Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182295 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ayuthia Nathayya Nayanggita
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
S8239
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Celerina Dewi Hartati
"Disertasi ini merupakan kritikan terhadap teori Emile Durkheim mengenai konsep sakral dan profan. Emile Durkheim melihat religi sebagai suatu bentuk dikotomi antara sakral dan profan dalam dimensi ruang dan waktu. Diskusi sakral dan profan selama ini senantiasa memperlakukan ruang dan waktu dalam analisis yang coextensive atau menyatu. Padahal dalam beberapa kebudayaan, pemisahan kedua hal tersebut yaitu antara ruang dan waktu sangat dibutuhkan dalam memahami konsepsi sakral, dan profan itu sendiri. Dalam kebudayaan Cina perlu adanya pemisahan ruang dan waktu dalam memperlihatkan yang sakral. Disertasi ini menunjukkan ruang sakral menjadi tidak sakral ketika tidak ada upacara dan dimensi waktu menentukan konsepsi sakral. Melalui dimensi waktulah, proses transformasi terjadi dengan mengubah yang profan menjadi sakral demikian juga sebaliknya.
Penelitian ini merupakan penelitian metode etnografi yang dilakukan di kelenteng Hok Lay Kiong, Bekasi. Teknik utama yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah pengamatan terlibat, dan pengamatan terhadap upacara-upacara seperti sembahyang ceit capgo, rangkaian upacara Imlek mulai dari upacara mengantar dewa dapur, upacara memandikan patung dewa, sampai dengan upacara Imlek, upacara Capgomeh, dan upacara ulang tahun dewa Hian Thian Siang Tee, yang merupakan dewa utama kelenteng. Wawancara mendalam juga dilakukan terhadap orang-orang kelenteng yang eliputi pengurus yayasan, pengurus kelenteng, medium, penjaga kelenteng, dan umat kelenteng. Dengan menganalisis upacara-upacara tersebut terlihat bagaimana konsepsi sakral terwujud dalam sebuah upacara dan dimensi waktu yang mengubah profan menjadi sakral.

This dissertation is a form of criticism of Emile Durkheim’s theory of the concepts of the sacred and profane. Emile Durkheim perceives religion as dichotomy between the sacred and profane in the dimensions of space and time. The discussion related to the sacred and profane has always treated space and time in coextensive or unified analysis. Whereas in some cultures, the separation between space and time is needed to understand the concepts of the sacred and profane. In Chinese culture, it is necessary to separate space and time in showing
the sacred. This dissertation presents that the sacred space is not sacred when there is no ceremony, and the time dimension determines the conception of the sacred. Through the time dimension, the process of transformation occurs by changing the profane into the sacred, and vice versa. This study uses ethnographic method conducted at Hok Lay Kiong Temple, Bekasi. The main data collection techniques used are involved-observation, and ceremonies
observation such as the Ceit Capgo, Chinese New Year ceremonies ranging from accompanying the Kitchen God, bathing ceremony to god statues, to Chinese New Year ceremonies, Capgomeh ceremony, and the celebration of Hian Thian Siang Tee birthday. Indepth interviews were also conducted with the temple’s people including the foundation’s
management, the temple administrator, the medium, the temple guards, and the temple community. By analyzing the ceremonies, it can be seen how the conception of the sacred occured, and the time dimension changes the profane into a sacred.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fauzan Falih
"Penelitian ini membahas pola penempatan ragam hias pada bangunan-bangunan kuna Islam di Cirebon, yaitu di Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Masjid Sang Ciptarasa, Masjid Merah Panjunan, Taman Gua Sunyaragi, dan Nisan Kompleks Makam Sunan Gunung Jati. Selain itu juga dilakukan identifikasi dan klasifikasi bentuk motif-motif hias yang ada pada bangunan-bangunan tersebut. Kajian terhadap ragam hias Islam di Cirebon telah banyak dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Akan tetapi kajian terhadap ragam hias di Cirebon dengan menggunakan pendekatan ruang sakral dan profan belum dilakukan oleh peneliti terdahulu. Oleh karena itu, kajian ini akan menitikberatkan pada pola penempatan ragam hias pada ruang sakral dan profan di Cirebon.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode arkeologi dengan menitikberatkan pada studi komparatif dan identifikasi jenis motif serta klasifikasi ragam hiasnya. Berdasarkan hasil analisa terhadap ragam hias pada bangunan-bangunan kuna Islam di Cirebon, maka dapat dijumpai keberadaan lima jenis ragam hias, yaitu flora, fauna, geometris, alam, dan kaligrafi. Selain itu terdapat pola penempatan motif ragam hias pada bangunan kuna Islam berdasarkan ruang sakral dan profannya. Motif hias pada ruang sakral adalah flora, geometri, alam, dan kaligrafi, sedangkan motif fauna tidak dijumpai. Sementara pada ruang profan semua motif tersebut di atas dijumpai, termasuk fauna.
This study discusses the pattern of placing decorative ornaments in ancient Islamic buildings in Cirebon, namely the Kasepuhan Palace, Kanoman Palace, Sang Ciptarasa Mosque, Merah Panjunan Mosque, Sunyaragi Cave Park, and the Tomb of the Sunan Gunung Jati Graveyard Complex. In addition, identification and classification of ornamental motifs in the buildings are also carried out. Studies of various Islamic decoration in Cirebon have been carried out by previous researchers. However, studies of ornamental variations in Cirebon using the sacred and profane space approaches have not been done by previous researchers. Therefore, this study will focus on the pattern of placement of decoration in the sacred and profane spaces in Cirebon.
The method used in this research is the archeological method with a focus on comparative studies and identification of motifs and classification of decoration. Based on the analysis of ornamental variations in Islamic ancient buildings in Cirebon, it can be found the existence of five types of ornamental diversity, namely flora, fauna, geometric, natural, and calligraphy. In addition, there are patterns in the placement of decorative motifs in Islamic ancient buildings based on sacred and profane spaces. Decorative motifs in sacred spaces are flora, geometry, nature, and calligraphy, while fauna motifs are not found. While in the profane space all the above mentioned motifs are found, including fauna."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Apriola
"Penelitian ini membahas respon warganet Indonesia terhadap pelanggaran turis Rusia di Bali. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana warganet Indonesia memberikan respon dalam menanggapi pelanggaran Yuri Chilikin, yaitu unggahannya menurunkan celana di atas Gunung Agung, Bali. Penelitian ini menggunakan beberapa konsep, yaitu Sakral dan Profan, Pancasila sebagai ideologi. Metode penelitian yang digunakan yaitu Analisis Wacana Kritis model Norman Fairclough melalui tiga aspek, analisis teks, praktik wacana, dan praktik sosiokultural. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon-respon warganet Indonesia merupakan kekecewaan terhadap pelanggaran yang terjadi oleh Yuri Chilikin, namun tetap mencerminkan nilai-nilai kelima sila Pancasila. Berdasarkan hasil penelitian pula ditemukan bahwa adanya perbedaan interpretasi yang sakral dan yang profan pada Gunung Agung antara warganet Indonesia dengan turis Rusia, Yuri Chilikin.

This research discusses the responses of Indonesian netizens to a violation by a Russian tourist in Bali. The aim of this research is to find out how Indonesian netizens respond to Yuri Chilikin's violation, namely his upload of lowering his trousers on Mount Agung, Bali. This research uses several concepts, namely sacred and profane and Pancasila as an ideology. The research method used is Norman Fairclough's Critical Discourse Analysis model through three aspects, text analysis, discourse practice and sociocultural practice. The result of the research shows that the responses of Indonesian netizens are disappointment with the violations committed by Yuri Chilikin, but still reflect the values of the five principles of Pancasila. Based on the research results, it also shows that there are differences in sacred and profane interpretations of Mount Agung between Indonesian netizens and Russian tourist, Yuri Chilikin."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2005
306.1 IND m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ageng Pangestu Rama
Yogyakarta : Cahaya Ningrat, [2007;2007;2007;2007, 2007]
306 AGE k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
S. Margana
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010
959.826 MAR k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatia Rozana F.
"Orang Jawa mempunyai keterikatan dengan alam seperti halnya pada budaya lainnya. Melalui proses belajar orang Jawa berusaha menata kembali dunia mengacu pada keteraturan alam yang dipahami mereka. Tulisan ini akan meninjau bagaimana orang Jawa menanggapi keteraturan alam dengan kosmologi mereka dan sejauh mana arsitektur ditata supaya selaras dengan alam semesta, khususnya pada atap Joglo yang selama ini dikenal sebagai bangunan tradisional Jawa. Melalui tulisan ini dapat dilihat bagaimana atap Joglo mengekpresikan kosmologi Jawa."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48141
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1997
394.12 TRA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1995
S25817
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>