Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167690 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
S8443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Astutiningsih
"The modern and hitech equipment on operation, in one face can give more friendly user or make it easy, in other face can be make it trouble, such as the knowledge of worker to handle the equipment, the implementation of environment working and sense of discipline still minimum. In a working, an employee needs guarantee of his health and safety life in the company. This becomes a primary requirement to build a secure feeling amongst employees which may give a better result of his work, furthermore, this can also support the objectives of the company it self.
The Research Question are How the Implementation of Occupational Health and Safety Management System, Case Study of Aspect Safety of Air Transport at PT.Merpati, and secondly to identify the employee`s perception of that system implementation. Approach used in this research is a quantitative approach. In addition, a descriptive type of research was chosen to be in line with the research purposes. This research used 194 employee of Flight Crew division and 48 employee of Aircraft Maintenance division as population, and had 66 employee of Flight Crew division and 32 employee of Aircraft Maintenance division as samples.
The sample was chosen by using simple random sampling technique. Data collection was using questionaires and interviews. And then, data was being analyzed using univariate technique. The Implementation of Occupational Health and Safety Management System, Aspect of Air Transport Safety at PT. Merpati Nusantara Airlines based on the observation by researcher is exceptional. Furthermore, employee`s perception of that system implementation is also exceptional. However, PT.Merpati needs to reanalyze policies of the documentation of some health and safety documents in order to give a better change for that system implemantation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Denny Santoso
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novan T. Maridal
"Berbagai jenis penyimpangan yang terdapat. dalam tuturan bahasa Inggris para awak kabin telah dilakukan pada perusahaan penerbangan Garuda Indonesia dari bulan April sampai Juni 1994. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk memberikan, dan mengenali penyimpangan-penyimpangan yang terdapat dalam tuturan para awak kabin. Dari hasil penelitian ini diharapkan akan adanya masukan untuk perusahaan yang bersangkutan. Pangumpulan data dilakukan dengan menggunakan cara pembagian kuesioner dan wawancara langsung sejumlah awak kabin jalur penerbangan internasional.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyimpangan Leksikal berjumlah 22 %, penyirnpangan gramatikal 55 %. dan penyimpangan pragmatis 27 %, Faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpangan ini antara lain karena kurangnya pemakaian bahasa Inggris di antara mereka, singkatnya pelatihan yang diberikan dan lain-lain di jelaskan. Untuk mengurangi terjadinya penyimpangan-penyimpangan tersebut perlu dilakukan usaha-usaha sebagai berikut : (1) Menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau bahasa komun.ikasi ant.a.rawak kabin. (2) Adanya penyesuaian jumlah jam pengajaran bahasa Inggris dalam program pelatihan awak kabin internasional sesuai dengan tingkatannya masing-masing. (3) Mempertebal rasa kesadaran dan pentingnya bahasa Inggris antarawak kabin, tidak hanya sebagai media komunikasi dengan penumpang tetapi juga sebagai citra perusahan dan bangsa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S13033
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taviana Dewi K
"ABSTRAK
Pada saat ini PT Garuda Indonesia dalam peijalanan menuju ?world class airline?. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, kinerja perusahaan perlu terus ditingkatkan. Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah meningkatkan kinerja karyawan dengan pemahaman akan nilai-nilai kerja sebagai landasan sikap kerja yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugas.
Dalam mengevaluasi kinerja karyawan diperlukan komponen yang dapat mendukung sistem tersebut dan dapat dipakai sebagai tolok ukur kinerja karyawan. Salah satu cara dalam mengukur kinerja karyawan adalah penilaian prestasi kerja (performance appraisal).
Awak kabin PT Garuda Indonesia dalam fungsinya sebagai 'operating core' menjadi pendukung langsung fungsi layanan penerbangan. Hal ini membawa konsekuensi bahwa awak kabin melakukan aktifitas dasar yang berhubungan langsung dengan produk/jasa. Dalam menjalankan fungsinya awak kabin berpedoman pada Standard Operating Procedures (SOP) yang penjabaran/petunjuk pelaksanaannya secara teknis diatur dalam Cabin Attendant Manual (CAM) dan Purser's Handbook serta tetap mengacu pada prosedur kinerja standar (standard performance procedures).
Pada saat ini sistem penilaian prestasi kerja awak kabin PT Garuda Indonesia menggunakan tolok ukur yang sama dengan sistem yang digunakan bagi pegawai lainnya (pegawai darat, penerbang dan juru mesin udara). Oleh karena itu, diperlukan sistem penilaian prestasi kerja yang tepat sesuai dengan analisis jabatan awak kabin serta sistem yang dapat memotivasi awak kabin dalam meningkatkan kinerjanya agar mendukung kualitas layanan penerbangan.
Salah satu alternatif sistem penilaian yang sesuai untuk jabatan awak kabin adalah dengan menerapkan teori sistem manajemen kinerja (performance management system) dari Konsultan Hay yang dimodifikasi dengan sistem skala rating (rating scale). Proses sistem manajemen kinerja merupakan suatu proses yang berkesinambungan antara : a) Penetapan Kinerja (sasaran pokok dan sasaran kompetensi) atau juga disebut Goal Setting (untuk awak kabin menggunakan standard performance), b) Pembinaan (Coaching) yang dilakukan secara formal maupun informal, c) Penilaian Kinerja (Performance Review), d) Imbalan (Reward).
Modifikasi sistem manajemen kinerja dengan rating scale, yaitu dalam hal pencatatan keputusan tentang kinetja dalam suatu skala.
Faktor-faktor yang dinilai dalam sistem manajemen kinerja awak kabin berkaitan Iangsung dengan key result area dan kompetensi awak kabin dalam menjalankan tugasnya. Penggabungan dua metode ini merupakan model yang tepat untuk awak kabin, karena sesuai dengan basil analisis jabatan awak kabin dan diharapkan dapat memotivasi awak kabin dalam menjalankan tugasnya.
"
1997
T 17251
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Wulan Nursita
"Talents is crucial to determind the competitive advantage of an organization. Most organization are facing challenge for retaining their talents who are doing voluntary turnover. This cause problems for company especially in airline industry which has strict regulation related to its personell. This study looks at the effect of job satisfaction, job stress, and individual factor on flight attendants turnover rate. Using the case and data from PT. Garuda Indonesia, this study follows qualitatif system dynamic framework to identify and describe the overall phenomena of flight attendant turnover and the variable involved. The study also tested several intervention strategies to see whether there are changes on the flight attendant turnover considering the intervention given. This study shows that turnover rate has significant impact on the company crew strength that influence job satisfaction and job stress which eventually back to influence the turnover rate in a reinforcing effect. Furthemore, company policy related to married, maternity leave, and hijab are according to subject matter expert should be evaluated. This results imply that the Airline should consider to make adjustment and creating policy intervention related to existing policy in order to see results of turnover reduction.

Pegawai berbakat merupakan penentu keunggulan kompetitif pada suatu organisasi. Banyak organisasi dihadapkan pada tantangan untuk mempertahankan bakat-bakat yang ingin meninggalkan perusahaan. Hal ini menyebabkan permasalahan khususnya pada perusahaan penerbangan yang memiliki peraturan ketat untuk pegawai yang bekerja di sana. Penelitian ini melihat pengaruh kepuasan kerja, stres kerja, dan faktor individu terhadap tingkat turnover awak kabin. Menggunakan kasus dan data dari PT. Garuda Indonesia, penelitian ini mengikuti kerangka kerja kualitatif sistem dinamis untuk mengidentifikasi dan menggambarkan keseluruhan fenomena pergantian awak kabin dan variabel yang terlingkup pada fenomena tersebut. Studi ini juga menguji beberapa strategi intervensi untuk melihat apakah ada perubahan tingkat pergantian pramugari dengan mempertimbangkan intervensi yang diberikan. Studi ini menunjukkan bahwa tingkat turnover memiliki dampak signifikan pada kekuatan awak kabin perusahaan, yang kemudian mempengaruhi kepuasan kerja dan stres kerja yang pada akhirnya, kembali mempengaruhi tingkat turnover dalam efek penguatan. Selain itu, kebijakan perusahaan terkait pernikahan, cuti hamil, dan Pemakaian jilbab harus dievaluasi. Hasil Penelitian menyiratkan bahwa Maskapai Penerbangan harus mempertimbangkan untuk melakukan penyesuaian dan membuat perubahan kebijakan menjadi lebih akomodatif terkait dengan pernikahan, cuti hamil, dan pemakaian jilbab untuk melihat pengurangan turnover awak kabin."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53702
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Nurlia
"Penerbangan saat ini telah menjadi alat transfortasi yang penting. Dalam pelayanan penerbangan, awak kabin menempati posisi yang sangat menentukan mengingat keberadaannya sebagai front liner (garis depan) yang langsung berhubungan dengan penumpang. Penampilan dan performance awak kabin berkaitan erat dengan pelayanan yang terbaik yang diberikan kepada penumpang. Kondisi kabin di pesawat dapat mempengaruhi kondisi fisik, psikis dan perilaku awak kabin sehingga berpengaruh juga pada pelayanan yang diberikan pada penumpang. Agar stres tidak mengganggu kehidupan awak kabin, maka diperlukan usaha untuk memahami sumber-sumber penyebabnya telebih dahulu, setelah itu bagaimana cara mengatasi stres tersebut yang disebut coping. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui apa saja yang menjadi sumber stres bagi awak kabin, khususnya yang bekerja di PT.Garuda Indonesia. Seluruh sumber stres tersebut dikelompokkan menjadi 5 aspek sumber stres menurut Cooper, Cordes & Daughrty (dalam Rice, 2002) yaitu: aspek kondisi kerja, aspek pengembangan karir, aspek organisasi, aspek hubungan interpersonal di tempat kerja, dan aspek keluarga. Selanjutnya ingin mengetahui bagaimana caranya mereka mengatasi stres tersebut (coping stres). Metode coping apakah yang paling banyak digunakan oleh awak kabin PT.Garuda Indonesia. Type penelitian ini adalah ex-post facto field study dimana pendekatannya bersifat kuantitatif dengan penggunaan alat ukur berupa kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa aspek keluarga merupakan sumber stres yang paling tinggi dibandingkan dengan aspek lainnya. Dalam pemilihan metode coping awak kabin lebih banyak menggunakan strategi coping yang berorientasi pada problem-focus coping. Penelitian untuk selanjutnya sebaiknya dilakukan penelitian dengan metode pengambilan data berupa wawancara mendalam atau penelitian yang bersifat kualitatif, agar dapat menggali lebih dalam tentang faktor-faktor sumber stres yang terjadi pada awak kabin dan dampaknya bagi kehidupan yang dijalaninya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
S16203
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Achdiat
"Perjanjian pemborong bangunan merupakan salah satu bentuk perjanjian yang berdasarkan atas asas kebebasan berkontrak. Akan tetapi karena adanya aspek hukum publik dan demi kepentingan umum, maka kebebasan tersebut dibatasi dengan peraturan tentang standar yang dibuat oleh penguasa. Dalam perjanjian pemborongan bangunan sering terjadi wanprestasi yang bukan semata-mata karena kesalahan pemborong/kontraktor. Dengan kata lain pemborong tidak dengan sengaja melakukan wanprestasi atau melaksanakan pekerjaan tidak sesuai dengan bestek, meskipun dalam praktek kita tahu tidak sedikit pemborong yang nakal. Timbulnya wanprestasi menurut pengamatan penulis antara lain adalah : kenaikan harga borongan sebagaimana biasanya tercantum dalam syarat-syarat kontrak perjanjian. Kemudian keterlambatan termin pembayaran juga sering menjadi penyebab pemborong wanprestasi. dalam penyelesaian nya dalam musyawarah atau dengan membentuk panitia arbitrase. Cara ini banyak ditempuh karena penyelesaian lewat pengadilan dianggap bertele-tele disamping memerlukan waktu yang relatif lama juga memerlukan biaya yang tidak sedikit."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1996
S20714
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Aulia Nadhira Prabandari
"Komunikasi keselamatan dengan atasan merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh awak kabin. Hal tersebut dapat mencegah terjadinya kecelakaan, mempengaruhi kesetiaan penumpang, dan keuntungan maskapai. Akan tetapi, komunikasi keselamatan dengan atasan rentan untuk dikompromikan karena tingginya tuntutan kerja kuantitatif dapat membuat mereka mengalami kelelahan mental, sehingga performa kerjanya pun menurun. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran kelelahan mental sebagai mediator dalam hubungan antara tuntutan kerja kuantitatif dan komunikasi keselamatan dengan atasan. Tipe dan desain penelitian adalah korelasional dan cross-sectional. Partisipan dari penelitian ini adalah awak kabin yang bekerja minimal setahun di maskapai penerbangan Indonesia (N = 45) yang direkrut dengan teknik convenience dan snowball sampling. Alat ukur Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ) dimensi quantitative demand digunakan untuk mengukur tuntutan kerja kuantitatif, Oldenburg Burnout Inventory (OLBI) untuk mengukur kelelahan mental, dan Safety Behavior dimensi upward safety communication untuk mengukur komunikasi keselamatan dengan atasan. Melalui analisis regresi ditemukan bahwa kelelahan mental memediasi secara penuh hubungan antara tuntutan kerja kuantitatif dan komunikasi keselamatan dengan atasan (ab = -0,37, p <0.05). Untuk mengembangkan penelitian ini disarankan untuk memperbanyak partisipan dan mempertimbangkan karakteristik serta dinamika pekerjaan awak kabin, seperti jabatan, jenis penerbangan, dan durasi penerbangan.

Upward safety communication is important for cabin crew to do, as it could prevent accidents, affect passengers loyalty, and airlines profits. However, upward safety communication could be compromised because of the high quantitative demands on their field, which can make them experience burnout. This correlational and cross-sectional study aims to look at the role of burnout as a mediator in the relationship between quantitative demands and upward safety communication. The participants of this study are cabin crew who worked minimum of a year in Indonesian airlines (N = 45). They were recruited by convenience and snowball sampling techniques. Researcher used the quantitative demands dimension from Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ) to measure quantitative demands, Oldenburg Burnout Inventory (OLBI) to measure burnout, and the upward safety dimension from Safety Behavior to measure upward safety communication. This study shows that burnout fully mediated the relationship between quantitative demands and upward safety communication (ab = -0,37, p <0.05). To develop this research, it is recommended to recruit more participants and consider the characteristics and dynamics of cabin crews job, such as their rank, flight type, and duration."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>