Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91620 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jupriyadi
"Kota Semarang mempunyai perbedaan bentang alam sehingga dikenal dengan adanya Kota Atas dan Kota Bawah. Perbedaan ini menyebabkan pariwisata urban menjadi menarik untuk dikaji. Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh pola TBD serta karakteristiknya dengan memerhatikan persebaran fasilitas wisata yang ada di Kota Semarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis spasial yang dijelaskan secara deskriptif. Terdapat tiga TBD yang berada di Kota Semarang yaitu, TBD Basis Peninggalan Budaya, TBD Basis Pemerintahan, dan TBD Basis Penginapan. Pola Sebaran TBD di Kota Semarang menyebar dengan mengikuti jalur jalan utama yang melintasi CBD. Masing ? masing TBD memiliki karakteristik fasilitas wisata yang berbeda. Dari semua TBD, terdapat satu TBD yang keluar satu arah dari region CBD-nya dengan mengikuti arah perjalanan keluar kota.

Semarang city has different landscapes and became known by Upper City and Lower City. This difference causes the urban tourism is interesting to be studied. The purpose of this study is to obtain the characteristic and pattern of TBD by looking at the spread of tourist facilities in the city of Semarang. The method used in this study is the spatial analysis by described descriptively. There are three TBD residing in the city of Semarang which are, the Cultural Heritage Based TBD, Administration TBD, and Lodge Based TBD.The TBD distribution pattern in the city of Semarang spread by following the main route across the CBD. Each TBD have the characteristics of different tourist facilities. Of all the TBD, there is one TBD that comes out in one direction from its CBD region by following the direction that heading out of Semarang City."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1575
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Dhamayanti
"Kota Solo memiliki beberapa atraksi wisata berupa peninggalan sejarah di masa lalu. Dari identifikasi fasilitas wisata dan penggunaan tanah, diperoleh empat karakteristik TBD dilihat berdasarkan unsur wisatanya. Pertama adalah TBD berbasis pemerintahan dan perdagangan, dimana TBD ini terletak pada pusat kota dengan atraksi wisata Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran yang memperlihatkan kuatnya nuansa pemerintahan Serta Pasar Klewer dan Pasar Gedhe yang mencirikan nuansa perdagangan. Kedua adalah TBD berbasis jaringan transportasi, dimana pada TBD ini terdapat stasiun Balapan dan terminal Tirtonadi. Ketiga adalah TBD berbasis seni tradisional, diniana TBD ini dicirikan oleh atraksi-atraksi yang memperlihatkan seni budaya tradisional Solo, seperti Taman Sriwedari yang merupakan tempat pertunjukkan wayang orang, dan Kanipung Batik Laweyan yang merupakan salah satu pusat batik di Solo. TBD yang keempat adalah TBD yang berbasis pada rekreasi publik, yaitu Stadion Manahan dan Taman Balekambang.

Solo has a few heritage attractions, there was the product from the history in the past. The result from identification of tourism facilities and landuse was acquired four characteristics TBD based on the tourism elements. The First is the TBD that based on governance and trade, its located in the inner city which has Kasunanan Palace and Mangkunegaran Temple attractions. Kasunan Palace has strong feel of the govemment and the other hand, Klewer Market and Gedhe Market show the feel of trading. The Second is the TBD that based on transport network, this TBD has Balapan Station and Tirtonadi Terminal attraction. The third is the TBD that based on traditional art, which is characterized by TBD attractions of the Solo traditional art and culture, such as the Sriwedari Park showtimes puppet people and Kampung Batik Laweyan. The fourth TBD is based on public recreation, there are Manahan Stadium and Balekambang Park attraction."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S34116
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sabilla Astaniajanti
"Kota Pekalongan terletak di dataran rendah pantai utara Pulau Jawa dan dikenal sebagai Kota Batik, sehingga atraksi-atraksi batik menjadi objek wisata yang menarik di kota Pekalongan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh karakteristik dan pola TBD dengan melihat persebaran fasilitas wisata di Kota Pekalongan, dengan sebelumnya mencari tahu di mana CBD di Kota Pekalongan karena TBD merupakan satu kesatuan dengan CBD. Data yang digunakan berupa persebaran fasilitas wisata primer, sekunder, dan kondisional. CBD diidentifikasi dari keberadaan gedung pemerintahan dan perdagangan dalam peta sarana dan prasarana yang di-overlay dengan peta penggunaan tanah, kemudian TBD diperoleh ketika dalam suatu CBD terdapat fasilitas primer dan fasilitas pendukung wisata dengan penarikan garis region baik CBD maupun TBD mengacu pada jaringan jalan. Metode yang digunakan adalah analisis spasial dengan teknik overlay yang kemudian dijelaskan secara deskriptif. Pola sebaran TBD di Kota Pekalongan mengikuti keberadaan jalur jalan utama yang menjadi satu kesatuan dengan CBD. Ada empat TBD yang berada di Kota Pekalongan yang diperoleh berdasarkan kesamaan jenis fasilitas primernya, yaitu TBD bernuansa Wisata Batik, TBD bernuansa Wisata Sejarah dan Budaya, TBD bernuansa Wisata Buatan, dan TBD bernuansa Wisata Pesisir.

Pekalongan City is located in the lowlands of the northern coast of Java Island and is known as the City of Batik, so that the attractions of batik become interesting attractions in the city of Pekalongan. The purpose of this study is to obtain the characteristic and pattern of TBD by looking at the spread of tourist facilities in Pekalongan City, by previously finding out where the CBD in Pekalongan City because TBD is in one unity with CBD. The data used are the location of primary, secondary, and conditional tourism. CBDs are identified from the presence of government and trade buildings in facilities and infrastructure map which then overlaid with land use map, then TBD is obtained when there is any primary facilities and supporting tourism facilities in a CBD, with both CBD and TBD region delineation referring to the road network. The method used is spatial analysis with overlay technique which then explained descriptively. The pattern of TBD distribution in Pekalongan City follows the existence of main road lane which is in one unity with CBD. There are four TBDs in Pekalongan City that are obtained based on the similarity of primary facility types, namely Batik Tourism based TBD, History and Cultural Tourism based TBD, Man Made Tourism based TBD, and Coastal Tourism based TBD."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan Ajie
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S34201
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Paramita
"Kecamatan Buleleng memiliki jumlah penduduk yang menganut agama Hindu terbanyak di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Salah satu ajaran agama Hindu yang menjadi adat istiadat adalah caturwarna, yang merupakan pengelompokan penduduk berdasarkan bakat dan pekerjaannya, antara lain Brahmana (ahli agama dan pendidikan), Ksatria (pertahanan negara), Waisya (ahli ekonomi/pengusaha), dan Sudra (pekerja/buruh). Tujuan dari penelitian ini adalah dapat menjelaskan pola keruangan implementasi caturwarna di Kecamatan Buleleng. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah metode studi kasus dengan pendekatan keruangan.
Dari penelitian ini, ditemukan bahwa pengelompokan caturwarna tidak hanya berdasarkan pekerjaan seperti yang tercantum dalam kitab, tetapi juga berdasarkan pada tata nama, pernikahan, dan kekerabatan sesuai dengan adat istiadat setempat. Implementasi caturwarna khususnya Brahmana tidak selalu berada di wilayah non pertanian dan kaja. Sedangkan implementasi caturwarna khususnya Sudra tidak selalu berada di wilayah pertanian dan kelod.
Pola keruangan implementasi caturwarna di Kecamatan Buleleng tidak sepenuhnya menggunakan tata ruang tradisional Bali sebagai tempat suci. Akan tetapi, simbol kebudayaan berupa arah dan posisi masih digunakan dalam menentukan arah dan tempat untuk sembahyang, yaitu arah timur sebagai arah terbit matahari dan puncak Gunung Agung sebagai tempat berkumpulnya Sang Hyang Widhi Wasa (pencipta alam).

The District of Buleleng has a largest population with Hindu religion in Regency of Buleleng, Bali. One of Hindu's custom is caturwarna, which is gruping of people based on talent and his work, among others Brahmana (religious and educational experts), Ksatria (defenders), Waisya (Economist and entrepreneur), and Sudra (workers and laborers). The purpose of this study is to explain the spatial patterns of caturwarna?s implementation in the District of Buleleng. The method used to achieve these object is the case study method with the spatial approach.
From this study, it was found that the grouping caturwarna based not only on the job as listed in the book of Hindusm, but also based on the nomenclature, marriage, and kinship in accordance with local customs. Implementation of caturwarna especially Brahmana is not always in the nonagricultural areas and kaja. Implementation of caturwarna especially Sudra is not always in the area of agriculture and kelod.
The spatial pattern of catuwarna's implementation in the District of Buleleng no longer using traditional place of Bali as sacral place. Although, cultural symbols such as direction and positions still used for built ceremonial, like east as sun shine and Agung Mount as visited place of Sang Hyang Widhi Wasa (God).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42860
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Devina
"ABSTRAK
Kabupaten Gunungkidul memiliki keanekaragaman objek wisata salah satunya berupa objek wisata pantai, namun tidak semua objek wisata pantai memiliki tingkat daya tarik yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat daya tarik objek wisata pantai dan hubungannya dengan fasilitas wisata yang ada. Variabel yang digunakan yaitu jumlah pengunjung, fasilitas primer, sekunder dan kondisional. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan pendekatan keruangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat daya tarik objek wisata pantai maka semakin beragam fasilitas primer, memiliki ketersediaan fasilitas sekunder yang lengkap dan fasilitas kondisional yang lebih banyak serta mudah diakses. Hal ini dapat terlihat pada objek wisata pantai pada pos Baron. Sedangkan, semakin rendah tingkat daya tarik objek wisata pantai maka semakin tidak beragam fasilitas primer, ketersediaan fasilitas sekunder yang tidak lengkap dan fasilitas kondisional yang lebih sedikit serta sulit diakses yang dapat dilihat pada objek wisata pantai pada pos Siung.

ABSTRACT
Gunungkidul district has a diversity of tourist attractions, one of which is a tourist beach, but not all the attractions of coast has the same level. This study aims to determine the level of attractiveness of tourist beaches and its relation to existing tourist facilities. Variable that used is the number of visitors, primary facilities, secondary, and conditional. The analytical method used is descriptive and spatial approach. Results showed that the higher level of the beach tourist attraction, the more diverse of primary facilities, has the availability of a complete secondary facilities and more conditional facilities that easily accessible. This can be seen on tourist beaches in the Baron post. While lower level of the ceach tourist attraction, the increasingly diverse of primary facilities, the availibility of secondary facilit ies is not complete and fewer conditional facilities and also difficult to access whic can be seen on tourist beaches in the Siung Post."
Universitas Indonesia, 2011
S980
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Violina Zuhelsa
"Pura Besakih merupakan tempat suci terbesar bagi umat Hindu di Bali. Selain itu, pura Besakih juga menjadi objek wisata budaya. Sebagai pura terbesar dan Pura Sad Kahyangan, Pura Besakih memiliki radius suci, sebesar 5 km dimana pada radius tersebut, daerah sekitar pura harus dijaga kesuciannya. Sebagai objek wisata, pura Besakih mengalami pembangunan dan pertambahan fungsi pura yang dipengaruhi oleh aksesibiltas dan wisatawan yang datang mengunjungi Pura Besakih. Hal ini menyebabkan semakin dekat dengan pusat pura Besakih fungsi tempat suci lebih bervariasi.

Pura Besakih is the largest holy place for Hindus in Bali. In addition, the Besakih temple is also a cultural attraction. As the largest temple and heaven Sad Pura, Pura Besakih has a radius sacred, which is 5 km in radius, the area around the temple should be maintained her purity. As a tourist attraction, the temple Besakih experienced construction and expansion of the function of the temple which is influenced by the accessibility and tourists who come to visit Pura Besakih. This led to increasingly close to the center of Besakih temple shrine is more varied functions."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42620
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vasanthi
"Kota Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama Indonesia yang terletak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Yogyakarta memiliki beberapa objek wisata yang banyak menarik kunjungan wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan asing. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui karakteristik serta pola keruangan TBD di Kota Yogyakarta. Dengan menggunakan identifikasi sebaran fasilitas pariwisata dan aksesibilitas Kota Yogyakarta diperoleh empat jenis karakteristik TBD. Pertama adalah TBD yang berbasis kepada sejarah yang terletak di Candi Prambanan, yang kedua adalah TBD yang berbasis budaya yaitu Kraton Yogyakarta, yang ketiga adalah TBD bernuansa belanja yaitu di kawasan Malioboro, dan TBD bernuansa pendidikan yang terletak di Universitas Gadjah Mada. Pola keruangan Tourism Business District (TBD) yang ada di Kota Yogyakarta berbentuk menyebar di sisi timur poros kota Yogyakarta. Hal ini disebabkan tingkat aksesibilitas yang lebih memadai di sebelah timur kota Yogyakarta.

Yogyakarta city is one of Indonesia's main tourist destination located in Yogyakarta Special Province. Yogyakarta city has several interesting tourist objects that many tourists visit both public and tourists from outside Yogyakarta city itself. The purpose of the research is to identify the characteristics and the spatial pattern of TBD in Yogyakarta City. Using identification of tourism facilities distribution and accesibility of Yogyakarta city, there are four types of characteristics TBD. First is TBD based on the history of which is located in Candi Prambanan, the second is TBD based cultural destination that is in Kraton Yogyakarta, the third is TBD based on shopping destination that is located in Malioboro district, and the fourth type is TBD based on educational destination that is located in Universitass Gadjah MadaThe spatial pattern of TBD that is formed in Yogyakarta city has dispersed pattern that is spreading on the eastern part of the city axis. That is because this part of the city has a more adequate level of accesibility."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42146
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kelvin Geovani Pratama
"Kota Tangerang merupakan salah satu kota pusaka di Indonesia, dan satu-satunya di Provinsi Banten. “Tangerang Live” merupakan sebuah visi dan misi dalam membangun Kota Tangerang, menjadi kota layak kunjung, layak huni, serta layak invesitasi. Kota Tangerang memiliki potensi besar dalam mengembangkan pariwisata perkotaan, karena terdapat beberapa peninggalan sejarah yang dapat menjadi sebuah daya tarik wisata. Tourism Business District merupakan sebuah istilah dalam pariwisata perkotaan yang berguna dalam memahami komponen pariwisata perkotaan, yang terdiri dari kesatuan fasilitas wisata. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan deliniasi Tourism Business District, serta menentukan karakteristik Tourism Business District yang terdapat di kota Tangerang. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel fasilitas wisata, CBD, jaringan jalan, serta penggunaan tanah yang terdapat di Kota Tangerang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode keruangan melalui pendekatan fasilitas wisata, dan analisis dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa deliniasi Tourism Busines District di kota Tangerang terdapat didalam wilayah pusat pelayanan kota, tepatnya di Kecamatan Tangerang, serta memiliki karakteristik Tourism Busines District yang di tentukan berdasarkan fasilitas primer yang tersedia, yaitu berupa atraksi yang didominasi oleh leisure setting dan terdapat core attraction berupa atraksi bangunan sejarah dan bangunan hasil pencapaian Kota Tangerang

Tangerang City is one of the heritage cities in Indonesia, and the only one in Banten Province. "Tangerang Live" is a vision and mission in developing Tangerang City, a city worthy of visit, livable, and worthy of investment. Tangerang City has great potential in developing urban tourism, because there are several historical relics that can become a tourist attraction. Tourism Business District is a term in urban tourism that is useful in understanding the components of urban tourism, which consists of a unity of tourist facilities. This study aims to determine the delineation of the Tourism Business District and determine the characteristics of the Tourism Business District in the city of Tangerang. The variables used in this research are tourist facilities, CBD, road network, and land use in Tangerang City. The method used in this research is the spatial method through the tourist facilities approach, and the analysis is carried out descriptively. The results show that the Tourism Busines District delineation in the city of Tangerang is located in the city service center area, precisely in the Tangerang District, and has the characteristics of the Tourism Busines District which are determined based on the available primary facilities, namely in the form of attractions dominated by leisure settings and core attractions in the form of historical building attractions and buildings achieved by the City of Tangerang."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspita Arraziyati
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S34177
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>