Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 242509 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pandensolang, Rivo S.
"Pendahuluan : Komplikasi kehamilan dan atau adanya penyulit persalinan umumnya merupakan indikasi dilakukannya seksio sesarea (SS). Namun dari 15,3% angka SS hasil Riskesdas 2010, 13% diantaranya terjadi pada ibu melahirkan yang tidak mengalami komplikasi kehamilan. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan persalinan SS pada ibu tanpa komplikasi kehamilan dan atau penyulit persalinan di Indonesia.
Metode : Menggunakan disain cross sectional dengan menganalisis jawaban dari 9.485 responden, menggunakan program SPSS versi 18, melalui uji regresi logistik.
Hasil dan Kesimpulan: Proporsi SS pada ibu tanpa riwayat komplikasi kehamilan dan atau penyulit persalinan di Indonesia adalah 12,3%. Faktor yang berhubungan adalah : umur saat melahirkan, pendidikan, pengeluaran bulanan RT, wilayah tempat tinggal, umur kehamilan, jumlah ANC, paritas dan ukuran lahir anak. Sedangkan faktor yang tidak berhubungan adalah : pekerjaan dan jarak persalinan. Adapun faktor yang paling besar pengaruhnya adalah pengeluaran bulanan RT kuintil 5 dibanding kuintil 2 & 1 (OR=2,32 {95%CI : 1,89?2,83}).

Introduction : Pregnancy and labor of complications is generally an indication of doing caesarean section (CS). But the figure of 15,3% CS outcome Riskesdas 2010, 13% of them occurred in mothers without experience of pregnancy and labor complications. Therefore, the study was conducted to determine the factors associated with childbirth by CS in mothers without experience of pregnancy and labor complications in Indonesia.
Methods : Using a cross sectional design to analyze the respons of the 9.485 respondents, using SPSS version 18, through logistic regression test.
Results and Conclusions : The proportion of CS in mothers without experience of pregnancy and labor complications in Indonesia is 12,3%. Related factors were : age at delivery, educations, monthly household expenses, area of residence, gestational age, number of ANC, parity and size of the child was born. Unrelated factors are : occupational and distance delivery. The factors that most impact is the monthly household expenditure quintile 5 compared with quintile 2 & 1 (OR=2,32 {95%CI : 1,89 to 2,83}).
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2012
T30433
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rany Ayu Puspitasari
"Latar Belakang: Plasenta akreta merupakan suatu kondisi dimana seluruh atau sebagian dari plasenta menginvasi atau melekat pada dinding uterus. Seiring dengan meningkatnya jumlah tindakan seksio sesaria, kejadian plasenta akreta juga meningkat. Suatu studi yang dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2017, didapatkan bahwa kejadian plasenta akreta sebesar 1 per 9000 kelahiran. Persalinan seksio sesarea pada plasenta akreta memiliki berbagai komplikasi mulai dari perdarahan, cedera organ, perawatan ICU yang lebih lama, relaparatomi hingga kematian. Penting untuk mengetahui berbagai faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya komplikasi ini.
Tujuan: Untuk mengetahui berbagai faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya komplikasi pada persalinan seksio sesarea pada berbagai rumah sakit di Jakarta.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, menggunakan desain case control yang dilaksanakan pada Mei-Agustus 2019. Data diambil dari rekam medis dari pasien yang melakukan persalinan seksio sesarea dengan indikasi plasenta akreta pada tahun 2014-2018 dari 3 rumah sakit umum pusat di Jakarta yaitu RSCM, RSP dan RSF.  Dilakukan pengambilan data berbagai komplikasi pada persalinan seksio sesarea dan faktor-faktor risiko yang mempengaruhinya.
Hasil: Didapatkan 133 subyek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Dari analisis bivariat didapatkan kadar Hb preoperatif kurang dari 10 g/dL serta jenis operasi seksio sesarea yang dilanjutkan dengan reseksi uterus dibandingkan dengan SC yang dilanjutkan dengan histerektomi total secara statistik mempengaruhi terjadinya komplikasi perdarahan (p=0,042; 95%CI=1,02-9,59, OR 3,01) dan (OR 0,20, p=0,005; CI 95%=0,07-0,55). Usia kehamilan saat persalinan kurang dari 36 minggu dan kedalaman plasenta sesuai dengan akreta saat intraoperatif dibandingkan dengan perkreta (p=0,03; 95%CI=0,14-0,94, OR 0,37) dan (p=0,001; 95%CI=1,49-191,5, OR 8,74) secara statistik mempengaruhi terjadinya komplikasi cedera organ. Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya bahwa plasenta perkreta lebih berisiko terjadinya cedera organ dibandingkan akreta. Perbedaan ini dapat dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti letak plasenta dan luas invasi plasenta.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kadar Hb preoperatif, jenis operasi, usia kehamilan saat persalinan serta kedalaman plasenta terhadap terjadinya komplikasi pada persalinan seksio sesarea dengan plasenta akreta.

Background: Placenta accreta is a condition in which all or part of the placenta invades or attaches to the uterine wall. As the number of cesarean section increases, the incidence of placenta accreta also increases. A study conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) in 2017 found that the incidence of placenta accreta was 1 per 9000 births. Delivery of cesarean section on placenta accreta has various complications such as bleeding, organ injury, prolonged ICU admission, relaparatomy, and death. It is important to know risk factors that can influence the occurrence of this complication.
Objective: To determine the risk factors that influence the occurrence of complications in cesarean delivery at several hospitals in Jakarta.
Method: This study is a descriptive study, using a case control design in May-August 2019. Data was taken from medical records of patients who delivered cesarean section with an indication of placenta accreta in 2014-2018 from 3 tertiary public hospitals in Jakarta, which are  RSCM, RSP and RSF. Data were collected on complications in cesarean section delivery and risk factors that influenced.
Results: There were 133 subjects who met the inclusion and exclusion criteria. From the bivariate analysis, preoperative Hb levels of less than 10 g/dL and type of cesarean section surgery followed by uterine resection compared with SC followed by total hysterectomy statistically influenced the occurrence of bleeding complications (p = 0.042; 95% CI = 1.02-9.59, OR 3.01) and (OR 0.20, p = 0.005; 95% CI = 0.07-0.55). The gestational age at delivery was less than 36 weeks and the depth of the placenta was in accordance with the intraoperative accreta compared to the percreta (p = 0.03; 95% CI = 0.14-0.94, OR 0.37) and (p = 0.001; 95 % CI = 1.49-191.5, OR 8.74) statistically affects the occurrence of organ injury. These results different from previous studies that the placenta percreta is more at risk of organ injury than accreta. This difference can be influenced by other factors such as the location of the placenta and the size of invasion.
Conclusion: There is a relationship between preoperative hemoglobin levels, type of surgery, gestational age at delivery and placental depth to the complications of cesarean delivery with  placenta accreta.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Kirana
"Ketidakmampuan melahirkan dengan normal merupakan suatu kegagalan fungsi yang dapat menimbulkan gangguan konsep diri khususnya citra diri. Permasalahan dalam penelitian ini adalah sejauh mana dampak tindakan seksio sesarea terhadap citra diri klien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak tindakan seksio sesarea terhadap citra diri klien. Metode penelitian ini menggunakan desain deskriptif sederhana dengau uji statistik tendensi sentral (mean). Penelitian yang dilakukan pada 20 orang responden didapatkan hasil bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari tindakan seksio sesarea terhadap citra diri. dilihat dari 20 orang responden tersebut. hanya 3 orang (15%) yang mengalami gangguan citra diri. Hal ini dapat diminimalkan lagl jika mendapat dukungan dari keluarga & tim perawatan sehingga penerimaan klien terhadap tindakan seksio sesarea meningkat."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5256
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhani
"Provinsi Sumatera Barat merupakan 5 provinsi dengan proporsi SC tertinggi yaitu 23,6%. Proporsi SC di Kota Pariaman dan RSUD Pariaman termasuk kategori sangat tinggi lebih dari 40%. Sejumlah penelitian menunjukkan usia maternal dan paritas sebagai faktor yang konsisten dan berkontribusi besar terhadap tingginya proporsi persalinan SC. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan usia maternal dan paritas dengan persalinan SC. Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif dengan populasi sumber ibu bersalin di RSUD Pariaman tahun 2023. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik acak sederhana. Analisis data mencakup analisis deskriptif, bivariat, stratifikasi, dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara usia maternal dengan persalinan SC setelah dikontrol faktor paritas, dan riwayat SC (RR=1,27; 95%CI=1,020 –1,597) dan terdapat hubungan paritas dengan persalinan SC setelah dikontrol faktor usia maternal, riwayat SC dan komplikasi kehamilan (RR=1,85; 95%CI=1,37 – 2,50). Dapat disimpulkan, ibu dengan usia maternal lanjut dan ibu nullipara berisiko lebih besar melahirkan secara SC. Oleh karena itu perlu diprioritaskan intervensi menurunkan SC yang fokus pada kelompok ibu usia maternal lanjut dan nullipara.

West Sumatra province includes 5 provinces with the highest proportion of SC, which is 23.6%. The proportion of SC in Pariaman City and Pariaman Public Hospital is in the very high category of more than 40%. Numerous studies point to maternal age and parity as consistent factors that contribute greatly to the high proportion of SC deliveries. The purpose of this study was to determine the relationship between maternal age and parity with SC delivery. The design of this study is a retrospective cohort, with the source population being maternity mothers at RSUD Pariaman in 2023. Sampling is done using a simple random technique. Data analysis includes descriptive, bivariate, stratified, and multivariate analyses. The results showed a significant relationship between maternal age and SC delivery after controlling for parity and SC history (RR = 1,27; 95% CI = 1,020–1,597), and there was a significant association between parity and SC delivery after controlling for maternal age, SC history, and pregnancy complications (RR = 1,85; 95% CI = 1,37–2,50). It can be concluded that mothers with advanced maternal age and nulliparity are at greater risk of giving birth to SC. Therefore, it is necessary to prioritize interventions to reduce SC that focus on advanced maternal age, and nullipara groups."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beti Farida Ice
"Bedah sesarea cendrung mengalami kesulitan dalam melakukan inisiasi menyusui dini karena keterbatasan mobilisasi, nyeri pada bekas operasi yang mengakibatkan tingkat keberhasilan menyusui yang rendah di antara wanita dengan operasi sesarea dan tingkat pemberian ASI eksklusif yang lebih rendah dan durasi menyusui lebih singkat. Penatalaksanaan keperawatan pada ibu seksio sesarea dengan memberikan asuhan keperawatan secara holistik menggunakan action research dan penerapan teori keperawatan. Penerapan teori kenyamanan Kolcaba dan becoming a mother Mercer pada lima kasus breastfeeding self- efficacy ibu seksio sesarea dengan membahas permsalahan yang dialami dan menguraikan peran perawat pada kasus tersebut dengan tujuan kebutuhan kenyamanan dan pencapaian perannya sebagai seorang ibu. Kejadian nyeri post operasi dapat diatasi dengan penerapan evidence based nursing practice pemakaian gurita. Penelitian dilakukan pada lima ibu post seksio sesarea yang mengalami nyeri didapatkan bahwa pemakaian gurita mampu mengurangi skala nyeri secara signifikan dan meningkatkan bounding attachment ibu dengan bayi. Ibu dan suami berperan aktif dalam mengikuti manajemen laktasi.

Mothers who undergo caesarean sections tend to experience difficulties in initiating early breastfeeding due to limited mobilization, postoperative pain which results in a low success rate of breastfeeding among women with caesarean sections and lower rates of exclusive breastfeeding and shorter duration of breastfeeding. Nursing management for cesarean section mothers by providing holistic nursing care using action research and application of nursing theory. The application of Kolcaba's theory of comfort and becoming a mother Mercer to five cases of breastfeeding self- efficacy of women for cesarean section by discussing the problems experienced and describing the role of the nurse in these cases with the aim of needing comfort and achieving her role as a mother. The incidence of postoperative pain can be overcome by applying evidence based nursing practice using octopus. Research conducted on five post-cesarean section mothers who experienced pain found that the use of octopus was able to reduce the pain scale significantly and increase the bonding attachment between mother and baby. Mothers and husbands play an active role in following lactation management."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Caesarean figure in Indonesia has passed a maximum limit WHO has set. An overview of Caesarean mothers show that 64,52% of whom reside in urban areas with 50,25$ received junior high school education and below, and 47,5% are of poor families (quintiles 1 and 2). Approximately 72% of family heads works in informal sector. About 38% of Caesaeran surgery were primiparous, where 75% is done where the mothers are not in the high risk age for normal vaginal deliveries. 80% of mothers also do not have history of fetal death and signs of complications during pregnancy only give result of 15,4%. "
BULHSR 15:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Vanda Sativa Julianti
"Penelitian ini merupakan studi kasus di salah satu rumah sakit swasta tipe C di Kabupaten Bogor yang bertujuan untuk melakukan evaluasi efektivitas alur pelayanan sectio caesarea (SC) emergency pada tahun 2021 (masa pandemi COVID-19) dari sisi input, proses, dan outcome. Alur pelayanan sectio caesarea (SC) emergency yang ada disesuaikan dengan referensi Pemerintah dan Profesi (POGI), yakni adanya skrining COVID-19 dengan melakukan pemeriksaan swab-RDT Antigen dan rontgen thorax, serta konsultasi kepada Spesialis Paru atau Penyakit Dalam. Penelitian ini dilakukan dengan mix-method, secara kuantitatif dengan metode potong lintang dari berkas rekam medis dan dilanjutkan dengan kualitatif dari para informan kunci dan informan tambahan. Penelitian dilakukan pada 379 sampel pasien yang melakukan persalinan secara sectio caesarea (SC) emergency periode Januari-Desember 2021. Karakteristik pasien didapatkan 75,5% adalah usia 20-35 tahun dengan rata-rata 29,32 tahun; 58,8% adalah multipara dengan rata-rata paritas 1,96; dan 92,3% usia kehamilan 37-42 minggu dengan rata-rata 38,50 minggu. Diagnosis pasien didapatkan 77% kategori 2 dan 95,5% status non COVID-19. Diagnosis kategori 1 sebanyak 11,8% adalah fetal distress dan diagnosis kategori 2 sebanyak 27,7% adalah ketuban pecah dini (KPD), dengan response time kategori 1 <30 menit hanya 1,1% dan response time kategori 2 dalam 30-75 menit sebanyak 33,2%. Kemudian rata-rata waktu informed consent didapatkan 3,71 menit; waktu konsul Spesialis Paru/Penyakit Dalam didapatkan 4,06 menit; waktu konsul Spesialis Anestesi didapatkan 3,77 menit; proses transfer pasien didapatkan 6,01 menit; waktu spinal anestesi didapatkan 5,08 menit; waktu mulai operasi sampai bayi lahir didapatkan 20, 37 menit, dengan rata-rata pasien per-bulan adalah 31,58 dan waktu tanggap sectio caesarea (SC) emergency selama 111,87 menit. Pada analisis bivariat didapatkan adanya korelasi yang bermakna antara rerata jumlah pasien terhadap waktu tanggap sectio caesarea (SC) emergency (p-value=0,019), dan tidak ada hubungan bermakna antara diagnosis kategori 1 dan kategori 2 (p-value=0,767) serta status COVID-19 dan Non COVID-19 (p-value=0,071) terhadap waktu tanggap sectio caesarea (SC) emergency; namun status COVID-19 terhadap waktu tanggap SC emergency memiliki hubungan bermakna dari sisi substansi. Pada kualitatif, didapatkan bahwa seluruh informan sudah mengetahui dan memahami alur pelayanan SC emergency selama pandemi ini, faktor pendukung yang ada adalah kekompakan dan kerjasama tim, dukungan manajemen rumah sakit untuk mengutamakan safety tenaga kesehatan ditunjang oleh sarana prasarana dan sumber daya manusia (SDM) yang sesuai, serta faktor penghambat yang ada adalah proses skrining/penapisan COVID-19 (hasil pemeriksaan penunjang), letak kamar operasi di lantai 2 dan tidak ada lift khusus transfer pasien, serta kekosongan alat pelindung diri (APD) dan linen operasi. Kesimpulannya, penilaian efektivitas alur pelayanan SC emergency tahun 2021 dengan pendekatan goal approach belum efektif, dilihat dari outcome yaitu rata-rata waktu tanggap SC emergency yang belum mencapai target indikator mutu (≤30 menit).

This research is a case study in a type C private hospital in Bogor Regency which aims to evaluate the effectiveness of the emergency sectio caesarea (SC) service flow in 2021 (the COVID-19 pandemic) in terms of input, process, and outcome. The existing emergency sectio caesarea (SC) service flow is adjusted to the Government and Profession (POGI) reference, namely the presence of COVID-19 screening by carrying out an antigenic swab-RDT examination and chest X-ray, as well as consultation with Lung Specialists or Internal Medicine. This research was conducted using a mix-method, quantitatively with a cross-sectional method from medical record files and followed by qualitative research from key informants and additional informants. The study was conducted on 379 samples of patients who delivered emergency caesarean section (SC) for the period January-December 2021. Characteristics of patients obtained were 75.5%, aged 20-35 years with an average of 29.32 years; 58.8% were multiparous with a mean parity of 1.96; and 92.3% gestational age 37-42 weeks with a mean of 38.50 weeks. The patient's diagnosis obtained 77% category 2 and 95.5% non-COVID-19 status. Category 1 diagnosis of 11.8% was fetal distress and diagnosis of category 2 of 27.7% was premature rupture of membranes (PROM), with category 1 response time <30 minutes only 1.1% and category 2 response time within 30-75 minutes as much as 33.2%. Then the average time for informed consent was 3.71 minutes; the time for the Lung Specialist/Internal Medicine consul was 4.06 minutes; Anesthesia specialist consul time was 3.77 minutes; patient transfer process obtained 6.01 minutes; spinal anesthesia time was found to be 5.08 minutes; the time from the operation to the birth of the baby was 20.37 minutes, with the average patient per month was 31.58 and the emergency sectio caesarea (SC) response time was 111.87 minutes. In bivariate analysis, it was found that there was a significant correlation between the mean number of patients and the response time for emergency sectio caesarea (SC) (p-value=0.019), and there was no significant relationship between category 1 and category 2 diagnoses (p-value=0.767) and status COVID-19 and Non COVID-19 (p-value=0.071) for emergency sectio caesarea (SC) response time; however, the status of COVID-19 on the emergency SC response time has a significant relationship in terms of substance. In qualitative terms, it was found that all informants already knew and understood the flow of emergency SC services during this pandemic, the supporting factors were cohesiveness and teamwork, hospital management support to prioritize the safety of health workers supported by adequate infrastructure and human resources (HR). appropriate, and the existing inhibiting factors are the COVID-19 screening process (results of supporting examinations), the location of the operating room on the 2nd floor and no special elevator for patient transfers, as well as the vacancy of personal protective equipment (PPE) and operating linen. In conclusion, the assessment of the effectiveness of the SC emergency service flow in 2021 with the goal approach approach has not been effective, seen from the outcome, namely the average emergency SC response time that has not reached the target quality indicator (≤30 minutes)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tukinem
"Dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara perawatan payudara terhadap kecukupan ASI pada ibu primipara dengan seksio sesaria dilakukan peuelitian diskriptif korelasi terhadap 12 responden dari tanggal 1 Februari sampai dengan 3 Maret 2002 di Ruang IRNA A Lantai II Kanan RSCM. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan bermakna antara perawatan payudara terhadap kecukupan ASI pada bayi."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5241
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nafa Shahira Anglila Syaharani
"Komplikasi kehamilan adalah salah satu penyebab kematian ibu yang dapat berdampak tidak hanya pada kesehatan ibu tetapi juga pada bayi baru lahir. Usia yang terlalu muda (<20 tahun) dan terlalu tua (>35 tahun) merupakan usia ibu hamil yang berisiko tinggi terhadap komplikasi kehamilan. Banten dan Jawa Barat berkontribusi terhadap tingginya angka wanita yang hamil pada usia risiko tinggi sekaligus juga menduduki peringkat lima tertinggi provinsi dengan persentase komplikasi kehamilan se-Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan berdasarkan usia ibu hamil risiko tinggi di Provinsi Banten dan Jawa Barat. Desain penelitian ini adalah cross-sectional menggunakan data sekunder dari hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Sampel penelitian ini adalah 777 wanita yang melahirkan anak terakhir lahir hidup dalam kurun waktu lima tahun terakhir yang berusia muda dan tua saat hamil dan bertempat tinggal di Provinsi Banten dan Jawa Barat. Data dianalisis menggunakan uji chi-square dan uji regresi logistik ganda model prediksi yang distratifikasi berdasarkan usia ibu hamil risiko tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komplikasi kehamilan lebih banyak terjadi pada ibu hamil usia tua di kedua provinsi. Di Provinsi Banten, variabel yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan pada ibu hamil usia muda adalah status kehamilan, umur kandungan saat pemeriksaan kehamilan pertama, jumlah pemeriksaan kehamilan, masalah akses perawatan kesehatan ibu, pengambilan keputusan perawatan kesehatan ibu, tingkat pendidikan ibu, dan indeks kekayaan dengan umur kandungan saat pemeriksaan kehamilan pertama dan masalah akses perawatan kesehatan ibu sebagai variabel yang paling berhubungan. Pada ibu hamil usia tua, variabel yang berhubungan secara signifikan adalah status kehamilan dan jumlah pemeriksaan kehamilan dengan jumlah pemeriksaan kehamilan sebagai variabel yang paling berhubungan. Di Provinsi Jawa Barat, variabel yang berhubungan secara signifikan pada ibu hamil usia muda adalah tingkat pendidikan ibu dengan status pekerjaan ibu sebagai variabel yang paling berhubungan. Untuk mencegah komplikasi kehamilan pada ibu hamil usia risiko tinggi, institusi kesehatan terkait perlu meningkatkan promosi edukasi terkait komplikasi kehamilan dan “4 Terlalu dan 3 Terlambat”; akses layanan kesehatan reproduksi; cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil; serta deteksi komplikasi kehamilan berdasarkan faktor risiko yang berpengaruh signifikan.

Pregnancy complications are one of the causes of maternal death which can affect not only on mother’s health but also on the newborn. Ages that are too young (<20 years) and too old (>35 years) are the ages of pregnant women who are at high risk of pregnancy complications. Banten and West Java Province contribute to the high number of women who pregnant at a high-risk maternal age and are also ranked as the fifth highest province with the percentage of pregnancy complications in Indonesia. This study aims to determine the factors associated with pregnancy complications according to high-risk maternal age in the Provinces of Banten and West Java. The research design was cross-sectional using secondary data from 2017 Indonesia Demographic Health Survey (IDHS). The sample of this study was 777 women who gave birth to their last live birth within the last five years who were at young and advanced ages during pregnancy and lived in Banten and West Java Province. Data was analyzed using the chi-square test and multiple logistic regression stratified by high-risk maternal age. The results showed that pregnancy complications were more common in older pregnant women in both provinces. In Banten Province, the variables associated with pregnancy complications in young age pregnant women are pregnancy status, months pregnant at first received antenatal care, number of received antenatal care, problems accessing maternal health care, maternal health care decision-making, maternal education level, and wealth index with months pregnant at first received antenatal care and problems accessing maternal health care as the most related variables. In advanced age pregnant women, the variables that were significantly related were pregnancy status and number of received antenatal care with number of received antenatal care being the most related variable. In West Java Province, the variable that is significantly related to in young age pregnant women is maternal education level with maternal employment status as the most related variable. To prevent pregnancy complications in pregnant women of high risk age, health institutions need to increase promotion of education related to pregnancy complications and “4 Terlalu dan 3 Terlambat”; access to reproductive health services; coverage of health services for pregnant women; and detection of pregnancy complications based on risk factors that have a significant effect."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusrini
"Penelitian ini dilakukan umuk mengetahui apakah tcrdapat perbedaan informasi yang dibutuhkan ibu dengan pengalaman pertama dan ibu yang menjalani lebih dari sam kali seksio sesaria. Penelitian ini dilakukan di RSAB Harapan Kita Jakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif perbandingan Populasi pada penelitian ini adalah kelompok ibu yang menjalani operasi seksio Sesaria di nmng kebidanan Jumlah sampel pada penelitian ini sehanyak 82 orang terdiri dari 41 responden dari kelornpok ibu yang menjalani seksio sesaria pertama dan 41 responden dari kelompok ibu yang menjalani Iebih dari satu kali seksio sesaria Data diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan dan diisi oleh seliap responden. Instrumen yang digunakan terdiri dari data demografi (kuesioner A) dan pemyataan informasi yang dibutuhkan ibu dengan seksio sesaria (kuesioner B), setelah data terkumpul dianalisa dengan statistik univariat dan bivariat. Untuk menguji adanya perbedaan bermakna, dilakukan uji hipotesa dua arah dengan derajat kemaknaan 0,05 hasil hipotesa didapatkan adanya perbedaan yang bermakna, artinya ada perbedaan informasi yang dibutuhkan ibu dengan pengalaman penama dan ibu yang menjalani lebih dari satu kali seksio sesaria."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5324
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>