in processing the official certificate. "
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007
T19506
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nadhira
"Indonesia is still bound to problems associated with nutritional status. There were 16 and 19 provinces in which prevalence of underweight school-age boys and girls are above the national prevalence. Knowledge about nutrition is one of the factors that can affect nutrition intake. Nutrition intake itself plays a role in determining nutritional status. This study aims to determine nutritional status and its relationship to the level of knowledge about protein-calorie deficiency in school-aged children of Kampung Kids. Data was retrieved on October 18th, 2009 by performing an anthropometric physical examination and giving questionnaires to be answered by 78 school-aged children enrolled in Kampung Kids.
The results showed there were 40 children (51.3%) undernutritioned, 25 children (32.1%) was having short-stature, and 30 children (38.5%) were thin. There are 2 subjects (2.6%) who have a good level of knowledge about protein-calorie deficiency, while 7 people (9%) has moderate knowledge level, and about 69 people (88.5%) has bad level of knowledge. Fisher's Exacts test shows that there is no significancies between nutritional status with the level of knowledge about protein-calorie deficiency (p = 1.000). In conclusion, nutritional status is not significantly related with the level of knowledge about protein-calorie deficiency on school-aged children in Kampung Kids.

Indonesia tidak lepas dari masalah terkait status gizi. Terdapat 16 dan 19 propinsi yang prevalensi anak usia sekolah laki-laki dan perempuan yang bertubuh kurusnya berada di atas prevalensi nasional. Pengetahuan tentang gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi asupan gizi. Asupan gizi sendiri berperan dalam menentukan status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status gizi dan hubungannya dengan tingkat pengetahuan mengenai kekurangan kalori protein anak usia sekolah di Yayasan Kampung Kids. Data diambil pada tanggal 18 Oktober 2009 dengan melakukan pemeriksaan fisik antropometri serta pengisian kuesioner oleh 78 anak usia sekolah yang terdaftar di Yayasan Kampung Kids.
Hasilnya menunjukkan terdapat 40 orang (51,3%) bergizi kurang, 25 orang (32,1%) bertubuh pendek, serta 30 orang (38,5%) bertubuh kurus. Subyek yang memiliki tingkat pengetahuan mengenai kekurangan kalori protein baik sejumlah 2 orang (2,6%), sedang 7 orang (9%) dan tingkat pengetahuan kurang 69 orang (88,5%). Pada uji Fisher Exacts tidak terdapat perbedaan bermakna antara status gizi dengan tingkat pengetahuan mengenai kurangan kalori protein (p= 1,000). Disimpulkan status gizi dengan tingkat pengetahuan mengenai kekurangan kalori protein anak usia sekolah yayasan Kampung Kids tidak berhubungan secara bermakna.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Redjeki
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1984
S6563
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>