Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122829 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S7702
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S6841
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Prahastuty Nawangsari
"Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa menengah terhadap pustakawan yang bekerja di perpustakaan sekolah. Penelitian ini dilakukan di perpustakaan SMP/SMU Labschool Jakarta terhadap 110 sampel /responden tanpa membedakan apakah mereka pemakai atau pengguna perpustakaan sekolah atau bukan.
Tujuan penelitian adalah (1) Mendapatkan gambaran mengenai persepsi siswa terhadap pustakawan sekolah di SMP/SMU Labschool Jakarta; (2) Mengetahui gambaran persepsi siswa mengenai aspek kualitatif dan kuantitatif dari pustakawan sekolah; (3) Mengetahui gambaran persepsi siswa mengenai eksistensi pustakawan sekolah. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner, dan ditunjang tiga teknik lain yaitu wawancara, observasi, dan studi kepustakaan. Pemilihan sampel dilakukan secara aksidental.
Hasil penelitian menunjukkan, sebagian besar siswa SMP/SMU Labschool Jakarta menganggap pustakawan adalah orang yang mengumpulkan, mengelola, menyimpan dan menyebarluaskan informasi, umumnya siswa mengangap sikap pustakawan cukup ramah, dalam memberikan bantuan juga cukup baik, walaupun siswa tidak sering meminta bantuan pada pustakawan. Alasan yang dikemukakan oleh siswa yang belum pernah meminta bantuan pada pustakawan adalah karena mereka sudah bisa mendapatkan sendiri apa yang dibutuhkan tanpa bantuan pustakawan. Siswa beranggapan bahwa tugas pustakawan berkaitan dengan kegiatan sirkulasi dan menyediakan sumber informasi, namun mereka tidak memiliki pendapat apakah tugas tersebut dapat dilakukan oleh semua orang. Persepsi siswa terhadap tingkat pendidikan pustakawan masih rendah, tetapi mcreka berpendapat bahwa ada keahlian yang perlu dimiliki oleh pustakawan sekolah yaitu ilmu pcrpustakaan, pengetahuan umum dan pendidikan. Menurut siswa jumlah pustakawan dan staf yang bekerja di perpustakaan saat ini sudah memadai.
Terakhir adalah, pada umumnya siswa mengakui eksistensi pustakawan sekolah sangat penting, ditinjau dari keberadaan mereka di perpustakaan, peranannya dalam proses bclajar mengajar, kerja sama dengan guru dan staf lainnya serta status pustakawan yang sejajar dcngan guru."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S15172
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
JPK 16(1-3)2010 ed.khusus
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraida
"Penelitian ini berdasarkan timbulnya masalah-masalah pada peserta akselerasi pada tingkat SMU di DK1 Jakarta, antara lain: siswa terlihat kurang komunikasi, mengalami ketegangan, tidak barsemangat., kurang bergaul dan tidak suka pada pelajaran olah raga (sumber: Hasil wawancara dengan Salah satu wakil kepala sekolah pelaksana akselerasi). Masalah ini diduga karena tidak tercapainya Salah satu tujuan program akselerasi yaitu meningkatkan mutu kecerdasan emosional. Menurut para ahli akselerasi disamping memiliki pengaruh posi1if (Clark, 1983) juga mempunyai pengaruh negatif (Southern dan Jones, 1991) terhadap penyesuaian sosial dan penyesuaian emosional. Pelaksanaan akselerasi di Amerika pada sisiem pendidikan yang demokratis dan kurikulum disesuaikan dengan bakat dan minat. Sedangkan pelaksanaan akselerasi di Indonesia berbasis kurikulum Nasional. Berdasarkan masalah tersebut maka ingin diteliti kecerdasan emosional siswa akselerasi di Indonesia pada tingkat SMU. Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah apakah pelaksanaan akselerasi program akselerasi Indonesia yang berbasis Kurikulum Nasional mampu memacu mum peninkatan kecerdasan emosional siswa berbakat intelektual? Apakah skor Kecerdasan Emosional siswa kelas akselerasi sama atau lebih rendah dcngan skor siswa regular? Bagaimana deskripsi enam faktor pendukung akselerasi di tiga SMU yang diteliti. Atas dasar pertanyaan penelitian itu, maka penelitian ini benujuan untuk mcngetahui dampak prograum akselerasi di Indonesia yang berbasis kurikulum nasional terhadap kecerdasan emosional siswa peserta akselerasi. Rancangan penelitian ini adalah Ex Post Facto. Sampelnya 44 siswa akselerasi, 80 siswa reguler, 33 guru dan 3 pihak penanggung jawab akselerasi serta 6 orang staf. 'Hipoiesis yang diajukan meliputi Ha dan Ho. Ha; skor kecerdasan emosional pesrta akselerasi sama dengan skor kecerdasan emosional kelas regular. 1-lo: Bahwa Skor K€CBl`dBS3Il Emosional peserta akselerasi lebih rendah dad pada siswa kelas reguler. Untuk mengukur kecerdasan emosional digunakan EH yang berdasarkan teori Salovey dan Bar-On. Alat ini hasil adaptasi dan telah digunakan oleh sn Lanawari dalam peneiniannya pada SMU Methodist Jakarta tahun 1999, Sedangkan umuk pelaksanaan akselerasi diteliti berdasarkan pada teori Coleman (l995) dan Buku Pedoman Program Percepatan Belajar (Diknas). Hasil onelitian sebagai berikut: Perranza, Skor kecerdasan emosional siswa akselerasi tidak lebih tinggi daripada siswa kelas reguler. Skor kecerdasan emosional peserta akselerasi sama dengan peserta kelas regular dengan angka signilikansinya 0.l73. Kecerdasan emosional terdiri dari lima dimensi. Berikut ini akan dijelaskan perbedaan perdimensi yaitu: Sell'-Awareness nilai signillkansinya 0204, Self-Control nilai signifikansinya 0,56, Self-Motivation dengan nilai signilikansinya- 0.36, emphalhy nilai signilikansinya 0.096 dan social-skill nilai signitEkansinya0_377. Kedua, hal-hal yang berkaitan dengan enam faktor pendukung akselerasi; (1). guru, yaitu tingkat pendidikan guru sebagian besar lulusan Sl. Mayoritas menggunakan metode ceramah dalam mengajar (2). kurikulum, yaitu masih menggunakan Kurikulum Nasional (Kurnas), (3). pada prosedur seleksi diterima siswa yang memiliki IQ di bawah 125, (4). Tidak ada kesinambungan antara landasan filosois sekolah dengan filosolis program akselerasi, (5). orientasi staf (pustakawan, Laboran,dan Bimbingan Konseling), masih sangat minim; BP hanya berperan dalam proses seleksi dan pada penyelesaian masalah-masalah, (6). Belum ada evaluasi program secara khusus
Kesimpulan bahwa dampak program akselerasi yang berbasis kumas tidak meningkatkan kecerdasan emosional siswa akselerasi. Salah satu penyebabnya karena jumlah pelajaran dan alokasi waktunya sangat padat. Kemungkinan lain karena akselerasi tingkal SMU di lndonesia belu dilaksanakan baik dan terencana. Saran kepada peneliti untuk meneliti pengaruh program akselerasi yang berbasis Kurikulum Nasional terhadap kecerdasan emosional dengan penelitian experimental kelompok yang pertama diberikan kurikulum yang spesifik dan kelompok yang lain diberikan kurikulum Nasional. Berkaitan dengan rendahnya kecerdasan emosional peserta akselerasi disarankan untuk mengurangi jumlah pelajaran yang harus di pelajari oleh anak berbakat intelektual."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riko Jayasaputra
"Dewasa ini terdapat berbagai macam alat tes diagnostik. Alat-alat tes diagnostik tersebut sangat membantu para psikolog untuk melakukan pemeriksaan psikologis bagi individu yang membutuhkan jasa profesi psikologi. Dari berbagai macam alat tes diagnostik yang telah ada, penulis tertarik untuk mendalami dan mengembangkan salah satu diantata alat tes diagnostik tersebut, adalah Hand Test. Salah satu fenomena yang menarik bagi penulis adalah keberadaan individu berbakat intelektual. Selama ini keberadaannya masih jarang menjadi kajian bagi profesi psikologi klinis Sebagaimana individu pada kelompok lain, mereka juga memiliki masalah, hambatan dan konflik-konf1ik yang terjadi dalam kehidupannya sehari-hari Karena kemampuan intelektualnya yang unggul tersebut maka permasalahan yang munculpun bisa saja berbeda. Tapi mungkin juga walaupun masalah yang harus dihadapi sama, namun penanganan dan pendekatan yang dilakukan terhadap masalah oleh individu berbakat intelektual dan kreatif sangat boleh jadi berheda dengan individu lainnya. Jadi remaja berbakat intelektual dapat memiliki konsep diri yang baik dan hidup bahagia atau sebaliknya mereka juga tidak lepas dari masalah sosial, cemas dan depresi. Remaja berbakat intelektual memiliki suatu kondisi yang berbeda dengan kelompok remaja lainnya baik secara kognitif, afektif maupun psikomotoriknya Perbedaan ini dapat melahirkan suatu kepribadian yang khas dan unik Karena remaja berbakat dan kreatif tidak hanya hidup sendiri dan tentunya mereka menempati posisi dalam lingkungan kehidupannya, maka dengan menggunakan Hand Test penulis ingin mengetahui lebih jauh bagaimana pola interaksi yang dikembangkan oleh remaja berbakat intelektual. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk dapat menganalisis dan mengolah data. Peneliti membandingkan jumlah respon Hand Test pada kelompok remaja berbakat intelektual dan mereka yang tidak diidentifikasi sebagai remaja berbakat intelektual. Subyek penelitian yang digunakan adalah 60 siswa SMUN 8 dan Labschool Jakarta. Hasil pengolahan dan analisis data secara statistik, didapat bahwa jumlah total respon, respon affection, communication, direction, acquisition, active, tension, dan fear pada remaja berbakat intelektual lebih banyak dari mereka yang selama ini tidak diidentifikasi sebagai remaja berbakat inteiektual Selain itu karena remaja berbakat intelektual telah mendapatkan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan keunggulan yang dimilikinya maka respon crippled tidak cukup menonjol jika dibandingkan dengan mereka yang selama ini tidak diidentifikasikan sebagai remaja berbakat intelektual. Begitu pula dengan kecenderungan remaja berbakat intelektual yang memilili gagasan-gagasan yang berbeda dengan lingkungannya masih berada dalam batas-balas realita yang ada sehingga tidak memunculkan respon bizarre. Dari hasil penelitian ini, penulis memberikan saran-saran kepada penelitian selanjutnya agar ada penelitian lain tentang Hand Test pada remaja berbakat intelektual yang dikaitkan dengan variabel Iainnya dan juga diharapkan ada penelitian lain tentang Hana test pada kelompok individu normal lainnya yang memiliki ciri khusus."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38302
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsono
"Keluarga memiliki peran dan fungsi dalam memproduksi kapital sosial. Perubahan struktur keluarga akan menghilangkan kapital sosial, hal ini dikarenakan ketidakhadiran orang tua yang berkerja diluar rumah. Jika kapital manusia yang dimiliki orang tua kebanyaakan dihabiskan di tempat kerja dan di tempat lain di luar rumah, maka keluarga tidak mampu berperan dalam memproduksi kapital sosial yang dibutuhkan anak dalam pencapaian prestasi belajarnya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh struktur sosial ekonomi keluarga dan kapital sosial dengan prestasi belajar anak. Alat analisis yang digunakan adalah regresi logistik, karena variabel dependen (Y) dalam penelitian ini bersifat biner yang terdiri atas dua (2) kategori yaitu 0 dan1. Hasil penelitian berdasarkan hasil analisis logistik menunjukan bahwa secara simultan menunjukan variabel struktur sosial ekonomi keluarga dan kapital sosial dapat menjelaskan variabel prestasi belajar sebesar 30,6 % sedangkan 69,4% faktor lain yang menjelaskan variabel prestasi belajar. Hasil uji odds ratio menunjukan bahwa siswa yang memiliki struktur sosial ekonomi keluarga tinggi memiliki peluang untuk mendapatkan prestasi belajar tinggi sebesar 1,942 - 16,981 kali dibandingkan dengan siswa yang memiliki struktur sosial ekonomi keluarga rendah. Siswa yang memiliki kapital sosial keluarga tinggi memiliki peluang untuk mendapatkan prestasi belajar tinggi sebesar 2,239 - 38,846 kali dibanding siswa yang memiliki kapital sosial keluarga rendah.

The family has a role and function in producing social capital. Changes in family structure will eliminate social capital, this is due to the absence of parents who work outside the home. If the human capital of the parents is spent mostly in the workplace and elsewhere outside the home, the family is unable to play a role in producing the social capital that the child needs in achieving its learning achievements. This study aims to examine the influence of socio-economic structure of family and social capital with the children's learning achievement. The analytical tool used is logistic regression, because the dependent variable (Y) in this study is binary consisting of two (2) categories of 0 and 1. Result of research based on result of logistic analysis show that simultaneously show variable of social economic structure of family and social capital can explain variable of achievement learn equal to 30,6% while 69,4% other factor explain variable of learning achievement. The result of odds ratio test shows that students who have high socio-economic structure of family have opportunity to get high learning achievement equal to 1,942 - 16,981 times compare with student having low socioeconomic family structure. Students who have high family social capital have the opportunity to obtain high learning achievement of 2,239-38,846 times compared to students who have low family social capital."
Depok: 2018
T50369
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartini Nara
"Hasil penelitian Post-Kommer dan Perrone (dalam Isaacson, 1996), diketahui bahwa 30 % dari siswa berbakat di sekolah menengah yang menjadi responden penelitian merasa tidak siap dalam membuat keputusan mengenai karir mereka. Menurut Santrock (2003), orang tua dan teman sebaya memiliki pengaruh yang sangat kuat pada pemilihan karir remaja. Suasana yang ada dalam keluarga banyak mempengaruhi perkembangan kepribadian anak, intelektual, konsep diri, dan selanjutnya juga mempengaruhi proses pemilihan karir. Suasana dalam keluarga terkait erat dengan pola asuh yang digunakan orang tua dalam membesarkan anaknya sehari-hari apakah otoriter (Authoritarian), permisif (Permissive) atau otoritatif (Authoritative) (Baumrind dalam Santrock, 2003).
Hal lain yang diduga mempengaruhi pemilihan karir adalah persepsi jender. Perempuan sering distereotipkan kurang kompeten dibandingkan laki-laki, penyatuan stereotip jender ke dalam konsep diri anak memicu anak perempuan ke arah rasa kurang percaya diri dibandingkan dengan anak laki-laki dalam kemampuan intelektual umum mereka. Kurangnya rasa percaya diri dapat menyebabkan anak perempuan memiliki harapan yang rendah untuk berhasil pada kegiatan akademis dan pekerjaan (Santrock, 2002).
Penelitian ini untuk menjawab permasalahan yang timbul dengan menguji 8 hipotesis. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh (otoriter, otoritatif, permisif) dan persepsi jender secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama terhadap pemilihan karir pada siswa akselerasi. Selain itu juga untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi jender antara siswa perempuan dan laki-laki.. Sampel penelitian adalah siswa kelas 2 program akselerasi dari 4 sekolah di Jakarta sebanyak 47 siswa. Analisa data yang digunakan adalah korelasi Pearsons Product Moment, Multiple Regression dengan metode step wise dan t-test.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara pola asuh otoriter dan pola asuh permisif dengan pemilihan karir tetapi ada hubungan yang signifikan antara pola asuh otoritatif dengan pemilihan karir. Ditemukan juga ada hubungan yang signifikan antara persepsi jender dengan pemilihan kanr. Sedangkan secara bersama-sama, pola asuh otoriter, otoritatif, permisif dan persepsi jender memberikan sumbangan yang bermakna terhadap pemilihan karir namun hanya pola asuh otoritatif yang memberikan sumbangan sedangkan dua pola asuh yang lain tidak. Temuan yang cukup menarik adalah tidak adanya perbedaan persepsi jender antara siswa perempuan dan laki-laki, hal ini mengindikasikan adanya pergeseran cara pandang kaum muda terhadap peran jender tradisonal.
Saran kepada orang tua agar lebih mengutamakan penggunaan pola asuh otoritatif daripada dua pola asuh yang lain. Berusaha menjadi sahabat dan mendengarkan keinginan anak adalah salah satu cara untuk membantu mengarahkan mereka dalam pemilihan karir. Disarankan kepada guru bimbingan konseling agar lebih proaktif membantu anak akselerasi, mengeksplorasi berbagai informasi karir baik melalui penjelasan langsung maupun melalui media cetak dan elektronik."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18529
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dianti Endang Kusumawardhani
"Pengertian konsep siswa tentang belajar adalah pandangan siswa mengenai belajar. Apa yang dilakukan siswa dalam proses belajar dan bagaimana siswa mengatur kegiatan belajarnya dipengaruhi oleh konsep terhadap arti belajar itu bagi dirinya. Pengertian akselerasi secara singkat adalah percepatan. Sebagai Salah satu alternatif pelayanan pendidikan bagi siswa berbakat, akselerasi perlu diikuti dengan eskalasi. Siswa program akselerasi, yang termasuk siswa berbakat akademik ini, diharapkan mamandang belajar sebagai kegiatan “pemahaman" dan memanfaatkan pengetahuan yang diperolehnya melalui proses pembelajaran ke dalam kehidupan nyata, Lebih dari sekedar memandang belajar sebagai “tahu lebih banyak”.
Program akselerasi di tingkat SMU di Indonesia mulai diselenggarakan pada tahun-1998 dengan mengacu pada Undang-Undang No.2-Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Penyelenggaraan dilaksanakan dengan mempercepat waktu belajar dan tiga tahun menjadi dua tahun. Pemadatan waktu belajar ini menyebabkan siswa cl dituntut untuk belajar mandiri. Belajar mandiri memerlukan suatu motivasi belajar yang timbul dari diri siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap konsep siswa tentang belajar dan motivasi belajar yang melandasi siswa SMU program akselerasi dalam melakukan kegiatan belajarnya, kemudian dibandingkan dengan konsep siswa tentang belajar dan motivasi belajar yang dimiliki siswa SMU program reguler. SMU yang menyelenggarakan program akselerasi setelah menerima~SK Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah sebagai Penyelenggara Akselerasi Belajar adalah SMU Labschool Jakarta (1998), SMU AL Azhar Cikarang (1998), dan SMU Negeri 8 Jakarta (1999). Subjek penelitian ini berjumlah 70 yang terdiri dan siswa SMU Negeri 8 Jakarta (17 siswa program akselerasi dan 25 siswa program regular) dan SMU Labschool Jakarta (14 siswa program akselerasi dan 14 siswa program reguler) yang memiliki prestasi akademlk di atas rata-rata siswa-siswa lain di sekolahnya masing-masing. Dalam penelitian ini subyek memiliki renang nilai rata-rata rapor 7.23-8.62.
Lima jenis konsep siswa tentang belajar yang diungkap dalam penelitian ini adalah belajar dipandang sebagai kegiatan “akumulasi atau menyerap pengetahuan, membentuk antar pengetahuan, menggunakan atau memanfaatkan pengetahuan, melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru atau sekolah, dan bekerja sama dengan siswa lain". Jenis-jenis konsep tentang belajar tersebut mengacu pada hasil penelitian Marton, dkk. (1993), Purdie, dkk.
(1996), dan Vemlunt dan Van Rijswijk (1996). Lima jenis motivasi belajar yang diungkap dalam penelitian ini adalah belajar dilandaskan pada dorongan untuk “memperoleh nilai atau kelulusan, melanjutkan pendidikan, menguji kemampuan din, memenuhi minat pribadi, dan belajar yang dilandasi keragu-raguan ambivaIen”.
Alat ukur penelitian ini adalah skala “konsep siswa tentang belajar” yang terdiri dari lima jenis konsep dan skala “motivasi belajar siswa” yang terdiri dari lima jenis motivasi, dengan teknik uji coba terpakai. Dari skala “konsep siswa tentang belajar” diperoleh konsep secara umum (<»=.8278) dan skala masing-masing jenis konsep siswa bentang belajar (cr=.5798-.9178). Dari skala “motivasi belajar siswa" diperoleh motivasi secara umum (a=.8825) dan skala masing-masing jenis motivasi belajar siswa (a=.7433-.8227). Teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah uji-t untuk /Independent- samples dan paired-samples. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai konsep tentang belajar antara siswa program akselerasi dengan siswa program reguler. Konsep siswa tentang belajar yang mendominasi siswa program akselerasi dan siswa program reguler adalah belajar dipandang sebagai melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru/sekolah, belajar dipandang sebagai pembentuk kaitan antara pengetahuan, dan belajar dipandang sebagai kegiatan bekerja sama dengan siswa Iain.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan mengenai motivasi belajar antara siswa program akselerasi dengan siswa program reguler. Dibandingkan dengan siswa program akselerasi, siswa program reguler lebih memiliki motivasi belajar untuk memperoleh nilai/kelulusan dan untuk melanjutkan pendidikan. Dibandingkan dengan siswa program reguler, siswa program akselerasi Iebih memiliki renovasi belajar untuk memenuhi minat pribadi. Motivasi belajar yang mendominasi siswa program akselerasi adalah orongan untuk memenuhi minat pribadi, menguji kemampuan diri, dan melanjutkan pendidikan. Belajar oleh siswa program reguler, dilandaskan pada dorongan untuk menguji kemampuan diri, melanjutkan pendidikan, memenuhi minat pribadi, dan memperoleh nilai/kelulusan. Sebagai hasil Tambahan diperoleh bahwa Siswa program akselerasi dan siswa program reguler, memiliki motivasi belajar internal yang lebih tinggi dan motivasi belajar eksternal.
Motivasi belajar internal diperoleh dan jenis motivasi memenuhi minat pribadi dan menguji kemampuan diri, sedangkan motivasi belajar eksternal diperoleh dari jenis motivasi memperoleh nilai/kelulusan dan melanjutkan pendidikan. Untuk penelirian lebrh Ianjut, disarankan menggunakan desain peneliiian pretest-po tepatnya desain kompromi (compromise design), untuk memperoleh gambaran mengenai “konsep siswa tentang belajar” dan “motivasi belajar" yang dimiliki siswa program akselerasi sebelum dan setelah memperoleh pembelajaran program akselerasi, kemudian dibandingkan dengan “konsep siswa tentang belajar” dan “motivasi belajar" yang dimiliki siswa program reguler."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Woro Januarti
"Novel ini bercerita tentang Aku yang mengagungkan Tanah Suci sebagai tempat suci. Oleh karena itu, Aku tidak berani menolak lamaran laki-laki yang baru ia kenal di sana. Ternyata, hati yang suci dan agung itu dinodai oleh laki-laki yang menghilang di saat pernikahan sudah siap dilaksanakan. Akhirnya, Aku berusaha melupakan kisah cintanya untuk pergi ke Taiwan. Ternyata, tabir TKI (BMI) yang Aku temukan di penampungan, memberikan titik balik penting bagi Aku. Apa yang ia lihat, ia rasakan di penampungan, seperti melihat pemutaran film penjajahan di tanah yang katanya merdeka. Ketidakberdayaan,.kemiskinan,.penghinaan,.keterbatasan, kesombongan, penipuan, juga ketulusan Aku temukan di dalam dinding penampungan. Dalam konflik batin di penampungan dan kehidupannya di Taiwan, batin Aku terus berperang, apa yang bisa dilakukan oleh Aku dengan pandangannya yang mulai tercemar oleh rasa pesimis yang selalu ia lihat di dalam dunia TKI di Indonesia."
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2021
813 WOR d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>